PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Bagi analis laporan keuangan, salah satu alat penting dalam menjalankan
kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai
kepentingan dengan data keuangan perusahaan.
Laporan keuangan menggambarkan pos-pos perusahaan yang diperoleh
dalam satu periode. Dalam praktiknya dikenal beberapa macam laporan keuangan
seperti:
1.
2.
3.
4.
5.
saat tertentu.
Dalam laporan posisi keuangan disajikan berbagai informasi yang
berkaitan dengan komponen yang ada du laporan posisi keuangan. Secara lengkap
informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
periode tertentu. Artinya laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi
atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya
ang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan
laba atau rugi.
Seperti halnya laporan posisi keuangan, laporan laba rugi memberikan
berbagai informasi yang dibutuhkan. Adapun informasi yang disajikan perusahaan
dalam laporan laba rugi meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
perusahaan saat ini. Kemudian, laporan ini juga menunjukan perubahan modal
serta sebab-sebab laporan perubahan modal meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya terdapat beberapa tujuan yang hendak
dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen perusahaan. Di samping itu,
tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi
keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu.
Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan
perusahaan maupun secara berkala. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu
memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan berikut:
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat ini,
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini,
Pertimbangan-pertimbangan pribadi maksudnya waluapun pencatatan transaaksitransaksi keuangann diatur oleh kesepakatan yang kemudian dibakukan menjadi
aturan-aturna akuntansi yang perlu diikuti, tetapi dalam praktiknya akan
keuangan. Data tersebut harus bersifat objektif dan informatif bagi kepentingan
berbagai pihak yang menaruh perhatianya pada perusahaan. Agar dapat memenuhi
fungsinya diperlukan seperangkat petunjuk yang memadai dalam rangka
pengumpulan data guna menyusun laporan tentang keadaan keuangan dan hasil
operasi suatu perusahaan.
Banyaknya masalah akuntansi yang semakin kompleks dewasa ini telah
mendorong diperlukannya prinsip dan konsep akuntansi yang dapat dipakai
sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan. Terdapat beberapa asumsi, baik
yang merupakan peraturan dasar maupun kesepakatan dalam praktik akuntansi,
yang perlu dipahami. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut.
1.
2.
4.
5.
6.
7.
9.
dengan harga yang lebih rendah daripada harga perolehannya atau mencatat
Adanya
penghasilan (revenue
rupa terlihat sempurna dan menyakinkan. Di balik itu semua kebenarannya ada
beberapa ketidaktepatan terutama dalam jumlah yang telah kita susun akibat
berbagai faktor. Sebagai contoh banyaknya pendapat pribadi yang masuk, atau
menilai berdasarkan nilai historis. Masalah seperti ini kita sebut sebagai
keterbatasan kita dalam menyusun laporan keuangan. Namun, semua ini tidak
akan memengaruhi laporan keuangan secara langsung dan juaga tidak akan
menghambat kita dalam menyususn laporan keuangan.
2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang bukan hanya
untuk pihak tertentu.
3. Proses penyusuna tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan
tertentu.
4. Laporan
keuangan
berifat
konservatif
dalam
menghadapi
situasi
tertentu
dipengaruhi
pula
adanya
pertimbangan
pribadi.
modal
dengan
pengeluaran
penghasilan.
Transaksi
3.
Laporan Posisi Keuangan dan laporan laba rugi mencerminkan transaksitransaksi keuangan dari waktu ke waktu. Selama jangka waktu itu
mungkin nilai rupiah sudah menurun (daya beli rupiah menurun karena
kenaikan tingkat harga-haarga). Aktiva tetap yang dibeli tahun 1970
misalnya, harga beli sekarang sudah tiga kali lipat, akibatnya biaya
penuyusutan yang dibebankan akan jauh lebih kecil dibandingkan tingkat
penyusutan berdasrkan replacement cost basis. Juga, kenaikan volume
penjualan dalam jumlah rupiah belum tentu sebagai pencerminan dari
kenaikan jumlah satuan terjual. Kenaikan jumlah rupiah volume penjualan
mungkin disebabkan oleh naiknya harga jual per satuan. Oleh karena itu,
untuk
menghindari addanya
analisis
yang
menyesatkan, analisis
barang
yang
dihasilkan,
kondisi
pesaing-pesaing,keadaan
sebelumnya hendaknya dapat diyakini bahwa laporan keuangan tersebut benarbenar dapat dipercaya. Penganalisis ekstern harus berhati-hati untuk dapat
memastikan bahwa laporan keuangan itu merupakan suatu daftar yang autentik,
objektif dan dapat dipercaya. Dibawah ini diberikan beberapa petunjuk untuk
mengetahui apakah laporan keuangan itu benar-benar dapat dipercaya:
1.
Apakah judul laporan keuangan itu telah disebutkan dengan jelas? Judul
laporan keuangan biasanya memuat nama perusahaan, nama laporan, dan
tanggal atau periode penyusunan laporan keuangan itu
2.
3.
Apakah laporan keuangan itu telah disusun dengan jelas, artinya apakah
berbagai kelompok aktiva dan utang telah ditunjukkan jumlahnya dengan
jelas, dan apakah pengelompokkan ini telah dilakukan dengan tepat dan
logis?
4.
Apakah laporan keuangan itu telah ditanda tangani oleh direktur atau
pimpinan perusahaan? Direktur adalah orang yang bertanggunga jawab
atas kebenaran penyususnan laporan keuangan itu
5.
7.
Apakah laporan keuangan itu telah memenuhi ketentuan yang digaris kan
oleh pemerintah? Misalnya dapat dicocokan dengan pedoman tentang
bentuk dan isi laporan keuangan menurut Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 108/KMK-07/1979
Salah satu tugas penting setelah akhir tahun adalah menganalisis laporan
keuangan perusahaan. Analisis ini didasarkan pada laporan keuangan yang sudah
disusun. Terdapat beberapa tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein
(1983) adalah sebagai berikut :
1.
Screening
Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi
perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.
2.
Understanding
Memahami perusahaan, kondisi keuangan dan hasil usahanya.
3.
Forcasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di
masa yang akan datang.
4.
Diagnosis
Analisis dimaksudkan unutk melihat kemungkinan adanya masalahmasalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau
masalah lain dalam perusahaan.
5.
Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola
perusahaan.
Dalam melakukan analisis laporan keuangan, maka informasi yang dibaca
dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Hubungan satu
pos lain akan dapat menjadi indikator tentang posisi dan prestasi keuangan
BAB 2
ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN
1.
unsur laporan keuangan dari perusahaan yang satu dibanding perusahaan yang
lain menunjukkan adanya variasi. Variasi ini timbul karena pengaruh berbagai
faktor, seperti: (1) tujuan manajemen menyusun laporan keuangan, (2) kegunaan
lebih jauh daripada laporan keuangan, (3) pendapat dari pihak-pihak yang
menyusun laporan keuangan, (4) pengetahuan dan pengalaman dari akuntan, dan
(5) ketidakberhasilan dalam menerangkan konsep-konsep akuntansi yang telah
lazim diterima umum.
Adanya variasi tersebut menyebabkan seringkali penganalisis perlu
terlebih dahulu mengubah atau menyusun kembali atau mereview laporan
keuangan agar sesuai dengan kehendak dan tujuan penganalisis membuat
penafsiran terhadap laporan keuangan tersebut. Lebih jauh penganalisis perlu
mengetahui apakah data keuangan dan data operasi telah dilaporkan secara
terbuka, apakah prosedur-prosedur akuntansi telah diterapkan dengan konsisten,
apakah unsur-unsur laporan keuangan telah diklasifikasikan dengan tepat, dan
apakah metode penilaian dan metode penyusutan atau amortisasi telah dilakukan
dengan semestinya. Untuk mengetahunya penganalisis perlu juga mempelajari
notasi-notasi beserta penjelasannya, laporan-laporan akuntan, catatan kaki, dan
informasi tambahan lainnya.
Dalam menganalisis laporan keuangan masing-masing pihak mempunyai
kepentingan sendiri-sendiri. Perbedaan kepentingan akan membawa perbedaan
dalam cara menganalisis laporan keuangan dan perbedaan dalam tekanan-tekanan
yang diberikan pada analisis tersebut. Dengan kata lain penafsiran atau analisis
laporan keuangan suatu perusahaan akan tergantung pada kedudukan dan
kepentingan masing-masing pihak terhadap perusahaan bersabgkutan.
Sudut pandangan manajemen yang penting adalah laba yang dicapai cukup
tinggi, cara kerja sehat, aktiva aman dan terjaga baik, struktur permodalan sehat,
dan perusahaan mempunyai rencana yang baik mengenai hari kedepan, baik
dibidang keuangan maupun dibidang usaha atau operasi. Untuk keperluan analisis
tersebut, bagi manajemen yang merupaka pihak intern perusahaan, informasi yang
lengkap dan terperinci akan tersedia. Bagi pemegang saham, menilai keberhasilan
manajemen dalam memimpin perusahaan, perhatian teutama ditunjukkan pada
lain
lagi
seperti
pemerintah
dan
karyawan
perusahaan,
2.
teknik analisis laporan keuangan itu antaara lain seperti dibawah ini:
1.
2.
3.
Analisis tren dari rasio unsur-unsur Laporan Posisi Keuangan dan data
operasi yang ada kaitannya
4.
5.
3.
6.
7.
8.
Jenis Analisis
Pada dasarnya ada beberapa jenis analisis yang dapat dilakukan yakini
4.
10.000
18.000
60.000
30.000
10.000
10.000
75*
125
20
0,25
2,25
1,20
Ilustrasi 2.2.
Nama rekening
2000
2001
2002
Penjualan
bersih
Pendapatan
bersih sebelum
pajak
Persediaan
barang
Aktiva lancar
780
815
940
45
37
63
17,85
40,0%
190
160
150
40*
21,1*
515
520
478
37*
7,2*
5.
kenaikan
2001
2002
4,5%
20,5%
kumulatif dan angka rata-rata tahunan. Selanjutnya akan dapat dianalisis apakah
data yag ada menyimpang dari angka rata-rata tahunan tersebut. Apabila terjadi
penyimpangan, kemudian dapat dicari faktor-faktor penyebabnya, dan dapat
disimpulkan apakah penyimpangan tersebut menguntungkan atau merugikan.
6.
perubahannya secara absolute (dalam rupiah) dan perubahan secara relatif (dalam
persen), analisis dapat dilakukan dengan meneliti dengan melihat perubahan
masing-masing unsur secara indivudual dan melihat gabungan beberapa unsur
yang ada kaitannya. Perbedaan yang terjadidicari faktor-faktor penyebabnya dan
dapat dinilai apakah perubaha-perubahan ini bersifat menguntungkan. Misalnya
persediaan barang dagangan telah menigkatkan sebanyak 20% selam setahun itu.
Kenaikan ini mungkin diakibatkan oleh perubahan kuantitas ataas perubahan
harga atau perubahan keduanya. Kenaikan kuantitas mungkin disebabkan adanya
volume penjualan yang lebih besar.
Suatu kenaikan dalam piutang dagang mungkin diakibatkan adanya
volume penjualan yang meningkat, perubahan jangka waktu pembayaran oleh
langganan atau kerja bagaian penagihan piutang yang kurang atau tidak efisien.
7.
juga digambarkan secara grafis. Gambaran perubahan secara visual mungkin lebih
mudah ditangkap dalam pikiran penganalisis daripada gambaran perubahan dalam
jumlah rupiah. Sebagai contoh dapat diperiksa pada ilustrasi 2.6.
Ilustrasi 2.6
Nama rekening
Aktiva lancar
Utang jk. panjang
Total utang
Total modal sendiri
Total aktiva
Tahun
2000
2001
335.000
290.000
110.000
90.000
170.000
135.000
305.000
345.000
475.000
480.000
Kenaikan/penurunan
2000
2001
45.000*
13,4*
20.000*
18,2%
35.000*
20,6%
40.000*
13,1%
5.000
1,1%
Dari tabel diatas terlihat bahwa aktiva lancar utang jangka pendek. Kedua-duanya
berkurang, tetapi persentase penurunan utang jangka pendek lebih besar, ini
berarti keuangan jangka pendek selama tahun 2001 mengalami perbaikan. Grafik
tersebut juga menunjukkan bahwa total utang menurun sedang total modal sendiri
meningkat. Kecenderungan ini menguntungkan karena ketergantungan dana pihak
kreditur berkurang. Tingkat keamanan atau margin of safety bagi kreditur
membaik. Juga terlihat bahwa proporsi total utang dari total utang plus total
modal sendiri lebih kecil dalam tahun 2001 , ini berarrti posisi keuangan
perusahaan dalam tahun 2001 lebih kuat, yakni sebagian besar dari aktiva
dibelanjai dana yang bersumber dari modal sendiri.
8.
mempelajari arah rennya. Tren persentase dihitung dengan memilih tahun pertama
sebagai dasar perbandingan atau sebagai tahun dasarnya. Tren dalam persentase,
yang pada dasarnya meupakan angka indeks, menunjukkan perubahahn relatif dari
kata keuangan sepanjang kurun waktu tertentu. Sebagai contoh dapat diperiksa
ilustrasi 2.8
Ilustrasi 2.8.
Keterangan
31 Desember 2001
1996
1997
1998
1999
2000
2001
Aktiva
Aktiva lancar
Kas
30,8
36,4
32
28,6
29
23,6
118
104
93
94
77
Surat berharga
Piutang dagang
FIFO
Aktiva lancar lainnya
Total aktiva lancar
Investasi jk. panjang
Pabrik dan peralatan
(-) akm.penyusutan
Neto
14,4
60,6
78,8
3,6
188,2
2,4
243,2
99,4
143,8
11,1
59,4
74,8
1,0
182,6
9,8
282,6
116,8
165,4
8,8
57,6
71,8
6,8
177
10,6
313,8
126
187
11,2
50,2
72,4
8,8
171,2
13,6
340,4
140,6
199,8
11,2
50,2
85,2
5,2
192
2,6
374,6
144,6
230
5,4
59,4
83,6
1,2
173,2
23,2
413,4
161,8
251,6
76
98
95
61
95
91
78
02
92
96
97
108
87
98
106
97
408
116
94
442
129
91
442
140
102
108
154
92
967
170
115
130
130
160
175
Total aktiva
Utang jangka pendek
Utang jk. panjang
Total utang
334,4
70
44,8
114,8
357,8
76,4
44,0
120,4
374,6
63
42,2
105,2
384,6
57,4
40,4
97,8
424,6
68
38,6
106,6
428
58,8
36,2
95
107
109
98
105
112
90
94
92
112
82
90
85
127
97
86
93
134
84
81
93
32,6
45
32,6
57,6
32,6
64
32,6
76
32,6
100
32,6
105,8
100
128
100
142
100
169
100
222
100
235
77,6
85,4
90,2
92,2
96,6
95,6
18,6
104,2
132,6
114,4
138,4
117,8
116
108
124
112
140
122
171
134
178
138
56,6
219,6
3334,4
55,0
237,4
357,8
77,2
269,4
374,6
74
268,8
384,6
71
318
424,6
96,8
353
428,0
97
108
107
136
123
112
131
131
115
125
145
127
171
161
134
Modal sendiri :
Saham prioritas
Saham biasa
Total modal saham
Surplus di atas harga
pasar
Laba yang ditahan
Total modal sendiri
Total utang modal
sendiri
92%
Ini berarti perusahaan pada 31 desember 1999 adalah 92%-nya persediaan pada 31
desember 1996; persediaan akhir tahun1999 menurun sebanyak 8% bila dibanding
persediaan akhir tahun 1996.
Pabrik dan peralatan(31 desember 1999), Rp.340,4juta
Pabrik dan peralatan(31 desember 1996), Rp.243,2juta
140%
Ini berarti bahwa pabrik dan peralatan(cost) pada 31 desember1999 adalah 140nya pabrik dan peralatan(cost) pada tanggal 31 desember 1996; pabrik dan
peralatan(cost) pada 31 desember 1999 bertambah sebanyak 40% bila
dibandingkan pabrik dan peralatan pada 31 desember 1996.
Utang jangka pendek(31 desember 2000), Rp.68,0juta
Utang jangka pendek(31 desember 1996), Rp.70,0juta
97%
Ini berarti bahwa utang jangka pendek 31 desember 2000 adalah 97-nya utang
jangka pendek 31 desember 1996; utang jangka pendek 31 desember 2000 lebih
kecil 3% bila dibandingkan utang jangka pendek 31 desember 1976.
Penjualan neto(2001), Rp.606,8juta
Penjualan neto(1996), Rp.505,6juta
120%
Ini berarti penjualan neti tahun 2001 adalah 120%-nya penjualan neto tahun 1996;
penjualan netto tahun 2001 adalah lebih banyak Rp.101,2juta dibandingkan
penjualan neto tahun 1996; penjualan neto tahun 2001naik 20% bila dibandingkan
penjualan neto tahun 1996. Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk pos-pos
yang lain.
9.
dengan
persentase yang
lebih
rendah.
Kondisi
yang
demikian
perbandingan,
karena
adanya
kemungkinan-kemungkinan
yang
Tahun dasar yang dipilih mingkin tidak resprentif untuk beberapa unsur
dalam laporan keuangan. Misalnya kas yang terancam pada tahun dasar
Rp.7.500.000,00.- sedang jumlah kas pada tahn-tahun berikutnya tidak
pernah lebih dari Rp.3.500.00,00.- ini berarti jumlah kas pada tahun dasae
tidak mencerminkan keadaan jumlah-jumlah kas tahun berikutnya, sehingga
perbedaan dalam persentase kelihatan mencolok padahal kenyataaannya tidak
demikian.
2.
3.
4.
Tendensi yang tidak mungkin diinginkan mungkin dicermati oleh tren rasio,
padahal sebenarnya tidak demikian bila dilihat dari rupiahnya. Misalnya
utang jangka meningkat 100% sedang modal sendiri hanya meningkat 505.
apabila dilihat dari jumlah rupiahnya ternyata utang jangka panjang naik dari
Rp.50.000,00.- menjadi Rp.100.000,00.- dan modal sendiri naik dari
Rp.800.000,00.- menjadi Rp.1.200.000,00.- melihat perubahan dalam jumlah
rupiah modal dari modal sendiri situasinya ternyata tidak mengkhawatirkan.
Berdasarkan data pada ilustrasi 2.8. dan ilustrasi 2.9. dapatlah dilakukan
penaksiran sebagai berikut:
juga
meningkat?
Penafsiran
sulit
dilakukan
apabila
1996
28,4
1997
44,6
1998
33,6
1999
28,8
2000
42,6
2001
51,2
100
16,8
157
17,4
118
19,4
99
20,4
150
23,8
180
24,8
100
100
115
121
121
148
sendiri 1,9kalinya total utang, kemudian perbandingan ini menjadi 3,7kali pada 31
desember 2001. tren ini juga menunjukkan bahwa penambahan aktiva dan
pengurangan utang dilakukan dengan menggunakan modal sendiri. Untuk
melihaat tren dividen(cash dividen dan stock dividen) perlu ditunjukkan adanya
laporan laba yang ditahan. Pendapatan neto sebelum laba rugi insidentil untuk
jangka waktu enam tahun berjumlah Rp.204,4juta, sedang dividen yang
dibayarkan dari laba yang ditahan berjumlah Rp.137,6juta selama enam tahun. Ini
berarti pendapatan dari pendapatan neto yang diperoleh 67,4%-nya digunakan
untuk mebayar dividen
Terlihat bahwa tren untuk penjualan, harga pokok penjualan dan biaya
meningkat dengan persentase hampir sama. Penjualan menignkat 20%,
haargapokok penjualan dan biaya usaha juga meningkat 20% . fakta ini
mencerminkan situasi yang menguntungkan dilihat dari segi kemapuan
manajemen dalam mengendalikan haarga pokok penjualan dan biaya usaha, relatfi
bila dibandingkan dengan harga pokok perubahan pada volumepenjualan.
Pendapatan usaha atau hasil usaha naik 20% sama seperti kenaikan penjualan.
Tren pendapatan usaha yang kurang menguntungkan ini disebabkan oleh satu
kombinasi dari faktor-faktor, yaitu kenaikan harga eceran diikuti naiknya
pembayaran dimuka untuk pembelian barang dagangan, tingkat perputaran
persediaan yang kurang cepat diikuti kurangnya mark up yang menguntungkan,
lebih banyaknya penjualan khusus dengan harga yang jurang menguntungkan,
sales margin yang lebih rendah, dan adanya pembelian yang kurang
menguntungkan.
meningkatnya tren biaya usaha dengan persentase yang lebih besar daripada tren
penjualan neto.
BAB 3
ANALISIS RASIO KEUANGAN
1.
Rasio Standar
Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan
hubungan anatara suatu unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan anatara
unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang
sederhana. Secara individual rasio kecil itu artinya, kecuali jika dibandingkan
dengan suatu rasio standar yang layak dijadikan dasar pembanding. Apabila tidak
ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasio-rasio
suatu perusahaan, penganalisis tidak dapat menyimpulkan apakah rasio-rasio itu
menunjukkan kondisi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.
Rasio standar dapat ditentukan berdasarkan alternatif dibawah ini yaitu :
1. didasarkan pada catatan kondidi keuangan dan hasil operasi perusahaan
tahun yang telah lampau.
2. didasarkan pada rasio dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya,
dipilih suatu perusahaan yang tergolong maju dan berhasil.
3. didasarkan pada dataa laporan keuangan yang dibudgetkan.
4. didasarkan pada rasio industri, dimana perusahaan yang bersangkutan
masuk sebagai anggotanya.
Dengan perbandingan rasio standar ini akan diketahui apakah rasio
perusahaan yang bersangkutan terletak di atas average, atau dibawah average.
Rasio standar yang baik adalah yang memberikan gambaran rata-rata. Gambaran
rata-rata yang paling tepat adalah rasio industri. Rasio ini dipertimbangkan
sebagai satisfactory condition atau representative condition.
Perlu dipahaami bahwa laporan keuangan merupakan kombinasi dari fakta
yang perlu dicatat, kesepakatan akuntansi, dan pertimbangan pribadi, sehingga
rasio bukan merupakan ukuran eksak, maka rasio standar jangan dianggap sebagai
kondisi yang ideal. Walaupun rasio industri sukar diperoleh atau penyusunannya
sangat memakan waktu. Dengan demikian, untuk keperluan pembandingan dapat
dipakai bentuk rasio standar yang lain, misalnya goal ratio atau rasio dari
perusahaan sendiri yang telah dimodifikasi dengan menngantisipasi perubahan-
kombinasi dari fakta yang telah dicatat, kesepakatan dan pertimbangan pribadi.
Dengan demikian, penentuan rasio standar sebagai dasar pembanding tidak dapat
digunakan sebagai ukuran yang pasti karena rasio standar untuk industri
merupakan hasil rata-rata beberapa perusahaan yang sejenis yang mempunyai
kondisi keuangan dan hasil usaha yang berbeda-beda, ada kondisi keuangannya
baik, hasil usaha menguntungkan dan ada yang sebaliknya.
Variasi kondisi keuangan dan hasil usahan daru suatu perusahaahn dengan
perusahaan lainnya mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. perbedaan letak geografis yang membawa perbedaan dalam tingkat harga
dan biaya usaha.
2. perbedaan dalam pemilikan aktiva teetap, tetap ada yang memiliki sendiri
yang menyewa. Perbedaan dalam besar kecilnya investasi dalm harta
kekayaan yang tidak digunakan dalam hubungannya dengan operasi
reguler.
3. perbedaan dalam tingkat harga yang dicerminkan dalam pos aktiva tidak
lancar.
4. perbedaan dalam banyaknya jenis barang yang diproduksi. Apakah hanya
memproduksi satu jenis produk atau banyak produk.
5. perbedaan dalam umur harta kekayaaan yang dimiliki, ada yang baru ada
yang lama.
6. perbadaan dalam tingkat kapasitas pabrik.
7. perbedaan dalam penilain persediaan (FIFO, LIFO dan metode rata-rata
tertimbang).
8. perbedaan dalam kebijaksanaan pembelian bahan dasar
9. perbedaan dalam kebijaksanaan menentukan tingkat persediaan.
10. perbedaan dalam kebijaksanaan penjualan barang dagangan.
11. perbedaan dalam kebijaksanaan saluran pemasaran.
data
diperbandingkan.
laporan
Perusahaan
keuanagn
tersebut
dari
perusahan
hendaknya
yang
mempunyai
dan
kebijaksanaan
amortisasi
dan
keseragaaman
dalam
kebijaksanaan manajemen.
2. menghitung angka rasio yang dipilih dari tiap perusahaan dalam industri.
3. menyusun rasio standar tersebut dari yang tertinggi sampai ke rendah.
4. menghapus rasio ekstrem yaitu rasio
rendah.
5. menghitung rata-rata hitungnya atau menentukan mediaannya.
4.
golongan. Golongan pertama yaitu angka rasio yang didasarkan pada sumber dan
data keuangan darimana unsur angka rasio tersebut diperoleh dan golongan yang
kedua adalah angka rasio yang disususn berdasarkan tujuan penganalisis dalam
menngevaluasi suatu perusahaan.
Berdasarkan sumber datanya, darimana rasio itu dibuat dapat dibedakan
menjadi tiga bagian yaitu :
1. Rasio Laporan Posisi Keuangan yaitu rasio yang dissusun dari data yang
berasal dari Laporan Posisi Keuangan, misalnya rasio lancar, rasio tunai,
rasio modal sendiri dengan total kativa, rasio tetap dengan utang jangka
panjang.
2. Rasio lapporan laba rugi yatitu rasio yang disusun dari data yang berasal
dari laporan laba rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjualan neto,
rasio laba usahaa dengan penjualan neto dan sebagianya.
3. Rasio antar laporan yaitu rasio yang dissusun dari data yang berasal dari
Laporan Posisi Keuangan dan laporan laba rugi, misalnya rasio penjualan
neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata,
rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-ratta dan sebagianya.
Disamping penggolongan rasio berdasarkan sumber datanya, berbagai
angka rasio dapat juga dibuat berdasarkan tujan oihak penganalissi dalam
mengevaluasi suatu perusaahna berdasarkan laporan keuangannya. Kreditur
jangka pendek lebih tertarik untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
membayar utang yang segera dilunasi. Kemampuan perusahaan utnuk melunasi
utang jangka pendeknya. Dengan perkataan lain, kreditur jangka pendek lebih
tertarik pada tingkat likuiidtasnya perusahaan.
Kreditur jangka panjang lebih tertarik untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam membayar bunga pinjaman dan kemampuan mengembalikan
pokok pinjamannya. Perusahanan harus cukup mempunyai alat likuid dalam
jangka pendek dan mempunyai keuntungan yang memadai dalam jangka panjang.
Disamping
memperhatikan
tingkat
likuiditas
dan
profitabilitas,
juga
dipasaran.
Sedang
bagi
maanjemen,
disamping
memperhatikan
baik bagi pihak manajemen maupin pihak pihak diluar perusahaan sepertoi
krediturdan pemilik perusahaan. Bank-bank komersial dan kreditur jangka
pendeknya sangat menaruh perhatian pada tingkat keamaanan bagi kredit jangka
pendeknya, manajemen berkepentingan untuk mnegtahui efisiensi penggunaan
modal
kerja,
dan
pemegang
saham
beserta
kreditur
jangka
panjang
1.
current ratio
Rasio umum yang digunakan dalam analisis laporan keuanagn adalah rasio
Current ratio diperoleh dengan jalan membagi aktiva lancar .Misalnya diperoleh
hasil bagi 3, dikatakan curretnt rationya 3:1 atau 300%. Setiap Rp 1 utang jangka
pendek dijamin dengan Rp 3 aktiva lancar. Current ratio 200% tekadang
dipertimbangkan sebagai curret ratio yang memuaskan bagi perusahaan industri
atau perusahaan komersial, sedang bagi perusahaan penghasil jasa seperti
perusahaan listrik dan hotel angka 100% dikatakan sudah mencukupi.
Dalam mengukur rasio modal kerja yan g penting bukan besar kecilnya
perbedaan aktiva lancar denagn utang jagnka pendek melainkan harus dilihat pada
hubungannya atau perbandinagn mencerminkan kemampuan mengembalikan
utang. Current ratio yang tinggi mungkin menujukkan adanya uang kas yang
berlebihan dibandingakan dengan kebutuhan atau unsur aktiva lancar yang rendah
likuiditasnya. Sedangkan current ratio yang relatif rendah lebih riskan, tetapi
menunjukkan bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar secara
efektif. Saldo kas dibuat minimum sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perputaran piutang dan persediaan diusahakan maksimum.
Berdasarkan uraian diatas, sebelum penganalisis mengambil kesimpulan
final dari analisis current ratio, perlu mempertimbangkan faktor sebagai berikut :
1. distribusi dari pos aktiva lancar
2. data tren dari aktiva lancar dan utang jangka pendek untuk jangka waktu 5
tahun-10 tahun.
3. syarta kredit yang diberikan oleh kreditur kepada perusahaan dalam
pengembalian barang dan syarta kredit yang diberikan perusahaan dalaam
langganan dalam penjualan barang.
4. nilai sekarang atau nilai pasar atau nilai ganti dari barang dagangan tingkat
pengumpulan piutang.
5. kemungkinan adanya perubahan nilai aktiva lancar.
6. perubahan persediaan dalam hubungannya dengan volume penjualan
sekaranng dan yang akan datang.
7. besar kecilnya modal kerja untuk tahun mendatang.
Ilustrasi 3.1
PT Kartika
Laporan modal kerja yang diperbandingkan
31 desember 2002-2003
Keterangan
Kas
Surat
berharga
Piutang
dagang
Persediaan
Aktiva
lancar
lainnya
Total
aktiva
lancar
Utang
dagang
Wesel
bayar
Utang
jangka
pendek
Total utang
Moda kerja
Current
ratio
Aktiva
lancar %
Utang
jangka
1998
124,2
67,4
1999
56,4
210,2
31 desember
2000
2001
117,2
119,0
79,2
79,6
526,2
522,2
406,6
460,6
539,8
583,8
364,8
51,2
394,4
121,4
439,2
101,0
483,8
103,2
536,6
104,2
506,8
70,4
1.133,8
1.304,6
1.143,2
1.245,2
1.408,0
1.417,6
368,8
375,0
362,8
345,2
303,2
320,8
105,4
112,6
210,2
177,0
123,2
86,6
52,6
147,4
38,2
50,2
69,4
57,6
526,8
67,0
215
536,0
669,6
205
611,2
532,0
187
572,4
672,8
218
495,6
912,4
284
465,0
952,6
305
100
115
101
110
124
125
100
121
116
109
94
88
2002
148,4
79,0
2003
166,8
89,8
pendek %
Modal
kerja %
Current
ratio %
100
110
88
111
150
157
100
95
87
101
132
142
1998
124,2
67,4
1999
56,4
210,2
31 desember
2000
2001
117,2
119,0
79,2
79,6
2002
148,4
79,0
2003
166,8
89,8
526,2
522,2
406,6
460,6
539,8
583,8
364,8
51,2
394,4
121,4
439,2
101,0
483,8
103,2
536,6
104,2
506,8
70,4
1.133,8
1.304,6
1.143,2
1.245,2
1.408,0
1.417,6
368,8
375,0
362,8
345,2
303,2
320,8
105,4
112,6
210,2
177,0
123,2
86,6
52,6
147,4
38,2
50,2
69,4
57,6
Total utang
Moda kerja
Current
ratio
Aktiva
lancar %
Utang
jangka
pendek %
Modal
kerja %
Current
ratio %
526,8
67,0
215
536,0
669,6
205
611,2
532,0
187
572,4
672,8
218
495,6
912,4
284
465,0
952,6
305
100
115
101
110
124
125
100
121
116
109
94
88
100
110
88
111
150
157
100
95
87
101
132
142
Dari ilustrasi 7.2. , terlihat bahwa quick assets melebihi utang jangka
pendek kecuali tahun 1998. quick rqtio memperlihatkan perbaikan(kecuali pada
31 desember 2000 dan 2001 dari 136% pada 31 desember 1998 menjadi 181%
pada 31 desember 2003. semakin kuatnya quick rqtio selama periode tersebut
karena pengaruh meningkatnya jumlah kas dan surat-surat berharga, sedang
piutang mula-muka menurun tapi kemudian meningkat, sebaliknya utang jangka
pendek terus menurun tetapi kemudian meningkat, sebaliknya utangjangka
pendek terus menurun tahun1999.
3. receivable turnover
Piutang timbul adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Penjualan
barang dagangan disamping melaksanakan dengan tunai jugaa dilakukan dengan
pembayaran kemudian untuk mempertinggi tingkat perputaran pitang(receivable
turnover), dan rata-rata lamanya waktu pengumpulan piutang yang dapat
ditentukan dengan membagi 365 hari (satu tahun dihitung 365) dengan tingkat
perputaran piutang. Tingkat perputaran piutang sendiri dapta dihitung dengan
membagi nilai penjualan kredit neto dengan piutang rata-rata atau nilai piutang
akhir. Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena berarti
modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah.
Naik turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi oleh hubungan
Ilustrasi 3.3.
Nilai penjualan kredit bersih
Nilai piutang bersih:
Awal tahun
Akhir tahun
Nilai piutang rata-rata
Tingkat perputaran piutang
2002
Rp.3.300.000,00.-
2003
Rp2.850.000,00.-
Rp.7.808,20
78hari
101hari
ilustrasi 3.4.
Pt. Kartika
Perputaran dan Umur Piutang
31 Desember 1998-2003
Keterangan
Penjualan netto
Piutang
Jumlah
hari
dalam setahun
Umur piutang
1998
1.625,0
541,8
365
1999
1.707,4
541,8
365
2000
1.719
42,8
365
2001
2.402,4
481,6
365
2002
2.682,6
564,4
365
2003
2.983,6
613,2
365
3,00
122
3,17
115
4,06
90
4,99
73
4,75
77
4,87
75
Rp.2.839,2juta
Total biaya jangka pendek (Rp2.839,2juta) dibagi dengan kas dan surat-surat
berharga (Rp.256,6juta) adalah 11,1kali. Jumlah hari dalam setahun 365 dibagi
dengan 11,1 diperoleh 33 hari. Ini berarti untuk membelanjai biaya-biaya jangka
pendek, kas dan aktiva lancar ekuivalen kas dalam periode 1981 berputar sekitar
11 kali atau rata-rataa sekitar satu bulan sekali.
5. working capital turnover
Antara penjualan dengan modal kerja terdapat hubungan yang erat. Apabila
volume penjualan naik investasi dalam persediaan dan piutang juga meningkat, ini
berarti juga meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efisiensi penggunaan
modal kerja, penganalisis dapat menggunakan perputaran modal kerja (working
capital turnover) , yakni rasio antara penjualan dengan modal kerja. Perputaran
modal kerja ii menunjukkan jumlah rupiah penjualan neto yang diperoleh bagi
setiap rupiah modal kerja.
Dari hubungan antara penjualan neto dengan modal kerja tersebut dapat
diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau
bekerja dengan modal kerja rendah. Perputaran modal kerja yang tinggi
diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang.
Atau dapat juga menggambarkan tidak tersedianya modal kerja yang cukup dan
adanya perputaran persediaan dan perputaran piutang yang tinggi. Tidak cukupnya
modal kerja munkin disebabkan banyaknya utang jangka pendek yang sudah jatuh
tempo sebelum persediaan dan piutang dapat diubah menjadi kas. Perputaran
modal kerja yang rendah dapat disebabkan karena besarnya modal kerja neto,
rendahnya tingkat perputaran sediaan dan piutang atau tingginya saldo kas dan
investasi modal kerja dalam bentuk surat-surat berharga. Contoh perhitungan
working capital turnover dapat diperiksa pada ilustrasi 3.9.
Ilustrasi 3.9.
Pt. Kartika
Perputaran Modal Kerja
31 Desember 1998-2003
Keterangan
Penjualan
neto
Modal kerja*
Perputaran
modal kerja
1998
1.625,0
1999
1.707,4
2000
1.719,6
2001
2.402,4
2002
2.682,6
2003
2.983,6
607,0
2,68
669,6
2,55
532,0
3,23
672,8
3,57
912,4
2,94
952,2
3,13
Ilustrasi 3.10.
PT. Kartika
Perputaran dan ProfitabilitasModal Kerja
31 Desember 1998-2003
Keterangan
Harga
pokok
penjualan,biaya
usaha, kelebihan
biaya dll
Keuntungan
neto
Aktiva lancar
Awal tahun
Akhir tahun
Rata-rata
aktiva lancar
Tingkat
keuntungan
aktiva lancar
Tingkat
perputaran atas
aktiva
lancar
rata-rata
Tingkat
keuntungan
perputaran
aktiva lancar
1998
1.625,0
1999
1.707,4
2000
1.719,6
2001
2.402,4
2002
2.682,6
2003
2.938,6
55,2
55,2
53,4
64,8
93,8
104,4
1.005,4
1.133,8
1.33,8
1.304,6
1.304,6
1.143,2
1.143,2
1.245,2
1.245,2
1.408,0
1.408,0
1.417,6
1.069,6
1,47
1.219,2
1,35
1.223,9
1,36
1.194,2
1,96
1.326,6
1,95
1.412,8
2,04
5,16
4,76
4,36
5,43
7,07
7,39
3,51
3,53
3,21
2,97
3,63
3,62
Dari data ilustrasi 7.10. terlihat bahwa selama periode modal kerja cenderung
semakin efisien, hal ini terlihat pada angka perputaran aktiva lancarnya, 1,47kali
pada tahun 1998 menjadi 2,04 kali pada tahun 2003. tingkat profitabilitas modal
kerja juga semakin baik, ini terlihat pada tingkat keuntungan atas aktiva lancar
rata-rata yang semakin tinggi (5,16% pada tahun 1998 menjadi 7,39% pada tahun
2003) dan tingkat keuntungan perputaran aktiva lancar yang semakin tinggi
(3,51% pada tahun 1998 menjadi 3,62% pada tahun 2003).
diperoleh? Dari pinjaman atau dari modal sendiri? Perhitungan rasio individual
bertujuan untuk menjawab pertanyaan seperti: apakah keseimbangan antara dana
yang berasal dari pinjaman dan dana yang berasal dari modal sendiri telah dicapai
dengan baik dan menguntungkan? Berikut akan dikemukakan beberapa analisis
keuangan jangka panjang.
1. ratio of owners equity to total assets
Rasio modal sendiri dengan total aktiva menunjukkan persentase investasi
dalam total aktiva yang telah dibelanjai dengan dana yang berasal dari modal
sendiri. Rasio ini, yang juga disebut proprietary ratio atau stockholders equity
ratio, dihitung dengan membagi modal sendiri dengan total aktiva.
Rasio modal sendiri dengan total aktiva = Modal sendiri x 100%
Total aktiva
Perbedaan rasio tersebut dengan ankga 100% menunjukkan ratio total utang
dengan total aktiva, yakni persentase dari aktiva yang membelanjai dari dana
pinjaman. Rasio modal sendiri dengan total aktiva mencerminkan kepentingan
relatif dari dana pinjaman dan modal sendiri dan tingkat keamanan bagi kreditur.
Semakin tiniggi rasio utang dengan total aktiva dan sebaliknya. Rasio modal
sendiri dengan total aktiva yang tinggi membawa perbaikan dalam posisi
keuangan jangka panjang dan menambah tingkat keamanan bagi kreditur tetapi
tidak menjamin adanya profitabilitas yang memuaskan. Rasio modal sendiri
dengan total aktiva digunakan untuk mengukur kemampuan keuangan atas
solvency jangka panjang.
Dalam membandingkan rasio modal sendiri dengan total aktiva dari tahun ke
tahun atau diantara perusahaan sejenis dalam waktu yang sama mungkin akan
dijumpai perbedaaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini bersumber dari
berbagai faktor, yakni sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
seperti:
1.
2.
perusahaan yang telah lama berdiri, sudah maju, dan berkembang baik
mempunyai pendapatan
4.
perusahaan yang menjual barang atau jasa yang dibeli atas dasar kebiasaan
lebih stabil pendaptannya daripada perusahaan yang menjual barang
dimana pembelinya bukan atas dasar kebiasaan
5.
Ilustrasi 3.11.
PT. Kartika
Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva
Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 998-2003
Keterangan
Modal sendiri
Total aktiva
Rasio
modal
sendiri sendiri
dengan
total
aktiva (%)
Rasio
total
utang dengan
total aktiva (%)
Tren
modal
sendiri (%)
Tren
total
aktiva(%)
1998
1999
1.217,2 1.207,0
2.044,0 2.167,0
59,5
55,7
2000
1.585,4
2.728,6
58,11
2001
1.897,2
2.950,6
64,3
2002
2.203,6
3.157,0
69,8
2003
2.341,4
3.207,4
73,0
40,5
44,3
41,9
35,7
30,2
27,0
100,0
99,0
97,0
156,0
181,0
192, 0
100,0
100,0
133,0
144,0
154,0
160,0
Dari ilustrasi 3.11 terlihat bahwa selama periode 1998-2003 posisi keuangan
perusahaan bertambah baik karena proporsi aktiva keseluruhan yang dibelanjai
dengan menggunakan modal sendiri semakin besar, yaitu 59,5% pada tahun 1998
selanjutnya menjadi 73,0% paada tahun 2003. hal ini juga mencerminkan adanya
margin of safety yang semakin tinggi bagi kreditur.
2.
sendiri dengan nilai buku dari aktiva tetap. Apabila modal sendir melebihi
aktivitas tetap berarti sebagian dari modal kerja neto berasal dari modal sendiri.
Apabila modal sendiri lebih kecil daripada aktiva tetap berarti sebagian dari aktiva
tetap dibelanjai dari pinjaman. Semakin tinggi rasio modal sendiri dengan aktiva
tetap berarti perluasan aktiva tetap lebih banyak dibelnjai dari modal sendiri
daripada modal pinjaman dan sebaliknya.
Investasi yang terlalu berat ke aktiva tetap adalah tidak menguntungkan karena
adanya beban depresiasi tahunan. Apabila kelebihan aktiva tetap tidak
dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan ini berarti potensi modal atau dana
telah salah dipergunakan. Kelebihan investasi dalam aktiva tetap telah menedot
modal kerja jangka pendek dan ini berarti membatasi atau mengurangi modal
kerja. Naik turunnya rasio modal sendiri dengan aktiva tetap dari tahun ke tahun
disebabkan oleh adanya penggantian dan pembelian aktiva tetap, adanya bagian
laba yang ditahan atau adanya pembayaran dividen, terjadinya kerugian usaha
atau adanya kerugian insidentil dan adanya pengeluaran atau pembelian kembali
saham. Contoh perhitungan rasio modal sendiri dengan aktiva tetap dapat
diperiksa pada ilustrasi ilustrasi 3.12.
Ilustrasi 3.12.
PT. Kartika
Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva
Periode 1998-2003
Keterangan
1998
Modal sendiri
1.27,2
Tren
modal 100,0
sendiri(%)
Aktiva tetap
867,0
Tren
aktiva 100,0
tetap(%)
Rasio modal 140,4
sendiri dengan
aktiva
tetap(%)
1999
1.207,0
99,0
2000
1.585,4
97,0
2001
1.897,2
156,0
2002
2.203,6
181,0
2003
2.341,4
192,0
853,8
98,0
1.364,4
157,0
1.380
159,0
1.430,2
165,0
1440,2
168,0
141,0
116,2
137,4
154,1
162,6
Dari ilustrasi 3.12 terlihat bahwa antara tahun 1998-2003 terjadi perubahan, baik
modal sendiri maupun aktiva tetap. Modal sendiri meningkat 92% sedangkan
aktiva tetap meningkat 66%. Peningkatan aktiva tetap ini terjadi karena adanya
peningkatan investasi dalam tanah, bangunan, dan peralatan. Sumber dana
investasi semakin banyak berasal dari unsur modal sendiri. Aktiva tetap baru
terutama dibelanjai dari modal sendiri dengan aktiva tetap semakin membaik,
yaitu 140,0% pada tahun 1998 menjadi 162,6% pada tahun2003.
1998
867,0
300,0
1999
853,8
325,0
2000
1.364,4
532,0
2001
1.380,8
481,0
2002
1.430,2
457,8
2003
1440,2
401,0
289,0
262,7
256,0
287,1
312,4
359,2
Dari data pada ilustrasi 3.13.dapat disimpulkan bahwa setiap satu rupiah utang
jangka panjang dijamin dengan aktiva tetap (berturut-turut tahun1998-2003). Ini
berarti menunjukkan bahwa tingkat keamanan kreditur jangka panjang semakin
membaik atau meningkat, yakni 289,0% pada akhir tahun 1998 menjadi 359,2%
pada akhir tahun 2003.
4. Nilai buku per lembar saham
Nilai buku dari modal saham adalah sama dengan total modal sendiri seperti yang
tertera pada Laporan Posisi Keuangan. Nilai buku ini didasarkan pada nilai
historiisnya bukan gambaraan keadaan perekonomian yang paling akhir. Bagian
modal saham meningkat bila terjadi pengeluaran saham baru dan akumulasi laba
yang ditahan dan sebaliknya menurun bila terjadi penciutan saham, pembayaran
deviden dan bila terjadi rugi.
Apabila tidak ada saham prioritas, niali buku per saham dihitung dengan membagi
modal sendiri dengan jumlah lembar sahm biasa yang dikeluarkan. Apabila hanya
terjadi dari saham prioritas, metode untuk memperlihatkan nilai buku aktiva
dimana saham prioritas itu dijamin dengan aktiva tersebut, adalah dengan
membagi total aktiva (tidak termasuk aktiva yang tidak berwujud) dikurangin
dengan semua kewajiban kepada kreditur dengan jumlah lembar saham prioritas
yang dikeluarkan.
Ilustrasi 3.14
Nilai buku aktiva total*tidak termasuk aktiva tidak (a) 1.000.000
terwujud
(-) total pinjaman
(b) 300.000
Nilai aktiva neto* (modal sendiri) (a-b)
(c) 700.000
Jumlah lembar saham prioritas yang dikeluarkan aktiva
(d)
neto* (tidak termasuk aktiva tak berwujud) yang tersedia
sebagai jaminan per lembar saham prioritas (dengan
asumsi bahwa saham tersebut dijamin dengan aktiva tetap
tersebut)
(c:d) 700
Apabila terdapat dua jenis saham, yakni saham prioritas dan saham biasa, maka
jumlah yang menjadi hak dari masing-masing jenis saham tersebut harus
dipisahakan terlebih dahulu, baru kemudian dihitung nilai buku per lembar saham
masing-masing jenis sahamnya.
Ilustrasi 3.15
Total aktiva (tidak termasuk aktiva tidak berwujud)
Rp 2.000.000
Dikurangi dengan :
Taksiran piutang ragu-ragu
Rp 20.000
Akumulasi penyusutan
Rp 75.000
Total
Rp 95.000
Nilai buku aktiva (tidak termasuk aktiva tak berwujud)
Rp 1.905.000
Dikurangi dengan :
Utang jangka pendek
Utang jangka panjang
Total
Modal sendiri (saham biasa dan prioritas)
Rp 125.000
Rp 300.000
Rp 425.000
Rp 1.480.000
Dikurangi dengan :
Modal saham prioritas :
Saham prioritas ,nilai pari Rp 100
Deviden saham prioritas 12%
Rp 300.000
Rp 36.000
Rp 336.000
Rp 1.144.000
Rp
Rp
Rp
Rp
100.000
50.000
125.000
369.000
Rp 1.144.000
Nilai buku per lembar saham prioritas :
modal saham prioritas
336.000
Rp112,00
jumlah lembar saham prioritas
3.000
Rp190,67
jumlah lembar saham biasa
6.000
Ilustrasi 3.16
PT KARTIKA
Ratio Operating Income dengan Operating Assets
31 Desember 998 2003
Keterangan
1998
1999
2000
2001
2002
2003
Operating income
Operating assets
Ratio
operating
income
dengan
operating asset
Ternd
operating
income
Trend
operating
assets
2.
126,8
2.44
6,20
129,8
2.167
5,99
123,8
2.728,6
4,54
156,2
2,905
5,29
69
3,157
5,35
182,0
3,207,4
5,67
100
102
98
123
133
144
100
106
133
144
144
160
perusahaan. Net income merupakan tujuan dari perusahaan dan rasio ini
menunjukkan bagaimana tujuan utama itu telah dicapai. Net income adalah
seluruh penghasilan dikurangi dengan harga pokok penjualan, biaya usaha, biaya
lain-lain, biaya insidentiil dan pajak perseroan. Modal sendiri menunjukkan
bagian pemegang saham pada akhir periode setelah diperhitungkan adanya laba
yang ditahan.
Ratio net income dengan owners equity yang redah menunjukkan bahwa
perusahaan tidak begitu berhasil karena tidak efisien dan tidak efektivitasnya
produksa, distribusi, keuangan atau manajemen umum, yaitu kondisi umum
perusahaan yang tidak menguntungkan atau kelebihan investasi dalam aktiva.
Rasio yang tidak menguntungkan adanya manajemen yang efisien melalui
organisasi perusahaan, kondisi umum perusahaan yang menguntungkan dan
trading on the equity. Rasio ini mengukur imbalan hasil rata-rata dari total
pemilikan pemegang saham. Rasio ini dibandingkan dengan rasio perusahaan lain
yang sejenis guna menentukan apakah tingkat imbalan hasil lebih baik atau
sebaliknya.
Ilustrasi 3.17
PT KARTIKA
Ratio Net Income dengan Modal Sendiri
31 desember 1998-2003
Keterangan
Net income
Net income dan pos
insidentil
Modal sendiri
Ratio net income
sebelum
pos
insidentil
dengan
modal sendiri
Ratio net income
sesudah
pos
insidentil
dengan
modal sendiri
Trend net income
Trend modal sendiri
1998
55,2
55,2
1999
58,0
56,0
2000
53,4
118
2001
64,8
83,6
2002
93,8
350,4
2003
104,4
189,4
1.217,2
4,53
1.207
4,8
1.585,4 1.897,2
3,37
3,42
2.203,6 2.341,4
4,26
4,46
4,53
4,64*
7,44
4,41
15,90
8,09
100
100
105
99
97
130
117
156
170
181
189
192
1998
826,6
1.17,2
2.044
1999
960
1.297
2.167
2000
1.143,2
1.585,4
2.950,6
2001
1.053,4
1.897,2
2.950,6
2002
953,4
2.203,6
3.157
2003
866
2.341,4
3.297,4
67,2
71
74,6
84
112,2
120,4
67,2
43
139,2
102,8
368,8
205,4
3,29
3,8
2,73
2,85
3,55
3,75
keuntungan
sesudah pajak
perseroan
Perbandinagn
3,29
keuntungan
sebelum pajak
perseroan
1,98
5,10
3,48
1,68
6,40
2.
3.
2.
3.
keuntungan
sesudah
dikurangi
pajak
perseroan
merupakaan
1998
300
1999
325
2000
532
2001
481
2002
457,8
2003
401
12
13
21,3
19,2
18,3
16
117,6
122,2
128
149
166
183
67,2
71
74,6
84
112,2
120,4
9,8
9,4
6,0
7,8
9,0
11,4
5,6
5,5
3,5
4,4
6,1
7,5
Bagi perusahaan yang mempunyai utang obligasi lebih dari satu dapat
diperlihatkan untuk masing-masing utang obligasi yang dipunyai. Misalnya ,
terdapat utang obligasi pertama dan kedua. Interset coverage untuk utang obligasi
pertama dihitung dengan membagi keuntungan denagn beban bunga utang
obligasi pertama. Untuk utang obligasi kedua ditentukan dengan membagi
keuntungan dengan beban bunga total yakni beban bunga utang obligasi pertama
dan kedua
Ilustrasi 3.20
PT KARTIKA
Kelipatan Keuntungan Terhadap Beban Biaya
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1998 2003
Keterangan
1999
2000
2002
2003
4.500
4.500
12.000
12.500
9.000
13.500
9.000
13.500
9.000
21.000
9.000
21.500
55.500
72.000
84.000
111.000
4,11
5,33
4,00
4,93
1999
55,2
2000
58,0
2002
53,4
2003
64,8
55,2
56*
118
83,6
40.000
1.380
42.500
1.365
52.500
1.017
62.000
1.045
bunga
dan
pos
insidentiil tetapi sudah
pajak perseroan
Kelipatan keuntungan 1.380
terhadap beban bunga
akan deviden
1.318*
2.248
1.348
BAB 4
ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAA MODAL KERJA
A.
Untuk membelanjai modal operasi perusahaaan dari hari ke hari ,misalnya untuk
memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan,
membayar upah buruh dan gaji pegawai dan biaya-biaya lainnya, setiap
perusahaan perlu menyediakan modal kerja. Sejumlah dana yang telah
dikeluarkan untuk membelanjai operasiperusahaan tersebut diharapkan akan dapat
kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil
penjualan barang daganganatau hasil produksinya. Uang yang masuk yang
bersumber dari hasil penjuaalan barang tersebut akan dikeluarkan kembali guna
membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian , uang atau dana
tersebut akan berputar secra terus menerus setiap periodenya sepanjang hidupnya
perusahaan.
Tredapat dua definisi modal kerja yang lazim dipergunakan yakni, sebagai
berikut:
1.
modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek.
Kelebihan ini disebut dengan modal kerja bersih atau net working capital.
Kelebihan ini merupakan sejumlah aktiva yang berasak dari utang jangka panjang
dan modal sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjujkkan
kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang jangka
pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta
menjamin kelangsungan usaha dimasa mendatang.
2.
modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal
kerja bruto atau gross working capital. Definisi ini bersifat kuantitatif karena
menunjukkkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi
jangka pendek. Waktu tersedianya modalkerja akan tergantung pada macam dan
tingkat likuiditas dari unsur-unsur aktiva lancar misalnya, kas, surat berharga,
piutang dan persediaan.
Disamping dua defini modal kerja diatas, masih terdapat pengertian modal kerja
menurut konsep fungsional. Menurut konsep fungsional, modal kerja adalh
jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk
menghasilakan pendapatan jangka pendek yang sesuai dengan maksud utama
didirikannya perusahaan tersebut.
Pengertian modal kerja ini didasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan
pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode akuntansi
tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapaatn untuk periode
tersebut, ada sebagian dana lain juga digunakan selama periode tertentu tetapi
tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek,
melainkan untuk menghasilkan pendapatan periode berikutnya.
Modal kerja menurut defini diatas, hanyalah jumlah dana yang digunakan selama
periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka
pendek saja, yaitu berupa kas, persediaan baranng dagangan, piutang dan
penyusutan aktiva tetap. Adapun aktiva lancar seperti surat-surat berharga dan
keuntungan dalam piutang digolongkan sebagai modal kerja potensial. Aktiva
tidak lancar seperti tanah, bangunan, mesin dan lain-lain digolongkan sebagaia
non working capital (Bambang Riyanto, 1981 : 50).
B.
Modal kerja sebaiknya tersedia dalm jumlah yang cukup agar menunjukkan
perusahaan utnuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan
keuangan, misalnya dapat menutupi kerugian dan mengatasi keadaan krisi atau
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Diluar kondisi diatas, yakni adannya modal kerja uyang berlebih-lebihan atau
2.
3.
4.
5.
Kelebihan modal kerja ,khususnya dalam bentuk kas dan surat berharga tidak
menguntungkan karena laba tersebut tidak digunakan secara produktif. Dana yang
menganggur, pendapatan yang rendah , investasi pada proyek-proyek yang tidak
diinginkan atau fasilitas pabrik dan perlengkapannya proyek-proyek yang tidak
dinginkan atau fasilitas pabrik dan perlengkapan yang tidak perlu, semuanya
merupakan operasi perusahaan yang tidak efisien.
Penyebab timbulnya kekurangan modal kerja sebagai berikut yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
kenaikan
tingkat
harga
karena
naiknya
harga-harga,
perusahaan
C.
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public utility) relatif rendah karena
investasi dalam persediaaan dan piutang pencairannya menjadikan relatif cepat.
Untuk beberapa perusahaan jasa tertentu maalhan langganan membayar dimuka
sebelum jasa dinikmati, misalnya jasa transport ,kereta api, bus malam, pesawat
udara dan kapal laut. Proporsi modal kerja dari total aktiva, pada perusahaan jasa
relatif kecil. Berbeda dengan perusahaan industri, pada relatif kecil atau rendah.
Perusahaan industri memerlykan persediaan dan piutang yang cukup besar, yakni
untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses dan barang
jadi. Fluktuasi dalam pendapatan bersih pada perusahaan jasa jga relatif kecil
biladibandingkan dengan perusahaan industri dan perusahaan keuangan.
2.
ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu. Jumlah modal kerja
bukan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau
barang jadi dibeli sampai barang dijual kepada langgganan.makin panjang waktu
yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang
makin besar kebutuhan modal kerja. Modal kerja bervariasi tergantung pada
volume pembelian dan harga beli per uniy dari barang yang dijual. Misalnya,
suatu perusahaan memproduksi lokomotif kereta api, disamping membutuhkan
waktu lama dalam proses produksinya juga membutuhkan modal kerja yang besar
(bila dibandingkan dengan perusahaan yang memproduksi mebel rtumah tangga).
Juga perusahaan yang membutuhkan sistem pendinginan (ikan laut) dan
perusahaan yang membutuhkan proses pengeringan (tembakau, kayu) akan
memerlukan modal kerja yang lebih besar,
3.
Syarta kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi
besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan
memperkecil kebutuhan uang kas yang hanya ditanamkan dalam persediaan,
sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barangf diterima maka
kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar.
Disamping itu, modal kerja dipengaruhi oleh sayrat kredit penjualan barang.
Semakin lunak kredit yang diberikan kepada langganan akan semakkin besar
kebuthan modal kerja yang harus ditanamkan dalam piutang. Untuk mengurangi
kebutuhan modal kerja dan mengurangi resiko kerugian karena adanya kerugian
piutanng tak tidak terbayar, biasanya perusahaan memberi rangsangan potongan
tunai.
4.
Semakin sering perputaran diganti maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan
dalam bentuk persediaan semakin rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran
persediaan yang diperlukan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien.
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan mengurangi resiko kerugian
karena penurunan harga, perubahan permintaan atau perubahan mode, menghemat
onkog penyimpaanan dan pemeliharaan persediaan.
5.
Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu tang diperlukan
untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Apabila piutang terkumpul dalm
jangka waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin
rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan
pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan
dengan pelunasan kredit, syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi
langganan serta penagihan piutang
6.
pengaruh konjungtur
barangnya dan menarik piutangnya. Uang yang diperoh digunakan untuk membeli
surat-surat berharga , melunasi utang atau menutup kerugian.
7.
Menurunnya nilai riil dibanding dengan harga buku dari surat berharga,
persediaan dan piutang akan menurunkan modal kerja. Apabila resiko kerugian ini
semakin besar berarti diperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga
atau melunasi utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi
diri dari hal yang tidak terduga dibutuhkan modal kerja yang relatif besar dslam
benruk kas atau surat berharga.
8.
pengaruh musim
Banyak perusahaan dimana penjualan hanya terpusat pada beebrapa bulan saja.
Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumalh maksimum
modal kerja untuk periode yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan
dalam benruk persediaan barabg dagangan berangsur-angsur meningkat dalam
bulan-bualn menjelang puncak penjualan.
9.
Jumlah modal kerja , dalam bentuk kas termasuk surat berharag yang dibutuhkan
perusahaan dalam membiayai operasinya tergantung pada kebijaksanaan
penyediaan kas. Penyediaan kas ini tergantung pada (a) credit rating dari
perusahaan , (b) perputaran persediaan dan piutang ,(c) kesempatan mendapatkan
potongan harga dalam pembelian.
D.
Modal kerja menurut jenisnya dibedakan menjadi dua golongan yaitu sebagi
berikut :
1.
bagian modal kerja yang permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal
yang harius tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya
atau sejumlah modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran
usaha.
modal kerja primer yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus
ada pada perusahaan utnuk menjamin kontiunitas usahanya.
b.
2.
bagian modal kerja bersifat variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya
nodal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya nberubahubah disebabkan dan fluktuasi musim.
b.
c.
Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang jumlahnya berubahubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak
dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu (Bambang
Riyanto, 1981 : 52).
Modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber yakni sebagai berikut :
1.
pendapatan bersih
Modal kerja diperoleh dari hasil penjualann barang dan hasil lainnya yang
meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi sebagaian dari modal kerja ini
harus digunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya usaha yang
telah dikeluarkan untuk memperoleh revenue, yakni berupa biaya penjualan dan
biaya administrasi. Jadi, sebenarnya yang merupakan sumber miodal kerja adalah
pendapatan bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh darioperasi jangka
pendek, dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan perhiytungan
laba rugi perusahaan.
Dalam laporan perhitungan laba rugi terdapat dua jenis biaaya usaha yakni
(a) pos-pos biaya yang memerlukan pengeluaran kas atau menimbulkan uatng
karena piutang tidak terbayar. Kerugian piutang tak terbayar akan mengutangi
piutang, sedang piutang adalah salah satu unsur modal kerja. Sebaliknya
penyusunan harus dikurangkan dari aktiva tetap yang tidak ada pengaruhnya
terhadap modal kerja.
Gambar pengaruh berbagai unsur dari laporan perhitungan laba rugi terhadap
modal kerja , digambarkan sebagai berikut :
Ilustrasi 4.1
Pos-pos dalam laba rugi
Penjualan
Harga pokok penjualan
Laba bruto
Dikurangi :
Penyusutan
10.000
Amortisasi
Obligasi
1.000
Amortisasi paten 1.500
Biaya usaha lain 90.000
Biaya lain dikurangi
Hasil lain-lain
5.000
Pajak perseroan
5.000
Pendapatan bersih
500.000
350.000
150.000
112.500
37.500
Menambah ( 50.000)
Catatan :
Analisis pertambhan modal kerja sebesar Rp 50.000 adalh sebagai berikut :
Pertambahan modal kerja bruto dari penjualan
Pengurangan modal kerja dari HPP
Biaya usaha
Biaya lain-lain diatas hasil lain
Pajak perseroan
90.000
5.000
5.000
100.000
500.000
350.000
150.000
50.000
37.500
12.500
50.000
2.
Keuntungan dari penjualan surat berharga
Surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan dari penjualn
inin akan menimbulkan keuntungan. Penjualan surat berharga menunjukkan
pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos surat berharga menjadi pos kas.
Keuntungnan yanng diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja.
Sebaliknya, jika terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang.
3.
penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar
lainnya.
Sumber lain untuk menambhan modal kerja adalah hasil penjualan tetap, investasi
jangka panjang dan kativa tidak lancar lainnya yang diperlukan lagi oleh
perusahaan. Perubahan aktiva tidak lancar itu menunjukkkan kas yang akan
enambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualna aktiva tidak lancar tersebut.
4.
penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik
Utang hipotek, obligasi dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila
diperlukan sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi perusahaan. Pin jaman
jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak begitu disukai karena adanya
beban bunnga disamping kewajiban mengembalikan pos pinjamnanya.
5.
dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya
Pinjamman jangka pendek bagi bebrapa perusahaan merupakan sumber penting
dari aktiva lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk
membelanjai kebutuhan modal kerja musim siklis, keadaan darurrat atau
kebutuhan jangka pendek lainnya.
6.
kredit dari suplier
Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan suplier.
Material, supplies dan jasa-jasa biasa secar kredit atauy dengan wesel batar.
Apabila perusahaan kemudian mengusahaankan menjual barang dan menarik
pembayaran piutang sebelum waktu utang harus dilunasi, perusahaaan hanya
memerlukan sejumlah modal kerja.
E.
Pnggunaan Modal Kerja
Penggunaaan modal kerja yang mengakibatkan berkurtangnya aktiva lancar
sebagai berikut :
1.
pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang jangka pendek.
2.
adanya pemakaian prive yang berasal dari keeuntungan
3.
kerugian usahaa atau kerugian insidentiil yang memerlukan pengeluaran
4.
pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiun pegawai
pembayaran bunga obligasi yang telah jatuh tempo, penemp[atan kembali
aktiva tidak lancar
5.
pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tak berwujud dan investasi jangka
panjang
6.
pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembalu saham
perusajaan
Transaksi-transaksi yang mengaklibatkan perubahan bentuk aktiva lancar tetapi
tidak mengubah jumlah aktiva lancar adalah :
1.
pemebelian tunai surat berharga
2.
pembelian tunai barang dagangan
3.
perubahan bentuk suatu piutang ke piutang lain ,misalnya dari piutang
dagang menjadi piutang wesel
Apabila didasarkan pada data Laporan Posisi Keuangan, perubahan modal kerja
(dalam pengertian modal kerja neto) pada prinsipnya karena pengaruh dari
perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar.
Perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh
memperbesar modal kerja adalah :
1.
berkurangnya aktiva tidak lancar
2.
bertambahnya utang jangka panjang
3.
bertambahnya modalm saham
4.
adanya keuntungan dari operasi perusahaan
Apabila digambarkan akan tampak sebagai berikut :
Rekening lancaar
Aktiva tidak lancar
1.000.000
40.000
200.000
300.000
60.00
600.000
1.200.000
berrapa banyak modal kerja yanng bersal dari keuntungan dan bagaaimana
keuntungan itu didistribusikan ?
3.
berapa banyak modal kerja yang berasal dari pinjaman jangka panjang dan
barapa banyak yang berasal dari penjualan saham dan bagaiaman
penggunaan dari dana tersebut ?
4.
apakah ada perusahaan yang telah menjual sebagian kativa tidak lancarnya
? apabila ya ,bagaimana penggunaan hasil penjualan tersebut ?
5.
berapa banyak dana yang ditanamkan dalam benruk pebrik dan alat
perlengkapannya ?
Jawaban atas pertanyaan penting tersebut akan dapat diperoleh melalui laporan
sumber dan penggunaan modal kerja.
G.
Penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaan Modal kerja
Laporan dan sumber penggunaan modal kerja dissusun berdasarkan Laporan
Posisi Keuangan yang diperbandingkan dan informasi yang berkenaan dengan
perubahan semua rekening tidak lancar dan pos-pos modal endiri. Informasi ini
diamaati dengan tujuan untuk dapat menjelaskan tentang sumber-sumber dan
penggunaan modal kerja. Periksa ilustrasi 5.5.
Ilustrasi 4.5
Data Laporan Posisi Keuangan dari PT Seger Waras
Pada 31 Desember 2000 dan 31 Desember 2001
(dalam ribuan rupiah)
Aktiva
Kas
Piutang
dagang
Persediaan
barang
Bangunan
dan
peralatan
Tanah
31/12/00
180.000
220.000
31/12/01
120.000
240.000
Utang&modal 31/12/00
Wesel bayar
40.000
Utang dagang 280.000
31/12/01
60.000
240.000
360.000
440.000
100.000
250.000
Utang
obligasi
Modal saham
400.000
700.000
100.000
100.000
150.000
860.000
1.150.000
Laba
yang 40.000
ditahan
860.000
1.150.000
Dari pengamatan pada perubahan data Laporan Posisi Keuangan diketahui bahwa
telah terjadi pengeluaran sebanyak Rp 250.000 untuk bangunan dan peralatan
telah dikeluarkan sebanyak Rp 100.000 untuk melunasi utang obligasi berbentuk
modal kerja sebesar Rp 300.000 yang berasl dari penjualan saaham, laba yang
ditahan berasal dari laba bersih yang diperoleh.
Operasi perusahaan mendatangkan keuntungan apabila penjualan menghasilkan
kas dan piutang melbihi harga pokok penjulaan dan biaya-biaya usaha yang
mengurangi kas dan persediaan barang serta meningkatkan utang.
Pada ilustrasi 5.5 laba usaha dicerminkan oleh adanya kenaikan laba yang diyahan
sebesar Rp 110.000. dana yang berasal dari laba usaha beserta dana yang berasal
dari penjualan saham melebihi besarnya dana yang digunakan untuk mengadakan
bangunan dan peralatan serta pembayaran kembali utang obligasi. Kelebihan ini
memperbaiki posisi modal kerja dari perusahaan yang bersangkutan.
Laporan yang menunjukkan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja beserta
bentu perubahan modal kerja ditunjukkan sebagai berikut :
Ilustrasi 4.6
PT Seger Waras
Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001
Sumber modal kerja :
Laba usaha
Penjualan saham
110.000
300.000
410.000
350.000
60.000
Ilustrasi 4.7
Unsur modal kerja
Aktiva lancar :
Kas
Piutang dagang
31/12/00
180.000
220.000
31/12/01
120.000
240.000
Modal kerja
Meningkat
Menurun
20.000
60.000
Persediaan barang
Utang lancar
Wesel bayar
Utang dagang
Kenaikan unsur modal
kerja
Penurunan modal kerja
Kenaikan modal kerja
360.000
440.000
80.000
40.000
280.000
60.000
240.000
40.000
140.000
20.000
80.000
140.000
80.000
60.000
Untuk suatu Laporan Posisi Keuangan yang jumalh rekeningnya tidak banyak dan
perubahan unsur-unsurnya tidak begitu rumit, laporan sumber dan penggunan
modal kerja dapat disusun langsung seperti pada ilustrasi 5.6 dan ilustrasi 5.7.
Untuk suatu Laporan Posisi Keuangan yang jumalh rekeningnya banyak dan
perubahaan unsurnya cukup rumit , guna menyederhanakan atau memudahkan di
dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja, perlu
terlebih dahulu periksa ilustrasi 5.8.
Pada kertas kerja tersebut , pos-pos Laporan Posisi Keuangan ditempatkan pada
kolom pertama yaitu memperlihatkan data Laporan Posisi Keuangan yang
diperbandingka. Perubahan neto untuk masing-masing rekening Laporan Posisi
Keuangan ditunjukkan pada kolom kedua. Kenaikan dalam saldo rekening aktiva,
penurunan dalam saldo rekening utang dan penurunan dalam saldo rekening
aktiva, kenaikan dalam saldo debet, sedang penurunan dalam saldo rekening
aktiva, kenaikan dalam saldo rekening utang, dan kenaikan dalam saldo rekening
modal dicantumkan dalam kolom kredit. Perubahan saldo rekening tersebut
kemudian ditarik ke dalam dua kolom terakhir. Jumlah debet dari aktiva tidak
lancar, utang tidak lancar atau rekening modal kemudian ditarik ke dalam kolom
penggunaan dana. Adapun jumlah kredit dalam aktiva tidak lancar, utang jangka
panjang atau rekening modal kemudian ditarik ke dalam kolom sumber dana.
Jumlah debet dalam aktiva lancar dan utang jangka pandek ditarik ke dalam
rekening kenaikan modal kerja, sedngkan jumlah kredit dalam aktiva lancar dan
utang jangka pendek ditarik ke dalam kolom penurunan modal kerja.
Ilustrasi 4.8
PT Seger Waras
Kertas kerta untuk laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001
rekening
saldo
Perubahan neto
31/12/00
31/12/01
180.000
120.000
Piutang
220.000
Persediaan 360.000
240.000
440.000
20.000
80.000
Bangunan
250.000
250.000 -
Tanah
100.000
860.000
40.000
100.000
1.150.000
60.000
--
280.000
240.000
40.000
100.000
Kas
Wesel
bayar
Utang
dagang
Utang
hipotik
Modal
saham
Laba yang
ditahan
Dr
Cr
dana
Modal kerja
penggunaan
sumber
60.000
60.000
20.000
80.000
250.000
20.000
20.000
40.000
100.000 -
400.000
700.000
300.000 100.000
300.000 -
40.000
150.000
110.000 -
110.000 -
Naik
turun
Apabila dana yang diperoleh dari perubahan dalam pos-pos tidak lancar dan
modal melebihi dana yang digunakan untuk pos-pos tidak lancar dan modal maka
modal kerja berarti bertambah atau meningkat sebesar selisihnya. Sebaliknya
apabila dana yang digunakan atau dipakai melebihi dana yang diperoleh berarti
modal kerja menurun sebesar perbedaannya. Saldo pada dua pasang kolom
terakhir meringkaskan pengaruh bersih dari aktivitas paerusahaan terhadap
besarnya modal.
H.
Penyesuaian yang diperlukan dalam menentukan jumlah sumber dan
penggunaan modal kerja
Perubahan neto dari saldo rekening-rekening Laporan Posisi Keuangan yang
31/12/2000
40.000
10.000
50.000
3.000
Persediaan
Inv saham PT
JTZ
Bangunan
120.000
(-)cad.penyu
32.000
Tanah
Goodwill
Wesel bayar
Utang dagang
Modal saham
Premium
Laba ditahan
31/12/2001
30.000
10.000
90.000
4.000
47.000
40.000
30.000
86.000
103.000
20.000
210.000
44.000
88.000
20.000
20.000
295.000
20.000
30.000
200.000
30.000
15.000
166.000
50.000
465.000
10.000
50.000
300.000
50.000
25.000
Modal
dari
penilaian
kembali
Aktiva tetap
30.000
465.0000
295.000
Rp 43.000.000
Rp 3.000.000
Rp 40.000.000
Dari analisis rekening dan catatan lainnya diketahui bahwa perusahaan telah
mengeluarkan tambahan saham dengan nilai nominal Rp 100.000 sedang
direalisasi penjualannnya adalah Rp 120.000.000. Tanah yang perolehannya Rp
20.000.000 telah dinilai kembali menjadi Rp 50.000.000 dan kenaikan nilai ini
telah dicatat dalam rekening yang bersangkutan.
Kertas kerja untuk penyusunan sumber-sumber dan penggunaan dana untuk tahun
yanng berakhir pada 31 desember 2006 dapat diperiksa di ilustrasi 5.10.
Cadangan piutang tidak kembali telah dikurangkan dari piutang dagang dengan
rekening tersebut ditunjukkan dalam kertas kerja sebesar nilai netonya. Cadangan
penyusutan bangunan dan peralatan ditunjukkan secara terpisah karena rekening
mewmerlukan penyesuaian. Untuk lebih mudahnya, rekening cadangan
penyusutan bangunan dan peralatan tersebut dilaporkan bersama-sama pos utang
atau modal pemilik yang berjumlah negarif dilaporkan bersaam dengan aktiva
disebelah debet.
Ket
PT Rahayu
Kertas kerja untuk laporan sumber dan penggunaan modal kerja
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2001
Perubahan neto
penyesuiaan
Modal kerja
Modal kerja
Saldo
31/12/00 31/12/01 dr
Cr
Dr
cr
penggunaan sumber
naik
turun
Kas
40.000
30.000
10.000
10.000
Wesel
tagih
Piutang
dagang
Investasi
saham PT
JTZ
Persediaa
n
Banguna
n
dan
peralatan
Tanah
10.000
10.000
47.000
86.000
39.000
39.000
40.000
103.000
63.000
63.000
30.000
20.000
10.000
10.000
90.000
120.000
210.000
90.000
20.000
50.000
30.000
20.000
20.000
20.000
Goodwill
20.000
327.000
509.000
12.000
12.000
10.000
Cadangan 32.000
penyusut
an
44.000
Wesel
bayar
Utang
dagang
Modal
saham
Premium
20.000
10.000
10.000
20.000
30.000
50.000
20.000
200.000
300.000
100.000 100.000 -
30.000
50.000
20.000
20.000
25.000
10.000
10.000
10.000
30.000
30.000
30.000
20.0000 -
509.000
232.000 232.000
-
40.000
12.000
3.000
10.000
10.000
12.000
55.000
7.000
Laba
15.000
yang
ditahan
Modal
dari
penilaian
Sumber
327.000
dana dari
operasi
Pendapat
an neto
Penyusut
an
Rugi
penjualan
Deviden
Sumber
dana
Sumber
dari
penjualan
PT JTZ
242.000 242.000 100.000
Kenaikan
modal
kerja
82.000
82.000
182.000
Sesudah melaporkan perubahan rekening penyesuaian yang dibuat, kemudian dimasukkan ke dalam kolom penyesuaaian. Masingmasing penyesuaian yang dibuat dapat dijelaskan sebagai berikut ;
1.
dari analisis terhadap rekening laba yang ditahan, menunjukkan bahwa laba yang ditahan telah meningkat sebesar Rp 40.000.
Laba yang ditahan
Rp 40.000
Sumber modal dan penggunaan operasi :
Pendapatan neto dan pos insedentil
2.
Rp 40.000
dari analisis terhadap rekening laba yang ditahan, menunjukkan beban deviden.
Penggunaan modal kerja :
Deviden tunai
Rp 10.000
Laba ditahan
Rp 10.000
3.
rekening laba yang ditahan menunjukkan bahwa goodwill senilai Rp 20.000 telah dihapuskan.
Goodwill
Laba yang ditahan
Rp 10.000
Rp 10.000
4.
5.
6.
12.000
Rp 12.000
Rp 120.000
Perubahan saldo rekening yang diperlihatkan pasa kolom dibangun dari jurnal
penyesuaian dan selanjutnya akan ditarik ke dalam kolom terakhir dari kertas
kerja, yaitu kolom dana dan kolom modal kerja.
Kertas kerja merupakan alat dasar yang dapat dipakai untuk menyusun laporan
sumber dan penggunaan modal kerja. Laporan sumber dan penggunaan modal
kerja yang disusun berdasarkan kertas kerja sebagai yanng diperlihatkan pada
ilustrasi 4.10 dan 4.11
Ilustrasi 4.10
PT Rahayu
Laporan sumber dan penggunaan modal kerja
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2001
Sumber modal kerja :
Hasil operasi perusahaaan
Pendapatan neto dan pos
insedentil
(+) penyut.bangunan
12.000
Rugi pejnualan saham
3.000
40.000
15.000
55.000
120.000
7.000
182.000
90.000
10.000
100.000
82.000
31/12/00
31/12/01
Modal kerja
40.000
10.000
47.000
40.000
30.000
10.000
86.000
103.000
39.000
63.000
10.000
-
20.000
30.000
10.000
50.000
10.000
112.000
112.000
20.000
30.000
82.000
112.000
J.
Laporan sumber dan penggunaan kas
Laporan sumber dan penggunaan kas merupaakn metode atau cara untuk
mengetahui perubahan neto dari aliran dana kas antara dua titik waktu. Dua titik
waktu tersebut berupa tanggal penyusunan laporan keuanagan pada awal dan
kahir suatu periode yang kaan dianalisis.
Pada dasarnya laporan sumber dan penggunaan kas disusun melalui tahap-tahap :
1.
mengelompokkan perubahan neto unsur Laporan Posisi Keuangan yang
terjadi di antara dua titik waktu ke dalam kel;ompok perubahan yang
memperbesar jumlah kas dan kelompok perubahan yang mengurangi kas.
2.
3.
Kelompok perubahan dari unsur Laporan Posisi Keuangan antara dua tannggal,
laporan laba rugi dan laporan laba yang ditahan yang efeknya memperbesar
jumlah kas. Dan dana ini disebut sumber kas yaitu sebagai berikut (bambang
riyanto, 1981 :280-281 ; van home ,1997 ; 58).
1. bekurangnya neto aktiva lancar selain kas
2. berkuranngnya atau penurunan aktiva tidak lancar
3. bertambahnya setiap jenis utang
4. hasil penjulan atau pengeluaran saham prioritas atau saham biasa
5. keuntungan dari operasi perusahaan
Kelompok perubahan dari unsur Laporan Posisi Keuangan antara dua tannggal,
laporan laba rugi dan laporan laba yang ditahan yang efeknya mengurangi jumlah
kas. Dan dana ini disebut sumber kas yaitu sebagai berikut (bambang riyanto,
1981 :280-281 ; van home ,1997 ; 58).
1.
2.
3.
4.
5.
6.
ilustrasi 4.14
PT Tak Puas
Laporan perubahan Laporan Posisi Keuangan
31 desember 2000 31 desember 2001
Rekening
31/12/00
31/12/01
perubahan
D
Kas
Surat berharga
Piutang
dagang
Persediaan
Biaya DDM
Akm.pajak
Aktiva neto
Inv.jangka
pnjg
Jumlah aktiva
105
70
740
112
65
678
7
-
5
62
1.235
17
29
747
-
1.329
20
35
740
65
94
3
6
65
7
-
205
3.148
Utang
dan 357
modal sendiri
Wesel bayar
137
Utang dagang 127
Utang pajak
164
Utang
jk 626
pendek
Utnag jk pnjg
420
Modal saham
361
Premium
956
205
3.249
448
91
148
36
191
631
91
-
11
27
5
420
361
1.014
58
Laba
ditahan
3.249
266
266
yang 3.148
Ilustrasi 4.15
PT Tak Puas
Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2001
Penjualan neto
HPP
Laba bruto
Biaya penjualan,umum,adm
Penyusutan
Biaya bunga
Pendapatan sebelum pajak
3.993
2.680
1.313
801
112
85
998
315
165
150
92
58
Pajak perseroan
Pendapatan sesudah pajak
Deviden tunai
Kenaikan laba yang ditahan
Sumber dana yang berasal dari operasi perusahaan tidak ditunjukkan secara
langsug dari laporan laba rugi. Penyusutan harus ditambahkan pada pendapatan
neto sesudah pajak guna menghitung besarnya dana yang diperoleh dari operasi
perusahaan.
Pendapatan neto sesudah pajak
Biaya noncash :penyusutan
Dana yang diperoleh dari operasi
Rp 150.000.000
Rp 112.000.000
Rp 262.000.000
Ilustrasi 4.16
PT Tak Puas
Laporan sumber dan penggunaan Kas
Sumber-sumber kas
Dana
bersumber
operasi
Keuntungan neto
Penggunaan kas
Deviden tunai
dari
Penyusutan
Berkurangnya
surat
berharga
Berkurangnya piutang
Bertambahnya wesel bayar
150
112
5
62
91
Bertambahnya
aktiva
tetap
Bertambahnya persediaa
Bertambahnya
biaya
ddm
Bertambhanya pajak
Bertambhanya inv jk
92
105
94
3
6
65
pnjg
Berkurangnya
utang 91
pajak
Bertambhanya kas
7
463
Dalam ilustrasi 5.16 dilihat bahwa penggunaan kas yang menonjol adalah untuk
penambhana aktiva tetap (Rp 105 jt), untuk menambah persediaan baraang
dagangan (Rp 94 jt), untuk memeperluas investasi jangka panjang (Rp 65 jt), pada
berbagai aktiva tersebut dibelanjai tetrutama dari dana yang bersumber dari hasil
operasi perusahaan setelah dikurangi deviden tunai (Rp 170jt), hasil janaka
pendek (Rp 129 jt) dan pinjaman jangka panjang (RP 5 jt). Jumlah penerimaan
kas dari berbagai sumber melebihi jumlah pemakainaannya atau penggunaanya
sehingga tetrjadi kenaikan jumlah kas (Rp 7 jt).
Dalam analisis sumber dan penggunaan kas, umumnya deviden tunai ditempatkan
berlawanan keuntungan bersih, dan tambahan aktiva tetap berlawaanan dengan
penyusutan. Dengan demikian, penganalisis aakn lebih mudah dalam
mengevaluasi jumlah pembayaran deviden dan jumlah pertambahan bersih dari
BAB 5
ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS
A.
Sifat laporan sumber dan penggunaa kas
Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi
keuanagn selama satu periode dengan menunjukkan sumber dan penggunaan
modal kerja dalam periode tersebut, modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar
atau aktiva lancar dikurangi utang lancar. Dengan demikian yang
dilaporkanadalah perubahan aktiva lancar dan utang lancar serta sebab-sebab
perubahan tersebut atau sumber dan penggunaannya. Tekana yang diberikan
dalam laporan ini adalh perubahan modal kerja atau aktiva lancar dan utang lancar
secara keseluruhan dan tidak akan menunjukkan jumlah uang yang telah diterima
atau dikeluarkan selama periode tersebut.
Laporan perubahan kas atau laporan sumber dan penggunaan kas disusun untuk
menunjukkan perubahan kas selama saru periode dan memberikan alasan
mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan darimana sumber kas dan
penggunaanya. Laporan sumber dan penggunaan kas menggambarkan atau
menunjukkan lairan atau gerakan kas yaitu sumber penerimaan dan penggunaan
kas dalam periode yang berhubungan dengan kas tanpa memperhatikan
hubunganmya dengan penghasilan yanng diperoleh maupun biaya yang terjadi.
Subjek laporan perubahan kas adalah sumber dan penggunaan kas, sedangkan
subjek laporan laba rugi adalah penghasilaln yang direalisasi atau diperoleh dari
biaya yang terjadi ytanpe memperharikan apakah penghasilan itu sudah diterima
uangnya atau belum dan apakah biaya itu sudah dibayar per kas atau belum. Kalau
dasar yang digunakan dalam menyusun laporsan laba rugi tersebut adalah dasar
tunai atau cash basic , dimana penghasilan baru diakuinkalau sudah diterima
uangnya dan biaya diakui kalau sudah sudah dibayar tunai per kas. Dalam hal ini
laporan laba rugi menujkkan sumber kas yang bersal dari operasi. Perlu
diperhatikan bahwa laporan sumber kas tidak hanya dari operasi tetapi masih
banyak sumber penerimaan kas lainnya, begitu pula penggunaanya tidak hanya
untuk membiayai operasi. Oleh karena itu, laporan sumber dan penggunaan kas
sifatnya atau scopenya lebih luas daripada laporan laba rugi baik yanng
penyusunananya berdasarkan cash basic maupun accrual basic.
Laporan sumber dan penggunaan kasa akan dapat digunakan sebagai dasar dalam
menaksir kebutuhan kas dimasa mendatang dan kemunngkinan sumber yang ada
atau dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas
dimasa akan datang. Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan l;aporan
sumber dan penggunaan kas akan dapat menilai kemampuan perusahaan dalam
membaayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.
B.
Sumber dan Penggunaan Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan satu unsur modal yang
paling tinggi likuiditasnya, berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki
oleh suatu perusahaan akan semakin tingi pula tingkat likuiditasnya. Akan tetapi
suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya
dalam jumlah yang besar tingkat perputaran kas tersebut rendah dan
mencerminkan adanya over investment dalam kas dan berati pula perusahaan
kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang diperoleh akan lebih besar
tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keunrtungan tanpa memperhtikan
likuiditasnya akhirnya perusahaan ini akan berada dalam keadaan likuid apabila
sewaktu waktu ada tagihan.
Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa kas sangat berperan dalam
menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, kas harus
direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimaanya maupun pengunaanya.
Penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan ada yang bersifat rutin atau
secara terus mnerus dan ada pula yang bersifat insidentill atau tidak secara terus
menerus.
Sumber penerimaan kas dalam suati perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari :
1.
hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud, atau adanya penurunan aktiva tidak lancar
yang diimbangi dengan penambahan kas.
2.
3.
pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek maupun jangka
panjang serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan
kas.
4.
5.
adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasi
ataupun hadiah dengan adanya pengembaliaan kelebihan pembayraan
pajak pada periode-periode sebelumnya.
4.
5.
C.
Penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas
Penyusunan laporan perubahan kas aatau laporan sumber dan penggunaan kas
dapat dilakukan dengan meringkas penerimaan kas dan jurnal pengeluran kas.
Cara ini memakan waktu yang lama karena harus menggolongkan setiap transaksi
kas menurut sumbernya masing-masing serta tujuannnya, dan cara ini hanya dapat
dilakukan dengan lengkap oleh internal analisis yang memungkinkan memperoleh
datanya dengan lengkap dan masuh murni. Bagi eksternal analisis, menyusun
laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan menganalisis
perubahan yanng terjadi dalam laporan keuanagna yang diperbandingakn anatara
dua waktu atau akhir periode serta informasi-informasi lain yang mendukung
terjadinya perubahan tersebut. Dalam mennganalisis perubahan yang terjadi harus
diperhatikan kemungkianan adanya perubahan atau transaksi yang tidak
mempengaruhi kas.
Transaksi yang tidak mempengaruhi uang kas sebagai berikut yaitu :
1. adanya pengakuan ayau pembebanan depresiasi, amortisasi dan deplesi
terhadap aktiva tetap. Biaya depresiasi ini merupaakn biaya yang tidak
memerlukan pengeluaran kas
2. pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan
kerugian piutang maupun tidak, dan pengahpusan piutanng karena yang
bersangkutan sudah tidak dapat ditagih lagi.
3. adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki
dan penghentian dari penggunaan kativa tetap karena aktiva yang
bersangkutan telah habis dissusut dan sudah tidak bisa dipakai lagi.
4. adanya pembayaran deviden dalam bentuk saham, adanya penyisihan atau
pembatasan dan penggunaan laba, dan adanya penilaian kembali terhadap
aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
Terhadap transaksi yang tidak mempengaruhi kas tersebut harus dilakukan
penyesuaian. Disamping itu juga
perlu diadakan penyesuaian untuk
menghilangkan pengaruh adnaya accrual and deferred revenue sehingga
PT Madu Asri
Laporan Posisi Keuangan yang diperbandingkan
31desember 2002 2003
Kas
Piutang dagang
Piutang wesel
Persediaan
Persekot biaya
Tanah
Gedung
Alaat kantor
Akumulasi depresiasi
Akumulasi
dep.alat
kantor
Utang dagang
Utang wesel
Utang obligasi
Utang gaji
Modal saham
Laba yang ditahan
31 desember
2002
2003
545.500
919.700
1.324.200
1.612.800
500.000
250.000
951.200
1.056.500
46.000
37.000
200.000
200.000
1.600.000
2.000.000
700.000
850.0000
5.826.900
6.926.000
25.500
261.000
153.000
201.000
655.000
150.000
600.000
312.000
2.000.000
1.771.400
5.826.900
552.000
125.000
450.00
443.500
2.600.000
2.293.300
6.926.000
521.900
250.000
9.000
131.500
83.000
474.000
995.000
288.600
105.300
102.800
25.000
521.700
474.200
600.000
400.000
150.000
150.000
700.000
Kenaikan kas
374.200
Untuk memrinci sumber dan penggunaan kas maka harus diperoleh data laporan
laba rugi dan informasi lain yang mendukung perubahan-perubahab yang terjadi
dari perusahaan yang bersangkutan. Untuk memberikan contoh dalam menyusun
laporan sumber dan penggunaan kas yang terperinci, berikut disajikan laporan
laba rugi dari PT Madu Asri untuk periode yang berakhir 31 desember 2003 dan
informasi lain yang sehubungan dengan laporan keuangan tersebut :
Informasi lain yang diperoleh adalah sebagai berikut :
PT Madu Asri
Laporan Laba Rugi
Periode yang berakhir 31 desember 2003
Penjualan bruto
Retur penjualan
Harga bersih
HPP
Persediaan awal
Pembelian
9.703.000
94.000
9.609.000
951.200
6.029.000
Laba kotor
Biaya penjualan :
Advertensi
Gaji sales
Sewa kantor
Biaya kantor
Gaji dan lain
5.923.700
294.700
682.300
90.000
174.100
85.100
1.326.200
2.501.900
1.183.400
28.000
1.155.400
9.609.000
50.600
9.558.400
600.000
10.158.400
BAB 6
ANALISIS BREAK EVEN
A.
Pengertian Titik Impas
Analisis titik impas atau anlisi break even point diperlukan untuk mengetahui
hubungan antar volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi ,
biaya lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi. Oleh
karena itu, analisis titik impas ini sering disebut cost volume profit analysis.
Analisis titik impas hanya diperlukan bagi perusahaan perusahaan yang dalam
menyelenggarakan operasinya harus menanggung beban tetap yaitu berupa biaya
tetap disamping adanya biaya variabel yang harus ditutup dari hasil penjualan.
Suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan impas yaitu apabila setelah disusun
laporan perhitungan laba rugi untuk periode tertentu sama besarnya dengan
keseluruhan biaya yang telah dikorbankan sehingga perusahaan tidak memperoleh
keuntungan atau menderita kerugian.
Biaya yang dikorbankan dipisahkan menjadi biaya tetap dan variabel. Pada titik
impas keseluruhan hasil penjualan, setelah dikurangi dengan keseluruhan biaya
variabel, hanya cukup untuk menutup keseluruhan biaya tetap saja, tidak terdapat
sisa yang merupakan keuntungan. Bagian hasil pengurangan biaya variabel dari
hasil penjualan disebut dengan contribution margin atau marginal income.
Contribution margin ini disediakan untuk menutup biaya tetap. Impas terjadi bila
contribution margin sama dengan biaya tetap. Laba terjadi bila contribution
margin melebihi biaya tetapnya dan terjadi rugi bila contribution margin lebih
kecil daripadanya biaya tetap.
Dari uraian diatas daparlah dikatakan bahwa analisis titik impas adalah suatu cara
yang digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengetahui atau untuk
mnerencanakan pada volume produksi atau volume penjualan berapakah
perusahaan yang bersangkutan tidak memperoleh keuntungan atau tidak
menderita kerugian. Dengan diketahuinya titik impas tersebut dapatlah
direncanakan tingkat volume produksi atau volume penjualan yang akan
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan yang bersangkutan. Agar terhindar
dari kerugian perusahaan harus dapat mengusahakan jumlah penjualan pada titik
impas tesrbut. Apabila volume penjualan titik mencapai titik impas tersebut
bararti perusahaan akan mengalami rugi.
Tercapainya titik impas pada voume penjualan yang relatif rendah merupakan
harapan dari setiap perusahaan karena memberi kesempatan kepada perusahaan
untuk dapat segera merealisasi adanya keuntungan. Untuk mengetahui bagaimana
kemampuan suatu perusahaan dalam merealisasikan keuntungan, perusahaan yang
bersangkutan perlu membuat perencanaan penjualan, produksi dan biaya
produksi. Dengan demikian, sebenarnya analisis titik impas itu sangat erat
hubungannya dengan program budget yaitu proses dibidang perencanaan
keuangan. Meskipun analisis titik impas dapat diterapkan untuk data historis
3.
4.
5.
bahwa harga jual per unit barang itu akan tetap saja, tidak naik
atau turun berapa saja jumlah unit barang nyang dijual. Harga
per unit tidaka akan menurun walaupun volume penjualan
meningkat, dan sebaliknya volume penjualan barang tidak akan
mempengeruhi harga jual atau harga pasarnya.
6.
7.
8.
9.
Dengan adanya persyaratan tersebut ,dalam gambar titik impas , garis hasil
penjualan, garis biaya total akan berupa garis lurus karena perusahaan dianggap
sebanding dengan volume penjualan.
C.
Klasifikasi Biaya
Untuk tujuan mengadakan analisis titik impas, biaya yang telah terjadi selama
periode tertentu harus diklasifikasikan ke dalam kelompok biatya tetap dan
kelompok biaya variabel. Biaya yang meliputi biaya produksi, biaya penjualan,
biaya umum dan administrasi harus dipisahakan berapa yang merupakan biaya
tetap dan berapa meupakan biaya variabel.
Biaya tetap adalah jenis biaya yang selama kisaran waktu operasi tertentu atau
tingkat kapasitas produksi tertentu selalu tetap jumlahnya atau tidak berubah
walaupun volume produksi berubah. Apabila waktu operasi itu adalah bulan maka
biaya itu tetap saja setelah dikurangi satun bulan saja. Jika dihitung tahunan biaya
tetap itu tetap konstan waluapun volume produksi beruabah dari bulan ke bulan
atau dari minggu ke minngu. Yang termasuk kelompok biaya tetap misalnya biaya
penyusutan atau deplesi atau amortisasi, beban gaji, biaay asuransi, biaaya sewa,
biaya bunga , biaya pemeliharaan dan biaya tidak langsung lainnya. Biaya tidak
langsung adalah biaya yang tidak langsung membentuk hasil produksi. Tidak
semua biaya tidak langsung merupaakn biaya tetap , sebagian ada yang
merupakan biaya variabel. Misalnya biaaya penerangan dan biaya ini akan
berproduksi tetap dikeluarkan sejumlah biaya penerangan dan biaya ini akan
bertambah bila terjadi kenaikan produksi. Biaya tetap ini umumnya dikaitkan
dengan waktu atau berdasarkan dengan perjanjian. Misalnya gaji karyawan untuk
setiap bulan dikeluarkan Rp 1.000.000. jumlah ini akan tetap sama selama periode
, tidak tergantung pada besar kecilnya volume produksi. Biaya penyusutan aktiva
tetap ditentukan sebesar Rp 250.000 per tahun selama umur aktiva tetap itu, biaya
penyusutan ini ditetapkan berdasarkan perjanjian dan bersifat tetap tidak
bergantung pada besar kecilnya volume penjualan.
Biaya variabel adalah jenis biaya besar kecilnya tergantung pada banyak
sedikitnya volume produksi. Apabila volume produksi bertambah maka biaaya
variabel akan meningkat, sebaliknya bila volume produksi berkurang maka biaya
variabel akan menurun. Dalam analisis titik impas disyartakan bahwa perubahan
biaya variabel ini sebanding dengan perubahahn volume produksi sehingga biaya
variabel per unit barang yang diproduksi bersifat tetap. Yang termasuk dengan
kelompok biaaya variabel adalah biaya langsung seperti biaya pemakaina bahan
dasar , biaya tenaga kerja langsung dan beberapa biaya tidak langsung seperti
pemeliharaan , biaya penerangan dan lain=lain yang sejenis. Biaya langsung
adalah biaya yang secara langsung membentuk hasil produksi.
Biaya total adalah jumlah biaya tetap ditambah dengan biaya variabel total dengan
pada masing-masing tingkat atau volume produksi.
D.
E.
Berbagai Metode Menghitung Titik Impas
Terdapat beberapa metode dalam menghitung titik impas. Data atau informasi
yang diperlukan dalam menghitung titik impas adalah sebagai berikut :
a.
hasil keseluruhan penjualan atau harga jual per unit
b.
biaya variabel keseluruhan atau biaya variabel per unit
c.
jumlah biaya tetap keseluruhan
Terdapat empat metode atau rumus dalam menghitung titik impas (break even
point), selanjutnya digunakan singkatan BEP yaitu ;
1.
BEP
Dimana :
FC
VC
S
I
FC
1 - VC/S
BEP
VC
S
BEP
VC
S
Dimana :
Marginal income rasio (rasio pendapaatan marginal dengan hasil
penjualan). MIR = 1 VCR
Disebut juga dengan profit volume ratio (P/V)
3.
BEP = FC + VC + 0
Dimana :
VC pada BEP = persentase biaya variabel dari hasil penjualan
4.
BEP
Dimana :
P
V
FC
P-V
Contoh 1 :
Perusahaan indomarco beroperasi dengan biaya tetap keseluruhan Rp 120 jt.
Biaya variabelnya diketahu sebesar 60% dari penjualaan. Hasil keseluruhan
penjualan pada kapasitas penuh adalah Rp 500 jt. Perusahaan hanya memproduksi
satu jenis barang dan harga penjuaalannya adaalah Rp 500 per unit.karena
variable cost ratio 60% ini berati bahwa biaya variabel per satuan adalh 60% x Rp
500=Rp 300. dari data tersebut daapatlah kemudian diringkaskan sebagai berikut :
S
: Rp 500 jt
VCR : 60%
FC
: Rp 120 jt
P
: Rp 500
V
: Rp 300
MIR = 1 VCR = 1 60% = 40% (P/V)
Perhitungan titik impas dengan menggunakan rumus yang terdapat sebelumnya
adalah sebagai berikut :
Rumus 1
BEP
FC
1 - VC/S
BEP
Rp 120 jt
1 - Rp 300jt/Rp 500 jt
BEP
Rp 120 jt
Rp 300 jt
1 - 60%
Hasil bagi VC dengan S merupakan variable cost ratio (VCR). Dalam contoh
tersebut VCR sebesar 60%, ini menunjukkan bahwa biaya variable besarnya 60%
dari hasil penjualan. Atau setiap satu rupiah penjualan, 60 sen digunaakan untuk
menutup biayaa variable.
Rumus 2
BEP
FC
MIR
BEP
Rp 120 jt
1 - VCR
BEP
Rp 120 jt
Rp 300 jt
1 - 60%
Rumus 3
BEP = FC + VC pada BEP + nol
BEP = Rp 120 jt + 60% BEP + 0
BEP 60% = Rp 120 jt
40% BEP
= Rp 120 jt
BEP = Rp 300 jt
Rumus 4
BEP
FC
P-V
BEP
Rp 120 jt
Rp 500 - Rp 300
Rp 300 jt
Dari hasil perhitunngan diatas dapatlah diketahui bahwa titik impas pada tingkat
penjuaalan sebesar Rp 300 jt atau dalam tingkat produksi penjualan sebesar
600.000 unit karena harga jual per unit sebesar Rp 500 dan harga jual teap inni
konstan berapa pun volume penjualannya. Pada tingkat penjualaan Rp 300 jt
(600.000 unit) tersebut perusahaan tidak akan memperoleh laba sepeser pun atau
menderita kerugian sepsar pun. Laba atau rugi sama dengan nol. Laba baru
diperoleh bila tingkat penjualan diatas Rp 300jt (diatas 600.000 unit ).
Buka perhitungan BEP :
Hasil penjualan
= 600.000 unit x rp 500 =
Dikurangi biaya variable
= 60% x Rp 300jt=
Pendapaatn marginal
Dikurangi biaya tetap keseluruhan
Laba atau rugi
=
=
Rp 300jt
Rp 180jt
Rp 120jt
= Rp 120jt
Rp 0 (Titik impas)
= Rp 350jt
= Rp 210jt
= Rp 140jt
= Rp 120jt
= Rp 20jt
Rugi akan terjadi bila penjualan tidak mencapai Rp 300jt atau tidak mencapai
600.000 unit. Misalnya penjualan hanya mencapai 400.000 unit (Rp 250jt) ,maka :
Hasil penjualan = 400.000 unit x Rp 500
Dikurangi biaya variabel 60% x Rp 200jt
Pendapatan marginal
Dikurangi biaya tetap keseluruhan
Rugi
= Rp 200jt
= Rp 120jt
= Rp 80jt
= Rp 120jt
= Rp 40jt
Perhitungan BEP dalam unit dapat juga dilakukan dengan cara sebagai berikut :
BEP : P V
Dimana :
P
V
FC
BEP
FC
biaya tetap per unit pada BEP
BEP
120.000.000
BEP
120.000.000
BEP
200 BEP 120.000.000
500 300
BEP
120.000.000
600.000 unit
200
Perhitungan laba rugi per unit pada berbagai tingkat volume produksi/penjualan
dapat dilakukan sebagai berikut :
Ilustrasi 10.7
Volume Produksi/penjualan
(ribuan unit)
keterangan
Biaya variabel
per unit
Biaya tetap per
unit
Biaya total per
unit
Harga jual per
unit
Laba rugi per
unit
100
300
200
300
400
300
600
300
800
300
1000
300
1.200
600
300
200
150
120
1.500
900
600
500
450
420
500
500
500
500
500
500
(1.000)
(400)
(100)
(50)
80
Contoh 2 :
pada tingkat kapasitas optimal, data perencanaan laba rugi dari perusahaan Dewi
Kunti adalah sebagai tertera dibawah ini :
budget penjualan : 20.000 unit x Rp 500
biaya variabel
Rp 10.000.000
biaya tetap
budget biaya :
bahan dasar
Rp 1.800.000
tenaga kerja langsungRp 2.000.000
biaya tidak langsung Rp 600.000
biaya penjualaan
Rp 600.000
biaya administrasi
Rp 200.000
jumlah
Rp 5.200.000
Rp 1. 400.000
Rp 1.000.000
Rp 1.200.000
Rp 3.600.000
Rp 8.000.000
Rp 2.000.000
Budget laba
Perhitungan titik impas (BEP) ;
1.
2.
BEP
FC
1 - VC/S
BEP
3.600.000
1 - 5.200.000/10.000.000
BEP
3.600.000
1 - 0,52
BEP
3.600.000
7.500.000
0,48
BEP
FC
P
V
FC
P-V
= 3.600.000
= 500
= 5.200.000/20.000
= 3.600.000/500-260
= 3.600.000/240
= 15.0000 unit
= Rp 7.500.000
Jumlah biaya
Laba
= Rp 7.500.00
0
F.
Faktor-faktor yang mepengaruhi besarnya laba
Dalam analisis titik impas besarnya laba ditentukan berdasarkan selisih antara
nilai penjualan dengan total biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel) pada
tingkatmvolume produksi/penjualan tertentu. Perlu diperhatikan bahwa volume
penjualan yang menghasilkan laba hanyalah volume penjualan yang berada diatas
titik impas.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi besar kecilnya laba tersebut. Faktorfaktor ini bersumber dari besara-besaran yang diperlukan dalam
analisis/perhitungan titik impas. Besar-besaran tersebut adalah volume
produksi/penjualan, harga jual per unit, biaya tetap, biaya variabel. Apabila besarbesaran ini berubah mkaa laba juga akan berubah.
1.
perubahan volume produksi/penjualan
Apabila volume produksi/penjualan berubah sedang faktor-faktor (harga jual,
rasio biaya variabel, biaya tetap) tidak berubah maka perolehan laba juga akan
berubah.
2.
perubahan harga jual
Apabila harga jual per per unit mengalami perubahab, sedangkan volume
penjualan biaya variabel per unit dan biaya tetap tidak berubah, maka perolehan
laba jyga akan mengalami perubahan. Dalam kasuss ini titik impasnya akan
berubah juga.
3.
perubahan biaya
Apabila biaya variabel per unit dan biaya tetap berubaha sedangkan volume
penjualan dan harga per unit berubah , maka perolehan laba juga akan mengalami
perubahan. Dalam kasus ini titik impasnya akan bergeser.
4.
perubahan volume produksi
Volume produksi yang semua 700.000 unit (laba Rp 20jt) kemudian diubah
menjadi 800.000 unit. Laba yang baru yaitu :
Penjualan
800.000 x Rp 500
=
Rp 400jt
Biaya variabel 60% x Rp 400jt
=
Rp 240jt
Pendapatan marginal
=
Rp 160 jt
Biaya tetap
=
Rp 120jt
Laba
=
Rp 40jt
5.
perubahan harga jual
Misalnya harga jual per unit naik dari Rp 500 menjadi Rp550 atau meningkat
10%. Perhitungan labanya adalah :
Penjualan
700.000 x Rp 550
=
Rp 385jt
Biaya variabel 60% x Rp 385jt
=
Rp 210jt
Pendapatan marginal
Biaya tetap
Laba
=
=
=
Rp 175 jt
Rp 120jt
Rp 55jt
Dengan harga semula (Rp 500) , volume penjualan 700.000 unit labanya adalah
Rp 20jt. Pertambahan laba karena harga jual naik.
BEP yang baru adalah :
BEP
FC
1 - VC/S
BEP
Rp 120 jt
1 - Rp 300jt/Rp 500jt x 110%
BEP
Rp 120 jt
Rp 264 jt (480.00 unit)
45,45%
6.
perubahan biaya variabel
Misalnya variabel cost ratio (VCR) berubah dari
lainnya tetap. Perhitungan labanya adalah :
Penjualan
700.000 x Rp 500
=
Biaya variabel 60% x Rp 350jt
=
Pendapatan marginal
=
Biaya tetap
=
Laba
=
Rp 120 jt
Rp 309,3 (619.000 unit)
1 - Rp 300jt/Rp 500jt x 102%
7.
perubahan biaya tetap
Misalnya biaya tetap meningkat dari Rp 120 jt menjadi Rp 126 jt unsur lainnya
tetap. Biaya tetap naik 5%. Perhitungan labanya adalah :
Penjualan
700.000 x Rp 500
=
Rp 350jt
Biaya variabel 60% x Rp 350jt
=
Rp 210jt
Pendapatan marginal
=
Rp 140 jt
Biaya tetap
=
Rp 126jt
Laba
=
Rp 14jt
BEP yang baru :
BEP
Rp 126 jt
Rp 315 (630.000 unit)
1 - Rp 300jt/Rp 500jt
8.
perubahan seluruh faktor
Apabila seluruh faktor berubah, misalnya harga jual per unit naik 10% varioable
cost ratio 2%, biaya tetap naik 5% dan akibatnya naiknya harga volume penjualan
turun 5%, maka BEP yang baru adaalh :
BEP
Rp 126 jt
516.393 unit
1 - Rp 300jt x 102% x 95% / Rp 500jt x 110% x 95%
G.
Penetuan Penjualan Minimal
Apabila besarnya keuntungan yang diinnginkan telah ditetapkan atau besarnya
resiko kerugian telah ditetapkan, maka perlulah ditentukan berapa besarnya
penjualan minimal yang harus dicapai untuk m,emungkinkan diperolehnya
keuntungan yang diinginkan atau kerugian tersebut.
Apabila dikenhendaki keuntungan tertetntu, penjualannya minimal dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
1.
penjualan minimal (rupiah) = FC + Keuntungan / 1 VC/S
2.
= FC + Keuntungan / P-V
2.
= FC + Kerugian / P-V
Rp 500jt
x 100% 166,67%
Rp 300
2.
Rp 500jt - Rp 300jt
x 100% 40%
Rp 500
Ini berarti bahwa volume penjualan perusahaan yang bersangkutan tidak boleh
turun lebih dari 40% dari penjualan yang dibudgetkan atau 66,67% dari volume
penjualan penjualan dari titik impas , agar tidak menderita rugi. Atau volume
penjualan yang harus dicapai tidak boleh turun sebanyak Rp 200jt atau400.000
unit dari penjualan yang dibudgetkan agar perusahaan tidak menderita rugi tetapi
belum tentu juga memperoleh laba. Penjualan minimal yang harus dicapai untuk
menghindari kerugian adalah Rp 300jt atau 600.000 unit.
Margin of safety yang tinggi lebih disukai daripada margin of safety yang rendah
karena memberikan informasi kepada pihak manajemen berapa besarnya
penurunan volume penjualan yang dapat diterima agar perusahaan tidak menderita
rugi. Persentase baatas keamanan tersebut dapat dikaitkan langsung dengan
tingkat keuntungan perusahaan dengan cara mengalikan dengan marginal income
ratio atau contribution margin.
Tingakat keuntungan = batas keamanan x rasio pendapatan marginal
keuntungan (%)
marginal income ratio (%)
1.
titik impas untuk lebih dari satu jenis produk
Bagi suatu perusahaan yang memproduksi dan menjual dua jenis barang atau
lebih, dalam memperhitungkan titik impasnya, perusahaan tersebut harus
dipandang seolah-olah hanya memproduksi dan menjual satu jenis barang saja.
Untuk tujuan ini jenis barang-barang yang diproduksi dan dijual, perbandinagn
antar produk dalam unit dan perbandingan nilai penjualan antar produk harus
tetap. Ketentuan ini berhubungan dengan persyaratn bahwa dakam analisi titik
impas perusahaan diasumsikan hanya memproduksi dan menjual satu jenis produk
saja.
Metode yang digunakan untuk menghitung titik impas bagi lebih dari satu jenis
produk pada dasarnya tidak berbeda dengan metode-metode yang telah disebutkan
sebelumnya. Metode tersebut adalh (pendekatan matematis) :
1.
BEP Total
Dimana :
BEP total
FC
VC
S Total
2.
BEP Total
Diman :
MIR
3.
BEP Total
Dimana :
FC Total
1 - VC Total/ S Total
VC
Contoh 1 :
Perusahaan CATY memproduksi dan mensual dua jenis produk yaitu produk A
dan B. dat kedua produk tersebut adalah :
Produk A
Produk B
Produksi/ penjualan
2.000 unit
3.000 unit
Biaya variabel
Rp 500.000
Rp 1.900.000
Biaya variabel
Rp 250.000
Rp 550.000
Harga jual per unit
Rp 500
Rp 1.000
Nilai penjualan
Rp 1.000.000
Rp 3.000.000
Untuk menghitung BEP Total perlu terlebih dahulu dihitung biaya tetap total,
bvariabel total dan hasil penjualan total.
BEP Totalnya adalah :
Rumus 1 :
BEP Total
FC Total
1 - VC Total/ S Total
BEP Total
Rp 800.000
Rp 2.000.000
1 - Rp 2.400.000/Rp 4.000.000
Rumus 2 :
BEP Total
FC Total
MIR Total
BEP Total
Rp 800.000
Rp 2.000.000
40%
Rumus 3 :
BEP Total = FC Total + VC pada BEP Total + 0
BEP Total = Rp 800.000 + 60% BEP Total
40/100 BEP Total
= Rp 800.000
BEP Total
= Rp 2.000.000
BEP Total tersebut berbeda dengan BEP untuk masing-masing produk. BEP Total
bulan merupaakn penjumlahan BEP dari masing-masing produk. BEP masingmasing produk tersebut adalah :
BEP A
Rp 250.000
Rp 500.000
1 - Rp 500.000/Rp 1.000.000
BEP B
Rp 550.000
Rp 1.499.864
1 - Rp 1.900.000/Rp 3.000.000
Besarnya hasil penjualan untuk masing-masing produk pada titik impas tetrsebut
didasarkan pada sales mix anatar produk A dan B. Sales mix dengan B Rp
1.000.000 dibanding Rp 3.000.000..
Produk A
Produk B
= x Rp 2.000.000
= x Rp 2.000.000
Pembuktian :
Hasil penjualan produk A titik impas :
1.000 x Rp 500
= Rp 500.000
Biaya variabel
= Rp 250.000
Pendaaptan marginal = Rp 250.000
Biaya tetap
= Rp 250.000
Laba/rugi
=0
Hasil penjualan produk B pada titik impas :
1.500 x Rp 500
= Rp 1.500.000
Biaya variabel
= Rp 950.000
Pendaaptan marginal = Rp 550.000
Biaya tetap
= Rp 550.000
Laba/rugi
=
0
Contoh 2 :
Suatu perusahaan pasti selalu menetapkan keuntunagn yang diinginakn atau profit
margin lebih dahulu sebelum kegiatan dijalankan. Oleh karena itu, sebelumnya
perlu ditetapkan penjualan minimal yang harus dicapai sehingga keuntungan
yanng telah ditargetkan dapat tercapai. Bila tidak, kita sulit untuk melihat berapa
penjualan yang dicapai.
Contoh kegiatan PT Yuminiko pada tahun 2007 mengalami titik impas pada
penjualan (s) sebesar Rp 300.000.000. biaya tetap (FC) yangn dikeluarkan Rp
120.000.000. diperkirakan penjualan bonus yang ditetapkan untuk memperoleh
keuntungan per tahun. Untuk tahun 2008 perusahaan menetapkan keuntungan
sebesar Rp 50.000.
Pertanyaan :
Berapa penjualan minimal yang harus ditetapkan ?
Seperti diketahui bahwa dalam keadaan BEP, besarnya biaya total sama dengan
penjualan atau :
Sales
= VC + FC
VC
= Sales FC
Rp 180.000
x 100% 60%
Rp 300.000
Sales minimal
Sales minimal
FC Keuntungan
1 - VC/S
Rp 120.000 Rp 50.000
Rp 425.000
1 - 6/10
Rp 425.000
VC (60% x sales)
Rp 255.000
FC
Rp 120.000
Total biaya
Rp 375.000
Keuntungan
Rp 50.000
120.000 + 0,2x
1 6/10
Rp 425.000
120.000 + 0,2x
4/10
0,4x 0,2x
= 120.000
0,2x
= 120.000
= 600.000
Contoh 3 :
Komponen
Sales
VC
FC
Total Cost
Laba bersih
Produk A
60.000 unit =
Rp 300.000.000
60% =
Rp 180.000.000
Rp 60.000.000
Rp 240.000.000
Rp 60.000.000
Produk B
40.000 unit =
Rp 300.000.000
40% =
Rp 120.000.000
Rp 120.000.000
Rp 240.000.000
Rp 60.000.000
Total
Rp 600.000.000
Rp 300.000.000
Rp 180.000.000
Rp 480.000.000
Rp 120.000.000
BAB 7
ANALISIS KREDIT
A.
Pendahuluan
Fungsi bank pemeintah adalah untuk memberikan prlayanan kepada pemerintah,
dunia usaha dan perorangan. Kegiatan yang penting membiayai proyek
pembangunan yang bertujuan menggiairahkan industri baru maupun yang sedang
berkembang, dalam wujud menyediakan dana atua pemberian kredit.
Pemberian kredit ini mengandung suatu tingkat resiko (degre of risk) teetentu.
Untuk menghindari maupun untuk memperkecil resiko kredit yang mungkin
terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai bank atas dasar syarta-syarat bank
teknis yang terkenal dengan 5C yaitu sebagai berikut :
1.
character
Bank mencari data tentang sifat-sifat pribadi ,watak dan kejujuran dari pimpinan
b.
c.
d.
e.
aspek ekonomi
Meliputi a) pemasaran dan keadaan harga, b) persaingan, c) jumlah
penjualana dari tiap jenis produk, d) cara penjualan, e) taksiran permintaaan dan
sebagainya.\
3.
yang diperoleh dari hasil penelitian aspek keuangan. Jadi aspek keuangan di
dalam pertimbangan kredit memegang peranan penting, yaitu titik berat dalam
analisis kredit.
Dalam hubungannya dengan penilaian aspek financial suatu permohonan kredit,
hal-hal yang perlu dinilai adaalah sebagai berikut :
a.
Laporan Posisi Keuangan dan laporan laba rugi
b.
laporan sumber dan penggunaan modal kerja
c.
rencana penerimaan dan pengeluaran kas
d.
proyeksi laporan keuangan
e.
penilaian proyek investasi
f.
perhitungan kebutuhan kredit
g.
rencana angsuran kredit
B.
Penilaian Laporan Keuangan
Cara yang umum diterima untuk meneliti keadaan keuangan seorang nasabah
adalah dengan jalanmemperoleh naraca, laporan laba rugi dan keterangan lainnya.
Sebaiknya diusahaakan agar diperoleh laporan keuanagn yang sudah diaudit,
karena auditor daapat memberikan pandangan yang bebas tentang keadaan
keuanagn nasabah sebagai hasil dari pemeriksaannya terhadap pembukuan
nasabah.
Sebelum melangkah dalam penilaian Laporan Posisi Keuangan dan laporan laba
rugi, perlu diperhatikan apakah data yang disajikan sudah sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku dan jaminan kebenarannya. Sedapat mungkin
diperoleh laporan keuanagnn untuk beberapa periode atau minimal laporan
keuangan 2 periode terakhir , terhadap laporan keuanagn ini antara lain dapat
diterapkan teknik analisis sebagai berikut :
a.
analisis per komponen
b.
analisis persentase per komponen
c.
analisis perbandingan/ analisis naik turun
d.
analisis rasio
Analisis per komponen adalah meneliti atau menganalisis masing-masing pos
yang ada dalam Laporan Posisi Keuangan maupun dalam laporan laba rugi.
Misalnya analisis terhadap pos piutang dagang, a) harus diperoleh daftar nama,
alamat , jumlah piutang dan aanlisis menurut umur terutama untuk piutang yang
jumlahnya besar, b) analisis mutu dari piutang tersebut untuk tahun terakhir dan
tahun sebelumnya, c) bagaimana kegiatan penagihan piutang yang dilakukan
perusahaan ,d)sebutkan pula syarat penjualan, daerah penjualan, e) tentukan
kecukupan cadangan kerugian piutang dan sebagainya.
Analisis persentase per komponen
Dalam teknik ini laporan keuangan disajikan dalam persentase yaitu persentase
dari masing pos Laporan Posisi Keuangan terhadap total aktiva, sedangkan untuk
pos laporan laba rugi persentase dihitung bea terhadap jumlah penjualan bersih.
Dengan cara ini akan diketahui tentang :
a.
b.
c.
Analisis perbandingan
Dalam analisis ini kita mengadakan perbandingan pos dalam Laporan Posisi
Keuangan dan laporan laba rugi dari suatu periode dengan periode lainnya. Dalam
analisis ini akan dapat diketahui perubahan yang terjadi, dan perubahan mana
yang memrlukan penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian terhadap suatu
perubahan maka harus diperhatikan perubahahn yang terjadi dalam pos yang lain
yang mempunyai hubingan logis/erat dengan po yang bersangkutan.
Analisis rasio
Rasio ini menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan anatara suatu pos
atau kelompok pos yang lain tercantum dalam Laporan Posisi Keuangan
maupundalam laporan laba rugi.
Dengan mengadakan analisis rasio akan daapt diketahui posisis keuangan
nasabah/calon peminjam kredit. Dibawah ini diuraikan beberapa rasio yang
penting dalam hubungannnya dengnan kepentingan anatara kredit yaitu :
1.
rasiolikuidiitas
Rasio ini menggambarkan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membiayai operasi dan memnuhi kewajiaban finansial pada saat ditagih. Rasio
likuiditas anatara lain :
a.
rasio cuurent ratio yaitu rasio aktiva lancar dengan utang lancar
b.
cash
ratio
yaitu
rasio
antara
kas
+ bank dengan utang lancar
c.
quick ratio yaitu rasio antara ( aktiva lancar persediaa) dengan
utang lancar
d.
inventory to working capital yaitu rasio antara : persediaan dengan
aktiva lancar utang lancar atau rasio antara persediaan denagn
modal kerja
2.
rasio leverage, yaitu rasio yang mengukur sampai bebrapa sebearapa jauh
aktiva perusahan dibiayai dari utang. Denga mengetahui leverage ratio akan dapat
dinilai tentang : a) posisi perusahaan terhadap seluruh kewajibannya kepada pihak
lain, b) kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat teatp,
c) kesimbangan antara nilai aktiva tetap dengan modal.
Leverage ratio antara lain yaitu :
a.
Debt to equity yaitu rasio antara total utang dengan modal sendiri.
b.
Current liabilities to net worth yaitu rasio antra utang lancar
denagn modal sendiri.
c.
Tangible assets debt coverage yaitu rasio antara aktiva tetap
berwujud dengan utang jangka panjang. Rasio ini menunjukkan
d.
e.
3.
rasio aktivitas yaitu rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan,
penagihan piutanng maupun pemanfaatnan aktiva yang dimiliki.
Rasio aktivitas ini anatara lain :
a.
perputaran persediaan yaitu rasio antara penjualan dengan rata-rata
persediaan yang dinilai berdasarkan harga jual. Rasio ini
menunjukkan beeberapa kali dana yang ditanam dalam persediaan
ini berputar dalam satu tahun/periode. Makin besar turn over
berarti makin baik.
c.
d.
e.
4.
rasio rentabilitas yaitu rasio yang dapat digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
Rasio yang dapat digunakan untuk menilai rentabilitas antara lain sebagai
berikut :
a.
profit margin dalam hubungannya antara profit margin dengan
penjualan
b.
retorn on investment yaitu rasio antara laba operasional dengan
total aktiva
c.
return on equity yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak dengan
modal sendiri
d.
laba per lembar saaham yaitu rasio antara laba dengan lembar
saham yang beredar
3.
Bulan 1
A
B
(a +b)
C
(a + b) c
D
Bulan 2
d
e
(d + c)
f
(d +e) f
g
Bulan 3
g
h
(g + h)
i
(g +h ) i
dst
2.
4.
c.
d.
pembayaran upah :
januari
febuari
maret
triwulan 1
triwulan II
triwulan III
Rp 250,00
Rp 300,00
Rp 200,00
Rp 800,00
Rp 750,0
Rp 800,00
biaya penjualan :
januari
febuari
maret
triwulan 1
triwulan II
triwulan III
Rp 220,00
Rp 200,00
Rp 200,00
Rp 680,00
Rp 780,0
Rp 870,00
e.
5.
pembayaran pajak ;
januari
febuari
maret
Rp 100,00
triwulan 1
Rp 150,00
triwulan II
Rp 150,0
triwulan III Rp 200,00
estimasi saldo kas pada kahir bulan desember 1982 berjumlah Rp 100,00
6.
Dari data dan informasi diatas , dapat disusn cah flow denagn melalui tahap-tahap
sebagai berikut :
a.
Waktu
Kerugia
n
piutang
Piutang
bersih
Rp
1.000
Ferbuari Rp
1.200
Maret
Rp
1.500
Kuartal Rp
2
4.000
Rp 10
Rp 99
Kuartal
3
Kuartal
4
Jumlah
Januari
Rp
3.600
Rp
3.800
Rp
15.100
b.
Kuartal
3
Kuartal
4
saldo
Rp
118,8
Rp 297
Rp
1485,5
Rp 396
Rp
356,6
Rp
3.207,6
Rp
3.742,2
Rp 12
Rp 15
Rp 1.485 -
Feb
Rp
198
Rp
831
-
Rp 40
Rp 3.960 -
Rp 36
Rp 3.564 -
Rp
297
Rp
1.039.
5
-
Rp 38
Rp 3.792 -
Rp
3.385,6
-
Rp 151
Rp
14.949
Rp
1.376.
1
Rp
3.979.8
Rp
3.752,1
Rp Rp
693 1.029
mar
-
Kuartal
2
jan
Rp
693
Rp 1.188 -
Rp 99
Rp
1.039,5
-
Jenis
penerimaan
jan
Penjualan
Rp 308
tunai
Pengumpulan Rp 693
piutang
Jumlah
Rp
1.001
c.
Kuartal 1
Kuartal 1
feb
Mar
Rp 361
Rp 176
Kuaartal
2
Rp 1.271
Kuartal Kuartal 4
3
Rp 1.785 Rp 1.812
Rp
1.029,6
Rp
1.390,6
Rp
3.979,8
Rp
5.250,8
Rp
3.752,1
Rp
5.537,1
Rp
3.742,2
Rp
5.554,2
Rp
1.376,1
Rp
1.552,1
Jenis
pegeluaran
Pembelian
bahan baku
Pembayaran
upah
Biaya
penjualan
Biaa
Kuartal 1
feb
Mar
700
500
Kuaartal
2
1.750
Kuartal 3
Kuartal 4
jan
600
1.700
1.750
250
200
200
800
750
800
200
300
200
680
780
870
350
500
400
1.220
1.670
1.580
Rp
376,2
Rp
376,2
administrasi
Pembayaran pajak
jumlah
1.400
d.
100
150
150
200
1.700
1.400
4.600
5.050
5.200
kas sementara
Jenis
jan
penerimaan
1.001
pengeluaran
1.400
Surplus/defisit (399)
E.
Kuartal 1
feb
Mar
1.390,6
1.552,1
1.700
1.400
(309,4)
152,1
Kuartal
2
5.250,5
4.600
650,5
Kuartal
3
5537,1
5.050
487,1
Kuartal 4
5.554,2
5.200
354,2
Uraian
Saldo kas
Terima kredit
Membayar
kredit
Surplus(defisit)
Pembayaran
bunga
Saldo akhir
Kredit
kumulatif
Januari
Rp.100,
00
Rp.360,
00
Rp.Rp.460,
00
Rp.399,
00
Rp.
(7,20)
Rp.53,8
0
Rp.360,
00
Kuartal I
Februari
Maret
Rp.53,60 Rp.60,60
Rp.330,0
Rp.0
Rp.Rp.-
Kuartal II
Kuartal III
Rp.198,9
0
Rp.Rp.-
Rp.835,60
Rp.Rp.
(690,00)
Rp.383,8
0
Rp.309,4
0
Rp.
(13,80)
Rp.60,60
Rp.198,9
0
Rp.650,5
0
Rp.
(13,80)
Rp.835,6
0
Rp.690,0
0
Rp.
Rp.618,90
Rp.445,60
Rp.
487,10
(354,20
Rp.(13,80)
Rp.-
Rp.690,0
0
Rp.60,60
Rp.152,1
0
Rp.
(13,80)
Rp.198,8
0
Rp.690,0
0
Kuartal
IV
Rp.618,90
Rp.Rp.-
Rp.619,80
Rp.973,10
Rp.690,00
Rp.690,00
Laporan Posisi Keuangan dan laporan laba rugi minimal untuk satu tahun
berikutnya. Dari proyeksi Laporan Posisi Keuangan dan laporan laba rugi ini
dapat dianalisisdengan teknik yang sama dengan laporan keuangan sebelumnya.
Tetapi disamping itu perlu pula diterapkan metode atau teknik analisis yang lain,
yaitu analisis break even.dengan analisis break even akan tidak mengalami
kerugian. Kalau hal ini sudah diketahui, kita dapat menilai apakah sekiranya
perusahaan permohonan kredit akan mampu mencapai tingkat volume penjualan
tersebut.
Setelah diperoleh gambaran mengenai posisi keuangan baik untuk masa lalu
maupun waktu yang akan datang, langkah selanjutnya adalah mengadakan
penelitian terhadap rencana proyek investasi dilaksanakan. Ada beberapametode
untuk menilai perlu tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan atau metode
untuk memilih berbagai macam usul investasi antara lain:
1. pay back period
2. average return in investment
3. present value
4. discounted cash flow
F.
Agar pemberian kredit oleh bank dapat mencapai sasaran, dalam arti bahwa kredit
dapat membantu pemohon kredit sesuai dengan kebutuhannya. Disamping itu juga
menguntungkan bagi bank dalam arti sesuai dengan tujuan bank yang meliputi
dua fungsi pokok, yaitu profitability( bank memperoleh keuntungan dari kredit
tersebut). Dan safety (kredit yang diberikan benar-benar terjamin), maka harus
dihitung jumlah kebutuhan kredit tersebut dengan cara cermat dan tepat. Cara
penghitungan kebutuhan kredit ini tergantung pada jenis kredit yang akan
diberikan. Kalau kredit ini tergantung pada jenis kredit yang akan diberikan.
Kalau kredit ini berupa kredit jangka pendek maka kebutuhan kredit itu dapat
diketahui dari bujet kas seperti yang telah dibicarakan sebelumnya; atau dengan
Rp.....................
Rp +
Rp
Rp.................... +
Rp.................... +
Apabila jenis kredit yang akan diberikan adalah kredit jangka panjang(misalnya
kredit investasi) maka kebutuhan kredit dapat diketahui dari bujet modal atau dari
rencana penggunaan kredit yang diajukan oleh pemohon kredit
G.
Rencana pembayaran kembali atau pelunasan kredit disusun sesuai dengan cash
budget/ cash flow projection, jenis serta sifat kredit yang diminta serta projected
income statement. Dengan demikian, skedul pembayaran kembali ini hanya
merupakam alattttt untuk lebih mempermudah dalam melihat rencana pelunasan
kredit. Sebagai contoh dimisalkan bahwa perusahaan sari mendapatkan kredit
sebesar Rp.10.000.000,00.- bunga 12% pertahun dihitung dari sisa pinjaman;
pembayaran bunga dilakukan tiap 6 bulan. Grace period 6 bulan; jangka waktu
pinjaman 5 tahun. Jenis kredit investasi (sifat kredit investasi adalah aflopend
plafond artinya kredit investasi harus dilunasi secar berangsur-angsur sesuai
skedul pelunasan yang telah ditetapkan). Berdasarkan data tersebut dapat disusun
daftar angsuran kredit sebagai berikut.
Daftar anggaran kredit
Tahun
Jumlah
bayaran
Bunga
Pembayaran
angsuran
Plafond
Sisa
pinjaman
1.1
II
Akhir
tahun 1
Akhir
tahun 2.1
Akhir
tahun 2
Akhir
tahun 3.1
Akhir
tahun 3
Akhir
tahun 4.1
Akhir
tahun 4
Akhir
tahun 5.1
Akhir
tahun 5
Jumlah
H.
600.000
1.600.000
2.200.000
600.000
600.000
1.200.000
pinjaman
1.000.00
1.000.000
10.000.000
10.000.000
9.000.000
10.000.000
9.000.000
9.000.000
1.540.000
1.480.000
3.020.000
540.000
480.000
1.020.000
1.000.000
1.000.000
2.000.000
9.000.000
8.000.000
7.000.000
8.000.000
7.000.000
7.000.000
1.420.000
1.360.000
2.780.000
420.000
1.000.000
7.000.000
6.000.000
780.000
2.000.000
5.000.000
5.000.000
1.300.000
1.240.000
2.540.000
300.000
240.000
540.000
1.000.000
1.000.000
2.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
4.000.000
3.000.000
3.000.000
1.680.000
1.590.000
3.270.000
180.000
90.000
270.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
1.500.000
1.500.000
0
13.810.000
3.810.000
10.000.000
Dari penilaian terhadap aspek finansial kiranya sudah mencakup tujuan daripada
penilaian terhadap pertimbangan pemberian kredit, yaitu kita mengetahui sampai
dimana kemampuan perusahaan pemohon kredit yang akan datang.;
1.
2.
3.
4.
Seberapa jauh luas analisis atau penilaian aspek keuangan ini akan tergantung
kepada besar kecilnya risiko yang harus dihadapi oleh bank. Kalau risiko
sedemikian besarnya maka pihak bank dapat mengadakan penilaian lebih luas dan
teliti, misalnya dengan menilai/mensyaratkan adanya capital bidgeting projected
manufacturing cost statement bahkan kalau perlunsampai pada penilaian teknis,
misalnya proses teknologinya