Anda di halaman 1dari 22

Nama : Diah Istiyani

NIM : 18804241048
Prodi : Pendidikan Ekonomi A14

Laporan Keuangan
I. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi serta media penting yang
digunakan oleh para pengelola perusahaan dalam proses pengambilan keputusan tersebut.
Laporan keuangan perusahaan lazim diterbitkan secara periodik, bisa tahunan, semesteran,
triwulan, bulanan bahkan bisa harian. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir 1995:2). Menurut pendapat para ahli
lainnya diantaranya:

Menurut Hanafi (2003:69), laporan keuangan adalah informasi yang dapat dipakai untuk
pengambilan keputusan, mulai dari investor atau calon investor sampai dengan manajemen
perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai
profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-
pihak yang berkepentingan.

Menurut Munawir (1995: 5), laporan keuangan adalah laporan yang terdiri dari neraca dan
perhitungan laba-rugi serta laporan keuangan dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal
tertentu, sedangkan pehitungan laporan laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama tertentu, dan laporan perubahan
modal menunjukan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyeb abkan
perubahan modal perusahaan.

Ridwan dan Inge (2003:68) mendefinisikan bahwa laporan keuangan adalah suatu laporan
yang mengambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi
antar data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data-data atau aktivitas tersebut.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah:
1. Hasil dari proses akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk membuat keputusan-
keputusan ekonomi bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.
2. Potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan kinerja keuangan maupun kinerja
manajemen perusahaan, apakah dalam kondisi yang baik atau tidak.
3. Ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama periode yang
bersangkutan.
II. Tujuan Laporan Keuangan
Adapun tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan
pada saat ini.
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki
perusahaan pada saat ini.
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu
periode tertentu.
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva,
pasiva, dan modal perusahaan.
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.
7. Memberikan informasi tentang catatancatatan atas laporan keuangan.
8. Informasi keuangan lainnya (Silvi dan Siti, 2012:2)

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002:4), tujuan


laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi


keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama
sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua
informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi
karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan
tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan
ekonomi keputusan ini mungkin mencakup misalnya, keputusan untuk menahan atau
menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali
atau mengganti manajemen.

III. Fungsi Laporan Keuangan


Laporan keuangan penting untuk mengetahui secara pasti kondisi finansial suatu
organisasi atau perusahaan. Beberapa fungsi laporan keuangan antara lain:
 Menunjukkan Kredibilitas Perusahaan, Kredibilitas perusahaan dapat dibuktikan melalui
laporan keuangannya. Laporan keuangan yang lengkap, transparan, dan jelas
menunjukkan bahwa operasional perusahaan berjalan dengan lancar. Ini dapat membantu
meningkatkan kepercayaan investor dan klien terhadap perusahaan Anda.
 Meningkatkan Proses Pengambilan Keputusan. Analisis keuangan yang tepat membantu
Anda mengambil keputusan yang tepat bagi bisnis Anda. Di mana Anda harus
berinvestasi, bagaimana Anda harus memanfaatkan modal usaha Anda, biaya apa saja
yang perlu dikurangi, semuanya dapat Anda tentukan berdasarkan laporan keuangan
Anda.

 Memperlihatkan Kesehatan Perusahaan. Sehat atau tidaknya suatu perusahaan dapat


dinilai dari laporan keuangannya. Anda perlu memperhatikan perputaran uang perusahaan
Anda. Jika pengeluarannya selalu lebih besar daripada pendapatannya, maka dapat
disimpulkan bahwa perusahaan Anda tidak sehat.

IV. Manfaat Laporan Keuangan

Pemakai laporan keuangan menjadi sasaran manfaat laporan keuangan yang meliputi
investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberian pinjaman, pemasok dan
kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga - lembaganya, dan masyarakat.
Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda.
Beberapa manfaat laporan keuangan bagi pihak-pihak tersebut diuraikan berikut ini.

1.Investor
Penanaman modal resiko dan penagihan mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat
serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan
informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual
investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

2.Karyawan
Karyawan dan kelompok - kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi
mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka menilai kemampuan perusahaan dalam memeberi jasa, manfaat
pensiun, dan kesempatan kerja.

3.Pemberi Pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah pinjaman tersebut serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

4.Pemasok dan kreditor usaha lainnya


Manfaat laporan keuangan bagi pemasok dan kreditor usaha lainnya yang tertarik dengan
informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan
dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam
tenggang waktu yang lebih pendek dari pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan
utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
5.Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan,
terutama kalo mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung
perusahaan
6.Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di kekuasaan berkepentingan dengan alokasi
sumber daya dan kerena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga
membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak
dan sebagai dasar menyusun statistik pendaptan nasional dan pendapatan lainya.

7.Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan
dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang
yang dipekerjakan danperlindungan terhadap penanaman modal domestic. Manfaat laporan
keuangan dalam hal ini dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecendrungan dan perkembangan terakhir kemakmuran serta rangkaian aktivitas.

V. Jenis Laporan Keuangan


Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia, laporan
keuangan lengkap terdiri dari 5 jenis laporan, yaitu laporan laba rugi, laporan perubahan
modal, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. 
1. Laporan Laba / Rugi (Income Statement)
Laporan laba-rugi atau income statement atau profit and loss statement merupakan
laporan keuangan yang berfungsi untuk menilai kinerja keuangan apakah perusahaan
mengalami keuntungan atau kerugian pada satu periode akuntansi. Selain untuk mengetahui
keuntungan atau kerugian, laporan laba rugi juga dibuat untuk memberikan informasi tentang
pajak perusahaan, bahan evaluasi manajemen dan membantu dalam pengambilan keputusan.
Dalam format laporan keuangan laba rugi, terdapat beberapa hal atau aspek yang ada
didalamnya, diantaranya: pendapatan, beban, harga pokok produksi, beban pajak, laba atau
rugi perusahaan.
Format Laporan Keuangan Laba Rugi :
 Single Step
Bentuk laporan laba rugi single step lebih sederhana. Pada format ini semua
pendapatan dan keuntungan yang didapat ditempatkan di bagian awal laporan laba rugi.
Kemudian dikurangi dengan seluruh beban atau biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Selisih antara total pendapatan dan total beban inilah yang menunjukan laba-rugi perusahaan
pada periode tersebut. Bentuk atau format laporan keuangan laba rugi single step seperti
berikut:
 Multiple Step
Berbeda dengan single step, format laporan keuangan laba rugi multiple step lebih
kompleks. Untuk membuat laporan laba rugi multiple step, pertama Anda harus memisahkan
transaksi operasional dan non-operasional. Kedua, Anda harus membandingkan biaya dan
beban dengan pendapatan yang berkaitan. Setelah itu Anda baru dapat menghitung laba
operasionalnya. Laba operasional akan menunjukan perbedaan antara aktivitas biasa dan
aktivitas insidentil atau ekstra ordinari. Adapun format laporan keuangan laba rugi multiple
step sebagai berikut:
2. Laporan Perubahan Modal (Capital Statement)
Laporan perubahan modal adalah laporan yang menggambarkan perubahan baik
berupa peningkatan atau penurunan aktiva bersih selama satu periode. Pada saat awal
pendirian perusahaan, Anda sebagai pemilik perusahaan pasti menyetorkan modalnya.
Selama beroperasi tentu saja modal awal akan berubah sesuai dengan kinerjanya. Misalnya,
jika pada periode berjalan perusahaan mengalami kerugian maka modal akan berkurang.
Sebaliknya jika perusahaan mengalami keuntungan, modal akan bertambah.
Dalam laporan perubahan modal, Anda juga dapat melihat penyebab dari adanya
perubahan modal tidak hanya perubahan nya saja. Beberapa data yang diperlukan untuk
membuat laporan ini adalah modal awal, prive atau pengambilan dana pada periode tersebut,
dan total laba atau rugi bersih yang diperoleh. Karena untuk membuat laporan ini dibutuhkan
laba-rugi maka laporan ini dibuat setelah laporan laba rugi selesai. Untuk contoh format
laporan keuangan perubahan modal, ada di bawah  ini:
3. Laporan Neraca (Balance Sheet)
Seperti namanya neraca atau balance sheet  merupakan laporan keuangan yang
menunjukan posisi dan informasi keuangan sebuah perusahaan. Dalam laporan neraca, Anda
akan melihat informasi tentang aset, kewajiban dan modal perusahaan secara lengkap dan
rinci. Dengan kata lain, elemen dalam laporan neraca ya hanya tiga akun tersebut. Untuk
membuat neraca, Anda dapat menggunakan pedoman persamaan akuntansi yaitu:

Aset = Kewajiban + Modal

Aset untuk sisi aktiva sementara kewajiban dan modal untuk sisi pasiva. Ingat, antara sisi
aktiva dan pasiva harus seimbang. Contoh format laporan keuangan neraca seperti berikut ini:
4. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)
Jenis laporan keuangan yang ke empat yakni laporan arus kas atau cash flow
statement.  Laporan arus kas memberikan informasi tentang aliran kas perusahaan yang
masuk dan keluar. Selain itu, laporan arus kas juga berfungsi  sebagai indikator untuk
memprediksi arus kas di periode yang akan datang. Laporan arus kas merupakan bentuk
pertanggungjawaban arus kas masuk dan keluar selama periode pelaporan. Laporan arus kas
terdiri dari 3 aktivitas utamanya, berikut ketiga aktivitas tersebut:
 Aktivitas Operasi (Operating Activities)
Aktivitas operasi merupakan laporan arus kas yang terdiri dari kegiatan operasional
perusahaan. Dengan kata lain, aktivitas ini  dapat diperoleh dengan memasukkan nilai dari
pengaruh kas/bank pada transaksi yang dilibatkan dalam penentuan laba bersih. Contohnya
seperti, penjualan barang dan jasa dari pelanggan, pembelian persediaan, dan lainnya.
 Aktivitas Investasi (Investing Activities)
Aktivitas investasi ini berkaitan dengan aktivitas arus kas yang dihasilkan dari penjualan atau
pun pembelian aktiva tetap.
 Aktivitas Pendanaan (Financing Activities)
Seperti namanya, aktivitas pendanaan merupakan aktivitas kas yang berasal dari penambahan
modal perusahaan. Untuk menghitung aktivitas ini, Anda dapat memasukkan nilai
penambahan atau pengurangan kas yang berasal dari kewajiban jangka panjang dan ekuitas
pemilik.
Berikut contoh format laporan keuangan arus kas:
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Tahu tentang catatan atas laporan keuangan? Catatan Atas Laporan Keuangan
(CALK) merupakan bagian dari laporan keuangan suatu entitas. Namun, catatan laporan
keuangan bukanlah hal yang wajib dibuat oleh perusahaan. Sehingga biasanya perusahaan
yang membuat catatan atas laporan keuangan adalah perusahaan-perusahaan skala besar atau
perusahaan yang go public.
Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan penjelasan yang rinci tentang
hal-hal yang ada pada jenis laporan keuangan lainnya. Sehingga letak catatan atas laporan
keuangan ada di belakang sendiri. Laporan ini akan memudahkan Anda dalam memahami
laporan keuangan lainnya karena isi nya yang sangat rinci. Jadi tidak heran jika bentuk
catatan atas laporan keuangan ini sangat tebal dan terdiri dari banyak halaman.
Prinsip dan Asumsi dalam Akuntansi
Dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum, terdapat empat asumsi dasar yang melandasi
proses  penyusunan laporan akuntansi secara keseluruhan, diantaranya:

1. Asumsi Entitas Ekonomi (Economic Entity Assumption)

Aktivitas ekonomi dapat diindetifikasikan dengan unit pertanggungjawaban. Artinya,


aktivitas sebuah perusahaan bisnis dapat dipisahkan serta dibedakan dari pemiliknya serta
unit bisnis lain. Konsep ini tidak berlaku sematmata untuk pemisahan aktivitas antar
perusahaan bisnis. Untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemegang saham atau
pemilik.

Sebagai contoh, Bapak Andi adalah pengusaha restoran, tidak boleh menyatukan
pengeluaran pribadinya dengan pengeluaran untuk usahanya. Pak Andi menyewa tempat
tinggal untuk keluarga pribadi, maka pengeluarannya tidak boleh dicampur dengan
pengeluaran untuk usahanya. Ini dikategorikan pengeluaran pribadi. Demikian halnya juga
dengan apabila Pak Andi mempunyai usaha yang berbeda lagi, misalnya punya bengkel
motor.

Nah, pengeluaran bengkel motor ini juga harus dipisahkan dengan restorannya serta
pribadinya. Jadi bisa disimpulkan bahwa entitas ekonomi maksudnya adalah pemisahan
pencatatan antara transaksi perusahaan sebagai entitas ekonomi dengan transaksi pemilik
sebagai individu dan transaksi entitas ekonomi lainnya

2. Asumsi Kelangsungan Hidup (Going Concern Assumption)

Asumsi bahwa perusahaan tersebut mempunyai umur yang panjang. Artinya,


perusahaan tidak dilikuidasi dalam jangka waktu dekat, akan tetapi diharapkan perusahaan
dapat beroperasi dalam jangka waktu yang tak terbatas dan ada anggapan bahwa mempunyai
cukup waktu bagi suatu perusahaan untuk menyelesaikan usaha, kontrak-kontrak dan
perjanjian-perjanjian, kecuali joint venture.

Jika tidak ada asumsi ini , maka berarti tidak akan ada penyusutan atas asset tetap ,
karena asset tetap yang dibeli tidak akan dicatat sebesar harga  perolehannya , melainkan
dicatat sebesar nilai pada saat perusahaan dilikuidasi . Demikian  juga tidak akan ada
penggolongan lancar dan tidak lancar atas asset dan kewajiban.

Jadi, dalam praktek akuntansi yang berlaku umum , penyusutan atas asset tetap dan
penggolongan asset serta kewajiban kedalam lancar dan tidak lancar timbul karena adanya
asumsi kesinambungan usaha. Asumsi ini berlaku dalam banyak situasi bisnis.

3. Asumsi Unit Moneter (Monetary Unit Assumption)

Asumsi bahwa uang adalah denominator umum dari aktivitas ekonomi dan
merupakan dasar yang tepat bagi pengukuran dan analisis akuntansi. Ini adalah cara yang
paling efektif untuk menunjukkan kepada pihak yang berkepentingan tentang perubahan
modal serta pertukaran jasa dan barang.

Data Transaksi yang akan dilaporkan dalam catatan akuntansi harus dapat dinyatakan
dalam satuan mata uang (unit moneter). Asumsi ini memungkinkan akuntansi untuk
mengukur setiap transaksi bisnis/peristiwa ekonomi ke dalam nilai mata uang.
Beberapa transaksi yang terjadi salam suatu perusahaan dapat dicatat dengan
menggunakan ukuran unit fisik atau waktu. Tapi karena tidak semua transaksi itu bisa
menggunakan ukuran unit fisik yang sama sehingga akan menimbulkan kesulitan-kesulitan di
dalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan.

Untuk mengatasi masalah ini maka semua transaksi yang terjadi akan dinyatakan di
dalam catatan dalam bentuk unit moneter pada saat terjadinya transaksi itu. Unit moneter
yang digunakan adalah mata uang dari negara di mana perusahaan itu berdiri. Perencanaan
transaksi dengan menggunakan ukuran mata uang pada saat terjadinya suatu transaksi disebut
pencatatan yang didasarkan ada biaya historis.

Dasar ini digunakan dengan suatu anggapan bahwa daya beli unit moneter yang
dipakai adalah stabil dari perubahan-perubahan daya beli yang terjadi tidak akan
mengakibatkan penyesuaian-penyesuaian. Namun jika terjadi perubahan daya beli yang besar
(terutama dalam keadaan inflasi) maka laporan-laporan keuangan yang disusun dengan dasar
biaya historis akan memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan keadaan dan dengan
demikian kegunaannya akan berkurang.

4. Asumsi Periodisitas (Time Period Assumption)

Cara yang paling akurat untuk mengukur hasil operasi perusahaan adalah dengan
mengukurnya pada saat perusahaan tersebut dilikuidasi. Namun, pihak yang berkepentingan
baik internal maupun eksternal tidak bisa menunggu selama itu untuk menerima informasi
tentang hasil operasi. Informasi akuntansi dibutuhkan atas dasar ketepatan waktu (timely
basis) .

Umur aktivitas  perusahaan dapat dibagi menjadi beberapa periode akutansi , seperti
bulanan (monthly), tiga bulanan (quarterly), atau tahunan ( annualy) . Kegiatan perusahaan
berjalan terus dari periode yang satu ke periode yang lain dengan volume dan laba yang
berbeda. Pemakai perlu diberitahu tentang kinerja dan status ekonomi perusahaan dari waktu
ke waktu agar dapat mengevaluasi dan membandingkan dengan perusahaan lain.

Masalah yang timbul adalah pengakuan dan pengalokasian ke dalam periode-periode


tertentu di mana dibuat laporan-laporan keuangan. Laporan-laporan keuangan ini harus
dibuat tepat pada waktunya. Agar berguna bagi manajemen, pemilik dan kreditur. Oleh
karena itu harus dilakukan alokasi ke periode-periode untuk transaksi-transaksi yang
mempengaruhi beberapa periode. Alokasi ini dilakukan dengan taksiran-taksiran. Semakin
pendek periode waktu, semakin sulit menentukan laba bersih yang tepat untuk periode
bersangkutan.

Hasil bulanan biasanya tidak seakurat hasil kuartalan dan hasil kuartalan biasanya
tidak seakurat hasil tahunan. Investor menginginkan agar informasi semacam itu diproses dan
disebarkan secara cepat namun, semakin pendek periode penerbitan informasi semakin tinggi
profitabilitas ketidakakuratannya. Masalah penentuan periode waktu menjadi lebih serius
karena siklus hidup produk menjadi semakin pendek dan produk menjadi sangat usang.
Asumsi Dasar Akuntansi
Untuk menyusun laporan keuangan harus didasarkan pada asumsi-asumsi akuntansi sebagai
berikut :
 Dasar tunai (cash basic) adalah dasar akuntansi yang menetapkan bahwa pencatatan
transaksi atau peristiwa ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi tersebut menimbulkan
perubahan pada kas.
 Dasar akrual (accrual basic) adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat kejadian (bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar). Transaksi-transaksi tersebut dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam
laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
 Konsep entitas (kesatuan usaha) Yang dimaksud konsep kesatuan usaha adalah
akuntansi harus berlaku untuk setiap unit ekonomi secara terpisah. Dengan demikian kejadian
keuangan yang menyangkut suatu unit ekonomi tidak boleh dicampur dengan unit ekonomi
lain maupun dengan pemiliknya.
 Kelangsungan usaha (going concern assumption) Laporan keuangan disusun dengan
anggapan bahwa perusahaan akan melanjutkan usahanya di masa depan dan tidak bermaksud
mengurangi skala usahanya, atau bahkan melikuidasi.
 Unit moneter (monetary unit assumption) Seluruh transaksi dan peristiwa ekonomi
dapat dinyatakan dalam satu mata uang tertentu.
 Periode Akuntansi (accounting periode assumption) Laporan keuangan perusahaan
harus dilaporkan secara berkala dibagi dalam periode tertentu (periode akuntansi).

Konsep Dasar Akuntansi


Yang mendasari penyusunan prinsip akuntansi antara lain prinsip biaya
historis (historical cost principle), prinsip mempertemukan (matching principle), prinsip
konsistensi (consistency principles) dan prisip lengkap (full disclousure). Berikut
penjelasan konsep dasar akuntansi tersebut.
a. Biaya historis (historical cost principle)
Pada prinsip ini menginginkan pemakaian harga perolehan di dalam pencatatan aktiva, utang,
modal dan biaya. Yang disebut sebagai harga perolehan adalah harga pertukaran yang telah
disetujui oleh kedua belah pihak dalam suatu transaksi. Oleh sebab biaya historis berdasarkan
pada harga pertukaran antara pihak-pihak yang bebas sehingga terdapat kesulitan atau kendala
dalam menentukan besarnya harga apabila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi. Sebagai
contoh adalah pemberian hadiah. Pada kondisi ini tidak terdapat harga pertukaran yang terjadi
dan juga kemunginan besar pihak yang memberi hadiah merupakan pihak yang ada/ erat
hubungannya dengan perusahaan. Kendala lainnya misalnya adanya pertukaran aktiva dengan
aktiva atau dengan saham.
Meskipun kendala yang dihadapi jika menggunakan biaya historis masih ada, namun prinsip
biaya historis merupakan data yang dianggap yang paling objektif dan dapat diperiksa
kebenarannya. Prinsip biaya historis berkaitan erat dengan asumsi bahwa unit moneter yang
dipakai adalah stabil. Namun pada kenyataanya bahwa nilai mata uang kita (rupiah) nialainya
menurun karena adanya inflasi. Kenyataan seperi ini yang biasa memunculkan suatu kritik atas
biaya historis dan terdapat pengusulan untuk memakai prinsip yang lainnya yang
memperhitungkan adanya perubahan nilai mata uang (rupiah) seperti price-level adjusment dan
current cost accounting.

b. Prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principle)


Pengertian pendapatan adalah aliran aktiva (harta-harta) yang terjadi karena adanya
penyerahan barang atau jasa yang dijalankan oleh unit usaha dalam satu periode. Istilah
pendapatan pada prinsip pengakuan pendapatan merupakan istilah yang luas, termasuk di
dalamnya pendapatan sewa, bunga, laba penjualan aktiva dan lain-lain. Umumnya
pendapatan diakui pada waktu terjadinya penjualan barang/ jasa yaitu pada saat terdapat
kepastian tentang besarnya pendapatan yang diukur dengan aktiva yang diterimanya.
Ketentuan tersebut tidak selamanya dapat diterapkan, karena terdapat pengecualian-
pengecualian. Untuk pengecualian tersebut adalah pengakuan pendapatan pada saat produksi
selesai, selama masa produksi dan pada waktu kas diterima. Pengakua pada waktu produksi
selesai dipakai dalam penambangan logam mulia seperti halnya pada penambangan emas
atau penambangan perak. Pengakuan pendapatan selama produksi terjadi dalam kontrak -
kontrak jangka panjang. Pengakuan pendapatan pada waktu uang diterima yaitu terjadi pada
penjualan secara angsuran.

c. Prinsip mempertemukan (matching principle)


Pengertian prinsip mempertemukan yaitu mempertemukan antara biaya yang dikeluarkan dan
pendapatan yang timbul karena biaya tersebut. Apabila pegakuan terhadap suatu pendapatan
ditunda maka pembebanan biayanya juga harus ditunda. Kendala yang dihadapi pada prinsip
ini yaitu adanya biaya - biaya yang muncul tetapi biaya tersebut tidak berhubungan secara
langsung dengan pendapatannya. Contoh biayanya yaitu biaya administrasi dan umum.
Kesulitan yang lainnya yaitu biaya - biaya yang memiliki masa manfaat lebih dari satu
periode.

d.Prinsip konsistensi (consistency principle)


Supaya laporan keuangan dapat diperbandingkan maka prosedur dan metode yang dipakai
dalam akuntansi perusahaannya harus konsisten dari tahun ke tahun. Konsistensi ini bukan
berarti bahwa perusahaan tidak diperkenankan untuk merubah metode. Jika terjadi pergantian
metode dalam akuntansi dan jumlahnya akan mempengaruhi laba perusahaan maka harus di
ungkapkan dalam laporan keuanagan.

e.Prinsip pengungkapan lengkap (full disclousure principle)


Pengertian pengungkapan secara lengkap yaitu menyajikan informasi secara lengkap dalam
laporan keuangan. 
 
Serba-Serbi Mengenai IFRS
IFRS (International Financial Reporting Standard) merupakan pedoman penyusunan
laporan keuangan yang diterima secara global. Setiap neara memiliki prinsip dan prosedur
akuntansi yang berbeda untuk mengatur penyusunan laporan keuangan dalam negaranya.
Faktor-faktor yanag menyebabkan perbedaan tersebut begitu kompleks dan saling terkait
dengan berbagai bidang antara lain politik, ekonomi, sosial dan budaya, hukum dan lainnya.
Namun, secara teoritis, pengembangan sebuah standar akuntansi internasional adalah
memungkinkan. Setidaknya ada lima teori akuntansi yang dikembangkan oleh para ilmuan
akuntansi, antara lain adalah teori universal, teori multinasional, teori komparatif, teori
transaksi-transaksi internasional dan teori translasi.

Dengan tujuan menyelesaikan dan mendamaikan perbedaan akuntansi di setiap


negara, serta merintis adanya standar akuntansi yang umum, IAS diterbitkan sejak tahun 1974
setelah terbentuknya IASC (International Accounting Standard Committee) pada tahun
sebelumnya.

IFRS saat ini diterbitkan dan dikelola oleh IASB, sebuah dewan standar independen
yang berbasis di London. IASB didahului oleh IASC,yang didirikan pada tahun 1973 sebagai
hasil dari keterlibatan badan-badan akuntansi dari berbagai negara. Badan-badan ini
merupakan dewan IASC pada saat itu, mereka merupakan bagian dariInternational
Federation of Accountans (IFAC) sebagai organisasi induk IASC.

Konvergensi IFRS

Definisi arti kata konvergensi adalah dua benda atau lebih bertemu/bersatu di suatu
titik; pemusatan pandangan mata ke suatu tempat. Dalam hal ini, konvergensi IFRS berarti
bahwa standar akuntansi yang berlaku di Indonesia akan sesuai dengan standar yang ada di
internasional. Alasan perlu adanya standar akuntansi internasional ada empat macam, yaitu:

1. Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas
di pasar modal internasional.

2. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam


ketentuan pelaporan keuangan.

3. Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis
keuangan bagi para analis.

4. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practice”.


Indonesia melakukan konvergensi IFRS ini karena Indonesia (diwakili Presiden SBY)
sudah memiliki komitmen dalam kesepakatan negara-negara G-20. Tujuan dari kesepakatan
tersebut adalah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan
keuangan. Selain itu, konvergensi IFRS ini memiliki manfaat lain seperti meningkatkan arus
investasi global melalui keterbandingan laporan keuangan (saat ini sekitar 120 negara sudah
berkomitmen untuk melakukan konvergensi dengan IFRS). Konvergensi ini seharusnya
dicapai Indonesia pada tahun 2008 lalu, namun karena beberapa hal, DSAK (Dewan Standar
Akuntansi Keuangan) berkomitmen bahwa konvergensi akan dicapai pada 1 Januari 2012.
Kegagalan Indonesia untuk mencapai konvergensi pada tahun 2008 ini harus dibayar dengan
masih tingginya tingkat suku bunga kredit untuk Indonesia yang ditetapkan oleh World Bank.
Hal ini dikarenakan World Bank menganggap investasi di Indonesia masih berisiko karena
penyajian laporan keuangan masih menggunakan Standar Akuntansi buatan Indonesia (belum
IFRS). Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada tahun 2012 nanti.

Adapun strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big
bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy berarti mengadopsi penuh IFRS
sekaligus tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu (digunakan oleh negara-negara maju).
Gradual strategy berarti mengadopsi IFRS secara bertahap (digunakan oleh negara-negara
berkembang, seperti Indonesia). PSAK akan dikonvergensikan dengan IFRS melalui tiga
tahapan yaitu tahap adopsi, tahap persiapan akhir dan tahap implementasi.

Tahap adopsi dilakukan pada periode 2008-2011. Pada 2009 proses adosi IFRS/IAS
mencakup :

1. IFRS 2 Share-based payment

2. IFRS 3 Business combination

3. IFRS 4 Insurance contracts

4. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations

5. IFRS 6 Exploration for and evaluation of mineral resources

6. IFRS 7 Financial instruments disclosures

7. IFRS 8 Segment reporting

8. IAS 1 Presentation of financial statements

9. IAS 8 Accounting policies, change in accounting estimates

10. IAS 12 Income taxes

11. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates

12. IAS 26 Accounting and reporting by retirement benefit plans


13. IAS 27 Consolidated and separate financial statements

14. IAS 28 Invesments in associates

15. IAS 31 Interest in joint ventures

16. IAS 36 Impairment of assets

17. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent assets

18. IAS 38 Intangible assets

Pada tahun 2010 adopsi IFRS/IAS mencakup :

1. IFRS 7 Statement of Cash Flows

2. IFRS 20 Accounting for geverment grant and disclosure of government assistance

3. IFRS 24 Related party disclosures

4. IFRS 29 Financial reporting in hyperflationary economies

5. IFRS 33 Earnings per share

6. IFRS 34 Interim financial reporting

7. IFRS 41 Agriculture

Disisi lain tujuan konvergensi IFRS adalah agar laporan keuangan berdasarkan PSAK
tidak memerlukan rekonsiliasi dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS dan kalaupun ada
diupayakan hanya relatif sedikit sehingga pada akhirnya laporan auditor menyebut kesesuaian
dengan IFRS, dengan demikian diharapkan meningkatkan kegiatan investasi secara global,
memperkecil biaya modal (cost of capital) serta lebih meningkatkan transparansi perusahaan
dalam penyusunan laporan keuangan.

Dengan konvergensi IFRS ini, PSAK akan bersifat principle-based, bukan rule-


based lagi seperti selama ini. Hal itu memerlukan professional judgment, sehingga seiring
peningkatan kompetensi harus pula dibarengi dengan peningkatan integritas. Peta arah
(roadmap) program konvergensi IFRS yang dilakukan melalui tiga tahapan. Pertama, tahap
adosi (2008 - 2011) yang meliputi Adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur
yang diperlukan, evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku. Kedua,
tahap persiapan akhir (2011) yaitu penyelesaian infrastruktur yang diperlukan. Ketiga, yaitu
tahap implementasi (2012) yaitu penerapan pertama kali PSAK yang sudah mengadopsi
seluruh IFRS dan evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif.
Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Implementasi dan Adopsi IFRS

Bukan perkara mudah ketika kita menghadapi sesuatu hal yang baru. Nah,begitu pula
dengan konvergensi IFRS ini. Berikut adalah permasalahan-permasalahan yang dihadapi
dalam proses implementasi dan adopsi IFRS:

1. Translasi standar internasional

Terdapat kesulitan dalam penerjemahan IFRS (bahasa Inggris) ke bahasa masing-masing


negara, seperti penggunaan kalimat bahasa Inggris yang panjang, tidak konsistennya dalam
penggunaan istilah, keterbatasan pendanaan untuk penterjemahan,dll.

2. Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional

Pada beberapa negara, standar akuntansi sebagian dari hukum nasional dan ditulis dalam
bahasa hukum. Disisi lain, standar akuntansi internasional tidak ditulis dengan bahasa
hukum sehingga harus diubah oleh dewan standar masing-masing negara.

Terdapat transaksi-transaksi yang diatur hukum nasional berbeda dengan yang diatur
standar internasional. Seperti transaksi ekuitas untuk perusahaan di Indonesia berbeda
perlakuan untuk PT, Koperasi atau badan hukum lainnya.

3. Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional

Adanya kekhawatiran bahwa standar internasional akan semakin kompleks dan rule-based


approach. Standar mengatur secara detil setiap transaksi sehingga penyusunan Laporan
Keuangan harus mengikuti setiap langkah pencatatan.

Penerapan standar sebaiknya menggunakan Principles-based approach. Standar hanya


mengatur prinsip pengakuan, pengukuran dan pencatatan suatu transaksi.

4. Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional

Standar internasional perlu dipahami secara jelas sebelum diterapkan. Tentunya butuh
cukup waktu bagi penyusun laporan keuangan, auditor dan pengguna laporan keuangan
untuk memahami suatu standar akuntansi. Bila standar akuntansi sering berubah-ubah maka
akan sangat sulit dipahami apalagi diterapkan.

Manfaat dan Dampak Konvergensi IFRS


Dengan mengadopsi IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak
memerlukan rekonsiliasi dengan laporan keuangan derdasarkan IFRS. Adopsi IFRS
diharapkan dapat memberikan manfaat, seperti:

1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan SAK dikenal


secara internasional.

2. Meningkatkan arus invetasi global.

3. Menurunkan biaya modal melalui pasar modal global dan menciptakan efisiensi
penyusunan laporan keuangan.

Adapun dampak konvergensi IFRS terhadap bidang pendidikan, antara lain:

1. Perubahan mind stream dari rule-based ke principle-based.

2. Banyak menggunakan professional judgement.

3. Banyak menggunakan fair value accounting.

4. IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS dapat berbeda dengan
IFRS lain.

5. Semakin meningkatnya ketergantungan ke profesi lain.

6. Perubahan text-book dari US GAAP ke IFRS.

Sementara itu, dampak konvergensi IFRS terhadap bisnis adalah sebagai berikut:

1. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih
mudah dikomunikasikan ke investor global.

2. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai
wajar.

3. Disisi lain, kinerja keuangan (laporan laba-rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga
fluktuatif.

4. Smoothing income menjadi semakin sulit dengan menggunakan balance sheet


approach dan fair value.

5. Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan


sedikit menurun yakni apabila penggunaan professional judgement ditumpangi dengan
kepentingan untuk mengatur laba (earning management).

6. Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.


Laporan Keuangaan Sebelum dan Sesudah IFRS (International Financial Reporting
Standards)
IFRS adalah kependekan dari International Financial Reporting Standards.
Standarisasi ini muncul karena ada berbagai macam laporan keuangan yang dibuat dari
berbagai macam negara. Untuk perusahaan multi nasional yang menjalankan bisnisnya secara
global, seorang akuntan harus dapat membaca standar laporan keuangan pada setiap masing-
masing negara baru kemudian dapat melakukan analisa. IFRS Convergence telah membawa
dunia accounting ke level baru.

Sejumlah standar yang dibentuk sebagai bagian dari IFRS dikenal dengan nama
terdahulu Internasional Accounting Standards (IAS). IAS dikeluarkan antara tahun 1973 dan
2001 oleh Badan Komite Standar Akuntansi Internasional (Internasional Accounting
Standards Committee (IASC)). Pada tanggal 1 April 2001, IASB baru mengambil alih
tanggung jawab guna menyusun Standar Akuntansi Internasional dari IASC. Selama
pertemuan pertamanya, Badan baru ini mengadaptasi IAS dan SIC yang telah ada. IASB
terus mengembangkan standar dan menamai standar-standar barunya dengan nama IFRS. 3
Tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:

1. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK,
persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.

2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan
infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap beberapa
PSAK berbasis IFRS.

3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara
bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara
komprehensif.
Ada tiga perbedaan mendasar, yaitu:

1. PSAK yang semula berdasarkan Historical Cost mengubah paradigmanya menjadi Fair
Value based.
Terdapat kewajiban dalam pencatatan pembukuan mengenai penilaian kembali keakuratan
berdasarkan nilai kini atas suatu aset, liabilitas dan ekuitas. Fair Value based mendominasi
perubahan-perubahan di PSAK untuk konvergensi ke IFRS selain hal-hal lainnya. Sebagai
contoh perlunya di lakukan penilaian kembali suatu aset, apakah terdapat penurunan nilai atas
suatu aset pada suatu tanggal pelaporan. Hal ini untuk memberikan keakuratan atas suatuatas
suatu laporan keuangan.

2. PSAK yang semula lebih berdasarkan Rule Based (sebagaimana USGAAP) berubah
menjadi Prinsiple Based.
Apa itu Rule Based?
Rule based adalah manakala segala sesuatu menjadi jelas diatur batasan batasannya. Sebagai
contoh adalah manakala sesuatu materiality ditentukan misalkan diatas 75% dianggap
material dan ketentuan-ketentuan jelas lainnya.
Apa itu Prinsiple Based?
IFRS menganut prinsip prinsiple based dimana yang diatur dalam PSAK update untuk
mengadopsi IFRS adalah prinsip-prinsip yang dapat dijadikan bahan pertimbagan Akuntan /
Management perusahaan sebagai dasar acuan untuk kebijakan akuntansi perusahaan.
3. Pemutakhiran (Update) PSAK untuk memunculkan transparansi dimana laporan yang
dikeluarkan untuk eksternal harus cukup memiliki kedekatan fakta dengan laporan internal.
Pihak perusahaan harus mengeluarkan pengungkapan pengungkapan (disclosures) penting
dan signifikan sehingga para pihak pembaca laporan yang dikeluarkan ke eksternal benar-
benar dapat menganalisa perusahaan dengan fakta yang lebih baik.
Komponen Laporan Keuangan sebelum Konvergensi IFRS:
1. Laporan Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Modal
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Komponen Laporan Keuangan setelah IFRS:
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Anda mungkin juga menyukai