Anda di halaman 1dari 46

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu gambaran mengenai posisi keuangan yang

telah dicapai oleh suatu perusahaan pada periode tertentu dengan melihat catatan

dan laporan yang menyangkut keadaaan keuangan pada perusahaan yang

bersangkutan dan dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan

keuangan, berikut penulis sampaikan pengertian dari beberapa literatur:

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004) menjelaskan pengertian

laporan keuangan adalah:

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.


Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan. Di samping itu, juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut
misalnya,informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga.

Zaki Baridwan (2000) dalam bukunya Intermediate Accounting


menyebutkan:

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,


merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh
manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan. Disamping itu,
laporan keuangan juga dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan
lain sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa laporan keuangan merupakan

ringkasan dari suatu proses pencatatan, dan merupakan suatu ringkasan dari

transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.

Munawir (2002) dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan

menyebutkan:

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan
atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Menurut Kieso, et all. (2010) menjelaskan pengertian laporan keuangan

adalah:

Financial statements are the principal means through which a company


communicates its financial information to those outside it.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan

sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak diluar

perusahaan.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Penyusunan laporan keuangan memiliki tujuan tertentu. Penyajian laporan

keuangan memiliki beberapa tujuan. Menurut PSAK No.1 (2009) tujuan laporan

keuangan adalah:

Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi


keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

a. Aset;
b. Liabilitas;
c. Ekuitas;
d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
e. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya
sebagai pemilik; dan
f. Arus kas.

Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan

atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas

masa depan dan, khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan

setara kas.

Sehubungan dengan yang dikemukakan diatas, bahwa laporan keuangan

yang disajikan oleh perusahaan memiliki beberapa tujuan, dimana tujuan

penyajiannya dapat dipisahkan menjadi dua yaitu :


Tujuan Umum

Secara umum tujuan laporan keuangan ialah memberikan informasi tentang

posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi

sebagian besar kalangan pengguna laporan.

Tujuan Khusus

Tujuan laporan keuangan yaitu mengungkapkan informasi lain dalam

hubungannya dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan para

pemakainya, antara lain:

1. Laporan keuangan menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship)

manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya kepada mereka.

2. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang

meliputi aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban, dan arus kas.

3. Membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa

depan khususnya dalam waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara

kas.

2.1.3 Pemakai Laporan Keuangan

Laporan keuangan mempunyai arti penting bagi pihak-pihak yang

membutuhkan informasi dari laporan keuangan tersebut. Menurut Standar

Akuntansi Keuangan (2004), pemakai laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Investor

Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan

dengan risiko yang melekat serta pengembangan dari investasi yang


mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu

menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi

tersebut serta tertarik pada informasi yang memungkinkan penilaian

terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.

b. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik

pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.

Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka

untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa,

manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.

c. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta

bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang

terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha

berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih

pendek dibanding pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan

utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

e. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai

kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam

perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.

f. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah

kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena

itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga

membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,

menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun

statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

g. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.

Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada

perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan

dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan

keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan

informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir

mengenai kemakmuran serta rangkaian aktivitasnya.

2.1.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

Sifat dan keterbatasan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi

Keuangan adalah:
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu laporan kejadian yang telah lalu.

Karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber

informasi dalam proses pengambilan keputusan.

2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan pihak tertentu.

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan

berbagai pertimbangan.

4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material dan penerapan prinsip

akuntansi terdapat pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika tidak

menimbulkan pengaruh material terhadap kelayakan laporan keuangan.

5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila

terjadi beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian

suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau

nilai aktiva yang paling kecil.

6. Laporan keuangan lebih menekankan makna ekonomi suatu peristiwa atau

transaksi dari pada bentuk hukumnya.

7. Laporan keuangan diasumsikan dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan

pemakaian laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi

dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat menimbulkan variasi

dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.

9. Informasi yang bersifat kumulatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan

umumnya diabaikan.
2.1.5 Karakteristik Laporan Keuangan

Laporan keuangan memiliki karakteristik kualitatif yang membuat

informasi dalam laporan keuangan dapat berguna bagi pemakai. Berikut adalah

karakteristik tersebut menurut Kieso, et all. (2010) yaitu:

1. Relevansi (relevance)

Agar relevan, informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan

dalam sebuah keputusan. Jika tidak mempengaruhi keputusan, maka

informasi tersebut dikatakan tidak relevan terhadap keputusan yang

diambil. Terdapat dua unsur pokok dalam karakter relevan, yaitu:

a. Nilai prediktif (predictive value)

Informasi yang relevan akan membantu pemakai membuat prediksi

tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini, dan masa depan.

b. Nilai penegasan (confirmatory value)

Informasi yang relevan juga membantu pemakai mengkonfirmasi atau

mengoreksi ekspektasi atau harapan masa lalu.

2. Disajikan secara tepat (faithful representation)

Ketepatan penyajian berarti bahwa angka-angka dan penjelasan dalam

laporan keuangan mewakili apa yang betul-betul ada dan terjadi.

Ketepatan penyajian sangat dibutuhkan karena banyak pemakai informasi

keuangan yang tidak memiliki waktu atau keahlian dalam mengevaluasi

kebenaran dari informasi yang didapatkan. Untuk disajikan secara tepat,

informasi harus:

a. Lengkap (completeness)
Lengkap artinya bahwa semua informasi yang dibutuhkan untuk

disajikan secara tepat telah tersedia.

b. Netralitas (neutrality)

Netralitas berarti bahwa informasi tidak dapat dipilih untuk

kepentingan sekelompok pemakai tertentu. Informasi yang disajikan

harus faktual, benar, dan tidak bias.

c. Bebas dari kesalahan (free from error)

Informasi yang bebas dari kesalahan akan lebih akurat item

keuangannya.

3. Dapat dibandingkan (comparability)

Informasi yang diukur dan dilaporkan dengan cara yang sama pada

perusahaan yang berbeda dianggap dapat dibandingkan. Informasi

keuangan akan lebih berguna bagi pemakainya apabila dapat

diperbandingkan dengan informasi keuangan pada laporan keuangan

tahun sebelumnya dan laporan keuangan antar perusahaan.

4. Dapat diuji (variability)

Daya uji ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan

menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang

serupa.

5. Tepat waktu (timeliness)

Tepat waktu berarti informasi yang dibutuhkan tersedia untuk para

pembuat keputusan yang dapat mempengaruhi keputusan yang akan

diambil.
6. Dapat dipahami (understandability)

Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan harus dapat dengan

mudah dipahami oleh pemakai.

7. Konsistensi (consistent)

Apabila sebuah entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang sama

untuk kejadian-kejadian yang serupa, dari periode ke periode, maka

entitas tersebut dianggap konsisten dalam menggunakan standar

akuntansi.

2.1.6 Komponen Laporan Keuangan

Setelah adanya konvergensi IFRS di Indonesia, terjadi perubahan

komponen laporan keuangan. Berikut adalah perubahan komponen laporan

keuangan yang lengkap.

Tabel 2.1

Perubahan Komponen Laporan Keuangan

Menurut PSAK lama Menurut PSAK baru setelah konvergensi


1. Neraca 1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif
3. Laporan Perubahan Ekuitas 3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas 4. Laporan Arus kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan 5. Catatan atas Laporan Keuangan
6. Laporan Posisi Keuangan Awal
Periode

Berikut adalah gambaran umum mengenai keenam komponen laporan

keuangan setelah adanya konvergensi IFRS. Menurut PSAK No. 1 (2009),

menjelaskan komponen-komponen laporan keuangan adalah:


Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut
ini:

a. laporan posisi keuangan pada akhir periode


b. laporan laba rugi komprehensif selama periode
c. laporan perubahan ekuitas selama periode
d. laporan arus kas selama periode
e. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi
penting dan informasi penjelasan lainnya; dan
f. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif.

a. Laporan posisi keuangan pada periode akhir

Laporan posisi keuangan pada periode akhir merupakan laporan yang

menyediakan informasi mengenai nilai dan jenis investasi perusahaan,

kewajiban perusahaan kepada kreditur dan ekuitas pemilik. Posisi

keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang

dikendalikan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi

dengan perubahan lingkungan. Laporan posisi keuangan perusahaan

dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menghitung tingkat hasil

pengembalian, mengevaluasi struktur modal perusahaan dan

memperhitungkan likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan.

b. Laporan laba rugi komprehensif

Laporan laba rugi berfungsi untuk mengukur kinerja keuangan

perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas

operasi perusahaan yang menyediakan rincian pendapatan, beban,

untung dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu. Laporan laba

rugi dapat digunakan untuk mengetahui indikasi profitabilitas

perusahaan.

c. Laporan perubahan ekuitas selama periode


Laporan ini menyajikan perubahan-perubahan pada pos ekuitas.

Laporan ini bermanfaat untuk mengidentifikasi alasan perubahan

klaim pemegang ekuitas atas aktivitas perusahaan.

d. Laporan arus kas selama periode

Laporan ini menyajikan dan melaporkan arus kas masuk dan keluar

bagi aktivitas operasi, investasi dan pendanaan perusahaan secara

terpisah selama suatu periode tertentu.

e. Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan berisi ringkasan kebijakan akuntansi

penting dan informasi penjelasan lainnya. Dalam PSAK No.1 (2009)

dinyatakan bahwa:

Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa


yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan
komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan
keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang
disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai
pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan
keuangan.

f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif

Laporan posisi keuangan pada awal periode ini disajikan ketika

entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi retrospektif atau

membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika

entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.


2.2 Laba

2.2.1 Pengertian Laba

Laba dapat diartikan sebagai suatu peningkatan dalam ekuitas pemilik

yang dihasilkan dari operasi perusahaan yang menguntungkan, sedangkan

penurunan dalam ekuitas pemilik yang dihasilkan dari operasi perusahaan yang

tidak menguntungkan disebut rugi.

Menurut SAK (2004), pengertian laba adalah sebagai berikut:

Laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu
perusahaan selama satu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu
perusahaan, terutama tentang profitabilitas dibutuhkan untuk mengambil
keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu
perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali
digunakan untuk menghasilkan kas dan aktiva disamakan dengan kas di
masa yang akan datang. Informasi tentang kemungkinan perubahan kinerja
juga penting dalam hal ini.

Menurut Suwardjono (2005) menjelaskan pengertian laba adalah:

Laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan

barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas

biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan

barang/jasa).

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa laba adalah imbalan atas kegiatan

yang dilakukan perusahaan dari proses memproduksi sampai menjual barang dan

jasa setelah dikurangi segala biaya yang digunakan dalam kegiatan operasi dan

penyerahan barang/jasa.
2.2.2 Jenis-Jenis Laba

Dalam perhitungan laba rugi, laba terdiri dari berbagai jenis, diantaranya

yaitu:

1. Laba Kotor adalah selisih penjualan dengan harga pokok penjualan.

2. Laba Operasi adalah hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk ke dalam

rencana perusahaan, kecuali jika ada perubahan-perubahan besar dalam

ekonomi yang diharapkan dapat tercapai dalam tahun tersebut. Laba ini

menggambarkan kemampuan perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang

pantas sebagai balas jasa terhadap pemilik modal.

3. Laba Sebelum Pajak adalah laba operasi ditambah hasil-hasil dan dikurangi

biaya-biaya di luar operasi normal perusahaan. Bagi pihak-pihak tertentu

terutama dalam hal pajak, angka ini merupakan bagian terpenting karena

menyatakan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan.

4. Laba Sesudah Pajak atau Laba Bersih adalah laba sebelum pajak dikurangi

dengan pajak.

Hasil suatu perusahaan umumnya dirangkum dalam satu bagian utama,

yaitu laba bersih. Tetapi walaupun demikian, laba bersih ini belum dianggap

ringkas, oleh karena itu digunakan indikator lainnya yang lebih ringkas yaitu

earning per share.


2.2.3 Tujuan Pelaporan Laba

Salah satu tujuan utama pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan

informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan selama suatu periode tertentu.

Kinerja ini terutama dievaluasi berdasarkan laba perusahaan.

Perhitungan laba umumnya mempunyai dua tujuan, yaitu:

1. Tujuan Intern merupakan tujuan yang berhubungan dengan usaha pimpinan

untuk mengarahkan aktivitas perusahaan pada kegiatan yang menguntungkan.

Informasi mengenai laba dapat digunakan oleh pimpinan untuk mengevaluasi

aktivitas operasi perusahaan dalam periode yang lalu dan melakukan analisis

guna memperbaikinya agar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

meningkat.

2. Tujuan Ekstern ditujukan sebagai pertanggungjawaban manajemen kepada

para pemegang saham atau investor, kreditor, untuk keperluan pajak, dan

keperluan lainnya.

Informasi mengenai laba perusahaan dapat digunakan untuk berbagai

tujuan, yaitu:

Laba merupakan suatu indikator dari efisiensi penggunaan dana yang tertanam

dalam perusahaan.

Laba perusahaan merupakan suatu alat ukur prestasi atau kinerja manajemen

yang diserahi tanggung jawab untuk mengelola perusahaan.

Bagi karyawan, laba perusahaan merupakan dasar untuk mengajukan jumlah

pembayaran besarnya kompensasi dan pembagian bonus kepada perusahaan.


Laba perusahaan merupakan alat untuk mendorong motivasi manajemen

dalam pengendalian perusahaan. Karena umumnya laba merupakan tujuan

perusahaan, maka manajemen dituntut untuk selalu mengoptimalkan laba yang

diperoleh perusahaan.

Laba perusahaan dianggap sebagai pedoman untuk pembagian dividen dan

penyisihan laba untuk pengembangan perusahaan.

2.3 Teori Keagenan

Timbulnya praktek perataan laba dapat dijelaskan dengan teori agensi.

Konsep teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal (pemegang

saham) dan agen (manajer). Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan

tugas untuk kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan

keputusan dari prinsipal kepada agen (Anthony dan Govindarajan, 2005). Jika

agen tidak berbuat sesuai kepentingan prinsipal, maka akan terjadi konflik

keagenan (agency conflict), sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).

Konflik keagenan (agency conflict) yang ditimbulkan oleh tindakan

perataan laba dipicu dari adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan

antara pemegang saham (principal) dengan manajemen perusahaan (agent).

Misalnya, manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang

perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemegang saham sehingga

terjadi asimetri informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek

akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu.

Asimetri Informasi adalah masalah-masalah yang ditimbulkan oleh informasi


yang tidak lengkap, yaitu ketika tidak semua keadaan diketahui oleh kedua belah

pihak dan sebagai akibatnya, ketika konsekuensi-konsekuensi tertentu tidak

dipertimbangkan oleh masing-masing pihak yang bersangkutan (Hendriksen,

2005).

Eisenhardt (1989) dalam Pujiningsih (2011) menyatakan bahwa teori

agensi menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: (1) manusia pada

umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya

pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)

manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar

manusia tersebut manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak

berdasarkan sifat opportunistik, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya

(Scott, 2006).

Pada teori keagenan, antara agen dan prinsipal terdapat konflik

kepentingan. Masing-masing pihak yang terlibat dalam hubungan keagenan

tersebut berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka. Konflik tersebut antara

lain adalah:

1. Manajemen berkeinginan meningkatkan kesejahteraannya sedangkan

pemegang saham berkeinginan meningkatkan kekayaannya.

2. Manajemen berkeinginan memperoleh kredit sebesar mungkin dengan

harga rendah sedangkan kreditor hanya ingin memberi kredit sesuai

dengan kemampuan perusahaan.


3. Manajemen berkeinginan membayar pajak sekecil mungkin sedangkan

pemerintah ingin memungut pajak setinggi mungkin.

Konflik kepentingan di atas mendorong timbulnya biaya keagenan (agency

cost), yang berupa pengeluaran untuk mengawasi perilaku agen. Dengan adanya

pertentangan kepentingan antara pemilik dengan manajemen (agent), mendorong

manajemen untuk memanipulasi laba dengan memanfaatkan informasi yang

dimilikinya agar dapat meminimalkan keresahan pemilik.

Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri informasi terhadap

pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Asimetri informasi

terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan yang relatif lebih

banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak

eksternal tersebut. Dalam kondisi demikian, manajer dapat menggunakan

informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam

usaha memaksimalkan kemakmurannya.

2.4 Manajemen Laba

Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target

rekayasa melalui tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan

kepuasannya, tetapi dapat merugikan pemegang saham atau investor. Tindakan

oportunis tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu,

sehingga laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan

keinginannya. Perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai dengan


keinginannya tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba (earnings

management ). (Nuryaman, 2008).

2.4.1 Pengertian Manajemen Laba

Terdapat berbagai macam definisi manajemen laba, diantaranya

dikemukakan oleh:

Schipper (Gumanti, 2001)

Earnings Management is disclosure management in the sense of


purposeful intervention in external reporting process, with intent of
obtaining some private gain.

Pernyataan tersebut mendefinisikan manajemen laba sebagai upaya yang

dilakukan manajer untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi tertentu.

Dari definisi tersebut jelas bahwa manajemen laba merupakan intervensi langsung

manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan maksud untuk mendapatkan

keuntungan atau manfaat tertentu.

Merchant (Mahmudi, 2001)

Manajemen laba sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen


untuk mempengaruhi laba (income) yang dilaporkan yang dapat
memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis (economic
advantage) yang tidak sesungguhnya dialami perusahaan yang dalam
jangka panjang bahkan merugikan perusahaan.

Definisi yang yang dikemukakan Merchant cenderung mengarahkan

bahwa manajemen laba adalah tindakan yang bisa membahayakan keberadaan

organisasi di masa yang akan datang.


Dari berbagai pengertian para ahli diatas, motivasi dilakukannya

manajemen laba yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang dilandasi faktor-

faktor ekonomi tertentu. Dalam definisi ini manajemen laba dilihat kaitannya

dengan Initial Public Offering (IPO).

Pada banyak kasus, umumnya earnings management ini digunakan untuk

meningkatkan income pada periode sekarang. Tetapi tidak menutup kemungkinan

juga dapat digunakan untuk menurunkan income pada periode sekarang dan

meningkatkan income pada periode mendatang.

2.4.2 Klasifikasi Manajemen Laba

Manajemen laba dapat diklasifikasikan kedalam dua klasifikasi utama. Hal

ini seperti yang telah dikemukakan oleh Sastradipradja (2010:33-34), dalam

bukunya yang berjudul Buku Ajar Analisis dan penggunaan Laporan Keuangan:

1. Cosmetic Earnings Management

2. Real Earnings Management.

Klasifikasi manajemen laba tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Cosmetic Earnings Management

Terjadi jika manajer memanipulasi akrual yang tidak memiliki

konsekuensi terhadap cash flow. Teknik ini merupakan hasil dalam kebebasan

aplikasi akuntansi akrual yang mungkin terjadi. Standar akuntansi keuangan dan

mekanisme pengawasan mengurangi kebebasan ini tetapi tidak mungkin untuk

meniadakan pilihan karena kompleksitas dan keragaman aktivitas usaha.


Akuntansi akrual yang membutuhkan estimasi dan pertimbangan (judgement)

menyebabkan kebebasan manajer dalam menetapkan angka akuntansi. Meskipun

kebebasan ini memberikan kesempatan bagi manajer untuk menyajikan gambaran

aktivitas usaha perusahaan yang lebih informatif, kebebasan ini juga

memungkinkan mereka mempercantik laporan keuangan (Window-dress financial

statement).

2. Real Earnings Management

Terjadi jika manager melakukan aktivitas dengan konsekuensi cash flow

insentif untuk melakukan earnings management mempengaruhi keputusan

investing dan financing oleh manajer. Real earnings management lebih

bermasalah dibandingkan dengan cosmetic earnings management karena

mencerminkan keputusan usaha yang seringkali mengurangi kekayaan pemegang

saham.

Melihat klasifikasi yang telah dikemukakan oleh Usman Sastradipradja,

dalam kaitannya dengan initial public offering (IPO), maka manajer lebih

cenderung tergolong kepada klasifikasi manajemen laba yang kedua, yaitu real

eranings management, karena manajer melakukan hal ini untuk mempengaruhi

keputusan investing dan financing.

2.4.3 Motivasi Manajemen Laba

Menurut Scott (2006), motivasi manajemen melakukan tindakan

manajemen laba adalah sebagai berikut:

1. Rencana Bonus (Bonus Scheme)


Healy (1985) menunjukkan secara empiris bahwa sebelum melakukan

manajemen laba, manajer mempunyai informasi dari dalam perusahaan

atas laba bersih perusahaan. Penelitian ini juga menunjukkan

kecenderungan manajemen yang secara oportunistik mengelola laba

bersih untuk memaksimalkan bonus mereka berdasarkan program

kompensasi perusahaan. Healy (1985) berusaha untuk membuktikan dan

memprediksi metode akuntansi yang akan dipilih manajer. Penelitian ini

merupakan perluasan dari bonus plan hypothesis. Jika pada suatu tahun

tertentu laba bersih perusahaan rendah (di bawah bogey) maka tindakan

manajer adalah menurunkan pendapatan, sehingga laba perusahaan akan

menjadi lebih rendah (taking a bath) yang bermaksud untuk mencapai

bonus pada tahun berikutnya. Sedangkan jika pada satu tahun tertentu

laba bersih perusahaan tinggi (diatas cap) maka tindakan yang dilakukan

manajer adalah menurunkan pendapatan, sehingga laba perusahaan akan

menjadi lebih rendah. Tindakan ini dilakukan karena manajer tidak akan

mendapatkan bonus yang lebih tinggi dari target yang telah ditentukan.

2. Motivasi Lain

a. Untuk memenuhi ekspektasi laba investor

Ekspektasi laba investor dapat dibentuk dalam berbagai cara.

Misalnya, manajer didasarkan pada pendapatan periode yang sama

tahun lalu, atau pada perkiraan analis baru-baru ini. Perusahaan yang

melaporkan laba lebih besar dari yang diharapkan biasanya merasakan

kenaikan harga saham yang signifikan, karena investor merevisi


kenaikan probabilitas mereka dari kinerja masa depan yang membaik.

Akibatnya, manajer memiliki insentif yang kuat untuk memastikan

bahwa ekspektasi laba terpenuhi. Dapat disimpulkan bahwa

memenuhi ekspektasi laba investor adalah insentif manajemen laba

yang kuat.

b. Motivasi kontrak utang

Kontrak utang biasanya tergantung pada faktor akuntansi, yang timbul

dari masalah moral hazard antara manajer dan pemberi pinjaman.

Manajemen laba untuk tujuan perjanjian diperkirakan oleh the debt

covenant hypothesis dari teori akuntansi positif. Manajemen laba

dapat muncul sebagai penemuan untuk mengurangi kemungkinan

pelanggaran perjanjian kontrak utang. Dengan demikian terlihat

ketika masalah yang sangat mendalam, perilaku perusahaan

melampaui apa yang diperkirakan oleh the debt covenant hypothesis

dan, sebagai gantinya, manajemen laba menjadi bagian dari strategi

keseluruhan perusahaan untuk bertahan hidup. Laba insentif

manajemen juga berasal dari kontrak implisit, juga disebut kontrak

relasional.

c. Penawaran saham perdana

Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa manajer perusahaan

publik dapat mengelola laba yang dilaporkan dalam prospektus

mereka dengan harapan menerima harga yang lebih tinggi untuk

saham mereka. Karena perusahaan yang melakukan penawaran saham


perdana biasanya berkembang pesat, maka sangat sulit untuk

memperkirakan akrual diskresioner mereka, karena pertumbuhan itu

sendiri mendorong peningkatan akrual, seperti piutang, persediaan,

dan lain-lain.

Dalam motivasi manajemen laba yang dikemukakan oleh scott, jelas

bahwa penawaran saham perdana dapat menjadi alasan suatu perusahaan

melakukan manajemen laba, sehingga hal ini memicu penulis untuk mengadakan

penelitian manajemen laba lebih lanjut erat kaitannya dengan penawaran saham

perdana.

2.4.4 Pola Manajemen Laba

Menurut Scott (2004) terdapat beberapa pola manajemen laba, yaitu:

1. Taking Bath (Penurunan Laba Secara Besar-Besaran)

Pola ini terjadi selama ada tekanan dari organisasi pada saat pergantian

manajemen baru yaitu dengan mengakui kegagalan yang ada sebagai

kesalahan manajemen yang lama sehingga manajemen baru mempunyai

peluang yang lebih besar untuk memperoleh laba. Konsekuensinya

manajemen melakukan pembersihan diri dengan membebankan perkiraan

biaya di masa mendatang.

2. Income Minimization (Penurunan Laba)


Sama seperti taking bath tapi kurang ekstrim. Pola ini dilakukan saat

profitabilitas perusahaan tinggi agar tidak mendapat perhatian pihak-pihak lain

yang berkepentingan (aspek political cost).

3. Income Maximization (Penaikkan Laba)

Dimaksudkan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, dimana laba

yang dilaporkan masih berada di atas batas bawah dan, jika ada, dibawah batas

atas dari yang ditetapkan.

4. Income Smoothing (Perataan Laba)

Bentuk earnings management ini merupakan yang paling digemari oleh

manajer. Jika manajer termasuk tipe risk-averse, maka mereka lebih suka

mengurangi variabilitas bonus sehingga cenderung melakukan perataan laba.

Perusahaan juga mungkin melakukan perataan laba bersihnya untuk pelaporan

eksternal. Hal ini ditujukan untuk penyampaian informasi ke pasar dalam

meramalkan pertumbuhan laba jangka panjang perusahaan.

Kinerja keuangan emiten sering diukur dengan menggunakan informasi

keuangan yang dihasilkan selama suatu periode tertentu yang tercermin pada

laporan keuangannya. Informasi keuangan inilah yang sering digunakan investor

untuk menilai harga saham dan membantu didalam pengambilan keputusan

investasi. Sehingga sangat memungkinkan bagi manajemen untuk melakukan

manajemen laba guna meningkatkan laba perusahaan.


2.4.5 Pengukuran Manajemen Laba

Penelitian yang berkaitan dengan deteksi perilaku earnings management

selain bertujuan untuk memahami dorongan yang mendasari perilaku tersebut,

juga untuk memahami teknik yang dapat digunakan dalam mendeteksi perilaku

tersebut. Pada kenyatannya, perusahaan yang terdaftar di pasar modal tidak

seluruhnya terbebas dari earnings management, meskipun perusahaan tersebut

telah diaudit oleh auditor independen. Apalagi dengan kebebasan yang diberikan

Standar Akuntansi Keuangan, maka perusahaan dapat berdalih menggunakan

suatu fasilitas atas manipulasi yang dilakukan.

Penelitian yang berkaitan dengan metode deteksi earnings management

antara lain dilakukan oleh Dechow et al (1995) yang mengevaluasi berbagai

alternatif model untuk deteksi earnings management berdasarkan accruals.

Perbandingan dilakukan terhadap lima model, yaitu model Healy, model

DeAngelo, model Jones, model Modified Jones, dan model Industri. Pengujian

dilakukan untuk mengetahui kemampuan model dengan menerapkan pengujian

statistik.

Pendekatan total accruals yang digunakan dalam penelitian ini sejalan

dengan model awal yang dikembangkan oleh Healy dan DeAngelo, dan Friedlan

(dalam Hendra, Yie, 2005). Healy dan DeAngelo berpendapat bahwa total

accruals terdiri atas discretionary dan non-discretionary accruals, dimana total

accruals tidak mudah terobservasi. Pendekatan ini berasumsi bahwa komponen

non-discretionary accruals cenderung stabil sepanjang waktu, sehingga yang


layak untuk dipertimbangkan adalah komponen discretionary accruals. Karena

salah satu alasan utama perusahaan go public adalah pesatnya pertumbuhan, maka

perlu dilakukan penyesuaian terhadap pengukuran discretionary accruals.

Penyesuaian dilakukan untuk mengurangi kemungkinan bahwa pengukuran

discretionary accruals sepenuhnya dipengaruhi oleh pertumbuhan.

Secara matematis, total accruals untuk periode t dapat dinyatakan dengan

persamaan sebagai berikut:

TACT NI T CFOT

TACT = Total accruals pada periode T

NI T = Laba bersih operasi (operating income) periode T

CFOT =Aliran kas dari aktivitas operasi (cash flow from operating

activities) pada akhir tahun T.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model yang digunakan oleh

Friedlan (dalam Hendra, Yie, 2005) dengan melakukan penyesuaian terhadap

perhitungan total accruals yang memiliki asumsi bahwa terdapat proporsi yang

konstan antara total accruals dan penjualan pada periode yang berurutan. Oleh

sebab itu, jumlah total accruals yang melekat pada diskresi manajemen adalah

merupakan perbedaan antara total accruals pada periode yang diuji yang

distandarisasi dengan penjualan pada periode yang diuji dan total accruals pada

periode dasar yang distandarisasi dengan penjualan pada periode dasar.


Secara formal perhitungannya adalah sebagi berikut:

TAC PD
DAC TAC PT
PT
Sales PT Sales PD

DAC PT = discretionary accruals pada periode tes

TAC PT = total accruals pada periode tes

Sales PT = penjualan pada periode tes

TAC PD = total accruals pada periode dasar

Sales PD = penjualan pada periode dasar

Indikasi bahwa telah terjadi earnings management ditunjukkan oleh

koefisien DAC yang positif, sebaliknya bila koefisien DAC negatif berarti tidak

ada indikasi bahwa manajemen telah melakukan upaya menaikkan keuntungan

melalui income-increasing discretionary accruals.

2.5 Pasar Perdana

2.5.1 Pengertian Pasar Perdana

Scott (1999) mendefinisikan pasar perdana sebagai berikut:

transacion in securities offered for the first time to potential investor.

Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan menjual sekuritasnya kepada

investor untuk pertama kalinya. Dalam menjual sekuritasnya, umumnya

perusahaan menggunakan jasa profesional dan lembaga pendukung pasar modal,


untuk membantu menyiapkan berbagai dokumen serta persyaratan yang

diperlukan untuk go public. Penjamin emisi (underwriter) yang ditunjuk oleh

perusahaan akan membantu dalam penentuan harga perdana saham serta

membantu memasarkan sekuritas tersebut kepada calon investor.

2.6 Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO)

Proses penawaran sebagian saham perusahaan kepada masyarakat untuk

pertama kali melalui bursa efek disebut dengan Initial Public Offering (IPO) atau

penawaran perdana.

2.6.1 Pengertian Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO)

Pengertian Intial Public Offering (IPO) merupakan penawaran saham

pertama kali yang dilakukan oleh perusahaan yang go public. Langkah pertama

yang dilakukan sebelum go public adalah perusahaan mencari pihak yang akan

memberikan pelayanan dalam penjualan sahamnya (underwriter). Underwriter

berusaha untuk menjual saham perusahaan yang ditawarkan perdana pada saat

harga yang terbaik (Dalton. 1993 dalam Didi Suprianto, 2008).

Penawaran umum atau sering pula disebut go public adalah kegiatan

penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan emiten (perusahan yang akan

go public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata

cara yang diatur oleh UU pasar modal dan peraturan pelaksanannya (Ridwan, dkk,

2010).
Menurut uraian diatas, initial public offering adalah penawaran saham

pertama kali oleh perusahaan yang ingin agar perushaan nya go public, yang

tadinya berbentuk perseroan terbatas (PT). Underwriter berusaha untuk menjual

saham prusahaan yang ditawarkan perdana pada saat harga yang paling baik,

sehingga hal tersebut menjadi salah satu pemicu pihak manajemen untuk

melakukan manajemen laba guna meningkatkan laba sehingga saham yang

ditawarkan memiliki harga yang tinggi.

Perusahaan-perusahaan yang belum go public, awalnya saham-sahamnya

dimiliki oleh para manajer, pegawai kunci dan sejumlah kecil investor. Dalam

usaha mendapat modal, perusahaan menjual sahamnya kepada publik. Pada saat

perusahaan melakukan initial public offering, tidak ada harga pasar saham sampai

dimulainya penjualan di pasar sekunder. Pada saat tersebut umumnya investor

memiliki informasi terbatas seperti yang diungkapkan dalam prospektus.

Menurut Tjiptono (2006), Penawaran umum mencakup kegiatan-kegiatan

sebagai berikut :

1. Periode pasar perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh

penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk.

2. Penjatahan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai

dengan jumlah efek yang tersedia.

3. Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan di

bursa.

Dana yang diperoleh dari go public antara lain digunakan untuk :


1. Ekspansi atau perluasan

2. Memperbaiki struktur permodalan

3. Meningkatkan investasi di anak perusahaan

4. Melunasi sebagian utang

5. Menambah modal kerja

Di negara-negara maju, salah satu indikator keberhasilan perusahaan

apabila suatu perusahaan dicatat dan diperdagangkan di pasar modal. Menurut

Sunariyah ada beberapa alasan mengapa perusahaan ingin go public dan menjual

sahamnya kepada masyarakat, yaitu antara lain:

1. Meningkatkan modal dasar perusahaan

2. Memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha

3. Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain (ekspansi)

4. Nilai perusahaan

Dari segi perusahaan, dana yang masuk dari masyarakat ke perusahaan

akan memperkuat posisi permodalan, khususnya utang berbanding modal. Dana

dapat digunakan untuk ekspansi diversifikasi produk, atau mengurangi utang.

Jadi, dengan menjual saham baru kepada masyarakat akan meningkatkan

kemampuan perusahaan.

Pemegang saham yang sudah lama menanam modal dalam perusahaan,

dengan menjual sahamnya kepada masyarakat akan memberikan indikasi

beberapa harga saham perusahaan menurut pandangan masyarakat. Hal ini dapat

memberi kesempatan bagi penanam modal lama untuk mentunaikan seluruh atau
sebagian saham miliknya dengan laba. Pemegang saham lama dapat mengadakan

diversifikasi penanaman dananya. Karena dengan melakukan penanaman modal

pada suatu perusahaan akan menimbulkan risiko yang cukup tinggi.

Para pemegang saham mempunyai kesempatan untuk mencari dana dari

lembaga-lembaga keuangan tanpa melepaskan sahamnya. Apabila saham yang

dimiliki likuid, maka dapat acceptable sebagai agunan dan bisa dijadikan

pembayaran untuk mengambil alih perusahaan lain. Lalu terjadi apa yang disebut

share swap, yaitu membeli perusahaan lain tanpa mengeluarkan uang kontan,

tetapi membayar dengan saham yang listed di bursa.

Go public memungkinkan masyarakat maupun manajemen mengetahui

nilai perusahaan, yaitu dicerminkan pada kekuatan tawar menawar saham.

Apabila perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan yang mempunyai prospek

pada masa yang akan datang, nilai saham menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila

perusahaan dinilai kurang mempunyai prospek maka harga saham menjadi

rendah.

Suad Husnan (2001), menyatakan bahwa terdapat dua alasan mengapa

perusahaan melakukan go public, yakni :

1. Untuk perluasan usaha dan perusahaan tidak ingin menambah utang baru.

2. Untuk mengganti sebagian utang dengan ekuitas yang diperoleh dari

penawaran perdana.

Menurut Tjiptono (2006), sebuah perusahaan (emiten) yang akan go public

harus memenuhi ketentuan-ketentuan BAPEPAM tentang :


1. Tata cara pendaftaran dalam rangka penawaran umum.

2. Pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaran dalam rangka

penawaran umum.

3. Pedoman mengenai bentuk, isi dan prospektus ringkas dalam rangka

penawaran umum.

4. Pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan dalam rangka penawaran

umum.

Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan publik pada dasarnya

harus siap dengan berbagai konsekuensi dan permasalahannya, yaitu memenuhi

ketentuan yang berlaku dalam perundang-undangan beserta aturan pelaksanaan

yang mengikutinya. Sebagai perusahaan publik para pemilik lama ataupun para

pendiri harus menerima keterlibatan pihak-pihak lain, bahkan para pesaing

sekalipun. Menurut Sunariyah (2003), perusahaan publik harus memenuhi

beberapa kesanggupan, yaitu antara lain :

1. Keharusan untuk melakukan keterbukaan (full disclosure)

2. Keharusan untuk mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai

kewajiban pelaporan

3. Gaya manajemen perusahaan berubah dari informal menjadi formal

4. Kewajiban membayar deviden bila perusahaan mendapatkan laba

5. Senantiasa berusaha meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan


2.6.2 Prospektus

Ketika perusahaan yang memutuskan akan melakukan IPO (initial public

offering) tidak terlalu dikenal oleh investor, mereka harus menyediakan informasi

yang detail mengenai kondisi operasi dan finansial mereka. Prospektus

mengandung laporan keuangan yang detail dan penjelasan mengenai risiko yang

terkandung di dalamnya. Prospektus disediakan untuk investor potensial yang

berkeinginan untuk berinvestasi pada IPO (initial public offering). Setelah

perushaan memperoleh izin dari Bapepam, maka perusahaan akan mengumumkan

prospektusnya.

Prospektus adalah suatu dokumen yang berisikan keterangan yang

dianggap penting dari suatu penawaran efek yang pasti akan terjadi. (M.

Fakhruddin, 2001). Dokumen tersebut digunakan oleh emiten dan para penjamin

emisi untuk menarik minat pemodal terhadap penawaran efek.

Menurut Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.C.2 tentang Pedoman

Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum adalah

dokumen yang harus mencakup semua rincian dan fakta material mengenai

penawaran umum dari emiten yang dapat mempengaruhi keputusan pemodal.

Prospektus harus dibuat sedemikian rupa sehingga jelas dan komunikatif.

Fakta-fakta dan pertimbangan-pertimbangan yang paling penting harus dibuat

ringkasannya dan diungkapkan pada bagian awal prospektus. Emiten juga harus

menjaga agar penyampaian informasi penting tidak dikaburkan dengan informasi


yang kurang penting yang mengakibatkan informasi penting tersebut terlepas dari

perhatian pembaca.

Di bagian muka dari prospektus tersebut dicantumkan pula informasi

tentang tanggal efektif, masa penawaran, tanggal pengembalian uang pemesanan,

tanggal penyerahan surat efek, tanggal penjatahan, dan tanggal pencatatan.

Beberapa informasi lain yang juga harus ada dalam prospektus antara lain jumlah

saham yang ditawarkan, nilai nominal, harga penawaran, dan efek lain yang

menyertai saham (jika ada).

Selain itu, dalam prospektus juga memuat hak-hak pemegang saham

berkenaan dengan dividen, hak memesan efek terlebih dahulu untuk membeli

tambahan saham, struktur modal sebelum dan sesudah penawaran umum,

penggunaan dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum, pernyataan utang,

analisis dan pembahasan oleh manajemen, risiko usaha, kejadian penting setelah

tanggal laporan akuntan, kegiatan dan prospek usaha emiten, ikhtisar data

keuangan penting, kebijakan dividen, perpajakan, penjamin emisi efek, lembaga

dan profesi penunjang, pendapat hukum, laporan keuangan, laporan penilai,

persyaratan pemesanan pembelian efek, dan penyebarluasan prospektus.

Informasi yang diungkapkan dalam prospektus akan membantu investor

untuk membuat keputusan yang rasional mengenai risiko dan nilai saham yang

sesungguhnya ditawarkan emiten.


2.6.3 Manfaat Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO)

Darmodji dan Fakhrudin (2006 dalam Titi Khairunisa, 2008) keuntungan

yang diperoleh perusahaan dengan melakukan penawaran umum saham adalah:

1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus (tidak

dengan termin-termin).

2. Biaya go public relatif murah.

3. Proses relatif.

4. Pembagian dividen berdasarkan keuntungan.

5. Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen.

6. Perusahaan biasanya dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu

perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme.

7. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki

saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial.

8. Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public merupakan media

promosi secara gratis).

9. Memberikan kesempatan bagi koperasi dan karyawan perusahaan untuk

membeli saham.

Dengan go public, maka perusahaan dapat menghimpun dana dari

masyarakat yang relatif besar. Dana yang diperoleh tersebut diharapkan dapat

digunakan untuk keperluan pendanaan, membiayai kegiatan operasi perusahaan,

ekspansi serta memperbaiki struktur modal perusahaan.


2.6.4 Persiapan untuk Melakukan Penawaran Umum atau Initial Public

Offering (IPO)

Menurut Jogiyanto (2008), dalam rangka penawaran umum, emiten harus

mempersiapkan hal-hal sebagai berikut ini :

1. Manajemen harus memutuskan suatu rencana untuk memperoleh dana melalui

publik dan rencana ini harus diajukan di rapat umum pemegang saham dan

harus disetujui.

2. Perusahaan bersangkutan harus menugaskan pakar-pakar pasar modal dan

institusi-institusi pendukung untuk membantu di dalam penyediaan dokumen-

dokumen yang dibutuhkan yaitu sebagai berikut ini.

a. Underwriter (penjamin emisi) yang akan mempersiapkan segala

sesuatunya berkaitan dengan proses penempatan saham di pasar primer.

b. Profesi-profesi yang terdiri dari :


Kantor akuntan publik yang independen untuk mengaudit laporan

keuangan selama dua tahun terakhir dengan pendapat unqualified

opinion;

Notaris publik yang akan mempersiapkan dokumen persetujuan dari

pemegang saham, persetujuan-persetujuan lainnya yang berkaitan

dengan going public dan hasil dari rapat-rapat yang dilakukan;

Konsultan hukum untuk menyediakan opini-opini yang berhubungan

dengan hukum;

Perusahaan penilai (appraisal company) yang akan menilai kembali

(jika diperlukan) aktiva-aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.


c. Institusi-institusi pendukung :
Trustee untuk mewakili kepentingan dari pemegang obligasi ( untuk

perusahaan yang akan menjual obligasinya);

Penjamin (guarantor);

Biro Administrasi Sekuritas;

Kustodian.

3. Mempersiapkan semua dokumen yang diperlukan untuk penawaran umum ke

publik.

4. Mempersiapkan kontrak awal dengan bursa.

5. Mengumumkan ke publik.

6. Menandatangani perjanjian-perjanjian yang berhubungan dengan going public.

7. Untuk yang akan menjual obligasi, perusahaan harus mendaftarkannya ke

agen peringkat untuk mendapatkan peringkat untuk obligasi yang akan

ditawarkan. Agen peringkat yang ditunjuk adalah PT Pemeringkat Efek

Indonesia (PEFINDO) yang didirikan pada tanggal 221 Desember 1993.

8. Mengirimkan pernyataan registrasi dan dokumen-dokumen pendukung

lainnya ke BAPEPAM-LK.

2.6.5 Keuntungan dan Kerugian Penawaran Umum atau Initial Public

Offering (IPO)

Perusahaan-perusahaan yang hendak melakukan penawaran umum perlu

mempertimbangkan beberapa faktor untung dan rugi dari penawaran umum.


Menurut Jogiyanto (2008), keuntungan dari penawaran umum, diantaranya adalah

sebagai berikut :

1. Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang, untuk perusahaan yang

tertutup calon investor biasanya enggan untuk menanamkan modalnya

disebabkan kurangnya keterbukaan informasi keuangan antara pemilik dan

investor. Sedang untuk perusahaan yang sudah going public, informasi

keuangan harus dilaporkan ke publik secara reguler yang kelayakannya sudah

diperiksa oleh akuntan publik.

2. Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham, untuk perusahaan yang masih

tertutup yang belum mempunyai pasar untuk sahamnya, pemegang saham

akan lebih sulit untuk menjual sahamnya dibandingkan jika perusahaan sudah

going public.

3. Nilai pasar perusahaan diketahui, untuk alasan-alasan tertentu nilai pasar

perusahaan perlu untuk diketahui.

Disamping keuntungan dari penawaran umum, Jogiyanto (2008), juga

menjelaskan beberapa kerugiannya yaitu sebagai berikut ini :

1. Biaya laporan yang meningkat, untuk perusahaan yang sudah going public

setiap kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan-laporan kepada

regulator. Laporan-laporan ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang

ukurannya kecil.

2. Pengungkapan (disclosure), beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya

keberatan dengan ide pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua

informasi yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing, sedang pemilik
enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya karena

publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dipunyai.

3. Ketakutan untuk diambil-alih, manajer perusahaan yang hanya mempunyai

hak veto kecil akan khawatir jika perusahaan going public. Manajer

perusahaan publik dengan hak veto yang rendah umumnya diganti dengan

manajer yang baru jika perusahaan diambil alih.

Initial public offering ini memang menarik untuk dibahas, karena

semuanya tergantung pada pemikiran manajemen perusahaan masing-masing, dan

tergantung kebutuhan perusahaan tersebut apkah memang perlu melakukan IPO

atau tidak.

Agar perusahaan yang akan melakukan go public dapat menghasilkan

keuntungan yang maksimal, selain dampak asimteri informasi, adapun beberapa

hal yang harus dipertimbangkan antara lain:

1. Masalah penetapan harga saham

Pada perusahaan publik penentuan harga penawaran untuk harga saham

baru yang akan dijual lebih mudah karena terdapat harga pasar yang dapat

dijadikan patokan, akan tetapi jika dibandingkan dengan penentuan harga

saham pada perusahaan nonpublik, penentuan harga saham tidak bisa

dilakukan dengan mudah karena tidak memiliki patokan dari harga pasar.

Dalam konisi seperti ini, maka calon emiten harus melakukan perkiraan harga

keseimbangan (equilibrium price) yang akan terjadi di pasar setelah

perdagangan saham di pasar sekunder. Jika terjadi harga penawaran saham

lebih rendah, calon emiten harus lebih banyak menjual saham untuk
mendapatkan dana dalam jumlah harga saham yang lebih kecil, tetapi jika

harga penawaran lebih tinggi, maka harga saham selanjutnya di pasar

sekunder akan turun, sehingga investor dapat dirugikan, dan hal tersebut dapat

mengakibatkan penurunan kredibilitas perusahaan di mata masyarakat. Selain

harga penawaran perdana adalah price earning ratio (PER) dari perusahaan

saingan, sehingga harga saham yang ditawarkan akan lebih menarik di mata

para investor.

2. Masalah penentuan waktu pelaksanaan

Penentuan waktu dalam melakukan go public, akan menentukan tanggapan

pasar terhadap harga saham yang ditawarkan. Jika go public dilaksanakan pada

saat pasar sedang mengalami kondisi bullish (ditunjukkan dengan aktifnya

perdagangan dan harga-harga yang cenderung naik), umumnya akan

meningkatkan minat investor untuk membeli saham yang ditawarkan. Akan

tetapi sebaliknya jika penawaran dilakukan pada saat pasar sedang dalam

kondisi bearish dimana harga-harga sedang dalam kondisi turun, maka para

investor juga akan kurang menanggapi penawaran saham tersebut.

3. Penentuan pihak yang akan menjamin emisi (underwriter)

Underwriter merupakan pihak yang secara langsung melakukan penjualan

saham kepada masyarakat. Penjamin emisi yang dipilih adalah penjamin

yang memiliki pengalaman dan memiliki kredibilitas yang baik. Setelah

dilakukannya pemilihan penjamin emisi, kemudian dilakukan syarat

penjaminan yaitu:
1. Full commitment, yaitu penjamin emisi menjamin bahwa seluruh saham yang

ditawarkan akan terjual pada tingkat harga tertentu, jika saham tidak terjual

maka penjamin emisi harus membeli saham tersebut.

2. Best effort, yaitu penjamin emisi hanya menjanjikan untuk berusaha sebaik-

baiknya agar saham yang ditawarkan laku terjual, sehingga disini perusahaan

harus menanggung risiko bila saham tidak terjual.

Pasar perdana merupakan pasar dimana terjadi pembelian saham dari

perusahaan (emiten) oleh investor untuk pertama kalinya. Menurut UU RI NO.8

tahun 1995, pengertian dari penawaran umum adalah kegiatan penawaran yang

dilakukan emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara

yang telah diatur dalam undang-undang tersebut dan peraturan pelaksanaannya.

2.6.6 Proses Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO)

Dalam melakukan penawaran umum, perusahaan harus melalui beberapa

tahapan. Seperti yang dijelaskan Tjiptono (2006), tahapan-tahapan yang dilalui

sebuah perusahaan yang akan melakukan penawaran antara lain :

1. Sebelum emisi, yaitu berisi persiapan-persiapan yang dilakukan untuk

memenuhi persyaratan-persyaratan penawaran umum.

2. Tahapan emisi, yaitu masa dimana dilakukan penawaran umum hingga saham-

saham yang telah ditawarkan dicatat di Bursa Efek.

3. Tahapan sesudah emisi, yaitu berupa tahapan pelaporan sebagai konsekuensi

atas penawaran umum tersebut.


Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat secara rinci pada gambar 2.1

berikut :

Gambar 2.1
Skema Proses Penawaran Umum 1

Sebelum Emisi Emisi Sesudah

Emisi
Internal BAPEPAM Pasar Pasar Pelaporan
Perusahaan Perdana Sekunder

1. Rencana go 1. Pernyataan 1.Penawaran 1. Emiten 1. Lapora


public Pendaftaran oleh mencatat n
2. RUPS 2. Expose Sindikasi kan Berkala
3. Penunjukan : Terbatas di Penjamin sahamny ,
Underwriter BAPEPAM Emisi dan a di misalny
(jika ada) 3. Tanggapan atas Agen Bursa a
Profesi : Penjual Efek laporan
Penunjang Kelengkapan 2.Penjatahan 2. Perdagan tahunan
Lembaga dokumen kepada gan efek dan
Penunjang Kecukupan investor di Bursa laporan
4. Mempersiapka dan kejelasan oleh Efek tengah
n dokumen- informasi sindikasi tahunan
dokumen Keterbukaan Penjamin 2. Lapora
5. Konfirmasi (aspek Emisi dan n
sebagai Agen hukum, emiten Kejadia
Penjual oleh akuntansi, 3.Pengembalia n
Penjamin keuangan, n dana Penting
Emisi dan (refund) dan
6. Kontrak manajemen) 4.Distribusi Releva
Pendahuluan 4. Komentar efek kepada n,
dengan Bursa tertulis dalam investor misalny
Efek waktu 30 hari secara a
7. Public Expose 5. Pernyataan elektronik akuisisi
8. Penanda- Pendaftaran ,
tanganan dinyatakan pergant
Perjanjian efektif ian
direksi,
dan
lain-
lain
2.7 Manajemen Laba dalam IPO

Salah satu motivasi untuk melakukan earnings management adalah ketika

suatu perusahaan melaksanakan IPO (initial public offering). IPO (initial public

offering) atau penawaran saham perdana merupakan saat yang terpenting yang

dilakukan suatu perusahaan privat untuk memperoleh dana tambahan yang

digunakan untuk pembiayaan dan ekspansi perusahaan.

Perusahaan terdorong melakukan earnings management diantaranya

karena perusahaan berusaha untuk meningkatkan penjualan saham, menurunkan

tingkat pajak, mendongkrak penjualan saham, mendapatkan bonus, memindahkan

besarnya denda dan menghindari sanksi Bank Indonesia (Surifah, 2001).

Asimetri informasi antara pihak manajemen dan investor potensial sangat

tinggi ketika perusahaan belum melakukan IPO. Hal ini disebabkan karena

informasi perusahaan yang belum go public relatif sulit diperoleh investor.

Ketika perusahaan melakukan IPO, investor potensial hanya mengandalkan

informasi dari prospektus. Menurut Rao (1993) dalam Teoh et al. (1998a) tidak

terdapat media lain yang menyediakan informasi perusahaan yang sedang

melakukan IPO, kecuali prospektus yang disyaratkan Pengawas Pasar Modal.

Kelangkaan informasi perusahaan sebelum IPO, memaksa investor potensial

hanya mengandalkan prospektus sebagai sumber informasi mengenai perusahaan.

Padahal prospektus hanya menyediakan laporan keuangan selama tiga tahun

sebelum IPO dan informasi non keuangan (Teoh et al. 1998a). Kondisi ini

memberikan kesempatan bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba


supaya meningkatkan kemakmurannya, yaitu mengharapkan harga saham akan

tinggi pada saat IPO.

Beberapa penelitian sebelumnya telah melakukan studi manajemen laba

sebelum IPO. Friedlan (1994) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan

di Amerika Serikat menaikkan laba akuntansi periode satu tahun sebelum IPO.

Jain dan Kini (1994) menyatakan bahwa terdapat penurunan kinerja operasional

perusahaan setelah IPO. Penurunan tersebut menunjukkan indikasi telah terjadi

manajemen laba menjelang IPO. Hal ini dilakukan dengan cara menggeser

pendapatan periode yang akan datang ke periode sekarang atau menggeser biaya

periode sekarang ke periode yang akan datang, sehingga laba periode sekarang

dilaporkan tinggi. Teoh et al. (1998a) menemukan ada perusahaan yang

berperilaku agresif (menaikkan laba) dan ada yang berperilaku konservatif ketika

menyusun laporan keuangan satu periode sebelum IPO.

Penelitian yang dilakukan Imam Sutanto (2000), Gumanti (2001), Syaiful

(2002), dan Raharjono (2005) membuktikan manajemen laba menjelang IPO juga

terjadi di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Gumanti (2001) dan Syaiful (2002)

menyimpulkan bahwa manajemen melakukan manajemen laba periode dua tahun

menjelang IPO dan tidak terdapat indikasi manajemen laba periode satu tahun

menjelang IPO. Sedangkan Raharjono (2005) menemukan bahwa manajemen laba

terjadi pada periode satu tahun menjelang IPO.

Meskipun asimetri informasi antara manajemen dan investor tidak lagi

tinggi setelah IPO, namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa manajemen

laba juga dilakukan setelah IPO . Friedlan (1994) menemukan bukti bahwa
perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat menaikkan laba akuntansi periode

satu tahun setelah IPO.

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

IPO

Manajemen Laba

Sebelum Saat Sesudah

Uji Beda

Berdasarkan kerangka pemikiran dan paparan diatas, maka peneliti

mencoba merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Terdapat perbedaan penerapan manajemen laba pada periode sebelum

dan saat penawaran saham perdana.

H2: Terdapat perbedaan penerapan manajemen laba pada periode sesudah

dan saat penawaran saham perdana.

Anda mungkin juga menyukai