Anda di halaman 1dari 133

BAB I

PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Bagi analis laporan keuangan, salah satu alat penting dalam menjalankan

dan melaksanakan fungsinya adalah laporan keuangan. Analisis laporan keuangan


berkaitan erat dengan bidang akuntansi. Kegiatan akuntansi pada dasarnya
merupakan kegiatan mencatat, menganalisis, menyajikan dan menafsirkan data
keuangan dari lembaga perusahaan dan lembaga lainnya dimana aktivitasnya
berhubungan dengan produksi dan pertukaran barang atau jasa. Bagi lembaga
yang bertujuan memperoleh keuntungan, akuntansi memberikan metode untuk
menetukan apakah lembaga tersebut memperoleh keuntungan atau sebaliknya
menderita rugi sebagai hasil dari transaksi yang dilakukannya. Akuntansi dapat
memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan
seperti tercermin pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Oleh
karena itu, akuntansi (laporan keuangan) dapat dipakai sebagai alat komunikasi
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan.
Karena fungsi-fungsi inilah akuntansi sering disebut language of business.
Kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan yang tercermin dalam
laporan keuangan

perusahaan pada hakikatnya merupakan hasil akhir dari

kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Informasi tentang kondisi keuangan dan


hasil operasi perusahaan sangat berguna bagi berbagai pihak, baik pihak yang ada
dalam perusahaan maupun pihak yang berada diluar perusahaan. Informasi yang
berguna misalnya tentang kemampuan perusahaan untuk melunasi utang-utang
jangka pendek, kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pokok
pinjamann, dan keberhasilan perusahaan dalam menigkatkan besarnya modal
sendiri.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa laporan keuangan pada
dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
untuk berkomunikasi dengan pihak yang berkepentingan dengan kondisi
keuangan dan hasi operasi perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut

adalah manajemen, pemilik, kreditur, investor, penyalur, karyawan, lembaga


pemerintah, dan masyarakat umum.
Disamping laporan keuangan umum perlu juga disusun laporan keuangan
lain untuk keperluan penetapan pajak harus disampaikan kepada kepala inspeksi
pajak. Adapun untuk kepentingan lembaga pemerintah lainnya seperti Biro Pusat
Statistik, Dinas Perindustrian, Kantor Perdagangan, Departemen Tenaga Kerja,
dan dinas lainnya, diperlukan laporan lain yaang bersifat khusus.
Khusus untuk kepentingan pemimpin perusahaan (manajemen) umumnya
diperlukan sejumlah laporan akuntansi yang lebih terperinci serta ikhtisarnya yang
memperhatikan aktivitas dari bagian-bagian yang ada dalam perusahaan. Laporan
akuntansi untuk kepentingan intern ini disusun secara harian, mingguan, bulanan,
triwulanan, atau waktu-waktu lain dimana laporan semacam itu diperlukan oleh
manajemen.
Pemimpin perusahaan, dengan mengadakan analisis laporan keuangan
perusahaannya akan dapat mengetahui keadaan perkembangan keuangan
perusahaan dan hasil-hasil keuangan yang telah dicapai baik pada waktu-waktu
yang lalu maupun waktu sekarang. Dengan mengadakan analisis data keuangan
dari waktu yang lalu akan dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan diwaktu
yang lalu. Hasil analisis tersebut akan sangat pentinga artinya untuk penyusunan
kebijaksanaan yang diperoleh akan membantu manajemen dalam memilih dan
menentukan cara pengawasan yang lebih efektif, memilih dan menetukan
kebijaksanaan dalam pembelian, penjualan, dan pembelanjaan yang akan
dilakukan diwaktu yang akan datang. Dengan analisis tersebut akan diketahui
efisiensi penggunaan midal, diketahui tingkat perputaran modal dalam berbagai
aktiva, dan diketahui penggunaan modal dengan sumber-sumbernya.
Pemilik perusahaan, (untuk perusahaan dimana pimpinan diserahkan
kepada orang lain) sangat berkepentigan terhadap laporan keuangan perusahaan.
Dari analisisnya, pemilik dapat menilai berhasil tidaknya manajemen dalam
memimpin perusahaannya. Karena hasil-hasil, stabilitas, serta kelangsungan hidup
perusahaan tergantung pada cara kerja atau efisiensi manajemennya, jika hasilhasil yang dicapai oleh manajemennya tidak memuaskan, maka para pemilik

dapat menentukan sikap, misalnya mengganti manajemennya atau menjual sahamsahamnya.


Para kreditor juga berkepentingan dengan laporan keuangan dari
perusahaan dimana mereka memberikan pinjaman-pinjaman. Mereka merasa
berkepentingan terhadap keamanan kredit yang telah diberikan kepada
perusahaan. Mereka perlu mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka
pendek (likuiditas), stabilitaas, dan profitabilitas dari perusahaan, sebelum mereka
memutuskan memberikan atau memperluas kreditnya. Untuk kreditur jangka
panjang, analisis laporan keuangan diperlukan terutama untuk mengetahui
jaminan investasinya, prospek keuntungan dimasa mendatang dan perkembangan
perusahaan selanjutnya.
Investor, memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka penentuan
kebijaksanaan penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah tingkat
imbalan hasil (rate of return) dari modal yang telah atau akan ditanamkan dalam
suatu perusahaan. Apakah investor akan menanamkan modalnya dalam bentuk
obligasi, saham biasa atau saham prioritas tergantung pada hasil analisisnya.
Para pedagang besar juga menaruh perhatian terhadap laporan keuangan
dari perusahaan dimana mereka bertindak sebagai perantara dalam menyalurkan
hasil produksi perusahaan itu kepada konsumen. Mereka perlu mengetahui harga
penjualan barang per satuan, syarat pembayaran piutang, discount pembelian tunai
dan sebagainya.
Pemerintah, dimana perusahaan tersebut berada, sangat berkepentingan
terhadap laporan perusahaan disamping untuk menentukan besarnya pajak yang
harus ditanggung perusahaan tersebut juga sangat diperlukan oleh lembaga
pemerintah lainnya seperti Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, Kantor
Perdagangan, Departemen Tenaga Kerja untuk dasar pembuatan perencanaan
pemerintah atau untuk dasar pengambilan kebijaksanaan pemerintah.
Karyawan dan serikat kerja berkepentingan dengan laporan keuangan dari
perusahaan dimana mereka bekerja, karena sumber penghasilan atau mati
hidupnya tergantung pada perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Masyarakat umum yang berdomisili disekitar perusahaan yang bersangkutan,

secara tidak langsung juga berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan


tersebut. Kepentingan mereka berhubungan dengan kesempatan kerja, pendapatan
masyarakat dan fasilitas lain yang bermanfaat bagi masyarakat.
2. Laporan Keuangan dan Jenisnya
Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian
banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi dan peristiwa
yang bersifat finansial dicatat, digolongkan dan diringkaskan dengan cara setepattepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai
tujuan. Berbagai tindakan tersebut tidak lain adalah proses akuntansi yang pada
hakikatnya merupakan seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan dan
transaksi yang setidak-tidaknya sebagian bersifat finansial, dalam cara yang tepat
dan dalam bentuk rupiah, dan penafsiran akan hasil-hasilnya.
Laporan keuangan merupakan tindakan pembuatan ringkasan dan
keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun

dan ditafsirkan untuk

kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai
kepentingan dengan data keuangan perusahaan.
Laporan keuangan menggambarkan pos-pos perusahaan yang diperoleh
dalam satu periode. Dalam praktiknya dikenal beberapa macam laporan keuangan
seperti:
1.
2.
3.
4.
5.

Laporan posisi keuangan


Laporan laba rugi
Laporan perubahan modal
Laporan catatan atas laporan keuangan
Laporan kas
Masing-masing laporan memiliki komponen keuangan tersendiri, tujuan,

dan maksud tersendiri. Laporan posisi keuangan merupakan laporan yang


menunjukan jumlah aktiva (harta), kewajiban (hutang) dan modal perusahaan
(ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Pembuatan laporan posisi keuangan
biasanya dibuat berdasarkan periode tertentu (tahunan). Akan tetapi, pemilik atau
manajemen dapat pula meminta laporan nearac sesuai kebutuhan untuk
mengetahui secara persis barapa harta, utang, dan modal yang dimilikinya pada

saat tertentu.
Dalam laporan posisi keuangan disajikan berbagai informasi yang
berkaitan dengan komponen yang ada du laporan posisi keuangan. Secara lengkap
informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jenis-jenis aktiva atau harta (assets) yang dimiliki


Jumlah rupiah masing-masing jenis aktova
Jenis-jenis kewajiban dan utang (liability)
Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban
Jenis-jenis modal (equity)
Jumlah rupiah masing-masing jenis modal
Kemudian, laporan laba rugi menunjukan kondisi usaha dalam suatu

periode tertentu. Artinya laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi
atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya
ang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan
laba atau rugi.
Seperti halnya laporan posisi keuangan, laporan laba rugi memberikan
berbagai informasi yang dibutuhkan. Adapun informasi yang disajikan perusahaan
dalam laporan laba rugi meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis-jenis pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode


Jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan
Jumlah keseluruhan pendapatan
Jenis-jenis biaya atau beban dalam suatu periode
Jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang dikeluarkan dan,
Jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
Hasil usaha yang diperoleh dengan mengurangi jumlah pendapatan dan biaya.
Selisih ini disebut laba atau rugi.
Laporan perubahan modal menggambarkan jumlah modal yang diliki

perusahaan saat ini. Kemudian, laporan ini juga menunjukan perubahan modal
serta sebab-sebab laporan perubahan modal meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.

Jenis-jenis dan jumlah modal yang ada saat ini


Jumlah rupiah tiap jenis modal
Jumlah rupiah modal yang berubah
Sebab-sebab berubahan modal
Jumlah rupiah modal sesudah perubahan
Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat

berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan

dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi


tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga
menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujannya adalah agar pengguna laporan
keuangan dapat memahami jelas data yang disajikan.
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan arus kas masuk
dan arus kas keluar perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman
dari pihak lain, sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat
untuk periode tertentu.
Lengkap tindaknya penyajian laporan keuangan tergantung dari kondisi
perusahaan dan keiginan pihak menejemen untuk menyajikannya. Di samping itu
juga tergantung dari kebutuhan dan tujuan perussahaan dalam memenuhi
kepentingan pihak-pihak lainnya.
Sekali lagi dapat dikatakan bahwa dari laporan keuangan akan tergambar
kondisi keuangan suatu perusahaan yang dapat memudahkan manajemen dalam
menilai kinerja menejemen perusahaan. Penilaian kinerja akan menjadi patokan
atau ukuran apakah manajemen mampu atau berhasil dalam menjalankan
kebijakan yang telah digariskan.
Informasi tersebut dapat langsung disusun sebagai bagian dalam laporan
keuangan atau ditempatkan sebagai catatan terpisah dari laporan keuangan. Juga
untuk kepentingan pengawasan manajerial, pihak manajemen memerlukan
laporan akuntansi yang bersifat internal yang disusun secara harian, mingguan,
bulanan, triwulanan, atau pada saat-saat diperlukan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, laporan keuangan sebagai pertanggung
jawab kepada pihak ekstern harus disusun secara sedemikian rupa sehingga:
1.

Memenuhi keperluan untuk:


a. Memberikan informasi keuangan secara kuantitatif mengenai perusahaan
tertentu, guna memenuhi keperluan para pemakai dalam mengambil
keputusan-keputusan ekonomi
b. Menyajikan informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan

dan perubahan kekayaan bersih perusahaan


c. Menyajikan infornasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam
menaksir kemampuan memperoleh laba dari perusahaan
d. Menyajikan informasi lain yang diperlukan mengenai perubahan dalam
harta dan kewajiabn serta mengungkapkan informasi lain yang sesuai
dengan keperluan para pemakai.
2. Mencapai mutu sebagai berikut:
a. Relevan,
b. Jelas dan dapat dimengerti,
c. Dapat diuji kebenarannya,
d. Mencerminkan keadaan perusahaan menurut waktunya secara tepat,
e. Dapat dibandingkan,
f. Lengkap,
g. Netral.
3.

Tujuan dan Sifat Laporan Keuangan


Seperti diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat sudah pasti

memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya terdapat beberapa tujuan yang hendak
dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen perusahaan. Di samping itu,
tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi
keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu.
Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan
perusahaan maupun secara berkala. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu
memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan berikut:
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat ini,
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini,

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh


pada suatu periode tertentu,
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode tertentu,
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap
aktiva, pasiva, dan modal perusahaan,
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode,
7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan,
8. Informasi keuangan lainnya.
Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan akan dapat
diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian, laporan
keuangan tidak hanya sekedar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan
dipahami tentang posisi keuangan perusahaan ini. Caranya adalah dengan
menggunakan analisis keuaangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim
dilakukan.
Pencatatan yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan harus
dilakukan dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Demikian pula dalam hal
peyusutan laporan keuangan didasarkan kepada sifat laporan keuangan itu sendiri.
Dalam praktiknya sifat laporan keuangan dibuat:
1. Bersifat historis dan
2. Menyeluruh.
Bersifat historis artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan disusun dari
data masa lalu atau data yang sudah lewat dari masa sekarang. Misalnya laporan
keuangan yang disusun berdasarkan satu tahun atau dua atau beberapa tahun
sebelumnya.
Kemudian, bersifat menyeluruh maksudnya laporan keuangan dibuat
selengkap mungkin. Artinya laporan keuangan disusun dengan standar yang telah
ditetapkan. Pembuatan dan penyusunan yang hanya sebagian-sebagian (tidak
lengkap) tidak akan memberikan informasi yang lengkap tentang keuangan suatu
perusahaan.
Sementara itu, data masa lalu perusahaan yang ditampilkan dalam laporan
keuangan merupakan kombinasi (Munawir) dari:
1. Fakta yang telah dicatatan,

2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan akuntansi,


3. Pendapatan pribadi.
Fakta yang telah dicatat (recorded fact) artinya laporan keuangan yang
disusun atau dibuat berdasarkan kenyataan yang sebenarnya atau fakta dari
catatan akuntansi. Fakta ini diambil dari kejadian akuntansi pada waktu atau masa
lalu, yaitu dari tahun-tahun sebelumnya. Fakta yang tercatatan dalam pos-pos
yang ada di laporan keuangan dinyatakan dalam harga pada saat terjadinya
transaksi. Contoh fakta yang tercatat pada masa lalu tersebut adalah:
1. Jumlah uang kas,
2. Jumlah uang di bank,
3. Jumlah persediaan,
4. Jumlah piutang,
5. Jumlah tanah,
6. Jumlah utang,
7. Jumlah komponen laporam keuangan lainnya.
Jadi segala sesuatu yang tercermin dalam laporan keuangan merupakan
fakta historis. Oleh karena itu, laporan keuangan tindak menunjukan kondisi
keuangan perusahaan secara utuh ke depan. Artinya, ada pos-pos yang tidak
dicatat sehingga tidak tampak dala laporan keuangan, misalnya adanya pesanan
yang tidak dapat dipenuhi atau kontrak-kontrak penjualan dan pembelian yang
telah disetujui.
Maksud prinsip-prinsip dan kebiasaan dalam akuntansi (accounting
convention and postulate) adalah pencatatan yang terjadi dalam laporan keuangan
jelas didasarkan kepada prosedur atau anggapan yang sesuai prinsip-prinsip
akuntansi. Dengan kata lain, catatan laporan keuangan tidak dapat dilakukan
sekehendak pemilik atau manajemen perusahaan, tetapi harus melalui tata cara
atau prosedur yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan kebiasaan dalam akuntansi.
Tujuannya tidak lain adalah agar laporan keuangan yang dibuat perusahaan dapat
memudahkan penyusunan, pemeriksaan, dan keseragaman.
Sebagai contoh, alokasi biaya yang dinilai berdasarkan harga belinya atau
harga pasar pada saat tanggal penyusunan laporan keuangan. Demikian juga
dengan piutang dan persediaan, setiap pencatatan juga tertentu sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
Hal-hal lain yang juga digunakan dalam menyusun laporan keuangan

adalah kebiasaan seperti berikut ini :


1. Menganggap perusahaan akan berjalan terus-menerus. Dengan demikian nilai
yang tercatat dalam laporan keuangan adalah nilai untuk perusahaan yang
masih berjalan dan harga didasarkan pada saat terjadi peristiwa. Artinya
jumlah laporan yang dicatat dalam laporan keuangan bukan harga yang nyata
atau realisasi pada saat dijual sekarang atau dilikuidasi.
2. Menganggap daya beli uang akan tetap stabil. Artinya semua transaksi atau
peristiwa dicatat dalam jumlah uang dan tidak mengadakan perbedaan antara
nilai dari berbagai tahun-tahun sebelumnya karena dalam praktiknya justru
daya beli uang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Pendapat pribadi (personal judgment) artinya walapun pencatatan
akuntansi dalam laporan keuangan didasarkan kepada dalil tertentu, penggunaan
dari dasar dalil tersebut tergantung dari pendapat manajemen perusahaan. Artinya
juga pendapat atau judgment ini juga tergantung dari kemampuan para
pembuatnya yang kemudian dikombinasikan dengan fakta serta dalil-dalil
akuntansi yang disetujui.
Sebagai contoh, cara-cara untuk menafsir piutang dapat digunakan salah
satu dari metode yang tersedia. Demikian juga untuk menentukan harga pokok
sediaan mana yang akan dipakai. Contoh lain adalah dalam menentukan metode
penyusutan yang akan digunakan dan penentuan umur aktiva juga sangat
tergantungdari pendapat pribadi. Pendapat pribadi biasanya didasarkan kepada
pengalaman masa lalu seseorang.
Jelasnya, baik prosedur, kebiasaan, anggapan, atau pendapatan pribadi ini
harus dilakukan secara konsisten dan terus-menerus. Namun, segala sesuatu tidak
kaku dan dapat diubah dengan penjelasan dalam laporan keuangan sehingga
pembaca dapat mengerti dan memahami dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam
mengartikan laporan keuangan tersebut
4.

Memahami Laporan Keuangan


Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan

kemajuan perusahaan secara periodik. Manajemen perlu mengetahui bagaimana

perkembangan keadaan investasi dalam perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai


selam jangka waktu yang diamati. Laporan kemajuan perusahaan tersebut pada
hakikatnya merupakan kombinasi dari fakta-fakta yang telah dicatat (record fact),
kesepakatan-kesepakatan akuntansi (accounting convention), dan pertinbanganpertimbangan pribadi (personal judgments). Pertimbangan atau pendapat pribadi
berkaitan dengan kompetensi dan integritas pihak-pihak yang menyusun lapoean
keuangan, sedang kesepakatan akuntansi akan bersumber pada prinsip dan konsep
akuntansi yang lazim diterima umum.
Fakta-fakta yang telah dicatat menunjuk pada data yang berasal dari
catatan akuntansi. Sebagai contoh, data tentang jumlah kas yang ada ditangan dan
yang disimpan di bank, jumlah wesel tagih dan piutang dagang kepada langganan
dan debitur lain, jumlah aktiva tetap, jumlah utang kepada kreditur, jumlah
penjualan barang dagangan, dan lain-lain. Pos-pos tersebut dicatat berdasarkan
harga historinya, yakni jumlah yang dibayarkan pada waktu transaksi terjadi,
bukan dinilai berdasarkan jumlah yang harus dikorbankan jika aktiva tersebut
akan diganti. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Laporan Posisi Keuangan
itu tidak mencerminkan keadaan keuangan perusahaan menurut kondisi
perekonomian yang paling akhir karena segala sesuatunya bersifat historis.
Perlu diketahui juga bahwa terdapat faktor-faktor tertentu yang mungkin
mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan tetapi tidak dicatat dalam catatan
akuntansi seperti terlihat pada Laporan Posisi Keuangannya, karena faktor
tersebut tidak dapat dinyatakan dalam jumlah uang. Faktor-faktor tersebut
misalnya order-order yang tidak dapat dipenuhi, kontrak-kontrak pembelian dan
penjualan yang tela disepakati, kemampuan dan kejujuran manajemen dan
sebagainya.
Kesepakatan-kesepakatan akuntasi maksudnya bahwa pencatatan transaksi
yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang telah lazim diterima oleh umum.
Untuk prinsip-prinsip akuntansi ini

periksa pada halaman di bawah.

Pertimbangan-pertimbangan pribadi maksudnya waluapun pencatatan transaaksitransaksi keuangann diatur oleh kesepakatan yang kemudian dibakukan menjadi
aturan-aturna akuntansi yang perlu diikuti, tetapi dalam praktiknya akan

tergantung pada kehendak akuntan atau manajemen perusahaan masing-masig.


Dari sekian banyak aturan akuntansi tersebnut terdapat suatu aturan yang
memberikan alternatif metode, misalnya metode untuk menaksir piutang yang
tidak dapat ditagih, metode menemukan beban penyusutan, dan metode
menetukan nilai persediaan akhir. Untuk hal ini dalam akuntansi terdapat lebih
dari satu metode. Manajemen harus mempertimbangkan metode yang paling
sesuai dengan kebutuhan. Aturan akuntansi mengisyaratkan bahwa sekali satu
metode telah metode, hendaknya metode tersebut terus dipertahankan, maksudnya
janganlah sering terjadi pergantian metode (konsep konsistensi)
5.

Prinsip-prinsip dan Konsep-konsep Akuntansi


Akuntansi berfungsi sebagai penyedia data guna penyusunan laporan

keuangan. Data tersebut harus bersifat objektif dan informatif bagi kepentingan
berbagai pihak yang menaruh perhatianya pada perusahaan. Agar dapat memenuhi
fungsinya diperlukan seperangkat petunjuk yang memadai dalam rangka
pengumpulan data guna menyusun laporan tentang keadaan keuangan dan hasil
operasi suatu perusahaan.
Banyaknya masalah akuntansi yang semakin kompleks dewasa ini telah
mendorong diperlukannya prinsip dan konsep akuntansi yang dapat dipakai
sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan. Terdapat beberapa asumsi, baik
yang merupakan peraturan dasar maupun kesepakatan dalam praktik akuntansi,
yang perlu dipahami. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut.
1.

Konsep kesatuan usaha (business entity)


Konsep yang menyatakan bahwa pencatatan kegiatan perusahaan harus
dipisahkan dari kegiatannya atau rumah tangga pemiliknya. Konsep ini
penting untuk perusahaan perseorangan atau persekutuan diman pemilik
umunya berperan serta aktif dalam perusahaannya.

2.

Konsep kelangsungan hidup (going concern)


Perusahaan didirikan tidak untuk sementara waktu, tetapi diharapkan berjalan
terus sepanjang waktu. Karena asas bahwa perusahaan itu hidup sepanjang
waktu akan mempengaruhi metode penilaian. Aktiva yang dimiliki

perusahaan akan dinilai berdasarkan harga perolehannya (at cost), sedang


harga pasar atau harga penggantian dianggap tidak relevan.
3.

Konsep satuan pengukuran (unit of measurement)


Kegiatan mencatat, menggolongkan, meringkaskan, menyajikan transaksi
perusahaan dan hasil-hasilnya, dalam akuntansi digunakan satuan pengukuran
uang(rupiah). Kesatuan pengukuran ini akan mempengaruhi bila akan
menghubungkan peristiwa yang telah lalu, sekarang dan yang akan datang.
Penggunaan satuan yang bersifat nonmoneter untuk laporan akuntansi
tertentu tidak bertentangan dengan konsep ini.

4.

Konsep harga pokok (cost)


Data akuntansi dicatat menurut harga perolehannya pada waktu peristiwa itu
terjadi dan tetap tinggal dalam catatan atau laporan akuntansi karena
perupakan pendekatan yang paling objektif. Harga perolehan aktiva meliputi
semua pengeluaran yang terjadi pada waktu aktiva itu dibeli(atau dibangun
sendiri seperti bangunan) sampai aktiva itu ditempatkan dalam posisi dan
kondisi dapat digunakan. Harga perolehan ini diukur berdasarkan sejumlah
uang kas atau equivalen kas untuk aktiva yang diperoleh tanpa transfer uang.

5.

Konsep realisasi (realization)


Penghasilan (revenue) direalisir apabila jumlah penjualan telah dilakukan
atau jasa telah diberikan. Ketika terjadi penjualan atau pertukaran yang telah
disepakati antara perusahaan dengan pihak-pihak diluar perusahaan maka
terealisasikan penghasilan(revenue).

6.

Konsep nilai uang stabil (stable rupiah)


Fluktuasi nilai uang dianggap tidak ada pengaruhnya terhadap jumlah yang
ditunjukkan dalam laporan kondisis keuangan perusahaan. Nilai uang
dianggap stabil. Untuk kepentingan pemberian informasi kepada manajemen,
investor, dan pihak lainnya, perubahan tingkat harga cukup ditempatkan
sebagai suplemen(catatan tambahan dibawah laporan keuangan)

7.

Konsep periode waktu


Karena aktivitas perusahaan berjalan sepanjang waktu (berkesinambungan),
maka proses penyajian perlu dipecah dalam periode tertentu. Jangkam waktu

satu tahun umumnya merupakan periode akuntansi yang lazim. Untuk


keperluan tertentu dapat juga digunakan periode kurang dari satu tahun
(interim period) seperti periode semester, tiga bulan atau satu bulan.
8.

Konsep objektivitas (objective evidence)


Untuk keperluan pencatatan akuntansi perlu dukungan bukti-bukti transaksi
yang bersifat objektif atau dapat diuji kebenarannya. Perlu diingat bahwa
laporan keuangan itu merupakan pencerminan dari kombinan fakta-fakta
yang telah dicatat dan dipertimbangkan pribadi.

9.

Konsep keterbukaan (disclosure)


Hasil penting dari sistem akuntansi adalah laporan keuangan yang disusun
berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan digolongkan. Semua fakta
perlu diungkapkan secara terbuka agar laporan keuangan sedapat mungkin
bersifat informatif dan memberi arti bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Pengungkapan fakta-fakta dilakukan guna menghindari adanya laporan
keuangan yang menyesatkan. Disamping laporan utama kadang-kadang perlu
adanya catatan kaki yang memberi deskripsi lebih jauh sehubungan dengan
laporan keuangan itu.

10. Konsep konsistensi (consistency)


Didalam akuntansi terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, misalnya
dalam hal menilai persediaa, menemukan besarnya penyusutan, dan menaksir
kerugian piutang yang tidak dapat ditagih.akuntansi harus memilih satu
metode yang paling sesuai dengan kebutuhan. Sekali metode telah dipilih
secara konsisten harus dipertahankan terus dari periode ke periode. Dengan
demikian, laporan kecurangan dapt dibandingkan diantara interval waktu
tertentu. Ini berarti bahwa akuntan mengabaikan sama sekali kemungkinan
adanya perubahan. Apabila terjadi perubahan ke metode lain, catatan kaki
haraus dibuat, dimana ditunjukkan pengaruh jumlah rupiah akibat adanyua
perubahan itu.
11. Kosep konservatisme (conservatism)
Konservatisme umum nya

diartikan mencatat aktiva milik perusahaan

dengan harga yang lebih rendah daripada harga perolehannya atau mencatat

utang perusahaan lebih tinggi(overstated). Selain itu konservatisme juga


diberi makna, yaitu apabila kauntan mengikuti prinsip mengakui ke
mungkinan rugi yang akan terjadi, tetapi tidak mengantisipasikan laba yang
belum direalisasikan(tidak diakui sebagai pendapatan periode itu)
12. Konsep perbandingan hasil & biaya (matching of revenue and cost)
Bagi manajemen dan pihak lain yang berkepentingan, besarnya pendapatan
bersih (net income) merupakan gambaran yang menarik. Pendapatan bersih
ini diperoleh dengan membandingkan antara penghasilan&revenue) dengan
pengeluaran (cost) dalam periode tertentu. Dalam akuntansai perbandingan
antara revenue dengan cost tidak selalu dapat dilaksanakan dengan tepat
karena digunakannya accrual basis dalam perhitungan laba rugi. Pendapatan
bersih yang diperoleh dari tidak identik dengan uang tunai. Cash bisnis
biasanya hanya digunakan dalam perusahaan-perusahaan kecil.

Adanya

konsep, periode waktu dan accrual basis, pengeluaran dibedakan menjadi


pengeluaran modal(capital expenditure) dan pengeluaran penghasilan
(revenue expenditure), demikian juga penerimaan dibedakan menjadi
penerimaan modal(capital receipt) dan penerimaan

penghasilan (revenue

receipt). Dalam praktiknya pembedaan itu kadang-kadang sulit dilakukan.


Ditambah adanya konsep kemungkinan rugi yang akan terjadi, tetapi tidak
mengantisipasikan laba yang belum di realisasikan, mungkin dapat
menghasilkan lapran laba rugi yang bersifat menyesatkan.
6.

Keterbatasan Laporan Keuangan


Kita mengakui bahwa laporan keuangan yang telah disusun seedemikian

rupa terlihat sempurna dan menyakinkan. Di balik itu semua kebenarannya ada
beberapa ketidaktepatan terutama dalam jumlah yang telah kita susun akibat
berbagai faktor. Sebagai contoh banyaknya pendapat pribadi yang masuk, atau
menilai berdasarkan nilai historis. Masalah seperti ini kita sebut sebagai
keterbatasan kita dalam menyusun laporan keuangan. Namun, semua ini tidak
akan memengaruhi laporan keuangan secara langsung dan juaga tidak akan
menghambat kita dalam menyususn laporan keuangan.

Dalam praktiknya hal-hal dan jumlah-jumlah yang dilaporkaan dalam


laporan posisi keuangan belum tentu menunjukan nilai realisasi (likuidasi). Hal ini
disebabkan karena penyusunan laporan keuangan tidak terlepas dari pendapatan
pribadi, baik oleh manajemen atau akuntan. Laporan keuangan juga bukan laporan
final dan sifatnya hanya sementara waktu saja.
Anggapan yang digunakan bahwa perusahaan akan berjalan terus sehingga
aktiva tetap nilai-niai hisoris, harga perolehan dan pengurangan aktiva tetap
berdasarkan akumulasi penyusutannya yang mengakibatkan angka atau jumlah
yang tertera dalam laporan keuangan terlihat pasti. Padahal dasar penyusunan
dengan standar niilai yang berbeda-beda akan menyebabkan nilainya ikut berbeda
pula. Sebagai contoh angka yang tertera dalam laporan keuangan berdasarkan
nilai buku yang tertentunya sangat berbeda dengan niali pasar atau penggantinya.
Jadi angka yang tertera belum dapat dikatakan tepat bener.
Karena laporan keuangan disusun berdasarkan transaksi yang terjadi pada
tanggal dan waktu yang berbeda, nilai sesuangguhnya juga menjadi berbeda.
Kondisi harga satu transaksi dengan transaksi yang lain tentu berbeda pula akibat
harga barang itu sendiri maupun harga barang lain mengalami perubahan.
Tentunya saja semua ini akan memengaruhi daya beli perusahaan.
Laporan keuangan belum dapat dikatakan mencerminkan keadaan
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini disebakan adanya hal-hal ang
belum atau belum tercatat dalam laporan keuangan tersebut. Sebagai contoh
seperti adanya kontrak-kontrak penjualan dan pembelian yang telah disetujui atau
pesanan yang tidak dapat dipengaruhi, namun belum dilaorakan dalam laporan
keuangan pada periode tersebut. Kemudian, ada hal-hal yang tidak dapat
dinyatakan dalam angka-angka seperti reputasi, prestasi manaejernya dan lainnya.
Oleh karena itu, setiap laporan keuangan disusun pasti memiliki
keterbatasan tertentu. Berikut ini ada beberapa keterbatasan laoran keuangan
yang dimiliki perusahaan:
1. Pembuatan laporan keuangan disusun sesuia sejarah dimana data-data yang
diambil dari data masa lalu

2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang bukan hanya
untuk pihak tertentu.
3. Proses penyusuna tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan
tertentu.
4. Laporan

keuangan

berifat

konservatif

dalam

menghadapi

situasi

ketidakpastiang. Misalnya dalam suatu peristiwa yang menguntungkan selalu


dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan pendaptan, nilaiya dihiitung
dari yang paling rendah.
5. Laporan keuangan selalu berpegangan teguh kepada audit, pandang ekonomi
dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat
formalnya.
Keterbatasan laporan keuangan tidak akan mengurangi arti nilai keuangan
secara langsung karena hal ini memang harus dialkukan agar dapat menujukan
kejadian yang mendekati sebenarnya, meskipun perubahan berbagai kondisi dan
berbagai sektor arus terus terjadi. Artinya selama laporan keuangan disusun sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan, maka inilah yang dianggap telah memenuhi
syarat sebagai suatu laporan keuangan.
Menurut Jumingan (2006), terdapat empat keterbatasan laporan keuangan
yaitu :
1.

Laporan keuangan pada dasarnya merupakan laporan antara (interim


report), bukan merupakan laporan final, karena laba rugi riiol(laba rugi
final) hanya dapat ditentukan bila perusahaan dijual atau di likuidasi.
Karena alasan tersebut laporan keuangan perlu disusun untuk periode
waktu tertentu. Waktu satu tahun (dua belas bulan) umumnya diangagp
sebagai periode akuntansi baku. Alokasi revenue dan cost sepanjang
periode

tertentu

dipengaruhi

pula

adanya

pertimbangan

pribadi.

Pertimbanganpribadi ini misalnya dalam memilih metode penilaian


pesediaan akhir, penentuan besarnya penyusutan; deplesi, amortasi, dan
kerugian karena adanya piutnang yang tidak tertagih; pemisahan antara
pengeluaran

modal

dengan

pengeluaran

penghasilan.

Transaksi

penghasilan dan biaya akan terjadi terus menerus selama untuk

perusahaan, dimana setiap periodenya disisipi dengan laporan keuangan


(interim report). Jadi jelaslah bahwa sebenarnya data laporan keuangan ini
tidak bersifat pasti, tidak dapat diukur secara mutlkak diteliti,
kekurangpastian ini antara lain diakibatkan adanya contingent assets,
contingent liabilities dan deferred maintenance.
2.

Laporan keuangan ditunjukkan dalam rupiah yang tampaknya pasti.


Sebenarnya jumlah rupiah ini dapat saja berbeda bila dipergunakan standar
lain(karena adanya lebih dari satu standar yang diperkenankan). Apalagi
bila dibandingakn dengan lapran keuangan seandainya perusahaan itu
dilikuidasi, jumlah rupiahnya sangat berbeda. Aktiva tetap dinilai
berdasarkan harga historisnya, jumlahnya kemudian dikurangi dengan
akumulasi penyusutan. Jumlah bersihnya tidak mencerminkan nilai
penjualan tetap. Dalam keadaan likuidasi, aktiva tidak berwujud seperti
hak paten, merek dagang, biaya organisasi hanya dinilai satu rupiah.

3.

Laporan Posisi Keuangan dan laporan laba rugi mencerminkan transaksitransaksi keuangan dari waktu ke waktu. Selama jangka waktu itu
mungkin nilai rupiah sudah menurun (daya beli rupiah menurun karena
kenaikan tingkat harga-haarga). Aktiva tetap yang dibeli tahun 1970
misalnya, harga beli sekarang sudah tiga kali lipat, akibatnya biaya
penuyusutan yang dibebankan akan jauh lebih kecil dibandingkan tingkat
penyusutan berdasrkan replacement cost basis. Juga, kenaikan volume
penjualan dalam jumlah rupiah belum tentu sebagai pencerminan dari
kenaikan jumlah satuan terjual. Kenaikan jumlah rupiah volume penjualan
mungkin disebabkan oleh naiknya harga jual per satuan. Oleh karena itu,
untuk

menghindari addanya

analisis

yang

menyesatkan, analisis

perbandingan harus dilakukan dengan hati-hati.


4.

Laporan keuangan tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai


keadaan perusahaaan. Laporan keuangan tidak mencerminkan semua
faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha karena tidak
semua faktor dapat diukur dalam satuan uang. Faktor tersebut misalnya
kemampuan dalam menemukan penjual dan mencari pembeli, nsms bsik

dsn prestise perusahaan dimata masyarakat, kepercayaan pihak luar kepada


perusahaan, efisiensi, loyalitas dan integritas dari pimpinan dan karyawan,
kualitas

barang

yang

dihasilkan,

kondisi

pesaing-pesaing,keadaan

perekonomian pada umumnya dan sebagainya.


7.

Laporan Keuangan yang dapat Dipercayai


Untuk dapat membuat penafsiran

terhadap suatu laporan keuangan,

sebelumnya hendaknya dapat diyakini bahwa laporan keuangan tersebut benarbenar dapat dipercaya. Penganalisis ekstern harus berhati-hati untuk dapat
memastikan bahwa laporan keuangan itu merupakan suatu daftar yang autentik,
objektif dan dapat dipercaya. Dibawah ini diberikan beberapa petunjuk untuk
mengetahui apakah laporan keuangan itu benar-benar dapat dipercaya:
1.

Apakah judul laporan keuangan itu telah disebutkan dengan jelas? Judul
laporan keuangan biasanya memuat nama perusahaan, nama laporan, dan
tanggal atau periode penyusunan laporan keuangan itu

2.

Apakah terdapat petunjuk tentang dasar penilaian terhadap aktiva atau


harta kekayaan perusahaan? Apakah terdapat catatan kaki yang memuat
keterangan-keterangan tambahan yang perlu dimengerti? Keterangan ini
sangat bermanfaat baagi penganalisis ekstern

3.

Apakah laporan keuangan itu telah disusun dengan jelas, artinya apakah
berbagai kelompok aktiva dan utang telah ditunjukkan jumlahnya dengan
jelas, dan apakah pengelompokkan ini telah dilakukan dengan tepat dan
logis?

4.

Apakah laporan keuangan itu telah ditanda tangani oleh direktur atau
pimpinan perusahaan? Direktur adalah orang yang bertanggunga jawab
atas kebenaran penyususnan laporan keuangan itu

5.

Apakah laporan keuangan itu sudah diperiksa oleh akuntan umum?


Laporan keuangan yang sudah diperiksa oleh akuntan umum lebih dapat
dipercaya karena laporan keuangan itu telah dicocokan dengan catatancatatan akuntasinya. Akuntan umum akan memberikan pendapatnya
setelah mengadakan penelitian melalui prosedur atau pimpinan perusahaan

dan akuntan umum.


6.

Bagaimana reputasi direktur atau pimpina perusahaan dan akuntan umum


yang mengaudit pembukuan perusahaan tersbut? Nama baik dan kejujuran
mereka akan menambah kepercayaan bagi penganalisis keuangan

7.

Apakah laporan keuangan itu telah memenuhi ketentuan yang digaris kan
oleh pemerintah? Misalnya dapat dicocokan dengan pedoman tentang
bentuk dan isi laporan keuangan menurut Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 108/KMK-07/1979
Salah satu tugas penting setelah akhir tahun adalah menganalisis laporan

keuangan perusahaan. Analisis ini didasarkan pada laporan keuangan yang sudah
disusun. Terdapat beberapa tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein
(1983) adalah sebagai berikut :
1.

Screening
Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi
perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.

2.

Understanding
Memahami perusahaan, kondisi keuangan dan hasil usahanya.

3.

Forcasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di
masa yang akan datang.

4.

Diagnosis
Analisis dimaksudkan unutk melihat kemungkinan adanya masalahmasalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau
masalah lain dalam perusahaan.

5.

Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola
perusahaan.
Dalam melakukan analisis laporan keuangan, maka informasi yang dibaca

dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Hubungan satu
pos lain akan dapat menjadi indikator tentang posisi dan prestasi keuangan

perusahaan serta menunjukkan bukti kebenaran penyususn laporan keuangan.

BAB 2
ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN
1.

Analisis Laporan Keuangan Bagi Kepentingan Berbagai Pihak


Analisis laporan keuangan meliputi penelahaan tentang hubungan dan

kecenderunggan atau tren utnutk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil


usaha dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan.
Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan
keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk
mengetahui arah perkembangannya.
Data keuangan perlu disusun dan disederhanakan kemudian dianalisis dan
ditafsirkan sehingga dapat memberikan informasi yang berarti bagi pihak-pihak
yang menaruh perhatian arah perkembangannya. Dalam praktiknya, bentukbentuk laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan industri dan perusahaan
perdagangan tidak menunjukkan adanya keseragaman. Klasifikasi dari unsur-

unsur laporan keuangan dari perusahaan yang satu dibanding perusahaan yang
lain menunjukkan adanya variasi. Variasi ini timbul karena pengaruh berbagai
faktor, seperti: (1) tujuan manajemen menyusun laporan keuangan, (2) kegunaan
lebih jauh daripada laporan keuangan, (3) pendapat dari pihak-pihak yang
menyusun laporan keuangan, (4) pengetahuan dan pengalaman dari akuntan, dan
(5) ketidakberhasilan dalam menerangkan konsep-konsep akuntansi yang telah
lazim diterima umum.
Adanya variasi tersebut menyebabkan seringkali penganalisis perlu
terlebih dahulu mengubah atau menyusun kembali atau mereview laporan
keuangan agar sesuai dengan kehendak dan tujuan penganalisis membuat
penafsiran terhadap laporan keuangan tersebut. Lebih jauh penganalisis perlu
mengetahui apakah data keuangan dan data operasi telah dilaporkan secara
terbuka, apakah prosedur-prosedur akuntansi telah diterapkan dengan konsisten,
apakah unsur-unsur laporan keuangan telah diklasifikasikan dengan tepat, dan
apakah metode penilaian dan metode penyusutan atau amortisasi telah dilakukan
dengan semestinya. Untuk mengetahunya penganalisis perlu juga mempelajari
notasi-notasi beserta penjelasannya, laporan-laporan akuntan, catatan kaki, dan
informasi tambahan lainnya.
Dalam menganalisis laporan keuangan masing-masing pihak mempunyai
kepentingan sendiri-sendiri. Perbedaan kepentingan akan membawa perbedaan
dalam cara menganalisis laporan keuangan dan perbedaan dalam tekanan-tekanan
yang diberikan pada analisis tersebut. Dengan kata lain penafsiran atau analisis
laporan keuangan suatu perusahaan akan tergantung pada kedudukan dan
kepentingan masing-masing pihak terhadap perusahaan bersabgkutan.
Sudut pandangan manajemen yang penting adalah laba yang dicapai cukup
tinggi, cara kerja sehat, aktiva aman dan terjaga baik, struktur permodalan sehat,
dan perusahaan mempunyai rencana yang baik mengenai hari kedepan, baik
dibidang keuangan maupun dibidang usaha atau operasi. Untuk keperluan analisis
tersebut, bagi manajemen yang merupaka pihak intern perusahaan, informasi yang
lengkap dan terperinci akan tersedia. Bagi pemegang saham, menilai keberhasilan
manajemen dalam memimpin perusahaan, perhatian teutama ditunjukkan pada

kemampuan perusahaan membayar dividen dan bunga yang dihasilkan dari


investasi dan pada kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai perusahaan
pada waktu yang akan datang. Dari sudut pandang kreditur jangka pendek, seperti
bank-bank dan pedagang-pedagang besar, yang penting adalah menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar utang-utang jangka pendek (likuiditas
perusahaan). Adapun bagi kreditur jangka panjang yang penting adalah bagaimana
kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan angsuran pinjaman secara
teratur.
Pihak

lain

lagi

seperti

pemerintah

dan

karyawan

perusahaan,

kepentingannya berhubungan dengan soal kesempatan kerja, peningkatan hasil


produksi, penarikan pajak-pajak sebagai salah satu sumber anggaran belanja
negara, pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi dari pemerintah. Bagi kar yawan
yang penting adalah soal gaji atau upah dan insentif lainnya.

2.

Metode dan Teknik Analisis


Ada beberapa teknik laporan keuangan yang dapat dibuat. Metode dan

teknik analisis laporan keuangan itu antaara lain seperti dibawah ini:
1.

Analisis perbandingan Laporan Posisi Keuangan, laporan laba rugi, dan


laporan laba yang ditahan dengan menunjukkan:
a. data absolut
b. kenaikan dan penurunan dalam jumlah rupiah
c. kenaikan dan penuruna dalam persen
d. perbandingan yang dinyatakan dalam rasio
e. persentase dari total

2.

Analisis perubahan modal kerja

3.

Analisis tren dari rasio unsur-unsur Laporan Posisi Keuangan dan data
operasi yang ada kaitannya

4.

Analisis persentase per komponen dari Laporan Posisi Keuangan dan


laporan laba rugi

5.

Analisis rasio yang memperlihatkan hubungan beberapa unsur Laporan


Posisi Keuangan

3.

6.

Analisis perbandingan rasio dengan industri

7.

Analisis perubahan pendapatan neto atau analisis perubahan laba bruto

8.

Analisis titik impas atau analisis break-even point

Jenis Analisis
Pada dasarnya ada beberapa jenis analisis yang dapat dilakukan yakini

analisis internal, analisis ekonomi, analisis horizontal, dan analisis vertikal.


Analisis internal adalah analisis yang dilakukan oleh mereka yang bisa
mendapatkan informasai yang lengkap dan terperinci mengenai suatu perusahaan.
Analisis demikian terutama dilakukan oleh manajemen dalam mengukur efisien
usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan. Bagi
seorang penganalisis intern, selain laporan-laporan keuangan yang diumumkan
pada khalayak ramai, juga tersedia laporan-laporan intern yang biasa tidak
diumumkan dan hanya dipakai untuk maksud-maksud inter.
Analisis eksternal adalah analisis yang dilakukan oleh mereka yang tidak
bisa mendapatkana data yang terperinci mengenai suatu perusahaan. Analisis
demikian dilakukan oleh bank, kreditor, pemegang saham, calaon pemegang
saham dan lain-lain seperti mengukur tingkat likuiditas dan profitabilitas. Bagi
seorang penganalisisi ekstern hanya tersedia laporan keuangan yang lazimnya
diumumkan pada khalayak ramai, yaitu Laporan Posisi Keuangan dan laporan
laba rugi. Karena terbatasnya data yang didapatkan oleh penganalisis ekstern,
analisis tersebut tentu tidak bisa sedemikian mendalam seperti yang dilakukan
oleh seorang penganalisis intern.
Analisis horizontal atau disebut juga analisis dinamis adalah analisis
perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahn guna
mengetahui kekuatan atau kelemahan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Analisis vertikal atau disebut juga analisis statis adalah analisis laporan
keuangan yang terbatas hanya pada satu periode akuntansi saja, misalnya berupa
analisis rasi.

4.

Laporan Keuangan yang Diperbandingkan


Dalam analisis laporan keuangan, perincian jumlah sen biasanya dapat

dihilangkan. Jumlah rupiah dapat dibulatkan dalam ribuan atau jutaan.


Pembulatan data keuangan dan hasil usaha atau operasi dalam ribuan atau jutaan
ruoiah tidak akan mempengaruhi dalam perhitungan rasio, persentase dan
perbandingan karena sifat hubungan itu sebenarnya tidak berubah.
Dalam membandingkan data Laporan Posisi Keuangan selama dua tahun
atau lebih akan mudah dilaksanakan apabila Laporan Posisi Keuangan itu disusun
dalam bentuk laporan dimana aktiva,utang, dan modal sendiri disusun secara
vertikal dari atas kebawah.
Membandingkan data Laporan Posisi Keuangan dua periode atau lebih
bertujuan untuk mengetahui addanya kenaikan atau penurunan jumlah absolut
(dalam rupiah) dan dalam persentase. Perubahan ini penting karena dapt memebri
petunjuk arah perkembangan kondisi keuangan perusahaan.
Perbandingan data laporan laba rugi menunjukkan perubahan hasil usaha
selama beberapa periode akuntansi. Perbandingan dapt dinyatakan dalamjumlah
rupiah, dalam persentase, atau kedua-duanya.
Analisis perbandingan tersebut biasanya juga dilengkapi dengan rasio.
Rasio ini dihutung dengan cara membagi jumlah rupiah tahun sedang berjalan
dengan jumlah rupiah tahun sebelumnya sebagai tahun dasar. Rasio kurang dari
satu berarti jumlah rupiah tahun yang sadang berjalan lebih kecil dari jumlah
rupiah tahun dasarnya, sebaliknya rasio lebih dari satu berarti jumlah rupiah
tahun yang sedang berjalan lebih besar dari jumlah rupiah tahun dasar.
Penggunaan rasio ini dapat menghilangkan adanya tanda minus (penurunan).
Periksa ilustrasi 2.1.
Apabila kita akan menganalisis laporan keuangan untuk sederetan tahun
terdapat dua dasar perbandingan yang dapat digunakan berikut ini:
1. Perbandingan dapat dibuat dengan menggunakna data pada tahun pertama
sebagai dasar perbandingan. Periksa ilustrasai 2.2.

2. Perbandingan dapat dibuat dengan menggunakan data satu tahun di muka


sebagian dasar perbandingan. Periksa ilustrasi 2.3.
Ilustrasi 2.1.
Nama rekening
Kas
Piutang dagang
Persediaan
barang
dagangan
Wesel bayar
Utang hipotik
Laba
yang
ditahan

Dalam ribuan rupiah


31 desember
Kenaikan (penurunan*)
2000
2001
Jumlah
%
Rasio
16.000
32.000
16.000
100
2,00
30.000
75.000
45.000
150
2,50
80.000
60.000
20.000
25*
0,75
40.000
8.000
50.000

10.000
18.000
60.000

30.000
10.000
10.000

75*
125
20

0,25
2,25
1,20

Ilustrasi 2.2.
Nama rekening

2000

2001

2002

Penjualan
bersih
Pendapatan
bersih sebelum
pajak
Persediaan
barang
Aktiva lancar

780

815

940

45

37

63

17,85

40,0%

190

160

150

40*

21,1*

515

520

478

37*

7,2*

5.

kenaikan
2001
2002
4,5%
20,5%

Jumlah Kumulatif dan Rata-rata


Analisis perbandingan dapat diperluas dengan menunjukkian jumlah

kumulatif dan angka rata-rata tahunan. Selanjutnya akan dapat dianalisis apakah
data yag ada menyimpang dari angka rata-rata tahunan tersebut. Apabila terjadi
penyimpangan, kemudian dapat dicari faktor-faktor penyebabnya, dan dapat
disimpulkan apakah penyimpangan tersebut menguntungkan atau merugikan.

6.

Interpretasi Laporan Keuangan yang Diinginkan


Dari laporan keuangan yang diperbandingkan dengan menunjukkan

perubahannya secara absolute (dalam rupiah) dan perubahan secara relatif (dalam
persen), analisis dapat dilakukan dengan meneliti dengan melihat perubahan
masing-masing unsur secara indivudual dan melihat gabungan beberapa unsur
yang ada kaitannya. Perbedaan yang terjadidicari faktor-faktor penyebabnya dan
dapat dinilai apakah perubaha-perubahan ini bersifat menguntungkan. Misalnya
persediaan barang dagangan telah menigkatkan sebanyak 20% selam setahun itu.
Kenaikan ini mungkin diakibatkan oleh perubahan kuantitas ataas perubahan
harga atau perubahan keduanya. Kenaikan kuantitas mungkin disebabkan adanya
volume penjualan yang lebih besar.
Suatu kenaikan dalam piutang dagang mungkin diakibatkan adanya
volume penjualan yang meningkat, perubahan jangka waktu pembayaran oleh
langganan atau kerja bagaian penagihan piutang yang kurang atau tidak efisien.

7.

Grafik Perubahan Data Keuangan


Hasil perbandingan bagian-bagian penting dari laporang keuangan dapat

juga digambarkan secara grafis. Gambaran perubahan secara visual mungkin lebih
mudah ditangkap dalam pikiran penganalisis daripada gambaran perubahan dalam
jumlah rupiah. Sebagai contoh dapat diperiksa pada ilustrasi 2.6.
Ilustrasi 2.6
Nama rekening
Aktiva lancar
Utang jk. panjang
Total utang
Total modal sendiri
Total aktiva

Tahun
2000
2001
335.000
290.000
110.000
90.000
170.000
135.000
305.000
345.000
475.000
480.000

Kenaikan/penurunan
2000
2001
45.000*
13,4*
20.000*
18,2%
35.000*
20,6%
40.000*
13,1%
5.000
1,1%

Dari tabel diatas terlihat bahwa aktiva lancar utang jangka pendek. Kedua-duanya
berkurang, tetapi persentase penurunan utang jangka pendek lebih besar, ini
berarti keuangan jangka pendek selama tahun 2001 mengalami perbaikan. Grafik

tersebut juga menunjukkan bahwa total utang menurun sedang total modal sendiri
meningkat. Kecenderungan ini menguntungkan karena ketergantungan dana pihak
kreditur berkurang. Tingkat keamanan atau margin of safety bagi kreditur
membaik. Juga terlihat bahwa proporsi total utang dari total utang plus total
modal sendiri lebih kecil dalam tahun 2001 , ini berarrti posisi keuangan
perusahaan dalam tahun 2001 lebih kuat, yakni sebagian besar dari aktiva
dibelanjai dana yang bersumber dari modal sendiri.
8.

Tren Dalam persentase


Laporan keuangan dari tahun ke tahun dapat diananlisis dengan

mempelajari arah rennya. Tren persentase dihitung dengan memilih tahun pertama
sebagai dasar perbandingan atau sebagai tahun dasarnya. Tren dalam persentase,
yang pada dasarnya meupakan angka indeks, menunjukkan perubahahn relatif dari
kata keuangan sepanjang kurun waktu tertentu. Sebagai contoh dapat diperiksa
ilustrasi 2.8

Ilustrasi 2.8.
Keterangan

31 Desember 2001
1996

1997

1998

1999

2000

2001

Tren penjualan periode dasar 31


desember 1996-2001
1997
1998
1999
2000
2001

Aktiva
Aktiva lancar
Kas

30,8

36,4

32

28,6

29

23,6

118

104

93

94

77

Surat berharga
Piutang dagang
FIFO
Aktiva lancar lainnya
Total aktiva lancar
Investasi jk. panjang
Pabrik dan peralatan
(-) akm.penyusutan
Neto

14,4
60,6
78,8
3,6
188,2
2,4
243,2
99,4
143,8

11,1
59,4
74,8
1,0
182,6
9,8
282,6
116,8
165,4

8,8
57,6
71,8
6,8
177
10,6
313,8
126
187

11,2
50,2
72,4
8,8
171,2
13,6
340,4
140,6
199,8

11,2
50,2
85,2
5,2
192
2,6
374,6
144,6
230

5,4
59,4
83,6
1,2
173,2
23,2
413,4
161,8
251,6

76
98
95

61
95
91

78
02
92

96
97
108

87
98
106

97
408
116

94
442
129

91
442
140

102
108
154

92
967
170

115

130

130

160

175

Total aktiva
Utang jangka pendek
Utang jk. panjang
Total utang

334,4
70
44,8
114,8

357,8
76,4
44,0
120,4

374,6
63
42,2
105,2

384,6
57,4
40,4
97,8

424,6
68
38,6
106,6

428
58,8
36,2
95

107
109
98
105

112
90
94
92

112
82
90
85

127
97
86
93

134
84
81
93

32,6
45

32,6
57,6

32,6
64

32,6
76

32,6
100

32,6
105,8

100
128

100
142

100
169

100
222

100
235

77,6
85,4

90,2
92,2

96,6
95,6

18,6
104,2

132,6
114,4

138,4
117,8

116
108

124
112

140
122

171
134

178
138

56,6
219,6
3334,4

55,0
237,4
357,8

77,2
269,4
374,6

74
268,8
384,6

71
318
424,6

96,8
353
428,0

97
108
107

136
123
112

131
131
115

125
145
127

171
161
134

Modal sendiri :
Saham prioritas
Saham biasa
Total modal saham
Surplus di atas harga
pasar
Laba yang ditahan
Total modal sendiri
Total utang modal
sendiri

Laporan yang dijadikan dasar perbandingan, jumlah dari masing-masing


unsurnya dinyatakan dengan 100%. Jumlah unsur-unsur dari laporan keuangan
periode berikutnya, apabila lebih rendah daripada data dasar, dinyatakan dengan
kurang dari 100%. Tren dalam rasio diperoleh dengan jalam membagi jumlah
suatu tahun dengan jumlah tahundaasar untuk unsur yang sama. Di dalam
menentukan tren persentase hasil baginya dapat dibulatkan.
Contoh:
Persediaan akhir (1999), Rp.72,4juta
Persediaan akhir (1996), Rp.78,8juta

92%

Ini berarti perusahaan pada 31 desember 1999 adalah 92%-nya persediaan pada 31
desember 1996; persediaan akhir tahun1999 menurun sebanyak 8% bila dibanding
persediaan akhir tahun 1996.
Pabrik dan peralatan(31 desember 1999), Rp.340,4juta
Pabrik dan peralatan(31 desember 1996), Rp.243,2juta

140%

Ini berarti bahwa pabrik dan peralatan(cost) pada 31 desember1999 adalah 140nya pabrik dan peralatan(cost) pada tanggal 31 desember 1996; pabrik dan
peralatan(cost) pada 31 desember 1999 bertambah sebanyak 40% bila
dibandingkan pabrik dan peralatan pada 31 desember 1996.
Utang jangka pendek(31 desember 2000), Rp.68,0juta
Utang jangka pendek(31 desember 1996), Rp.70,0juta

97%

Ini berarti bahwa utang jangka pendek 31 desember 2000 adalah 97-nya utang
jangka pendek 31 desember 1996; utang jangka pendek 31 desember 2000 lebih
kecil 3% bila dibandingkan utang jangka pendek 31 desember 1976.
Penjualan neto(2001), Rp.606,8juta
Penjualan neto(1996), Rp.505,6juta

120%

Ini berarti penjualan neti tahun 2001 adalah 120%-nya penjualan neto tahun 1996;
penjualan netto tahun 2001 adalah lebih banyak Rp.101,2juta dibandingkan
penjualan neto tahun 1996; penjualan neto tahun 2001naik 20% bila dibandingkan
penjualan neto tahun 1996. Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk pos-pos
yang lain.
9.

Penilaian Tren dalam Persentase


Perhitungan rasio pada umumnya tidak untuk semua unsur yang ada

laporan keuangan, apabila unsur-unsur yang mempunyai hubungan logis satu


sama lain. Misalnya nilai penjualan telah meningkat sebanyak Rp.100juta atas
100% selama lima tahun. Persentase kenaikan nilai penjualan ini baru ada artinya
bila dibandingkan dengan: (1)modal usaha, yang mungkin telah naik 200%
selama lima tahun, (2) harga pokok penjualan yang mungkin telah naik 150%,
(3)biaya usaha yang mungkin telah naik 170%.
Tren meningkat dari persediaan barang, wesel tagih, dan piutang dagang
yagn disertai tren menurun darai penjualan, mencerminkan adanya kelebihan
investasi dalam persediaaan barang dan piutang yang mungkinsebagai akibat dari
kebijaksanaan yang tidak tepat dan cara kerja bagian penagihan yang tidak efektif.
Tren yang menurun darai penjualan darai tahun ke tahun yang disertai dengan
kenaikan investasi dalam oabrik, dimana tambahan investasi tersebut dibelanjai
dengan mengeluarkan obligasi yang mempunyai beban tetap(bunga), keadaan ini
menunjukkan adanya perkembangan keuangan yang tidak sehat. Tren yagn
menigkat dari aktiva lancar yang disertai tren menurun dari utang.
Tren yang meningkat dari modal sendiri dapat dipandang menguntungkan
apabila diikuti tren yang menurun dari total utang atau walaupun menigkatkan
tetapi

dengan

persentase yang

lebih

rendah.

Kondisi

yang

demikian

mencerminkan kuatnya perkembangan keuangan perusahaan an membaiknya


margin of safety bagi kreditur. Perlu diperhatikan bahwa tren rasio tidak dapat
diperbandingkan apabila prinsip-prinsip akuntansi yang telah dipergunakan tidak
diikuti secara konsisten dalam kurun waktu yang sedang diamati, dan apabila
tejadi perubahan nilai uang yang secara materil amat terpengaruhi.

Dalam analisis tren persentase penting untuk melihat hubungan angka


persentase dalam tren dengan data absolut(jumlah rupiah) yang dipakai sebagai
dasar

perbandingan,

karena

adanya

kemungkinan-kemungkinan

yang

menyesatkan sebagai berikut:


1.

Tahun dasar yang dipilih mingkin tidak resprentif untuk beberapa unsur
dalam laporan keuangan. Misalnya kas yang terancam pada tahun dasar
Rp.7.500.000,00.- sedang jumlah kas pada tahn-tahun berikutnya tidak
pernah lebih dari Rp.3.500.00,00.- ini berarti jumlah kas pada tahun dasae
tidak mencerminkan keadaan jumlah-jumlah kas tahun berikutnya, sehingga
perbedaan dalam persentase kelihatan mencolok padahal kenyataaannya tidak
demikian.

2.

Suatu unsur mungkin telah meningkat dari Rp5.000.000,00.- menjadi


Rp.10.000,00- sedang unsur lainnya meningkat dari Rp.10.000.000,00.menjadi Rp.20.000.000,00.- Masing-masing unsur menunnjukkan kenaikan
100%, walaupaun utnuk unsur yang pertama kenaikannya tidak berarti.

3.

Biasanya perubahan sebanyak 100% lebih mendapatkan perhatian dari


perubahan sebanyak 10% misalnya. Untuk beberapa hal sebenarnya kurang
pada tempatnya. Misalnya biaya advertensi yang dibayar dimuka mungkin
telah naik 100%, sedang persediaan barang hanya naik 10%. Yang jelas
kenaikan persediaan barang harus mendapat perhatian dari kenaikan biaya
advertensi yang dibayar dimuka

4.

Tendensi yang tidak mungkin diinginkan mungkin dicermati oleh tren rasio,
padahal sebenarnya tidak demikian bila dilihat dari rupiahnya. Misalnya
utang jangka meningkat 100% sedang modal sendiri hanya meningkat 505.
apabila dilihat dari jumlah rupiahnya ternyata utang jangka panjang naik dari
Rp.50.000,00.- menjadi Rp.100.000,00.- dan modal sendiri naik dari
Rp.800.000,00.- menjadi Rp.1.200.000,00.- melihat perubahan dalam jumlah
rupiah modal dari modal sendiri situasinya ternyata tidak mengkhawatirkan.

10. Penaksiran Tren dalam Persentase

Berdasarkan data pada ilustrasi 2.8. dan ilustrasi 2.9. dapatlah dilakukan
penaksiran sebagai berikut:

1. Kondisi keuangan jangka pendek dari perusahaan itu menunjukkan


perbaikan. Ini dicerminkan dari hubungan antara aktiva lancar dengan
utang jangka pendek. Walaupun kedua unsur menurun selama jangka
waktu enam tahun tetapi persentase penurunan utang jangka pendek
menjadi lebih besar. Aktiva lancar menurun dari Rp188,2juta menjadi
Rp.173,2juta ataun 8%, sedang utang jangka pendek berkurang dari
Rp.70,0juta menjadi Rp.58,8juta atau 16%. Perbaiakn dalam kondisi
keuangan jangka pendek juga dicerminkan dengan adanya kenyataan
bahwa aktiva lancar hanya 2,69 kalinya utang jangka pendek pada 31
desember 1996 dan menjadi2,94 kalinya pada 31 desember 2001. tren
mennurun telah terjadi pada kas, surat berharga, piutang dagang dan total
utang jangka pendek. Piutang dagang telah menurun dari Rp.60,6juta
menjadi Rp.59,4juta atau 2%, sedangkan persediaan barang telah naikdari
Rp.78,8juta menjadi Rp.83,6juta atau 6%. Kondisi ini menguntungksn
karena nilai penjualan neto meningkat dari Rp.505,6juta menjadi
Rp.606,8juta atau naik 20%. Perkembangan yang menguntungkan ini
menunjukkan bahwa strategi pemasaran telah dijalankan dengan efektif,
dana pinjaman telah diputar dengan efektif, dan pengumpulan piutang
telah dilakukan dengan efektif. Jumlah piutang dagang yang relatif lebih
kecil menunjukkan tingkat perputaran yang lebih cepat dan adanya
penualan tunai yang menigkat lebih banyak. Perubahan jangka waktu
pembayaran mungkin merupakan keberhasilan bagian penagihan dalam
melaksanakan tugasnya. Apabila dianggap persediaan barang penagihan
dalam melaksanakan tugasnya. Apabila dianggapa persediaan barang
menunjukkan gambaran rata-rata, tingkat perputaran persediaan barang
cenderung membaik selama jangka waktu enam tahun. Modal kerja yang
menurun dari Rp.118,2juta menjadi Rp.114,4juta(modal kerja neto0
selama enam tahun, sedang di pihak lain penjualan neto telah
miningkatkan dari Rp.505,6 menjadi Rp.606,8juta, menunjukan adanya
manajemen modal kerja yang efisien
2. Pabrik dan peralatan neto telah meningkat dari Rp.143,8juta menjadi

Rp.251,6juta atau 755 selama enam tahun. Ini mungkiin merupakan


pembelian atau pembangunan baru. Pada jangka waktu yang penjualan
neto telah meningkat dari Rp.505,6juta menjadi Rp.606,8juta atau 20%.
Mengapa di satu pihak aktiva tetapmeningkat sedang dipihak lain
penjualan

juga

meningkat?

Penafsiran

sulit

dilakukan

apabila

tidakdilengkapi dengan data yang cukup. Kenaikan jumlah rupiah daari


penjualan dapt disebabkan naiknya tingkat harga, program promosi
penjualan dapat disebabkan naiknya tingkat harga, program promosi
penjualan yang lebih besar, kerja para penyalur yang lebih efisien dan
efektif, dan meningkatnya fasilitas produk sehingga dapt melayani lebih
banyak permintaan. Sumber dana yang digunakan untuk perluasan aktiva
tetap selama jangka waktu yang diamati berasal dari penjualan saham dan
modal kerja neto yang berasal darioperasi jangka pendek dan utang untuk
melunasi sebagian utang jangka pendek dan utang jangka panjang.
Perbandingan jumlah rupiah dan data tren dari pengeluaran modal(capital
expenditures) dan beban depresiasi dan amortiasi tahunan dari Pt. Ribut
ditunjukkan sebagai berikut
Ilustrasi 2.10.
Dalam jutaan rupiah
Keterangan
Pengeluaran
modal(Rp)
Tren(%)
Beban depresiasi dan
amortisasi(Rp)
Tren(%)

1996
28,4

1997
44,6

1998
33,6

1999
28,8

2000
42,6

2001
51,2

100
16,8

157
17,4

118
19,4

99
20,4

150
23,8

180
24,8

100

100

115

121

121

148

Data sebelumnya menunjukkan bahwa modal kerja berasal dari operasi


jangka pendek yang bersumber dari beban depresiasi digunakan untuk
memperoleh aktiva baru. Kekurangannya ditututp dari penjualan saham dan darai
pendapatan neto.
Terjadi tren menurun dari total utang dan tren menigkat untuk modal sendiri.
Total utang menurun dari Rp.114,8juta menjadi Rp.95,0juta atau menurun 17%
sedang modal sendiri meningkat secara nyata. Pada 31 desember 1996 modal

sendiri 1,9kalinya total utang, kemudian perbandingan ini menjadi 3,7kali pada 31
desember 2001. tren ini juga menunjukkan bahwa penambahan aktiva dan
pengurangan utang dilakukan dengan menggunakan modal sendiri. Untuk
melihaat tren dividen(cash dividen dan stock dividen) perlu ditunjukkan adanya
laporan laba yang ditahan. Pendapatan neto sebelum laba rugi insidentil untuk
jangka waktu enam tahun berjumlah Rp.204,4juta, sedang dividen yang
dibayarkan dari laba yang ditahan berjumlah Rp.137,6juta selama enam tahun. Ini
berarti pendapatan dari pendapatan neto yang diperoleh 67,4%-nya digunakan
untuk mebayar dividen
Terlihat bahwa tren untuk penjualan, harga pokok penjualan dan biaya
meningkat dengan persentase hampir sama. Penjualan menignkat 20%,
haargapokok penjualan dan biaya usaha juga meningkat 20% . fakta ini
mencerminkan situasi yang menguntungkan dilihat dari segi kemapuan
manajemen dalam mengendalikan haarga pokok penjualan dan biaya usaha, relatfi
bila dibandingkan dengan harga pokok perubahan pada volumepenjualan.
Pendapatan usaha atau hasil usaha naik 20% sama seperti kenaikan penjualan.
Tren pendapatan usaha yang kurang menguntungkan ini disebabkan oleh satu
kombinasi dari faktor-faktor, yaitu kenaikan harga eceran diikuti naiknya
pembayaran dimuka untuk pembelian barang dagangan, tingkat perputaran
persediaan yang kurang cepat diikuti kurangnya mark up yang menguntungkan,
lebih banyaknya penjualan khusus dengan harga yang jurang menguntungkan,
sales margin yang lebih rendah, dan adanya pembelian yang kurang
menguntungkan.

Tendensi yang tidak menguntungkan ini dicerminkan oleh

meningkatnya tren biaya usaha dengan persentase yang lebih besar daripada tren
penjualan neto.

11. Laporan Dengan Persentaase Per Komponen


Dalam analisis tren dalam persentase seperti telah diuraikan sebelumnya,

penganalisi tidak dapat membandingkan atau tida dapat memperoleh gambaran


tentang perubahan dalam masing-masing unsur dari tahun ke tahun dalam
hubungannya dengan total aktiva, total utang dan modal sendiri dan jumlah atau
nilai penjualan neto.
Kelemahan tersebut timbul apabila perbandingan akan dibuat, untuk dua
perusahaan atau lebih atau antara perusahaan dengan indusrti. Disini tidak ada
suatu dasar umum sebagai dasar pembanding apabila dihubungkan dengan data
absolut. Untuk itu perlu dibuat laporan dengan persentase per komponen guna
memperoleh suatu dasar atau ukuran yang dapat digunakn sebagai pembanding.
Persentase per komponen adalah persentase dari masing-masing unsur
passiva terhadap aktiva terhadap total aktivanya, masing-masing unsur passiva
terhadap passivanya dan masing-masing unsur laba rugi terhadap jumlah
penjualan netonya. Laporan demikina disebut dengan common size statement.

BAB 3
ANALISIS RASIO KEUANGAN

1.

Rasio Standar
Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan

hubungan anatara suatu unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan anatara
unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang
sederhana. Secara individual rasio kecil itu artinya, kecuali jika dibandingkan
dengan suatu rasio standar yang layak dijadikan dasar pembanding. Apabila tidak
ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasio-rasio
suatu perusahaan, penganalisis tidak dapat menyimpulkan apakah rasio-rasio itu
menunjukkan kondisi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.
Rasio standar dapat ditentukan berdasarkan alternatif dibawah ini yaitu :
1. didasarkan pada catatan kondidi keuangan dan hasil operasi perusahaan
tahun yang telah lampau.
2. didasarkan pada rasio dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya,
dipilih suatu perusahaan yang tergolong maju dan berhasil.
3. didasarkan pada dataa laporan keuangan yang dibudgetkan.
4. didasarkan pada rasio industri, dimana perusahaan yang bersangkutan
masuk sebagai anggotanya.
Dengan perbandingan rasio standar ini akan diketahui apakah rasio
perusahaan yang bersangkutan terletak di atas average, atau dibawah average.
Rasio standar yang baik adalah yang memberikan gambaran rata-rata. Gambaran
rata-rata yang paling tepat adalah rasio industri. Rasio ini dipertimbangkan
sebagai satisfactory condition atau representative condition.
Perlu dipahaami bahwa laporan keuangan merupakan kombinasi dari fakta
yang perlu dicatat, kesepakatan akuntansi, dan pertimbangan pribadi, sehingga
rasio bukan merupakan ukuran eksak, maka rasio standar jangan dianggap sebagai
kondisi yang ideal. Walaupun rasio industri sukar diperoleh atau penyusunannya
sangat memakan waktu. Dengan demikian, untuk keperluan pembandingan dapat
dipakai bentuk rasio standar yang lain, misalnya goal ratio atau rasio dari
perusahaan sendiri yang telah dimodifikasi dengan menngantisipasi perubahan-

perubaahn yang diharapkan terjadi selama satu periode akuntansi.


2.

Masalah yang dihadapi dalam penentuan rasio standar


Telah dijelaskan sebelumnya bahwa laporan keuangan ini merupakan

kombinasi dari fakta yang telah dicatat, kesepakatan dan pertimbangan pribadi.
Dengan demikian, penentuan rasio standar sebagai dasar pembanding tidak dapat
digunakan sebagai ukuran yang pasti karena rasio standar untuk industri
merupakan hasil rata-rata beberapa perusahaan yang sejenis yang mempunyai
kondisi keuangan dan hasil usaha yang berbeda-beda, ada kondisi keuangannya
baik, hasil usaha menguntungkan dan ada yang sebaliknya.
Variasi kondisi keuangan dan hasil usahan daru suatu perusahaahn dengan
perusahaan lainnya mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. perbedaan letak geografis yang membawa perbedaan dalam tingkat harga
dan biaya usaha.
2. perbedaan dalam pemilikan aktiva teetap, tetap ada yang memiliki sendiri
yang menyewa. Perbedaan dalam besar kecilnya investasi dalm harta
kekayaan yang tidak digunakan dalam hubungannya dengan operasi
reguler.
3. perbedaan dalam tingkat harga yang dicerminkan dalam pos aktiva tidak
lancar.
4. perbedaan dalam banyaknya jenis barang yang diproduksi. Apakah hanya
memproduksi satu jenis produk atau banyak produk.
5. perbedaan dalam umur harta kekayaaan yang dimiliki, ada yang baru ada
yang lama.
6. perbadaan dalam tingkat kapasitas pabrik.
7. perbedaan dalam penilain persediaan (FIFO, LIFO dan metode rata-rata
tertimbang).
8. perbedaan dalam kebijaksanaan pembelian bahan dasar
9. perbedaan dalam kebijaksanaan menentukan tingkat persediaan.
10. perbedaan dalam kebijaksanaan penjualan barang dagangan.
11. perbedaan dalam kebijaksanaan saluran pemasaran.

12. perbedaan dalam sedikitnya utang jangka panjang.


13. perbedaan dalam pembayran deviden.
14. perbedaan dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi, termasuk
penggollongan pos laporan keuangnan, periode akuntansi dan metode
penyusunan.
3.

Menentukan Rasio Standar


Apabila rasio standar tidak tersedia dalam bentuk yang sudah

dipublikasikann pengannalisis dapat membuat standarnya sendiri.


Rasio standar dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
1. mengumpulkan

data

diperbandingkan.

laporan

Perusahaan

keuanagn
tersebut

dari

perusahan

hendaknya

yang

mempunyai

keseragaman dalam sistem akuntansi dan prosedur kauntansi termasuk


keseragaaman dalam penggolongan rekening rekening dan metode
penyusutan, keseragaman periode kauntansi, kesamaan dalam menilai
aktiva

dan

kebijaksanaan

amortisasi

dan

keseragaaman

dalam

kebijaksanaan manajemen.
2. menghitung angka rasio yang dipilih dari tiap perusahaan dalam industri.
3. menyusun rasio standar tersebut dari yang tertinggi sampai ke rendah.
4. menghapus rasio ekstrem yaitu rasio

yang terlalu tinggi atau terlalu

rendah.
5. menghitung rata-rata hitungnya atau menentukan mediaannya.
4.

Pengelompokkan angka rasio


Pada dasarnya angka rasio itu dapat dikelompokkan menjadi dua

golongan. Golongan pertama yaitu angka rasio yang didasarkan pada sumber dan
data keuangan darimana unsur angka rasio tersebut diperoleh dan golongan yang
kedua adalah angka rasio yang disususn berdasarkan tujuan penganalisis dalam
menngevaluasi suatu perusahaan.
Berdasarkan sumber datanya, darimana rasio itu dibuat dapat dibedakan
menjadi tiga bagian yaitu :

1. Rasio Laporan Posisi Keuangan yaitu rasio yang dissusun dari data yang
berasal dari Laporan Posisi Keuangan, misalnya rasio lancar, rasio tunai,
rasio modal sendiri dengan total kativa, rasio tetap dengan utang jangka
panjang.
2. Rasio lapporan laba rugi yatitu rasio yang disusun dari data yang berasal
dari laporan laba rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjualan neto,
rasio laba usahaa dengan penjualan neto dan sebagianya.
3. Rasio antar laporan yaitu rasio yang dissusun dari data yang berasal dari
Laporan Posisi Keuangan dan laporan laba rugi, misalnya rasio penjualan
neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata,
rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-ratta dan sebagianya.
Disamping penggolongan rasio berdasarkan sumber datanya, berbagai
angka rasio dapat juga dibuat berdasarkan tujan oihak penganalissi dalam
mengevaluasi suatu perusaahna berdasarkan laporan keuangannya. Kreditur
jangka pendek lebih tertarik untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
membayar utang yang segera dilunasi. Kemampuan perusahaan utnuk melunasi
utang jangka pendeknya. Dengan perkataan lain, kreditur jangka pendek lebih
tertarik pada tingkat likuiidtasnya perusahaan.
Kreditur jangka panjang lebih tertarik untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam membayar bunga pinjaman dan kemampuan mengembalikan
pokok pinjamannya. Perusahanan harus cukup mempunyai alat likuid dalam
jangka pendek dan mempunyai keuntungan yang memadai dalam jangka panjang.
Disamping

memperhatikan

tingkat

likuiditas

dan

profitabilitas,

juga

berkepentingan dengan kebijaksanaan perusahaan yang mmepengaruhi harga


saham perusahaan dipasaran. Tanpa laba, perusahaan tidak akan dapat membayar
deviden. Kebijaksanaan yang tidak menguntungkan akan menurunkan harga
saham

dipasaran.

Sedang

bagi

maanjemen,

disamping

memperhatikan

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya yang segera harus


dipenuhi, kemampuan perusahaan untuk melunasi semua utanng-utangnya,
kemampuan untuk memperoleh laba, juga berkepentingan untuk mengetahui
efisiensi penggunaan modal dengan sumbernya.

Ada berbagai pendapat tentang kategori rasio berdasarkan tujuan


penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan
keuangannya. Menurut Hampton (1980 : 110), rasoip keuanagn digolongkan
menjadi tiga kategori yaitu :
1. rasio likuiditas yang bertujuan untuk kecukupan dana, solvency
perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban yang segera
harus dipenuhi. Yang termasuk rasio likuiditas misalnya rasio lancar, rasio
tunai, perputaraan piutang dan perputaran persediaan.
2. rasio profitabilitass bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Misalnya margin
keuntungan, margin laba bruto, imbalan hasil dari investasi dan rentabilitas
modal sendiri.
3. rasio kepemilikan berkaitan langsung atau tidak langsung dengan
keuntungan dan likuiditas.membantu pemilik saham dalam mengevaluasi
aktivitas dan kebijaksanaan perusahaan yang berpengaruh terhadap harga
saham dipasaaran.
Adapun Weston dan Brigham (1981 : 138) membuat kategori yang lebih
banyak lagi yaitu :
1. rasio likuiiditas bertuyjuan untuk mengukur kemampuan perusahaaan
dalam memenuhi kewajiabn jangka pendeknya.
2. rasio leverage bertujuan mengukur sejauh mana kebutuhan keuangan
perusahaan sibelanjai dengan dana pinjaman.
3. rasio aktivitas bertujuan mengukur efektivitas perusahaan dalam
mengoperasikan dana.
4. rasio profitabilitas bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang
tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalaui kegiatan penjuala.
5. rasio pertumbuhan bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian dan
industri.

6. rasio valuasi bertujuan mengukur performance perusahaan secara


keseluruhan, karena rasio ini merupakan pencerminan dari rasio resiko dan
rasio imbalan hasil.
Dibawah ini akan dikemukaakan rasio keuangan menurut Kennedy dan
McMullen (1973 :307-358).
E.

Rasio modal kerja (rasio likuiditas)


Analisis dan penagfsiran posisi keuangan jangka pendek adlah penting,

baik bagi pihak manajemen maupin pihak pihak diluar perusahaan sepertoi
krediturdan pemilik perusahaan. Bank-bank komersial dan kreditur jangka
pendeknya sangat menaruh perhatian pada tingkat keamaanan bagi kredit jangka
pendeknya, manajemen berkepentingan untuk mnegtahui efisiensi penggunaan
modal

kerja,

dan

pemegang

saham

beserta

kreditur

jangka

panjang

berkepentingan untuk mengetahui prospek pembayaran deviden dan bunga.


Pertanyaan yang perlu dijawab sehubungan dengan modal kerja ini
meliputi :apakah perusahaan mampu melunasi utang jangka pendaknya tepat
waktunya ? apakah manajemen menggunakan modal kerja dengan efektif ?
apakah jumlah modal kerja cukup, berlebihan atau kurang ? apakah perusahaan
mempunyai posisi keuangan kredit rating yang menguntungkan ? apakah posisis
keuanagn janngka pendek baik ? suatu perusahaan dikatakan memenuhi tagihan
dari kreditur jangka pendek yang kuat apabila (1) mampu memenuhi tagihan dari
kreditur jangka pendek tepat pada waktunya ,(2) mampu memlihara modal kerja
yang cukup untuk membelanjai operasi perusahaan yang normal, (3) mampu
mmebayar utang jangka pendek dan deviden, (4) mampu memelihara kredit rating
yang menguntungkan.

1.

current ratio
Rasio umum yang digunakan dalam analisis laporan keuanagn adalah rasio

lancar yang memberikan ukuran kasar tentang tingkat likuiditas perusahaan.

Current ratio diperoleh dengan jalan membagi aktiva lancar .Misalnya diperoleh
hasil bagi 3, dikatakan curretnt rationya 3:1 atau 300%. Setiap Rp 1 utang jangka
pendek dijamin dengan Rp 3 aktiva lancar. Current ratio 200% tekadang
dipertimbangkan sebagai curret ratio yang memuaskan bagi perusahaan industri
atau perusahaan komersial, sedang bagi perusahaan penghasil jasa seperti
perusahaan listrik dan hotel angka 100% dikatakan sudah mencukupi.
Dalam mengukur rasio modal kerja yan g penting bukan besar kecilnya
perbedaan aktiva lancar denagn utang jagnka pendek melainkan harus dilihat pada
hubungannya atau perbandinagn mencerminkan kemampuan mengembalikan
utang. Current ratio yang tinggi mungkin menujukkan adanya uang kas yang
berlebihan dibandingakan dengan kebutuhan atau unsur aktiva lancar yang rendah
likuiditasnya. Sedangkan current ratio yang relatif rendah lebih riskan, tetapi
menunjukkan bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar secara
efektif. Saldo kas dibuat minimum sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perputaran piutang dan persediaan diusahakan maksimum.
Berdasarkan uraian diatas, sebelum penganalisis mengambil kesimpulan
final dari analisis current ratio, perlu mempertimbangkan faktor sebagai berikut :
1. distribusi dari pos aktiva lancar
2. data tren dari aktiva lancar dan utang jangka pendek untuk jangka waktu 5
tahun-10 tahun.
3. syarta kredit yang diberikan oleh kreditur kepada perusahaan dalam
pengembalian barang dan syarta kredit yang diberikan perusahaan dalaam
langganan dalam penjualan barang.
4. nilai sekarang atau nilai pasar atau nilai ganti dari barang dagangan tingkat
pengumpulan piutang.
5. kemungkinan adanya perubahan nilai aktiva lancar.
6. perubahan persediaan dalam hubungannya dengan volume penjualan
sekaranng dan yang akan datang.
7. besar kecilnya modal kerja untuk tahun mendatang.

8. besar kecilnya kas dan surat berharga dalam hubungannya dengan


kebutuhan modal kerja.
9. credit rating perusahaan pada umunya.
10. besar kecilnya piutang dalam hubungan dengan volume penjualan.
11. jenis perusahaan , apakah merupaakn perusahaan industriu, perusahaan
dagang.

Ilustrasi 3.1
PT Kartika
Laporan modal kerja yang diperbandingkan
31 desember 2002-2003
Keterangan
Kas
Surat
berharga
Piutang
dagang
Persediaan
Aktiva
lancar
lainnya
Total
aktiva
lancar
Utang
dagang
Wesel
bayar
Utang
jangka
pendek
Total utang
Moda kerja
Current
ratio
Aktiva
lancar %
Utang
jangka

1998
124,2
67,4

1999
56,4
210,2

31 desember
2000
2001
117,2
119,0
79,2
79,6

526,2

522,2

406,6

460,6

539,8

583,8

364,8
51,2

394,4
121,4

439,2
101,0

483,8
103,2

536,6
104,2

506,8
70,4

1.133,8

1.304,6

1.143,2

1.245,2

1.408,0

1.417,6

368,8

375,0

362,8

345,2

303,2

320,8

105,4

112,6

210,2

177,0

123,2

86,6

52,6

147,4

38,2

50,2

69,4

57,6

526,8
67,0
215

536,0
669,6
205

611,2
532,0
187

572,4
672,8
218

495,6
912,4
284

465,0
952,6
305

100

115

101

110

124

125

100

121

116

109

94

88

2002
148,4
79,0

2003
166,8
89,8

pendek %
Modal
kerja %
Current
ratio %

100

110

88

111

150

157

100

95

87

101

132

142

2. acid test ratio


Rasio lain untuk mengukur tingkat likuiditas adaalh acid test ratio.
Quicknratio ini dihitung dengan membandingkan kas dan quick asset di satu
pihakn dengan utang jangka pendek dipihak lain.
Apabila digunakan quick ratio angka 100% dipandang sudah menunjukkan
baiknya kondisi keuangan jangka pendek. Walaupun demikian, untuk analisis
sebenarnya tingkat likuiditas dari piutang. Dalam bebarapa kasus dipertimbangkan
bahwa perincian persediaan ituu mendatangkan keuntungan sehingga dapat
meninggikan modal kerja.
Ilustrasi 3.2
PT Kartika
Hubungan Quick Ratio dengan Utanng jangka pendek
31 desember 1990-2003
Keterangan
Kas
Surat
berharga
Piutang
dagang
Persediaan
Aktiva
lancar
lainnya
Total
aktiva
lancar
Utang
dagang
Wesel
bayar
Utang
jangka
pendek

1998
124,2
67,4

1999
56,4
210,2

31 desember
2000
2001
117,2
119,0
79,2
79,6

2002
148,4
79,0

2003
166,8
89,8

526,2

522,2

406,6

460,6

539,8

583,8

364,8
51,2

394,4
121,4

439,2
101,0

483,8
103,2

536,6
104,2

506,8
70,4

1.133,8

1.304,6

1.143,2

1.245,2

1.408,0

1.417,6

368,8

375,0

362,8

345,2

303,2

320,8

105,4

112,6

210,2

177,0

123,2

86,6

52,6

147,4

38,2

50,2

69,4

57,6

Total utang
Moda kerja
Current
ratio
Aktiva
lancar %
Utang
jangka
pendek %
Modal
kerja %
Current
ratio %

526,8
67,0
215

536,0
669,6
205

611,2
532,0
187

572,4
672,8
218

495,6
912,4
284

465,0
952,6
305

100

115

101

110

124

125

100

121

116

109

94

88

100

110

88

111

150

157

100

95

87

101

132

142

Dari ilustrasi 7.2. , terlihat bahwa quick assets melebihi utang jangka
pendek kecuali tahun 1998. quick rqtio memperlihatkan perbaikan(kecuali pada
31 desember 2000 dan 2001 dari 136% pada 31 desember 1998 menjadi 181%
pada 31 desember 2003. semakin kuatnya quick rqtio selama periode tersebut
karena pengaruh meningkatnya jumlah kas dan surat-surat berharga, sedang
piutang mula-muka menurun tapi kemudian meningkat, sebaliknya utang jangka
pendek terus menurun tetapi kemudian meningkat, sebaliknya utangjangka
pendek terus menurun tahun1999.
3. receivable turnover
Piutang timbul adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Penjualan
barang dagangan disamping melaksanakan dengan tunai jugaa dilakukan dengan
pembayaran kemudian untuk mempertinggi tingkat perputaran pitang(receivable
turnover), dan rata-rata lamanya waktu pengumpulan piutang yang dapat
ditentukan dengan membagi 365 hari (satu tahun dihitung 365) dengan tingkat
perputaran piutang. Tingkat perputaran piutang sendiri dapta dihitung dengan
membagi nilai penjualan kredit neto dengan piutang rata-rata atau nilai piutang
akhir. Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena berarti
modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah.
Naik turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi oleh hubungan

penjualan dengan perubahan piutang. Misalnya perputaran piutang akan turun


bila: penjualan turun tetapi piutang meningkat, turunnya piutang tidak sebanyak
turunnya penjualan, naiknya penjualan tidak sebanyak naiknya piutang, penjualan
turun tetapi piutang tetap, atau piutang naik tetapi penjualan tetap. Perubahan
receivable turnover dari tahun ketahun atau perbedaan receivable turnover
antarperusahaan merupakan refleksi dari variasi kebijaksanaan pemberian krefit
atau variasi tingkaat kemampuan dalam pengumpulan piutang. Contoh
perhitungan tingkat perputaran piutang dapat diperiksa pada ilustrasi 7.3. dan
ilustrasi 7.4.

Ilustrasi 3.3.
Nilai penjualan kredit bersih
Nilai piutang bersih:
Awal tahun
Akhir tahun
Nilai piutang rata-rata
Tingkat perputaran piutang

2002
Rp.3.300.000,00.-

2003
Rp2.850.000,00.-

Rp. 667.000,00.Rp. 750.000,00.Rp. 708.000,00.4,7

Rp. 750.000,00.Rp. 840.000,00.Rp. 795.000,00.3,6

Rata-rata penjualan kredit per hari


(penjualan kredit bersih: 365) Rp9.041,10
Rata-rata lamanya waktu pengumpulan
piutang (365: receivable turnover)

Rp.7.808,20
78hari

101hari

ilustrasi 3.4.
Pt. Kartika
Perputaran dan Umur Piutang
31 Desember 1998-2003
Keterangan
Penjualan netto
Piutang
Jumlah
hari
dalam setahun
Umur piutang

1998
1.625,0
541,8
365

1999
1.707,4
541,8
365

2000
1.719
42,8
365

2001
2.402,4
481,6
365

2002
2.682,6
564,4
365

2003
2.983,6
613,2
365

3,00
122

3,17
115

4,06
90

4,99
73

4,75
77

4,87
75

Catatan: penjualan neto untuk periode satu tahun


Piutang per 31 desember (rekening negatif tidak diperhitungkan)
Dari ilusstrasi 3.4. terlihat bahwa kemapuan danya yang tertanam dalam
perputaran pitang dalam satu tahun cenderung membaik, yaitu 3 kali berputar
dalam tahun 1997 meningkat menjadi 4,87 dalam tahun 2003. hal ini juga
tercermin pada periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan pitang
(umur piutang). Pada tahun 1999 pitang terkumpul rata-rata 4bulan (122hari)
sekalli sedang tahun2003 menjadi lebih pendek, yakni hanya 2,5 bulan (75hari).
4. tingkat tersedianya uang kas untuk membelanjai operasi
Tingkat tersedianya uang kas (dan asset likuid lain seperti surat-surat berharga)
untuk membelanjai kebutuhan operasi jangka pendek dapat ditentukan dengan
membandingkan ongkos dan biaya operasi (operating costs and expenses) dengan
saldo kas dan surat-surat berharga. Dalam menghitung total biaya jangka pendek
(total current expenses) beban penyusutan tidak ikut diperhitungkan karena beban
penyusutan bukan merupakan pengeluaran kas (non cash). Untuk contoh periksa
ilusrasi 3.8.
Dari Laporan Posisi Keuangan Pt.
Kartika, dalam ilustrasi 4.12, diketahui
bahwa kas dan surat-surat berharga pada 31 desember 2003 adalah
Kas
Rp.166,8juta
Surat-surat berharga
Rp. 89,8juta
Rp.256,6juta
Sedang dari laporan lab rugi Pt. Kaartika,
biaya jangka pendek periode 2003 adalah
Harga pokok penjualan
Total biaya usaha
Biaya lain-lain(neto)
Pajak perseroan

dalam ilustrasi 4.13 , diketahui biayaRp.2.109,4juta


Rp. 692,2juta
Rp. 15,0juta
Rp. 62,6juta
Rp.2.879,2juta

Penyusutan yang bukan merupakan pengeluaran kas harus dikurangi biaya-biaya


jangka pendek tersebut. Misalnya besarnya penyusutan periode 1981 adalah
Rp.40,0juta , maka:
Total biaya jangka pendek
Rp.2.879,2juta
Dikurangi: penyusutan
Rp. 40,0juta

Rp.2.839,2juta
Total biaya jangka pendek (Rp2.839,2juta) dibagi dengan kas dan surat-surat
berharga (Rp.256,6juta) adalah 11,1kali. Jumlah hari dalam setahun 365 dibagi
dengan 11,1 diperoleh 33 hari. Ini berarti untuk membelanjai biaya-biaya jangka
pendek, kas dan aktiva lancar ekuivalen kas dalam periode 1981 berputar sekitar
11 kali atau rata-rataa sekitar satu bulan sekali.
5. working capital turnover
Antara penjualan dengan modal kerja terdapat hubungan yang erat. Apabila
volume penjualan naik investasi dalam persediaan dan piutang juga meningkat, ini
berarti juga meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efisiensi penggunaan
modal kerja, penganalisis dapat menggunakan perputaran modal kerja (working
capital turnover) , yakni rasio antara penjualan dengan modal kerja. Perputaran
modal kerja ii menunjukkan jumlah rupiah penjualan neto yang diperoleh bagi
setiap rupiah modal kerja.
Dari hubungan antara penjualan neto dengan modal kerja tersebut dapat
diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau
bekerja dengan modal kerja rendah. Perputaran modal kerja yang tinggi
diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang.
Atau dapat juga menggambarkan tidak tersedianya modal kerja yang cukup dan
adanya perputaran persediaan dan perputaran piutang yang tinggi. Tidak cukupnya
modal kerja munkin disebabkan banyaknya utang jangka pendek yang sudah jatuh
tempo sebelum persediaan dan piutang dapat diubah menjadi kas. Perputaran
modal kerja yang rendah dapat disebabkan karena besarnya modal kerja neto,
rendahnya tingkat perputaran sediaan dan piutang atau tingginya saldo kas dan
investasi modal kerja dalam bentuk surat-surat berharga. Contoh perhitungan
working capital turnover dapat diperiksa pada ilustrasi 3.9.
Ilustrasi 3.9.
Pt. Kartika
Perputaran Modal Kerja

31 Desember 1998-2003
Keterangan
Penjualan
neto
Modal kerja*
Perputaran
modal kerja

1998
1.625,0

1999
1.707,4

2000
1.719,6

2001
2.402,4

2002
2.682,6

2003
2.983,6

607,0
2,68

669,6
2,55

532,0
3,23

672,8
3,57

912,4
2,94

952,2
3,13

*periksa ilustrasi 7.1.


Penjualan neto yang dihasilkan dari setiap rupiah modal kerja (neto) selama
periode 1998/2003 berturut-turut adalah Rp.2,68; Rp.3,23; Rp.3,57; Rp.2,94;
Rp.3,13
6. current assets turnover
Efisiensi dan profitabilitas penggunaan modal kerja dapat diukur dengan
menentukan hubungan-hubungan sebagai berikut.
1. tingkat perputaran aktiva lancar, yakni berapa kali rata-rata aktiva lancar
digunakan untuk membayar ongkos dan biaya. Dihitung dengan membagi total
cost dan expense (meliputi harga pokok penjualan, biaya usaha, biaya lain,
pajak perseroan) dengan rata-rata total aktiva lancar. Rata-rata total aktiva
lancar adalah aktiva lancar awal periode ditambah aktiva lancar akhir periode
dibagi dua
2. tingkat keuntungan atas aktiva lancar rata-rata. Dihitung dengan membaagi net
income dengan rata-rata aktiva lancar
3. tingkat keuntungan per perputaran aktiva lancar. Dihitung dengan membagi
dengan tingkat keuntungan atas aktiva lancar rata-rata dengan besarnya tingkat
perputaaran aktiva lancar
Sebagai contoh periksa ilustrasi 3.10.

Ilustrasi 3.10.
PT. Kartika
Perputaran dan ProfitabilitasModal Kerja
31 Desember 1998-2003

Keterangan
Harga
pokok
penjualan,biaya
usaha, kelebihan
biaya dll
Keuntungan
neto
Aktiva lancar
Awal tahun
Akhir tahun
Rata-rata
aktiva lancar
Tingkat
keuntungan
aktiva lancar
Tingkat
perputaran atas
aktiva
lancar
rata-rata
Tingkat
keuntungan
perputaran
aktiva lancar

1998
1.625,0

1999
1.707,4

2000
1.719,6

2001
2.402,4

2002
2.682,6

2003
2.938,6

55,2

55,2

53,4

64,8

93,8

104,4

1.005,4
1.133,8

1.33,8
1.304,6

1.304,6
1.143,2

1.143,2
1.245,2

1.245,2
1.408,0

1.408,0
1.417,6

1.069,6
1,47

1.219,2
1,35

1.223,9
1,36

1.194,2
1,96

1.326,6
1,95

1.412,8
2,04

5,16

4,76

4,36

5,43

7,07

7,39

3,51

3,53

3,21

2,97

3,63

3,62

Dari data ilustrasi 7.10. terlihat bahwa selama periode modal kerja cenderung
semakin efisien, hal ini terlihat pada angka perputaran aktiva lancarnya, 1,47kali
pada tahun 1998 menjadi 2,04 kali pada tahun 2003. tingkat profitabilitas modal
kerja juga semakin baik, ini terlihat pada tingkat keuntungan atas aktiva lancar
rata-rata yang semakin tinggi (5,16% pada tahun 1998 menjadi 7,39% pada tahun
2003) dan tingkat keuntungan perputaran aktiva lancar yang semakin tinggi
(3,51% pada tahun 1998 menjadi 3,62% pada tahun 2003).

F. Analisis Keuangan Jangka Panjang


Baik kreditur jangka pendek maupun kreditur jangka panjang dan
pemegang saham, kedua-duanya akan memperhatikan kondisi keuangan jangka
pendek dan kondisi keuangan jangka panjang, hanya tekanan perhaatian yang

berbeda. Kreditur jangka pendek lebih tertarik pada kemampuan perusahaan


dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, sedangkan kreditur jangka panjang
dan pemegang saham lebih tertarik pada kondisi keuangan jangka panjang, laba
sekarang, dan laba yang akan datang.
Kondisi keuangan yang menguntungkan dalam jangka pendek belum tentu
diikuti kondisi keuangan yang menguntungkan pula dalam jangka panjang. Dapat
pula terjadi keadaan yang sebaiknya. Banyak transaksi yang dapat mempengaruhi
turun naiknya pos-pos tidak lancar. Aktiva tetap meningkat karena adanya
pembelian, pembangunan atau adanya penilaian kembali aktiva tetap, dan
sebaliknya aktivatetap menurun karena dijual, tidak dipakai lagi, atau adanya
penilaian kembali. Investasi jangka panjang meningkat atau menurun karena
penambahan, pembelkian, atau penjualan, dan penilaian kembali investasi. Aktiva
tidak berwujud naik atau turun karena amortisasi, penemuan baru, pembelian,
penjualan, atau adanya penilaian kembali.
Utang jangka panajang bertambah atau berkurang karena adanya
pengeluaran obligasi baru, pembayaran utang jangka panjang. Modal sendiri
meningkat karena pengeluaran saham baru, laba bersih yang ditahan, adanya
keuntungan insidentil, penilaian kembali aktiva menjadi lebih tinggi. Modal
sendiri menurun karena penciutan modal saham, penurunanan nilai kurs saham,
kerugian insidentil, pelunasan utang dengan menggunakan bagian laba yang
ditahan, dividen kas, dan adanya penilaian kembali aktiva dengan nilai rendah.
Penjualan neto meningkat atau menurun karena perubahan unit yang dijual,
perubahan tingkat harga, perubahan jumlah margin bruto yang terkandung pada
harga jual, perubahan retur dan rabat penjualan. Harga pokok penjualan dan biaya
usaha meningkat atau menurun karena perubahan unit barang yang dijual,
perubahan unit cist, perubahan metode akuntansi perubahan efisiensi produksi,
perubahan biaya produksi penjualan, dan biaya administrasi.
Dalam mempelajari posisi keuangan jangka panajang ada beberapa
pertanyaan yang perlu dijawab, yakni: pernanaman modal apa saja yang telah
dilakukan dalam rangka melaksanakan suatu usaha? Dari mana modal tersebut

diperoleh? Dari pinjaman atau dari modal sendiri? Perhitungan rasio individual
bertujuan untuk menjawab pertanyaan seperti: apakah keseimbangan antara dana
yang berasal dari pinjaman dan dana yang berasal dari modal sendiri telah dicapai
dengan baik dan menguntungkan? Berikut akan dikemukakan beberapa analisis
keuangan jangka panjang.
1. ratio of owners equity to total assets
Rasio modal sendiri dengan total aktiva menunjukkan persentase investasi
dalam total aktiva yang telah dibelanjai dengan dana yang berasal dari modal
sendiri. Rasio ini, yang juga disebut proprietary ratio atau stockholders equity
ratio, dihitung dengan membagi modal sendiri dengan total aktiva.
Rasio modal sendiri dengan total aktiva = Modal sendiri x 100%
Total aktiva
Perbedaan rasio tersebut dengan ankga 100% menunjukkan ratio total utang
dengan total aktiva, yakni persentase dari aktiva yang membelanjai dari dana
pinjaman. Rasio modal sendiri dengan total aktiva mencerminkan kepentingan
relatif dari dana pinjaman dan modal sendiri dan tingkat keamanan bagi kreditur.
Semakin tiniggi rasio utang dengan total aktiva dan sebaliknya. Rasio modal
sendiri dengan total aktiva yang tinggi membawa perbaikan dalam posisi
keuangan jangka panjang dan menambah tingkat keamanan bagi kreditur tetapi
tidak menjamin adanya profitabilitas yang memuaskan. Rasio modal sendiri
dengan total aktiva digunakan untuk mengukur kemampuan keuangan atas
solvency jangka panjang.
Dalam membandingkan rasio modal sendiri dengan total aktiva dari tahun ke
tahun atau diantara perusahaan sejenis dalam waktu yang sama mungkin akan
dijumpai perbedaaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini bersumber dari
berbagai faktor, yakni sebagai berikut.
a.

perbedaan dalam kebijaksanaan memeilih metode penyusutan, deplesi, atau


amortisasi

b.

perbedaan dalam kebijaksanaan yang berhubungan dengan penggantian dan


penambahan aktiva tetap

c.

perbedaan dalam kebijaksanaan penilaian kembali aktiva tetap bila terjadi


perubahan harga atau inflasi

d.

perbedaan kebijaksanaan pembayaran dividen

e.

perbedaan kebijaksanaan dalam membelanjaiaktiva, yaitu dengan menjual


saham baru, menggunakan laba yang ditahan, atau mengeluarkan obligasi
pendapatan atau laba yang relatif stabil terjadi pada industri atau perusahaan

seperti:
1.

industri yang menyediakan barang-barang konsumsi dan jasa mempunyai


pendaptan yang relatif stabil bila dibandingkan dengan industri yang
menyediakan barang-barang modal atau barang produksi

2.

perusahaan yang telah lama berdiri, sudah maju, dan berkembang baik
mempunyai pendapatan

yang relatif stabil bila dibandingkan dengan

perusahaan yang baru berdiri atau massih usia muda


3.

perusahaan yang mempunyai volume penjualan dalam unit yang besar


mempunyai pendapatan yang relatif lebih stabil bila dibandingkan dengan
perusahaan yang unit penjualannya kecil

4.

perusahaan yang menjual barang atau jasa yang dibeli atas dasar kebiasaan
lebih stabil pendaptannya daripada perusahaan yang menjual barang
dimana pembelinya bukan atas dasar kebiasaan

5.

perusahaan yang menjual barang dan jasa kebutuhan pokok pendapatannya


relatif stabil bila dibandingkan perusahaan yang menjual barang mewah
Bagi perusahaan dimana proporsi aktiva tetap berwujud relatif rendah dan

atau pendapatannya tidak stabil, sebaiknya meminimumkan dana utang jangka


panjangnya. Contoh perhitungan rasio modal sendiri dengan total aktiva dapat
diperiksa pada ilistrasi 3.11.

Ilustrasi 3.11.
PT. Kartika
Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva
Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 998-2003

Keterangan
Modal sendiri
Total aktiva
Rasio
modal
sendiri sendiri
dengan
total
aktiva (%)
Rasio
total
utang dengan
total aktiva (%)
Tren
modal
sendiri (%)
Tren
total
aktiva(%)

1998
1999
1.217,2 1.207,0
2.044,0 2.167,0
59,5
55,7

2000
1.585,4
2.728,6
58,11

2001
1.897,2
2.950,6
64,3

2002
2.203,6
3.157,0
69,8

2003
2.341,4
3.207,4
73,0

40,5

44,3

41,9

35,7

30,2

27,0

100,0

99,0

97,0

156,0

181,0

192, 0

100,0

100,0

133,0

144,0

154,0

160,0

Dari ilustrasi 3.11 terlihat bahwa selama periode 1998-2003 posisi keuangan
perusahaan bertambah baik karena proporsi aktiva keseluruhan yang dibelanjai
dengan menggunakan modal sendiri semakin besar, yaitu 59,5% pada tahun 1998
selanjutnya menjadi 73,0% paada tahun 2003. hal ini juga mencerminkan adanya
margin of safety yang semakin tinggi bagi kreditur.
2.

ratio of owners equity to fixed assets


Rasio modal sendiri dengan aktiva tetap dihitung dengan membagi modal

sendiri dengan nilai buku dari aktiva tetap. Apabila modal sendir melebihi
aktivitas tetap berarti sebagian dari modal kerja neto berasal dari modal sendiri.
Apabila modal sendiri lebih kecil daripada aktiva tetap berarti sebagian dari aktiva
tetap dibelanjai dari pinjaman. Semakin tinggi rasio modal sendiri dengan aktiva
tetap berarti perluasan aktiva tetap lebih banyak dibelnjai dari modal sendiri
daripada modal pinjaman dan sebaliknya.
Investasi yang terlalu berat ke aktiva tetap adalah tidak menguntungkan karena
adanya beban depresiasi tahunan. Apabila kelebihan aktiva tetap tidak
dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan ini berarti potensi modal atau dana
telah salah dipergunakan. Kelebihan investasi dalam aktiva tetap telah menedot
modal kerja jangka pendek dan ini berarti membatasi atau mengurangi modal
kerja. Naik turunnya rasio modal sendiri dengan aktiva tetap dari tahun ke tahun

disebabkan oleh adanya penggantian dan pembelian aktiva tetap, adanya bagian
laba yang ditahan atau adanya pembayaran dividen, terjadinya kerugian usaha
atau adanya kerugian insidentil dan adanya pengeluaran atau pembelian kembali
saham. Contoh perhitungan rasio modal sendiri dengan aktiva tetap dapat
diperiksa pada ilustrasi ilustrasi 3.12.
Ilustrasi 3.12.
PT. Kartika
Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva
Periode 1998-2003
Keterangan
1998
Modal sendiri
1.27,2
Tren
modal 100,0
sendiri(%)
Aktiva tetap
867,0
Tren
aktiva 100,0
tetap(%)
Rasio modal 140,4
sendiri dengan
aktiva
tetap(%)

1999
1.207,0
99,0

2000
1.585,4
97,0

2001
1.897,2
156,0

2002
2.203,6
181,0

2003
2.341,4
192,0

853,8
98,0

1.364,4
157,0

1.380
159,0

1.430,2
165,0

1440,2
168,0

141,0

116,2

137,4

154,1

162,6

Dari ilustrasi 3.12 terlihat bahwa antara tahun 1998-2003 terjadi perubahan, baik
modal sendiri maupun aktiva tetap. Modal sendiri meningkat 92% sedangkan
aktiva tetap meningkat 66%. Peningkatan aktiva tetap ini terjadi karena adanya
peningkatan investasi dalam tanah, bangunan, dan peralatan. Sumber dana
investasi semakin banyak berasal dari unsur modal sendiri. Aktiva tetap baru
terutama dibelanjai dari modal sendiri dengan aktiva tetap semakin membaik,
yaitu 140,0% pada tahun 1998 menjadi 162,6% pada tahun2003.

3. ratio of fixed assets tomlong term liabilities


Rasio aktiva tetap dengan utang jangka panjang bertujuan mengukur
tingkat keamanan bagi kreditur jangka panajang dalam hal bila utang jangka
panjang, seperti utang hipotik dan utang obligasi, dijamin dengan aktiva tetap.

Rasio ini juga menunjukkan apakah perusahaan masih mampu memperoleh


pijaman baru dengan dengan jaminan aktiva tetaonya. Rasio ini dihitung dengan
membagi aktiva tetap dengan utang jangka panjang. Semakin tinggi rasio in
berarti akan semakin besar margin of safety bagi kreditur jangka panjang. Contoh
perhitungan periksa ilustrasi 3.13
Ilustrasi 3.13.
PT. Kartika
Rasio Aktiva Tetap dengan Utang Jangka Panjang
31 Desember 1998-2003
Keterangan
Aktiva tetap
Utang jangka
panjang
Rasio aktiva
tetap(%)

1998
867,0
300,0

1999
853,8
325,0

2000
1.364,4
532,0

2001
1.380,8
481,0

2002
1.430,2
457,8

2003
1440,2
401,0

289,0

262,7

256,0

287,1

312,4

359,2

Dari data pada ilustrasi 3.13.dapat disimpulkan bahwa setiap satu rupiah utang
jangka panjang dijamin dengan aktiva tetap (berturut-turut tahun1998-2003). Ini
berarti menunjukkan bahwa tingkat keamanan kreditur jangka panjang semakin
membaik atau meningkat, yakni 289,0% pada akhir tahun 1998 menjadi 359,2%
pada akhir tahun 2003.
4. Nilai buku per lembar saham
Nilai buku dari modal saham adalah sama dengan total modal sendiri seperti yang
tertera pada Laporan Posisi Keuangan. Nilai buku ini didasarkan pada nilai
historiisnya bukan gambaraan keadaan perekonomian yang paling akhir. Bagian
modal saham meningkat bila terjadi pengeluaran saham baru dan akumulasi laba
yang ditahan dan sebaliknya menurun bila terjadi penciutan saham, pembayaran
deviden dan bila terjadi rugi.
Apabila tidak ada saham prioritas, niali buku per saham dihitung dengan membagi
modal sendiri dengan jumlah lembar sahm biasa yang dikeluarkan. Apabila hanya
terjadi dari saham prioritas, metode untuk memperlihatkan nilai buku aktiva

dimana saham prioritas itu dijamin dengan aktiva tersebut, adalah dengan
membagi total aktiva (tidak termasuk aktiva yang tidak berwujud) dikurangin
dengan semua kewajiban kepada kreditur dengan jumlah lembar saham prioritas
yang dikeluarkan.
Ilustrasi 3.14
Nilai buku aktiva total*tidak termasuk aktiva tidak (a) 1.000.000
terwujud
(-) total pinjaman
(b) 300.000
Nilai aktiva neto* (modal sendiri) (a-b)
(c) 700.000
Jumlah lembar saham prioritas yang dikeluarkan aktiva
(d)
neto* (tidak termasuk aktiva tak berwujud) yang tersedia
sebagai jaminan per lembar saham prioritas (dengan
asumsi bahwa saham tersebut dijamin dengan aktiva tetap
tersebut)
(c:d) 700
Apabila terdapat dua jenis saham, yakni saham prioritas dan saham biasa, maka
jumlah yang menjadi hak dari masing-masing jenis saham tersebut harus
dipisahakan terlebih dahulu, baru kemudian dihitung nilai buku per lembar saham
masing-masing jenis sahamnya.
Ilustrasi 3.15
Total aktiva (tidak termasuk aktiva tidak berwujud)
Rp 2.000.000
Dikurangi dengan :
Taksiran piutang ragu-ragu
Rp 20.000
Akumulasi penyusutan
Rp 75.000
Total
Rp 95.000
Nilai buku aktiva (tidak termasuk aktiva tak berwujud)
Rp 1.905.000
Dikurangi dengan :
Utang jangka pendek
Utang jangka panjang
Total
Modal sendiri (saham biasa dan prioritas)

Rp 125.000
Rp 300.000
Rp 425.000
Rp 1.480.000

Dikurangi dengan :
Modal saham prioritas :
Saham prioritas ,nilai pari Rp 100
Deviden saham prioritas 12%

Rp 300.000
Rp 36.000

Modal sendiri (saham biasa dan prioritas)

Rp 336.000
Rp 1.144.000

Perinciann modal saham biasa :


Saham biasa, niali pari Rp 100
Surplus
Laba yang ditahan
Laba yang ditahan (belum dicadangkan)

Rp
Rp
Rp
Rp

100.000
50.000
125.000
369.000

Rp 1.144.000
Nilai buku per lembar saham prioritas :
modal saham prioritas
336.000

Rp112,00
jumlah lembar saham prioritas
3.000

Nilai buku per lembar saham biasa :


modal saham biasa
1.144.000

Rp190,67
jumlah lembar saham biasa
6.000

G. Rasio lain utnuk mengukur kondisi keuangan jangka panjang


Analisis yang telah dikemukakan sebelumnya pada dasarnya adalah
mempelajari proporsi dari modal yang diperoleh dari berbagai kelompok kreditur
dan modal yang merupakan kontribusi dari pemegang saham. Untuk selanjutnya
akan dibicarakn pengukuran keuntungan yang diperoleh dari modal atau dana
yang bersal dari pinjaman dana dari modal sendiri yang telah digunakan dalam
operasi perusahaan.
Pertanyaan penting yang perlu dijawab adalah : apakah aktiva telah
dioperasikan secara menguntungkan ? Bagaimana imbalan hasil dari investasi
yang telah dilakukan dengan dana yang berasal baik dari pinjaman maupun modal
sendiri ? bagaimana prospek pembayaran bunga, pembayaran deviden,
pengembalian utang jangka panjang dimasa akan datang ?
1.ratio operating dengan operating assets
Ratio operating income dengan operating assets menunjukkan laba yanng
diperoleh dari investasi modal dalam aktiva tanpa mengindahkan dari sumber
mana modal tersebut berasal. Rasio ini dihitung dengan membagi operating

income dengan total operating asset (sesudah diperhitungkan adanya rekening


penilaian seperti piutang tak tertagih dan penyusutan). Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Kemampuan perusahaan ini
bersumber dari proktivitas ekonomis dari dana pinjaman dan modal sendiri yang
ditanamkan dalam bentuk aktiva dan keseluruhan efisiensi operasi perusahaan
yang bersangkutan.
Rasio operating income dengan oerating asset sangan bergunan untuk
membandingkan perusahaan yang mempunyai struktur permodalan hyang berbeda
atau untuk dua periode yang berbeda dari perusahaan yang sama. Dala
pembandingan tersebut perlu diperhatikan adanya data yang tidak dapat
diperbandingkan seperti : (1) perbedaan dalam penilaian aktiva, (2) perbedaan
dalam pencantuman pos aktiva, (3) perbedaan dalam

periode akuntansi, (4)

perbedaan dalam kebijaksanaaan penyusutan dan amortisasi. Rasio yang rendah


mencerminkan adanya kelebihan investasi dalam aktiva dalam kaitanmnya dengan
volume penjualan, rendahnya volume penjualan dibandingkan dengan biaya yang
telah dikeluarkan untuk mencapai penjualan itu, ketidakefisienan manajemen
dalam produksi, pembelian, strategi pemasaran dan operasi umum atau
menurunnya kondissi usaha. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa secara
materiil tidak terdapat hal-hal tersebut diatas.

Ilustrasi 3.16
PT KARTIKA
Ratio Operating Income dengan Operating Assets
31 Desember 998 2003
Keterangan

1998

1999

2000

2001

2002

2003

Operating income
Operating assets
Ratio
operating
income
dengan
operating asset
Ternd
operating
income
Trend
operating
assets

2.

126,8
2.44
6,20

129,8
2.167
5,99

123,8
2.728,6
4,54

156,2
2,905
5,29

69
3,157
5,35

182,0
3,207,4
5,67

100

102

98

123

133

144

100

106

133

144

144

160

Ratio Net income dengan Owners Equity


Rasio ini merupakan cara lain untuk mengukur tingkat profitabilitas dari

perusahaan. Net income merupakan tujuan dari perusahaan dan rasio ini
menunjukkan bagaimana tujuan utama itu telah dicapai. Net income adalah
seluruh penghasilan dikurangi dengan harga pokok penjualan, biaya usaha, biaya
lain-lain, biaya insidentiil dan pajak perseroan. Modal sendiri menunjukkan
bagian pemegang saham pada akhir periode setelah diperhitungkan adanya laba
yang ditahan.
Ratio net income dengan owners equity yang redah menunjukkan bahwa
perusahaan tidak begitu berhasil karena tidak efisien dan tidak efektivitasnya
produksa, distribusi, keuangan atau manajemen umum, yaitu kondisi umum
perusahaan yang tidak menguntungkan atau kelebihan investasi dalam aktiva.
Rasio yang tidak menguntungkan adanya manajemen yang efisien melalui
organisasi perusahaan, kondisi umum perusahaan yang menguntungkan dan
trading on the equity. Rasio ini mengukur imbalan hasil rata-rata dari total
pemilikan pemegang saham. Rasio ini dibandingkan dengan rasio perusahaan lain
yang sejenis guna menentukan apakah tingkat imbalan hasil lebih baik atau
sebaliknya.
Ilustrasi 3.17
PT KARTIKA
Ratio Net Income dengan Modal Sendiri
31 desember 1998-2003

Keterangan
Net income
Net income dan pos
insidentil
Modal sendiri
Ratio net income
sebelum
pos
insidentil
dengan
modal sendiri
Ratio net income
sesudah
pos
insidentil
dengan
modal sendiri
Trend net income
Trend modal sendiri

1998
55,2
55,2

1999
58,0
56,0

2000
53,4
118

2001
64,8
83,6

2002
93,8
350,4

2003
104,4
189,4

1.217,2
4,53

1.207
4,8

1.585,4 1.897,2
3,37
3,42

2.203,6 2.341,4
4,26
4,46

4,53

4,64*

7,44

4,41

15,90

8,09

100
100

105
99

97
130

117
156

170
181

189
192

3. Prinsip Trading on The Equity


Trading on the equity adalah penggunaan dana pinjaman denga harapan
bhwa tingkat imbalan hasil lebih tinggi daripada biaya yang harus dikeluarkan.
Penganalisis hendak menentukan apakah trading on the equity menguntungkan
dengan cara menghitung rata-rata diiinvestasikan dalam aktiva dibandingkaan
denag rata-rata tingkat bunga dari modal pinjaman.
Ilustarsi 3.18
PT KARTIKA
Tingkat Keuntungan atas Dana Pinjaman dan Modal Sendiri
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1998 2003
keterangan
Dana pinjaman
Modal sendiri
Total
dana
pinjaman
dan
modal sendiri
Keuntungan
sesudah pajak
sebelum bunga
Keuntungan
sesudah pajak
sebelum bunga
Perbandinagn

1998
826,6
1.17,2
2.044

1999
960
1.297
2.167

2000
1.143,2
1.585,4
2.950,6

2001
1.053,4
1.897,2
2.950,6

2002
953,4
2.203,6
3.157

2003
866
2.341,4
3.297,4

67,2

71

74,6

84

112,2

120,4

67,2

43

139,2

102,8

368,8

205,4

3,29

3,8

2,73

2,85

3,55

3,75

keuntungan
sesudah pajak
perseroan
Perbandinagn
3,29
keuntungan
sebelum pajak
perseroan

1,98

5,10

3,48

1,68

6,40

H. Kelipatan Keuntungan Terhadap Beban Bunga


Kelipatan keuntungan terhadap beban bunga menunjukkan berapa kali beban
bunga dapat ditutup dari keuntungan perusahaan. Kelipatan keuntungan terhadap
beban bunga diperoleh dengan cara membagi keuntungan yanng didapat dengan
beban bunga tetap yang harus dibayar oleh perusahaan. Semakin tinggi
kelipatannya berarti keuanagn perusahaan semakin kuat dan margin of safety
kreditur jangka panjang semakin tinggi pula.
Pendapat yang mendasarkan pada keuntungan sebelum dikurangi pajak perseroan
dan bunga mengemukakan alasan sebagai berikut :
1.

pajak perseroan baru diperhitungkan sesudah bunga pada pihak ketiga


dikurangkan.

2.

jumlah laba atau rugi dan angka pajak perseroan berbeda-beda.

3.

laba yang tersedia untuk menutup beban bunga menunjukkan earning


power yang riil dari perusahaan.

Adapun pendapat yang mendasarkan pada keuntunngan sesudah dikukrangi


dengan pajak perseroan mengemukkaakn alasan sebagai berikut :
1.

pajak perseroan adakalanya dikelompokkan sebagai biaya usaha.

2.

besarnya pajak perseroan tidak selalu diperlihatkan sebagai bagian


yang tersendiri.

3.

keuntungan

sesudah

dikurangi

pajak

keuntungan yang sebanarnya bagi perusahaan.


Ilustrasi 3.19
PT KARTIKA

perseroan

merupakaan

Kelipatan Keuntungan Terhadap Beban Biaya


Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1998 2003
Keterangan
Utang
jangka
panjang
Biaya
bunga
atas
utang
jangka panjang
Keuntungan
sesudah pajak
sebelum bunga
Keuntungan
sesudah pajak
sebelum bunga
Kelipatan
keuntungan
sesudah pajak
perseroan
Kelipatan
keuntungan
sebelum pajak
perseroan

1998
300

1999
325

2000
532

2001
481

2002
457,8

2003
401

12

13

21,3

19,2

18,3

16

117,6

122,2

128

149

166

183

67,2

71

74,6

84

112,2

120,4

9,8

9,4

6,0

7,8

9,0

11,4

5,6

5,5

3,5

4,4

6,1

7,5

Bagi perusahaan yang mempunyai utang obligasi lebih dari satu dapat
diperlihatkan untuk masing-masing utang obligasi yang dipunyai. Misalnya ,
terdapat utang obligasi pertama dan kedua. Interset coverage untuk utang obligasi
pertama dihitung dengan membagi keuntungan denagn beban bunga utang
obligasi pertama. Untuk utang obligasi kedua ditentukan dengan membagi
keuntungan dengan beban bunga total yakni beban bunga utang obligasi pertama
dan kedua

Ilustrasi 3.20
PT KARTIKA
Kelipatan Keuntungan Terhadap Beban Biaya
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1998 2003
Keterangan

1999

2000

2002

2003

Beban utang jangka


panjang
Deviden saham prioritas
Total beban bungan dan
deviden
Keuntungan
sebelum
bunga
dan
pos
insidentiil tetapi sudah
pajak perseroan
Kelipatan keuntungan
terhadap beban bunga
akan deviden

4.500

4.500

12.000

12.500

9.000
13.500

9.000
13.500

9.000
21.000

9.000
21.500

55.500

72.000

84.000

111.000

4,11

5,33

4,00

4,93

Keuntungan poer lembar saham biasa


Jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa ditentukan denagn
mengurangkan deviden saham prioritas dari keuntungan neto sesudah pajak
perseroan dan pos insidentiil, jumlah keeuntungan yang tersedia bagi pemegang
saham biasa tersebut kemudian dibagi dengan junlah rupaih per lembar saham
biasa.
Penganalisis dalam menghitung besarnya keuntungan per lembar saham biasa
dapat mendasarkan keuntungan sesudah dikurangi deviden saham prioritas dan
sesudah pos-pos insidentil atau sebelum pos insidentiil.
Ilustrasi 3.21
PT KARTIKA
Kelipatan Keuntungan Terhadap Beban Biaya
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1998 2003
Keterangan
Keuntungan
bersih
sesudah bunga dan
pajak
perseroan
sebelum pos insidentiil
Keuntungan
bersih
sesudah bunga dan
pajak
perseroan
sesudahpos insidentiil
Jumlah lembar saham
Keuntungan
sebelum

1999
55,2

2000
58,0

2002
53,4

2003
64,8

55,2

56*

118

83,6

40.000
1.380

42.500
1.365

52.500
1.017

62.000
1.045

bunga
dan
pos
insidentiil tetapi sudah
pajak perseroan
Kelipatan keuntungan 1.380
terhadap beban bunga
akan deviden

1.318*

2.248

1.348

BAB 4
ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAA MODAL KERJA

A.

Definisi Modal Kerja

Untuk membelanjai modal operasi perusahaaan dari hari ke hari ,misalnya untuk
memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan,
membayar upah buruh dan gaji pegawai dan biaya-biaya lainnya, setiap
perusahaan perlu menyediakan modal kerja. Sejumlah dana yang telah
dikeluarkan untuk membelanjai operasiperusahaan tersebut diharapkan akan dapat
kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil
penjualan barang daganganatau hasil produksinya. Uang yang masuk yang
bersumber dari hasil penjuaalan barang tersebut akan dikeluarkan kembali guna
membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian , uang atau dana
tersebut akan berputar secra terus menerus setiap periodenya sepanjang hidupnya
perusahaan.
Tredapat dua definisi modal kerja yang lazim dipergunakan yakni, sebagai
berikut:
1.

modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek.

Kelebihan ini disebut dengan modal kerja bersih atau net working capital.
Kelebihan ini merupakan sejumlah aktiva yang berasak dari utang jangka panjang
dan modal sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjujkkan
kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang jangka
pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta
menjamin kelangsungan usaha dimasa mendatang.
2.

modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal

kerja bruto atau gross working capital. Definisi ini bersifat kuantitatif karena
menunjukkkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi
jangka pendek. Waktu tersedianya modalkerja akan tergantung pada macam dan
tingkat likuiditas dari unsur-unsur aktiva lancar misalnya, kas, surat berharga,
piutang dan persediaan.
Disamping dua defini modal kerja diatas, masih terdapat pengertian modal kerja
menurut konsep fungsional. Menurut konsep fungsional, modal kerja adalh
jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk
menghasilakan pendapatan jangka pendek yang sesuai dengan maksud utama
didirikannya perusahaan tersebut.
Pengertian modal kerja ini didasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan
pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode akuntansi
tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapaatn untuk periode
tersebut, ada sebagian dana lain juga digunakan selama periode tertentu tetapi
tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek,
melainkan untuk menghasilkan pendapatan periode berikutnya.
Modal kerja menurut defini diatas, hanyalah jumlah dana yang digunakan selama
periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka
pendek saja, yaitu berupa kas, persediaan baranng dagangan, piutang dan
penyusutan aktiva tetap. Adapun aktiva lancar seperti surat-surat berharga dan
keuntungan dalam piutang digolongkan sebagai modal kerja potensial. Aktiva
tidak lancar seperti tanah, bangunan, mesin dan lain-lain digolongkan sebagaia
non working capital (Bambang Riyanto, 1981 : 50).
B.

Pentingnya Modal Kerja yang Cukup

Modal kerja sebaiknya tersedia dalm jumlah yang cukup agar menunjukkan
perusahaan utnuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan
keuangan, misalnya dapat menutupi kerugian dan mengatasi keadaan krisi atau

darurat tanpa membahayakan keadaan keuangana perusahaan.


Manfaat lazim dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut :
1.

melindungi perusahaan dari akibat buruknya berupa turun niali aktiva


lancar, seperti adanya kerugian kafrena debitur tidak membayar, turunnya
niali persediaan karena harganya merosot.

2.

memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka


pendek tepat pada waktunya.

3.

memungkinkan perusahaaan untuk dapat membeli barang dengan tunai


sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.

4.

menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi


peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan
sebagainya.

5.

memungkinkan perusahaan untuk meiliki persediaan dalam jumlah yang


cukup guna melayani permintaan konsumen.

6.

memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang


menguntungkan kepada pelanggan.

7.

memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena


tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan suplai yang
dibutuhkan.

8.

memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau


depresi.

Diluar kondisi diatas, yakni adannya modal kerja uyang berlebih-lebihan atau

terjadinya kekurangan modal kerja, keduanya merupakan kondisi yang tidak


menguntungkan bagi perusahaan.
Penyebab timbulnya kelebihan modal kerja adalah sebagai berikut :
1.

pengeluaran saham dan obligasi yang melebihi dari jumlah yang


diperlukan.

2.

penjualan kativa tetap tanpa diikuti penempatan kembali.

3.

pendapatan atau keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk


membayar deviden, membeli aktiva tetap atau maksu-maksud lainnya.

4.

konversi operating asset menjadi modal kerja melalui proses penyusutan


tetapi tidak diikuti dengan penempatan kembali.

5.

akumulasi dana sementara menunggu investasi , ekspansi dan lain-lain.

Kelebihan modal kerja ,khususnya dalam bentuk kas dan surat berharga tidak
menguntungkan karena laba tersebut tidak digunakan secara produktif. Dana yang
menganggur, pendapatan yang rendah , investasi pada proyek-proyek yang tidak
diinginkan atau fasilitas pabrik dan perlengkapannya proyek-proyek yang tidak
dinginkan atau fasilitas pabrik dan perlengkapan yang tidak perlu, semuanya
merupakan operasi perusahaan yang tidak efisien.
Penyebab timbulnya kekurangan modal kerja sebagai berikut yaitu :
1.

adanya kerugianusaha. Penyebab adnya kerugian usaha adalah (a) volume


penjualan yang tidak efisien relatif dibandingkan dengan harga pokok
penjualan, (b) tekanan terhadap harga jual akibat jetatnya persaingan tanpa
diikuti penurunan harga pokok penjjualan dan biaya usaha, (c) banyaknya
kerugian karena adanya piutang yang tidak kembali ,(d) kenaikan niaya
tanpa diikuti kenaikan penjualan/penghasilan,(e) biaya naik sementara
penjualan malah menurun. Kerugian usaha ini tidak selalu akan megurangi
modal kerja karena adanya sementara biaya yang tidak bersifat
pengeluaran kas seperti beban penyusutan, depresi dan amortisasi. Yang
jelas kjerugian usaha itu mengurangi laba yang ditahan.

2.

adanya kerugian insidentiil seperti menurunnya harga pasar dan persediaan


barang, karena pencurian, kebakaran dan lain-lain yang tidak ditutup
dengan asuransi.

3.

kegagalan mendapatkan tambahan modal kerja pada waktu mengadakan


perluasan usaha atau ekspansi seperti perluasan daerah penjualan,
penjualnproduk baru, penerapan metode produk barun strategi penjualan
baru dan sebagainya

4.

menggunakan modal kerja untuk aktiva tidak lancar seperti membeli


aktiva tetap baru, membeli saham dari perusahaan lain.

5.

kebijaksaann pembayaran deviden yang tidak tepat karena harapan


keuangan terus membaik pimipinan perusahaan masih terus nmelanjutkan
kebijaksanaan pembayaran deviden seperti tahun-tahun sebelumnya.

6.

kenaikan

tingkat

harga

karena

naiknya

harga-harga,

perusahaan

mengeluarkan jumlah rupiah lebih banyak untuk mempertahankan volume


fisik persediaan barang dan aktiva tetap serta membelanjai penjualan
kredit dalam volume fisikk yang sama
7.

pelunasan utang yang sudah jatuh tempo. Manajemen tidak menyisihkan


sebagian pendapatan bersih untuk cadangan pelunasan utang jangka
panjang.

C.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Berapa banyaknya modal kerja yang diperlukan perusahaan ? untuk menentuakan


jumlah odal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan terdapat sejumlah faktor
yang perlu dianalisis.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :


1.

sifat umum atau tipe perusahaan

Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public utility) relatif rendah karena
investasi dalam persediaaan dan piutang pencairannya menjadikan relatif cepat.
Untuk beberapa perusahaan jasa tertentu maalhan langganan membayar dimuka
sebelum jasa dinikmati, misalnya jasa transport ,kereta api, bus malam, pesawat
udara dan kapal laut. Proporsi modal kerja dari total aktiva, pada perusahaan jasa
relatif kecil. Berbeda dengan perusahaan industri, pada relatif kecil atau rendah.
Perusahaan industri memerlykan persediaan dan piutang yang cukup besar, yakni
untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses dan barang
jadi. Fluktuasi dalam pendapatan bersih pada perusahaan jasa jga relatif kecil
biladibandingkan dengan perusahaan industri dan perusahaan keuangan.
2.

waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan

ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu. Jumlah modal kerja
bukan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau
barang jadi dibeli sampai barang dijual kepada langgganan.makin panjang waktu
yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang
makin besar kebutuhan modal kerja. Modal kerja bervariasi tergantung pada
volume pembelian dan harga beli per uniy dari barang yang dijual. Misalnya,
suatu perusahaan memproduksi lokomotif kereta api, disamping membutuhkan
waktu lama dalam proses produksinya juga membutuhkan modal kerja yang besar
(bila dibandingkan dengan perusahaan yang memproduksi mebel rtumah tangga).
Juga perusahaan yang membutuhkan sistem pendinginan (ikan laut) dan
perusahaan yang membutuhkan proses pengeringan (tembakau, kayu) akan
memerlukan modal kerja yang lebih besar,
3.

syarat pembelian dan penjualan

Syarta kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi
besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan
memperkecil kebutuhan uang kas yang hanya ditanamkan dalam persediaan,

sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barangf diterima maka
kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar.
Disamping itu, modal kerja dipengaruhi oleh sayrat kredit penjualan barang.
Semakin lunak kredit yang diberikan kepada langganan akan semakkin besar
kebuthan modal kerja yang harus ditanamkan dalam piutang. Untuk mengurangi
kebutuhan modal kerja dan mengurangi resiko kerugian karena adanya kerugian
piutanng tak tidak terbayar, biasanya perusahaan memberi rangsangan potongan
tunai.
4.

tingkat perputaran persediaan

Semakin sering perputaran diganti maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan
dalam bentuk persediaan semakin rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran
persediaan yang diperlukan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien.
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan mengurangi resiko kerugian
karena penurunan harga, perubahan permintaan atau perubahan mode, menghemat
onkog penyimpaanan dan pemeliharaan persediaan.
5.

tingkat perputaran piutang

Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu tang diperlukan
untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Apabila piutang terkumpul dalm
jangka waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin
rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan
pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan
dengan pelunasan kredit, syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi
langganan serta penagihan piutang
6.

pengaruh konjungtur

pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung


membeli barang lebih banyak memanfaatkan harga yang lebih rendah. Ini berarti
perusahaan memperbesar tingkat persediaan. Peningkatan jumlah persediaan
membutuhkan modal kerja yang lebih banyak. Sebaliknya pada periode depresi
volume perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual

barangnya dan menarik piutangnya. Uang yang diperoh digunakan untuk membeli
surat-surat berharga , melunasi utang atau menutup kerugian.
7.

derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual akttiva jangka pendek.

Menurunnya nilai riil dibanding dengan harga buku dari surat berharga,
persediaan dan piutang akan menurunkan modal kerja. Apabila resiko kerugian ini
semakin besar berarti diperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga
atau melunasi utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi
diri dari hal yang tidak terduga dibutuhkan modal kerja yang relatif besar dslam
benruk kas atau surat berharga.
8.

pengaruh musim

Banyak perusahaan dimana penjualan hanya terpusat pada beebrapa bulan saja.
Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumalh maksimum
modal kerja untuk periode yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan
dalam benruk persediaan barabg dagangan berangsur-angsur meningkat dalam
bulan-bualn menjelang puncak penjualan.
9.

credir rating dari perusahaan.

Jumlah modal kerja , dalam bentuk kas termasuk surat berharag yang dibutuhkan
perusahaan dalam membiayai operasinya tergantung pada kebijaksanaan
penyediaan kas. Penyediaan kas ini tergantung pada (a) credit rating dari
perusahaan , (b) perputaran persediaan dan piutang ,(c) kesempatan mendapatkan
potongan harga dalam pembelian.
D.

Sumber Modal Kerja

Modal kerja menurut jenisnya dibedakan menjadi dua golongan yaitu sebagi
berikut :
1.

bagian modal kerja yang permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal

yang harius tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya
atau sejumlah modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran
usaha.

Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam :


a.

modal kerja primer yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus
ada pada perusahaan utnuk menjamin kontiunitas usahanya.

b.

Modal kerja normal, yaitu modal kerja yang diperlukan untuk


menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2.

bagian modal kerja bersifat variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya

berubah tergantung pada perubahan keadaan.


Modal kerja variabel dapat dibedakan dalam :
a.

nodal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya nberubahubah disebabkan dan fluktuasi musim.

b.

Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah


disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.

c.

Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang jumlahnya berubahubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak
dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu (Bambang
Riyanto, 1981 : 52).

Modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber yakni sebagai berikut :
1.

pendapatan bersih
Modal kerja diperoleh dari hasil penjualann barang dan hasil lainnya yang

meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi sebagaian dari modal kerja ini
harus digunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya usaha yang
telah dikeluarkan untuk memperoleh revenue, yakni berupa biaya penjualan dan
biaya administrasi. Jadi, sebenarnya yang merupakan sumber miodal kerja adalah
pendapatan bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh darioperasi jangka
pendek, dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan perhiytungan
laba rugi perusahaan.
Dalam laporan perhitungan laba rugi terdapat dua jenis biaaya usaha yakni
(a) pos-pos biaya yang memerlukan pengeluaran kas atau menimbulkan uatng

yang akhirnya akan memerlukan penggunaann modal kerja, contoh pembelian


baranng dagangan atau bahan baku, pembayaran gaji, upah dan peremi asuransi,
(b) pos biaya yang tidak memerlukan pengeluaran uang kas atau menimbulkan
utang yang kahirnya juga tidak memerlukan penggunaan modal kerja, contohnya
beban penyusutan, deplesi dan amortisasi.
Meskipun biaya ini diperhitungkan sebagai biaya usaha dalam menentukan
pendapatan bersih, tetapi dalam menghitung jumlah modal tersebut yanng berasal
dari hasil operasi perusahaan, biaya tersebut harus dikeluarkan karena biaya
tersbut tidak

menggunakn modal kerja. Lain halnya dengan kasus kerugian

karena piutang tidak terbayar. Kerugian piutang tak terbayar akan mengutangi
piutang, sedang piutang adalah salah satu unsur modal kerja. Sebaliknya
penyusunan harus dikurangkan dari aktiva tetap yang tidak ada pengaruhnya
terhadap modal kerja.

Gambar pengaruh berbagai unsur dari laporan perhitungan laba rugi terhadap
modal kerja , digambarkan sebagai berikut :
Ilustrasi 4.1
Pos-pos dalam laba rugi
Penjualan
Harga pokok penjualan
Laba bruto
Dikurangi :
Penyusutan
10.000
Amortisasi
Obligasi
1.000
Amortisasi paten 1.500
Biaya usaha lain 90.000
Biaya lain dikurangi
Hasil lain-lain
5.000
Pajak perseroan
5.000
Pendapatan bersih

500.000
350.000
150.000

Pengaruhnya terhadap modal kerja


Menambah
Mengurangi
Tidak berpengaruh
Tidak berpengaruh
Tidak berpengaruh
Tidak berpengaruh
Mengurangi
Mengurangi

112.500
37.500

Menambah ( 50.000)

Catatan :
Analisis pertambhan modal kerja sebesar Rp 50.000 adalh sebagai berikut :
Pertambahan modal kerja bruto dari penjualan
Pengurangan modal kerja dari HPP
Biaya usaha
Biaya lain-lain diatas hasil lain
Pajak perseroan

90.000
5.000
5.000
100.000

Pertambahan modal kerja


Perhitungan yang biasa dilakukan adalh :
Pendapatan bersih
Pos-pos noncash
Pendapatan modal kerja

500.000
350.000
150.000

50.000
37.500
12.500
50.000

2.
Keuntungan dari penjualan surat berharga
Surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan dari penjualn
inin akan menimbulkan keuntungan. Penjualan surat berharga menunjukkan
pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos surat berharga menjadi pos kas.
Keuntungnan yanng diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja.
Sebaliknya, jika terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang.
3.
penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar
lainnya.
Sumber lain untuk menambhan modal kerja adalah hasil penjualan tetap, investasi
jangka panjang dan kativa tidak lancar lainnya yang diperlukan lagi oleh
perusahaan. Perubahan aktiva tidak lancar itu menunjukkkan kas yang akan
enambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualna aktiva tidak lancar tersebut.
4.
penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik
Utang hipotek, obligasi dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila
diperlukan sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi perusahaan. Pin jaman
jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak begitu disukai karena adanya
beban bunnga disamping kewajiban mengembalikan pos pinjamnanya.
5.
dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya
Pinjamman jangka pendek bagi bebrapa perusahaan merupakan sumber penting
dari aktiva lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk
membelanjai kebutuhan modal kerja musim siklis, keadaan darurrat atau
kebutuhan jangka pendek lainnya.

6.
kredit dari suplier
Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan suplier.
Material, supplies dan jasa-jasa biasa secar kredit atauy dengan wesel batar.
Apabila perusahaan kemudian mengusahaankan menjual barang dan menarik
pembayaran piutang sebelum waktu utang harus dilunasi, perusahaaan hanya
memerlukan sejumlah modal kerja.
E.
Pnggunaan Modal Kerja
Penggunaaan modal kerja yang mengakibatkan berkurtangnya aktiva lancar
sebagai berikut :
1.
pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang jangka pendek.
2.
adanya pemakaian prive yang berasal dari keeuntungan
3.
kerugian usahaa atau kerugian insidentiil yang memerlukan pengeluaran
4.
pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiun pegawai
pembayaran bunga obligasi yang telah jatuh tempo, penemp[atan kembali
aktiva tidak lancar
5.
pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tak berwujud dan investasi jangka
panjang
6.
pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembalu saham
perusajaan
Transaksi-transaksi yang mengaklibatkan perubahan bentuk aktiva lancar tetapi
tidak mengubah jumlah aktiva lancar adalah :
1.
pemebelian tunai surat berharga
2.
pembelian tunai barang dagangan
3.
perubahan bentuk suatu piutang ke piutang lain ,misalnya dari piutang
dagang menjadi piutang wesel
Apabila didasarkan pada data Laporan Posisi Keuangan, perubahan modal kerja
(dalam pengertian modal kerja neto) pada prinsipnya karena pengaruh dari
perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar.
Perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh
memperbesar modal kerja adalah :
1.
berkurangnya aktiva tidak lancar
2.
bertambahnya utang jangka panjang
3.
bertambahnya modalm saham
4.
adanya keuntungan dari operasi perusahaan
Apabila digambarkan akan tampak sebagai berikut :
Rekening lancaar
Aktiva tidak lancar

Utang jangka pendek

Modal kerja = aktiva lancar utang jangka pendek


Rekening tidak lancar
Aktiva tidak lancar

Utang jangka panjang


Modal sendiri
a) modal saham
b) laba ditahan

Adapun perubahan unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh


memperkecil modal kerja yaitu :
1.
bertambahnya aktiva tidak lancar
2.
berkurangnya utang jangka panjang
3.
berkurangnya modal saham
4.
pembayaran deviden
5.
adanya kerugian dalam operasi perusahaan
F.
Laporan Penggunaan Dana :Bentuk dan tujuan Menyusun Laporan
Penggunaan Dana
Laporan keunaagn yanng disusun secara periodik dan analisis keuangan yang
diperbandingakn seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dilengkapi
dengan laporan khusus yang meringkaskan perubahan modal kerja selama periode
fiskal. Laporan ini dikenal dengan sources and uses of funds statement, flow of
funds statement, statement of aplication of funds, funds statement, sources and
aplication of funds statement, statement financial benefit earned and employeed,
stattement of financial change atau where got where gone statatement.
Perubahan posisis modal kerja perlu mendapat perhatian dalam membuat analisis
tentang kondisi keuanagn dan hasil operasi perusahaan. Sumber modal kerja,
penggunaan modal kerja dan komposisi modakl kerja pada akhir periode
merupakan faktor-faktor penting dalam membuat penilaain aktivitas perusahaan
yang telah lampau dan dalam memepertimbangkan kemungkikanan yang dapat
dicapai perusahaan pada waktu yang akan datang. Walaupun dalam analisis
Laporan Posisi Keuangan yang diperbandingakan berhubungan pula dengan
perubahaan dari unsur modal kerja, tetapi analisis tersebut tidak menunjukkan
secara spesifik sumber darimana modal kerja itu didapatkan dan untuk tujuan apa

saja nodal kerja itu digunakan.


Laporan sumber-sumber dan penggunanan modal kerja mempunyai lingkup yang
lebih luas bila dibandingkasn dengan laporan penerimaan penggunaan kas.
Laporan yang terakhir ini menunjukkan perubahan uang kas, meringkaskan
sumber-sumber penerimaan kas, dan bentuk-bentuk pengeluaran kas. Lembaga
perusahaan memerlukan informasi perihal perubahan keuangan jangka pendek
sebagai keseluruhan, yaitu mencakup kas, surat berharga, piutanng dan persediaan
barabg. Laporan perubahan modal kerja meringkaskan baik sumber darimana
modal kerja diperoleh maupun bentuk penggunaan modal kerja baik modal kerja
tersebut selama suatu periode. Informasi ini akan menjelmakan adanya perubahan
modal kerja yanng terjadi antara saat awal periode sampai akhir periode. Periksa
ilusttrasi 5.4
Laporan perubahan modal kerja umumnya dissusun dalam dua bagian. Bagian
pertama menunjukkan perubahan bersih modal kerja selama periode yang
bersangkutan. Masing-masing sumber modal kerja dicantumkan dibawah judul
perolehan dana aatu sumber dana dan masing-masing jenis penggunaan
modal kerja dicantumkan dibawah judul penggunan dana. Selisihnya
merupakan penururnan atau kenaikan bersih modal kerja dalam periode yang
bersangkutan. Bagaian kedua, yang dikemukakan dalam skedul tersendiri
menunjukkan daftar setiap unsur modal kerja yang pada awal dan akhir periode
beserta perubahan bersih untuk setiap unsurnya.
Ilustrasi 4.4
Modal kerja , 1 jan 19A

1.000.000

Sumber modal kerja selama tahun bersangkutan :


Penjualan aktiva tetap
Pinjaman jangka panjang
Penjualan saham tambahan
Laba usaha
Modal kerja , 31 Des 19A

40.000
200.000
300.000
60.00
600.000
1.200.000

Penggunaan modal kerja selama tahun berangkutan :


Membeli aktiva tetap
240.000
Membayar utang jk panjng
100.000
Pembelian kembali saham
20.000
Membayar deviden
40.000
400.000

Laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja berguna untuk memberi


jawaabn atas berbagai pertanyaan yang mungkin timbul dari pihak manajemen
dan pemegang saham , misalnya :
1.
posisi modal kerja berubah karena apa ?
2.

berrapa banyak modal kerja yanng bersal dari keuntungan dan bagaaimana
keuntungan itu didistribusikan ?

3.

berapa banyak modal kerja yang berasal dari pinjaman jangka panjang dan
barapa banyak yang berasal dari penjualan saham dan bagaiaman
penggunaan dari dana tersebut ?

4.

apakah ada perusahaan yang telah menjual sebagian kativa tidak lancarnya
? apabila ya ,bagaimana penggunaan hasil penjualan tersebut ?

5.

berapa banyak dana yang ditanamkan dalam benruk pebrik dan alat
perlengkapannya ?

Jawaban atas pertanyaan penting tersebut akan dapat diperoleh melalui laporan
sumber dan penggunaan modal kerja.
G.
Penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaan Modal kerja
Laporan dan sumber penggunaan modal kerja dissusun berdasarkan Laporan
Posisi Keuangan yang diperbandingkan dan informasi yang berkenaan dengan
perubahan semua rekening tidak lancar dan pos-pos modal endiri. Informasi ini
diamaati dengan tujuan untuk dapat menjelaskan tentang sumber-sumber dan
penggunaan modal kerja. Periksa ilustrasi 5.5.
Ilustrasi 4.5
Data Laporan Posisi Keuangan dari PT Seger Waras
Pada 31 Desember 2000 dan 31 Desember 2001
(dalam ribuan rupiah)
Aktiva
Kas
Piutang
dagang
Persediaan
barang
Bangunan
dan
peralatan
Tanah

31/12/00
180.000
220.000

31/12/01
120.000
240.000

Utang&modal 31/12/00
Wesel bayar
40.000
Utang dagang 280.000

31/12/01
60.000
240.000

360.000

440.000

100.000

250.000

Utang
obligasi
Modal saham

400.000

700.000

100.000

100.000

150.000

860.000

1.150.000

Laba
yang 40.000
ditahan
860.000

1.150.000

Dari pengamatan pada perubahan data Laporan Posisi Keuangan diketahui bahwa
telah terjadi pengeluaran sebanyak Rp 250.000 untuk bangunan dan peralatan
telah dikeluarkan sebanyak Rp 100.000 untuk melunasi utang obligasi berbentuk
modal kerja sebesar Rp 300.000 yang berasl dari penjualan saaham, laba yang
ditahan berasal dari laba bersih yang diperoleh.
Operasi perusahaan mendatangkan keuntungan apabila penjualan menghasilkan
kas dan piutang melbihi harga pokok penjulaan dan biaya-biaya usaha yang
mengurangi kas dan persediaan barang serta meningkatkan utang.
Pada ilustrasi 5.5 laba usaha dicerminkan oleh adanya kenaikan laba yang diyahan
sebesar Rp 110.000. dana yang berasal dari laba usaha beserta dana yang berasal
dari penjualan saham melebihi besarnya dana yang digunakan untuk mengadakan
bangunan dan peralatan serta pembayaran kembali utang obligasi. Kelebihan ini
memperbaiki posisi modal kerja dari perusahaan yang bersangkutan.
Laporan yang menunjukkan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja beserta
bentu perubahan modal kerja ditunjukkan sebagai berikut :
Ilustrasi 4.6
PT Seger Waras
Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001
Sumber modal kerja :
Laba usaha
Penjualan saham

110.000
300.000
410.000

Penggunaan modal kerja :


Pengadaan bangunan dan peralatan 250.000
Pembayaran kembali utang obligasi 100.000

350.000

Kenaikan modal kerja

60.000

Ilustrasi 4.7
Unsur modal kerja
Aktiva lancar :
Kas
Piutang dagang

31/12/00
180.000
220.000

31/12/01
120.000
240.000

Modal kerja
Meningkat
Menurun
20.000

60.000

Persediaan barang
Utang lancar
Wesel bayar
Utang dagang
Kenaikan unsur modal
kerja
Penurunan modal kerja
Kenaikan modal kerja

360.000

440.000

80.000

40.000
280.000

60.000
240.000

40.000
140.000

20.000
80.000
140.000
80.000
60.000

Untuk suatu Laporan Posisi Keuangan yang jumalh rekeningnya tidak banyak dan
perubahan unsur-unsurnya tidak begitu rumit, laporan sumber dan penggunan
modal kerja dapat disusun langsung seperti pada ilustrasi 5.6 dan ilustrasi 5.7.
Untuk suatu Laporan Posisi Keuangan yang jumalh rekeningnya banyak dan
perubahaan unsurnya cukup rumit , guna menyederhanakan atau memudahkan di
dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja, perlu
terlebih dahulu periksa ilustrasi 5.8.
Pada kertas kerja tersebut , pos-pos Laporan Posisi Keuangan ditempatkan pada
kolom pertama yaitu memperlihatkan data Laporan Posisi Keuangan yang
diperbandingka. Perubahan neto untuk masing-masing rekening Laporan Posisi
Keuangan ditunjukkan pada kolom kedua. Kenaikan dalam saldo rekening aktiva,
penurunan dalam saldo rekening utang dan penurunan dalam saldo rekening
aktiva, kenaikan dalam saldo debet, sedang penurunan dalam saldo rekening
aktiva, kenaikan dalam saldo rekening utang, dan kenaikan dalam saldo rekening
modal dicantumkan dalam kolom kredit. Perubahan saldo rekening tersebut
kemudian ditarik ke dalam dua kolom terakhir. Jumlah debet dari aktiva tidak
lancar, utang tidak lancar atau rekening modal kemudian ditarik ke dalam kolom
penggunaan dana. Adapun jumlah kredit dalam aktiva tidak lancar, utang jangka
panjang atau rekening modal kemudian ditarik ke dalam kolom sumber dana.
Jumlah debet dalam aktiva lancar dan utang jangka pandek ditarik ke dalam
rekening kenaikan modal kerja, sedngkan jumlah kredit dalam aktiva lancar dan
utang jangka pendek ditarik ke dalam kolom penurunan modal kerja.

Ilustrasi 4.8

PT Seger Waras
Kertas kerta untuk laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001
rekening

saldo

Perubahan neto

31/12/00

31/12/01

180.000

120.000

Piutang
220.000
Persediaan 360.000

240.000
440.000

20.000
80.000

Bangunan

250.000

250.000 -

Tanah

100.000
860.000
40.000

100.000
1.150.000
60.000
--

280.000

240.000

40.000

100.000

Kas

Wesel
bayar
Utang
dagang
Utang
hipotik
Modal
saham
Laba yang
ditahan

Dr

Cr

dana

Modal kerja

penggunaan

sumber

60.000

60.000

20.000
80.000

250.000

20.000

20.000

40.000

100.000 -

400.000

700.000

300.000 100.000

300.000 -

40.000

150.000

110.000 -

110.000 -

490.000 490.000 350.000


60.000
410.000

Naik

turun

410.000 140.000 80.000


60.000
410.000 140.000 140.000

Apabila dana yang diperoleh dari perubahan dalam pos-pos tidak lancar dan
modal melebihi dana yang digunakan untuk pos-pos tidak lancar dan modal maka
modal kerja berarti bertambah atau meningkat sebesar selisihnya. Sebaliknya
apabila dana yang digunakan atau dipakai melebihi dana yang diperoleh berarti
modal kerja menurun sebesar perbedaannya. Saldo pada dua pasang kolom
terakhir meringkaskan pengaruh bersih dari aktivitas paerusahaan terhadap
besarnya modal.
H.
Penyesuaian yang diperlukan dalam menentukan jumlah sumber dan
penggunaan modal kerja
Perubahan neto dari saldo rekening-rekening Laporan Posisi Keuangan yang

diperbandingkan memerlukan penyesuaian apabila perubahan itu tidak


melaporkan jumlah sesungguhnya dari sumber dan penggunaan dana. Apabila
penyesuaiian diperlukan, kertas kerja memerlukan sepasang kolom dimana data
penyesuaaian dapat dicatat. Perubahan dalam saldo rekening setelah direvisi
dangan data yang ada pada kolom penyesuaain kemudian ditarik ke dalam
sumber-sumber dan penggunaan dana.
Penyesuaian yang perlu dibuat pada kertas kerja dapat diklasifikan ke dalam tiga
kelompok yakni sebagai berikut :
1. penyesuaian untuk menghapus perubahan suatu
rekening yang tidak mempengaruhi modal kerja.
Perubahan rekening tertentu mungkin timbul dari
transaksi-transaksi yang tidak ada hubungannya dengan
perubahan dana. Sebagai contoh perubahahn yang
terjadi karena adanya penilaian kembali terhadap aktiva
tetap, penghapisan aktiva tidak berwujud dengan
membebankan pada laba yang ditahan, pemberian
deviden yang berupa saham dimana sejumlah laba yang
diyahan dipindahkan ke rekening modal saham, suatu
aktivanya mungkin telah kelliru dibebankan sebagai
biaya pada periode sebelumnya, kemudian kesalahan
diketahui, aktiva tersebut mungkin telah dibebankan
dan dikreditkan pada laba yang yang ditahan. Kejadian
tersebut mengakibatkan perubahan dalam saldo
rekening, tetapi pada kenyataannya tidak ada
pengaruhnya terhadap modal kerja. Penyesuaian
perludibuat terhadap berbagai perubahan itu guna
menghapius rekening yang bersngkutan dengan cara
membuat jurnal pembalikan dari jurnal yang dibuat
pada waktu perubahan itu terjadi.
2. penyesuaian untuk melaporkan sumber-sumber dan
penggunaan modal secara pilah-pilah bagi peristiwa
dimana bebarapa transaksi hanya dirinngkas
pelaporannya dalam satu rekening. Perubahan saldo
rekening mungkin menghasilkan adanya bebrapa
sumber atau penggunaan dana atau merupakan
kombinasi dari sumber dan penggunaan modal kerja.
Sebagaii contoh saldo dari rekening pabrik dan alat
perlengkapan mungkinmmencerminkan baik karena
adanya pembelian maupun karena adanya penjualan
mungkin mencerminkan pengaruh pelepasan modal
kerja. Penyesuaian perlu dibuat dalam kertas kerja guna
melaporkan secara terpisah masing-masing sumber dan
penggunaan modal kerja.

3. penyesuaian guna melaporkan adanya sumber atau


penggunaan modal kerja secara tunggal terhadap suatu
sumber atau penggunaan modal kerja yang dilaporkan
dalam dua rekening atau lebih. Suatu jumlah yang
merupakan sumber modal kerja atau penggunaan modal
kerja, sebagai hasil dari transaksi tertentu, mungkin
telah dicataat dalam dua rekening atau lebih. Misalnya
investasi tertenti mungkintelah dijusl kembali dengan
hasil yang melebihi harga peroleh. Transaksi ini akan
dicatata dalam rekening kas, rekening investasi dan
rekening laba ditahan, penyesuaian ini perlu dibuat
untuk menggabungkan keduanya menjadi satu sumber
dan penggunaan modal kerja yang berasal dari
prnjualan surat berharga tersebut.
I.
Penyesuaian dalam kertas kerja
Untuk memberi penjelasan tentang adanya penyesuaain yang diperlukan dalam
kertas kerja, guna penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja,
dibawah ini akan diberikan ilustrasi tentang hal tersebut.
PT Rahayu
Laporan Posisi Keuangan yang diperbandingkan
31 Desember 2000 dengan 31 Desember 2001
Pos
Kas
Wesel tagih
Piutang
(-)
cad.piutang

31/12/2000
40.000
10.000
50.000
3.000

Persediaan
Inv saham PT
JTZ
Bangunan
120.000
(-)cad.penyu
32.000
Tanah
Goodwill
Wesel bayar
Utang dagang
Modal saham
Premium
Laba ditahan

31/12/2001
30.000
10.000
90.000
4.000

47.000
40.000
30.000

86.000
103.000
20.000
210.000
44.000

88.000
20.000
20.000
295.000
20.000
30.000
200.000
30.000
15.000

166.000
50.000
465.000
10.000
50.000
300.000
50.000
25.000

Modal
dari
penilaian
kembali
Aktiva tetap

30.000
465.0000

295.000

Laporan laba rugi menunjukkan adanya penyusutan bangunan dan peralatan


sebesar Rp 12.000.000. Hasil operasi perusahaan diringkaskan sebagai berikut :
Pendapatan bersih
(-) kerugian pada penjualan
100 lbr saham PT JTZ
Pendapatan bersih dan pos insidentil

Rp 43.000.000
Rp 3.000.000
Rp 40.000.000

Dari analisis rekening dan catatan lainnya diketahui bahwa perusahaan telah
mengeluarkan tambahan saham dengan nilai nominal Rp 100.000 sedang
direalisasi penjualannnya adalah Rp 120.000.000. Tanah yang perolehannya Rp
20.000.000 telah dinilai kembali menjadi Rp 50.000.000 dan kenaikan nilai ini
telah dicatat dalam rekening yang bersangkutan.
Kertas kerja untuk penyusunan sumber-sumber dan penggunaan dana untuk tahun
yanng berakhir pada 31 desember 2006 dapat diperiksa di ilustrasi 5.10.
Cadangan piutang tidak kembali telah dikurangkan dari piutang dagang dengan
rekening tersebut ditunjukkan dalam kertas kerja sebesar nilai netonya. Cadangan
penyusutan bangunan dan peralatan ditunjukkan secara terpisah karena rekening
mewmerlukan penyesuaian. Untuk lebih mudahnya, rekening cadangan
penyusutan bangunan dan peralatan tersebut dilaporkan bersama-sama pos utang
atau modal pemilik yang berjumlah negarif dilaporkan bersaam dengan aktiva
disebelah debet.

Ket

PT Rahayu
Kertas kerja untuk laporan sumber dan penggunaan modal kerja
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2001
Perubahan neto
penyesuiaan
Modal kerja
Modal kerja

Saldo

31/12/00 31/12/01 dr

Cr

Dr

cr

penggunaan sumber

naik

turun

Kas

40.000

30.000

10.000

10.000

Wesel
tagih
Piutang
dagang
Investasi
saham PT
JTZ
Persediaa
n
Banguna
n
dan
peralatan
Tanah

10.000

10.000

47.000

86.000

39.000

39.000

40.000

103.000

63.000

63.000

30.000

20.000

10.000

10.000

90.000

120.000

210.000

90.000

20.000

50.000

30.000

20.000

20.000

20.000

Goodwill

20.000

327.000

509.000
12.000

12.000

10.000

Cadangan 32.000
penyusut
an

44.000

Wesel
bayar
Utang
dagang
Modal
saham
Premium

20.000

10.000

10.000

20.000

30.000

50.000

20.000

200.000

300.000

100.000 100.000 -

30.000

50.000

20.000

20.000

25.000

10.000

10.000

10.000

30.000

30.000

30.000

20.0000 -

509.000

232.000 232.000
-

40.000

12.000

3.000

10.000

10.000

12.000

55.000

7.000

Laba
15.000
yang
ditahan
Modal
dari
penilaian
Sumber
327.000
dana dari
operasi
Pendapat
an neto
Penyusut
an
Rugi
penjualan
Deviden
Sumber
dana
Sumber
dari

penjualan
PT JTZ
242.000 242.000 100.000
Kenaikan
modal
kerja

182.000 112.000 30.000

82.000

82.000

182.000

182.000 112.000 112.000

Sesudah melaporkan perubahan rekening penyesuaian yang dibuat, kemudian dimasukkan ke dalam kolom penyesuaaian. Masingmasing penyesuaian yang dibuat dapat dijelaskan sebagai berikut ;
1.

dari analisis terhadap rekening laba yang ditahan, menunjukkan bahwa laba yang ditahan telah meningkat sebesar Rp 40.000.
Laba yang ditahan
Rp 40.000
Sumber modal dan penggunaan operasi :
Pendapatan neto dan pos insedentil

2.

Rp 40.000

dari analisis terhadap rekening laba yang ditahan, menunjukkan beban deviden.
Penggunaan modal kerja :
Deviden tunai
Rp 10.000
Laba ditahan
Rp 10.000

3.

rekening laba yang ditahan menunjukkan bahwa goodwill senilai Rp 20.000 telah dihapuskan.
Goodwill
Laba yang ditahan

Rp 10.000
Rp 10.000

4.

perubahan dalam rekening cadangan penyusutan bangunan dan peralatan


harus dihapuskan dan sumber dana yang berasl darioperasi perusahaan
ditambah dengan jurnal penyesuaian sebagai berikut :
Cad.penyusutan bangunan
Rp
Sumber dana dari operasi pnyusutan

5.

modal saham bertambah sebanyak Rp 100.000 dan premium/agio saham


bertambah sebesar Rp 20.000 karena adanya pengeluaran/penjualan
saham.
Modal saham
Rp 100.000
Premium saham
Rp 20.000
Sumber dana dari pemgeluaran saham

6.

12.000
Rp 12.000

Rp 120.000

adanya penilaian kembali aktiva tanah tidak mempunyai pengaruh atas


besarnya dana, selanjutnya perubahan rekening tanah karena adanya
penilaian kembali tersebut dihapus dengan jurnal penyesuaaian berikut :
Modal dari penilaian kembali
Aktiva tetap
Rp 30.000
Tanah
Rp 30.000

Dari prosedur diatas akan menghasilkan dua hal sebagai berikut :


1.
dana yang berkaitan dengan unsur tidak lancar dilaporkan secara terpisah
sesuai dengan jumlah sumber dan penggunaan dana yang senyatanya.
2.

sumber dana dari operasi , setelah diadakan penyesuaian, hanya


meringkaskan adanya dana yang tersedia melalui aktivitas perusahaan
yang memberikan pendapatan neto selama suatu periode.

Perubahan saldo rekening yang diperlihatkan pasa kolom dibangun dari jurnal
penyesuaian dan selanjutnya akan ditarik ke dalam kolom terakhir dari kertas
kerja, yaitu kolom dana dan kolom modal kerja.
Kertas kerja merupakan alat dasar yang dapat dipakai untuk menyusun laporan
sumber dan penggunaan modal kerja. Laporan sumber dan penggunaan modal
kerja yang disusun berdasarkan kertas kerja sebagai yanng diperlihatkan pada
ilustrasi 4.10 dan 4.11

Ilustrasi 4.10
PT Rahayu
Laporan sumber dan penggunaan modal kerja
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2001
Sumber modal kerja :
Hasil operasi perusahaaan
Pendapatan neto dan pos
insedentil
(+) penyut.bangunan
12.000
Rugi pejnualan saham
3.000

40.000

15.000

55.000
120.000
7.000
182.000

Pengeluaran saham saham


Penjualan saham PT JTZ
Penggunaan modal kerja :
Pengadaan/pembelian
bangunan
Pembayran deviden tunai

90.000
10.000
100.000
82.000

Kenaikan modal kerja


Ilustrasi 4.11
Unsur modal kerja
Aktiva lancar :
Kas
Weser tagih
Piutang dagang
Persediaan
Utang jangka pendek
Wesel bayar
Utang daagng
Kenaikan modal kerja

31/12/00

31/12/01

Modal kerja

40.000
10.000
47.000
40.000

30.000
10.000
86.000
103.000

39.000
63.000

10.000
-

20.000
30.000

10.000
50.000

10.000
112.000
112.000

20.000
30.000
82.000
112.000

J.
Laporan sumber dan penggunaan kas
Laporan sumber dan penggunaan kas merupaakn metode atau cara untuk
mengetahui perubahan neto dari aliran dana kas antara dua titik waktu. Dua titik
waktu tersebut berupa tanggal penyusunan laporan keuanagan pada awal dan
kahir suatu periode yang kaan dianalisis.

Pada dasarnya laporan sumber dan penggunaan kas disusun melalui tahap-tahap :
1.
mengelompokkan perubahan neto unsur Laporan Posisi Keuangan yang
terjadi di antara dua titik waktu ke dalam kel;ompok perubahan yang
memperbesar jumlah kas dan kelompok perubahan yang mengurangi kas.
2.

mengelompokkan unsur laba rugi dan laporan yang ditahan dalam


kelompok yang memperbesar jumlah kas dan kelompok yang
memperbesar jumlah kas.

3.

melakukan konsolidasi dari informasi tersebut ke dalam bentuk laporan


sumber dan penggunaan kas.

Kelompok perubahan dari unsur Laporan Posisi Keuangan antara dua tannggal,
laporan laba rugi dan laporan laba yang ditahan yang efeknya memperbesar
jumlah kas. Dan dana ini disebut sumber kas yaitu sebagai berikut (bambang
riyanto, 1981 :280-281 ; van home ,1997 ; 58).
1. bekurangnya neto aktiva lancar selain kas
2. berkuranngnya atau penurunan aktiva tidak lancar
3. bertambahnya setiap jenis utang
4. hasil penjulan atau pengeluaran saham prioritas atau saham biasa
5. keuntungan dari operasi perusahaan
Kelompok perubahan dari unsur Laporan Posisi Keuangan antara dua tannggal,
laporan laba rugi dan laporan laba yang ditahan yang efeknya mengurangi jumlah
kas. Dan dana ini disebut sumber kas yaitu sebagai berikut (bambang riyanto,
1981 :280-281 ; van home ,1997 ; 58).
1.
2.
3.
4.
5.
6.

bertambahnya aktiva lancar selain kas


bertambahnya aktiva tidak lancar
berkurangnya setiap jenis utang
penarikan modal saham
pembayaran deviden tunai
adanya kerugian dalam operasi perusahaan

ilustrasi 4.14
PT Tak Puas
Laporan perubahan Laporan Posisi Keuangan
31 desember 2000 31 desember 2001
Rekening

31/12/00

31/12/01

perubahan
D

Kas
Surat berharga
Piutang
dagang
Persediaan
Biaya DDM
Akm.pajak
Aktiva neto
Inv.jangka
pnjg
Jumlah aktiva

105
70
740

112
65
678

7
-

5
62

1.235
17
29
747
-

1.329
20
35
740
65

94
3
6
65

7
-

205
3.148
Utang
dan 357
modal sendiri
Wesel bayar
137
Utang dagang 127
Utang pajak
164
Utang
jk 626
pendek
Utnag jk pnjg
420
Modal saham
361
Premium
956

205
3.249
448

91

148
36
191
631

91
-

11
27
5

420
361
1.014

58

Laba
ditahan

3.249

266

266

yang 3.148

Ilustrasi 4.15
PT Tak Puas
Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2001
Penjualan neto
HPP
Laba bruto
Biaya penjualan,umum,adm
Penyusutan
Biaya bunga
Pendapatan sebelum pajak

3.993
2.680
1.313
801
112
85
998
315
165
150
92
58

Pajak perseroan
Pendapatan sesudah pajak
Deviden tunai
Kenaikan laba yang ditahan

Sumber dana yang berasal dari operasi perusahaan tidak ditunjukkan secara
langsug dari laporan laba rugi. Penyusutan harus ditambahkan pada pendapatan
neto sesudah pajak guna menghitung besarnya dana yang diperoleh dari operasi
perusahaan.
Pendapatan neto sesudah pajak
Biaya noncash :penyusutan
Dana yang diperoleh dari operasi

Rp 150.000.000
Rp 112.000.000
Rp 262.000.000

Ilustrasi 4.16
PT Tak Puas
Laporan sumber dan penggunaan Kas
Sumber-sumber kas
Dana
bersumber
operasi
Keuntungan neto

Penggunaan kas
Deviden tunai

dari

Penyusutan
Berkurangnya
surat
berharga
Berkurangnya piutang
Bertambahnya wesel bayar

150
112
5
62
91

Bertambahnya
aktiva
tetap
Bertambahnya persediaa
Bertambahnya
biaya
ddm
Bertambhanya pajak
Bertambhanya inv jk

92
105
94
3
6
65

Bertambahnya utang dagang 11


Bertambhanya utang jk 27
pndek
Bertambahnya utang jk pnjg 5
463

pnjg
Berkurangnya
utang 91
pajak
Bertambhanya kas
7

463

Dalam ilustrasi 5.16 dilihat bahwa penggunaan kas yang menonjol adalah untuk
penambhana aktiva tetap (Rp 105 jt), untuk menambah persediaan baraang
dagangan (Rp 94 jt), untuk memeperluas investasi jangka panjang (Rp 65 jt), pada
berbagai aktiva tersebut dibelanjai tetrutama dari dana yang bersumber dari hasil
operasi perusahaan setelah dikurangi deviden tunai (Rp 170jt), hasil janaka
pendek (Rp 129 jt) dan pinjaman jangka panjang (RP 5 jt). Jumlah penerimaan
kas dari berbagai sumber melebihi jumlah pemakainaannya atau penggunaanya
sehingga tetrjadi kenaikan jumlah kas (Rp 7 jt).
Dalam analisis sumber dan penggunaan kas, umumnya deviden tunai ditempatkan
berlawanan keuntungan bersih, dan tambahan aktiva tetap berlawaanan dengan
penyusutan. Dengan demikian, penganalisis aakn lebih mudah dalam
mengevaluasi jumlah pembayaran deviden dan jumlah pertambahan bersih dari

BAB 5
ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS
A.
Sifat laporan sumber dan penggunaa kas
Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi
keuanagn selama satu periode dengan menunjukkan sumber dan penggunaan
modal kerja dalam periode tersebut, modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar
atau aktiva lancar dikurangi utang lancar. Dengan demikian yang
dilaporkanadalah perubahan aktiva lancar dan utang lancar serta sebab-sebab
perubahan tersebut atau sumber dan penggunaannya. Tekana yang diberikan
dalam laporan ini adalh perubahan modal kerja atau aktiva lancar dan utang lancar
secara keseluruhan dan tidak akan menunjukkan jumlah uang yang telah diterima
atau dikeluarkan selama periode tersebut.
Laporan perubahan kas atau laporan sumber dan penggunaan kas disusun untuk
menunjukkan perubahan kas selama saru periode dan memberikan alasan
mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan darimana sumber kas dan
penggunaanya. Laporan sumber dan penggunaan kas menggambarkan atau
menunjukkan lairan atau gerakan kas yaitu sumber penerimaan dan penggunaan
kas dalam periode yang berhubungan dengan kas tanpa memperhatikan
hubunganmya dengan penghasilan yanng diperoleh maupun biaya yang terjadi.
Subjek laporan perubahan kas adalah sumber dan penggunaan kas, sedangkan
subjek laporan laba rugi adalah penghasilaln yang direalisasi atau diperoleh dari
biaya yang terjadi ytanpe memperharikan apakah penghasilan itu sudah diterima
uangnya atau belum dan apakah biaya itu sudah dibayar per kas atau belum. Kalau
dasar yang digunakan dalam menyusun laporsan laba rugi tersebut adalah dasar
tunai atau cash basic , dimana penghasilan baru diakuinkalau sudah diterima
uangnya dan biaya diakui kalau sudah sudah dibayar tunai per kas. Dalam hal ini
laporan laba rugi menujkkan sumber kas yang bersal dari operasi. Perlu
diperhatikan bahwa laporan sumber kas tidak hanya dari operasi tetapi masih
banyak sumber penerimaan kas lainnya, begitu pula penggunaanya tidak hanya
untuk membiayai operasi. Oleh karena itu, laporan sumber dan penggunaan kas
sifatnya atau scopenya lebih luas daripada laporan laba rugi baik yanng
penyusunananya berdasarkan cash basic maupun accrual basic.
Laporan sumber dan penggunaan kasa akan dapat digunakan sebagai dasar dalam
menaksir kebutuhan kas dimasa mendatang dan kemunngkinan sumber yang ada
atau dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas
dimasa akan datang. Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan l;aporan
sumber dan penggunaan kas akan dapat menilai kemampuan perusahaan dalam
membaayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.

B.
Sumber dan Penggunaan Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan satu unsur modal yang
paling tinggi likuiditasnya, berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki
oleh suatu perusahaan akan semakin tingi pula tingkat likuiditasnya. Akan tetapi
suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya
dalam jumlah yang besar tingkat perputaran kas tersebut rendah dan
mencerminkan adanya over investment dalam kas dan berati pula perusahaan
kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang diperoleh akan lebih besar
tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keunrtungan tanpa memperhtikan
likuiditasnya akhirnya perusahaan ini akan berada dalam keadaan likuid apabila
sewaktu waktu ada tagihan.
Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa kas sangat berperan dalam
menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, kas harus
direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimaanya maupun pengunaanya.
Penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan ada yang bersifat rutin atau
secara terus mnerus dan ada pula yang bersifat insidentill atau tidak secara terus
menerus.
Sumber penerimaan kas dalam suati perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari :
1.
hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud, atau adanya penurunan aktiva tidak lancar
yang diimbangi dengan penambahan kas.
2.

penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahana modal


oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.

3.

pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek maupun jangka
panjang serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan
kas.

4.

adanya penuurnan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang


diimbangi dengan penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan
barang dagangan karena adanya penjualan dan sebagainya.

5.

adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasi
ataupun hadiah dengan adanya pengembaliaan kelebihan pembayraan
pajak pada periode-periode sebelumnya.

Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan oleh adanya


transaksi-transaksi sebagi berikut :
1.
pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun
jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
2.

penarikan kembali saham yang berdar maupun adanya pengembalian

perusahaan oleh pemilik perusahaan.


3.

pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun jangka


panjang

4.

pengeluaran kas untuk pembayaran deviden

5.

pembelian barang dagangan secara tunai serta adanya pembayaran biaya


operasi yang meliputi upah dan gaji , pembelian supplies kantor dan
adanya persekot biaya dan persekot pembelian.

C.
Penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas
Penyusunan laporan perubahan kas aatau laporan sumber dan penggunaan kas
dapat dilakukan dengan meringkas penerimaan kas dan jurnal pengeluran kas.
Cara ini memakan waktu yang lama karena harus menggolongkan setiap transaksi
kas menurut sumbernya masing-masing serta tujuannnya, dan cara ini hanya dapat
dilakukan dengan lengkap oleh internal analisis yang memungkinkan memperoleh
datanya dengan lengkap dan masuh murni. Bagi eksternal analisis, menyusun
laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan menganalisis
perubahan yanng terjadi dalam laporan keuanagna yang diperbandingakn anatara
dua waktu atau akhir periode serta informasi-informasi lain yang mendukung
terjadinya perubahan tersebut. Dalam mennganalisis perubahan yang terjadi harus
diperhatikan kemungkianan adanya perubahan atau transaksi yang tidak
mempengaruhi kas.
Transaksi yang tidak mempengaruhi uang kas sebagai berikut yaitu :
1. adanya pengakuan ayau pembebanan depresiasi, amortisasi dan deplesi
terhadap aktiva tetap. Biaya depresiasi ini merupaakn biaya yang tidak
memerlukan pengeluaran kas
2. pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan
kerugian piutang maupun tidak, dan pengahpusan piutanng karena yang
bersangkutan sudah tidak dapat ditagih lagi.
3. adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki
dan penghentian dari penggunaan kativa tetap karena aktiva yang
bersangkutan telah habis dissusut dan sudah tidak bisa dipakai lagi.
4. adanya pembayaran deviden dalam bentuk saham, adanya penyisihan atau
pembatasan dan penggunaan laba, dan adanya penilaian kembali terhadap
aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
Terhadap transaksi yang tidak mempengaruhi kas tersebut harus dilakukan
penyesuaian. Disamping itu juga
perlu diadakan penyesuaian untuk
menghilangkan pengaruh adnaya accrual and deferred revenue sehingga

rekeninng yang bersangkutan menunjukkan penghasilan.


Penyesuaian terhadap transaksi yang tidak memepengaruhi tidak dimasukkan
dalam buku catataan perusahaan tetapi hanya dalam worksheet, karena seperti
halnya penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan sevara
langsung dari laporan keuanagna dengan menggunakan bantuan worksheet
maupun rekening (T account).
Untuk memberikan gambaran tentang cara penyusunan laporan sumber dan
penggunaan kas, berikut ini diberikan contoh dengan mengambil data Laporan
Posisi Keuangan PT Madu Asri yang diperbandingkan antara 31 desember 2002
dengan 31 desember 2003 sebagai berikut ;

PT Madu Asri
Laporan Posisi Keuangan yang diperbandingkan
31desember 2002 2003

Kas
Piutang dagang
Piutang wesel
Persediaan
Persekot biaya
Tanah
Gedung
Alaat kantor
Akumulasi depresiasi
Akumulasi
dep.alat
kantor
Utang dagang
Utang wesel
Utang obligasi
Utang gaji
Modal saham
Laba yang ditahan

31 desember
2002
2003
545.500
919.700
1.324.200
1.612.800
500.000
250.000
951.200
1.056.500
46.000
37.000
200.000
200.000
1.600.000
2.000.000
700.000
850.0000
5.826.900
6.926.000
25.500
261.000
153.000
201.000
655.000
150.000
600.000
312.000
2.000.000
1.771.400
5.826.900

552.000
125.000
450.00
443.500
2.600.000
2.293.300
6.926.000

Naik atau turun


374.200
288.600
250.000
105.300
9.000
400.000
150.000
1.059.100
35.500
48.000
102.800
25.000
150.000
131.500
600.000
521.900
1.059.100

Dari Laporan Posisi Keuangan PT Madu Asri yang diperbandingkan antara 31


desember 2002 dan 31 desember 2003 ,maka dapatlah disusun laporan sumber
dan penggunaan kas sebagai berikut :

Sumber kas dari :


1.
hasil operasi selama thn 2003
laba bersih
(+) penurunan piutang wesel
Perumusan persekot biaya
Kenaikan utang gaji
Depresiasi aktiva tetap

521.900
250.000
9.000
131.500
83.000
474.000
995.000

(-) kenaikan piutang dagang


Kenaikan persediaan
Penurunan utang dagang
Penurunan utang wesel
2.

288.600
105.300
102.800
25.000
521.700
474.200
600.000

penjualan modal saham


Penggunaan kas untuk :
Pembelian gedung
Pembelian alat kantor
Pembayaran utang obligasi

400.000
150.000
150.000
700.000

Kenaikan kas

374.200

Untuk memrinci sumber dan penggunaan kas maka harus diperoleh data laporan
laba rugi dan informasi lain yang mendukung perubahan-perubahab yang terjadi
dari perusahaan yang bersangkutan. Untuk memberikan contoh dalam menyusun
laporan sumber dan penggunaan kas yang terperinci, berikut disajikan laporan
laba rugi dari PT Madu Asri untuk periode yang berakhir 31 desember 2003 dan
informasi lain yang sehubungan dengan laporan keuangan tersebut :
Informasi lain yang diperoleh adalah sebagai berikut :
PT Madu Asri
Laporan Laba Rugi
Periode yang berakhir 31 desember 2003
Penjualan bruto
Retur penjualan
Harga bersih
HPP
Persediaan awal
Pembelian

9.703.000
94.000
9.609.000
951.200
6.029.000

Laba kotor
Biaya penjualan :
Advertensi
Gaji sales
Sewa kantor
Biaya kantor
Gaji dan lain

5.923.700
294.700
682.300
90.000
174.100
85.100
1.326.200

Biaya adm dan umum :


Gaji pegawai 873.000
Telepon
106.000
Biaya umum 184.700
Kerugian
12.000
1.175.700
Biaya operasi
Laba bersih operasional
Biaya bunga
Laba bersih sebelum pajak

2.501.900
1.183.400
28.000
1.155.400

Informasi lain yang diperoleh adalah sebagai berikut :


a.
pada tahun 2003 dibayar deviden 633.500
b.
utang gaji adalah untuk para sales
c.
deprediasi gedung dan alat kantor dialokasikan pada biaya
kantor penjualan 60% dan biaya umum kantor 40%
d.
telah dihapuskan piutang 12.000 karena debitur telah jatuh
pailit
e.
persekot biaya adalah persekot untuk sewa kantor penjualan
dari Laporan Posisi Keuangan yang diperbandingkan, laporan laba rugi dan
informasi tersebut daapt ditentukan sumber-sumber dan penggunaan kas selaama
tahun 2003 denagna menganalisis perubahan yang terjadi sebagai berikut :
sumber-sumber kas :
1.
penjualan
Penjualan dilakukan secara kredit,
piutang dagang 288.600,
piutang wesel turun 250.000
secara neto piutang naik 38.600.
berarti penjualan 2003 sebagian belum diterima uangnya
yaitu sebesar kenaikan piutang
ditambah yang di hapuskan 12.000
yang diterima uang dari penjualanan
2.

pejualan modal saham

9.609.000

50.600
9.558.400
600.000

Jumlah sumber kas

10.158.400
BAB 6
ANALISIS BREAK EVEN

A.
Pengertian Titik Impas
Analisis titik impas atau anlisi break even point diperlukan untuk mengetahui
hubungan antar volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi ,
biaya lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi. Oleh
karena itu, analisis titik impas ini sering disebut cost volume profit analysis.
Analisis titik impas hanya diperlukan bagi perusahaan perusahaan yang dalam
menyelenggarakan operasinya harus menanggung beban tetap yaitu berupa biaya
tetap disamping adanya biaya variabel yang harus ditutup dari hasil penjualan.
Suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan impas yaitu apabila setelah disusun
laporan perhitungan laba rugi untuk periode tertentu sama besarnya dengan
keseluruhan biaya yang telah dikorbankan sehingga perusahaan tidak memperoleh
keuntungan atau menderita kerugian.
Biaya yang dikorbankan dipisahkan menjadi biaya tetap dan variabel. Pada titik
impas keseluruhan hasil penjualan, setelah dikurangi dengan keseluruhan biaya
variabel, hanya cukup untuk menutup keseluruhan biaya tetap saja, tidak terdapat
sisa yang merupakan keuntungan. Bagian hasil pengurangan biaya variabel dari
hasil penjualan disebut dengan contribution margin atau marginal income.
Contribution margin ini disediakan untuk menutup biaya tetap. Impas terjadi bila
contribution margin sama dengan biaya tetap. Laba terjadi bila contribution
margin melebihi biaya tetapnya dan terjadi rugi bila contribution margin lebih
kecil daripadanya biaya tetap.
Dari uraian diatas daparlah dikatakan bahwa analisis titik impas adalah suatu cara
yang digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengetahui atau untuk
mnerencanakan pada volume produksi atau volume penjualan berapakah
perusahaan yang bersangkutan tidak memperoleh keuntungan atau tidak
menderita kerugian. Dengan diketahuinya titik impas tersebut dapatlah
direncanakan tingkat volume produksi atau volume penjualan yang akan
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan yang bersangkutan. Agar terhindar
dari kerugian perusahaan harus dapat mengusahakan jumlah penjualan pada titik
impas tesrbut. Apabila volume penjualan titik mencapai titik impas tersebut
bararti perusahaan akan mengalami rugi.
Tercapainya titik impas pada voume penjualan yang relatif rendah merupakan
harapan dari setiap perusahaan karena memberi kesempatan kepada perusahaan
untuk dapat segera merealisasi adanya keuntungan. Untuk mengetahui bagaimana
kemampuan suatu perusahaan dalam merealisasikan keuntungan, perusahaan yang
bersangkutan perlu membuat perencanaan penjualan, produksi dan biaya
produksi. Dengan demikian, sebenarnya analisis titik impas itu sangat erat
hubungannya dengan program budget yaitu proses dibidang perencanaan
keuangan. Meskipun analisis titik impas dapat diterapkan untuk data historis

tetapi sebenarnya penggunaanya yang penting adalh membuat peramalan periode


yang akan datang.
Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk mjemperoleh laba maksimum.
Besar kecilnya laba yang dicapai akan merupakan ukuran keberhasilan
manajemen dalam mengelola perusahaannya. Analisis titik impas merupakan alat
bantu bagi manajemen dalam planning dan budgeting yakni dapat menambah
ketepatan dalam membuat peramalan penjualan atau produksi, biaya-biaya ,laba
atau rugi sehingga dapat meningkatkan reliabilitas dan validitas laporan keuangan
yang disusun perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, cost volume
profit analysis tersebut dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi seorang
manajer dalam membuat keputusan sehubungan dengan penjualan atau produksi.
Ada dua pendekatan dalam anlysis titik impas yaitu (1) pendekatan grafis dan ,(2)
pendekatan matematis. Masing-masing pendekatan akan dapat diikuti pada uraian
selanjutnya.
B.
Persyaratan yang diperlukan dalam analisis titik impas
Diperlukan sejumlah persyaratan tertentu agar analisis titik impas dari suatu
perusahaan dapat dilakukan. Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi terlebih dahulu
agar kita dapat menentukan tingkat atau volume penjualan atau produksi yang
akan menghasilkan pulang pokok, artinya tidak memberikan laba atau rugi.
Syarat-syarat yang diperlukan untuk menentukan titik impas adalah :
1.
bahwa prinsip variabilitas biaya dapat diterapkan dengan tepat.
2.

bahwa biaya-biaya yang dikorbankan harus dapat dipisahkan


menjadi dua kelompok biaya yakni biaya tetap dan biaya
variabel. Biayaa-biaaya yang bersifat meragukan yaitu semi
tetap atau semi variabel harus ditegaskan kelompoknya
sehingga akhirnya hanya ada dua kelompok biaya saja yakni
biaya tetap dan biaya variabel.

3.

bahwa yang dikelompokkan sebagai biaya tetap tersebut akan


tinggal konstan sepanjang kisaran periode kerja atau kapasitas
produksi tertentu, artinya tidak mengalami perubahan
walaupun volume produksi atau volume kegiatan berubah.
Apabila dihitung per uit biaya tetap ini berarti akan semakin
menurun dengan meningkatnya volume tertentu.

4.

bahwa yang dikelompokkan sebagai biaya variabel itu akan


beubah sebanding dengan perubahan volume produksi yaitu
meningkat atau menurun secara sebanding dengana perubahahn
volume produksi. Dengan demikian, biaya variabel itu akan
tetap sama bila dihitung per unit, berapa pun jumlahnya unit
barang yang diproduksi.

5.

bahwa harga jual per unit barang itu akan tetap saja, tidak naik
atau turun berapa saja jumlah unit barang nyang dijual. Harga
per unit tidaka akan menurun walaupun volume penjualan
meningkat, dan sebaliknya volume penjualan barang tidak akan
mempengeruhi harga jual atau harga pasarnya.

6.

bahwa tingkat harga umum tidak akan mengalami perubahan


selama kisaran tertentu yang dianalisis.

7.

bahwa perusahaan yang bersangkutan hanya memproduksi dan


menjual satu jenis barang saja. Bagi perusahaan yang
memproduksi dan menjual lebih dari satu jenis maka produk itu
harus dianggap sebagai satu jenis produk saja dengan
perbandinagn yang sealu konstan.

8.

bahwa produktivitas tenaga kerja pada perusahaan yang


bersangkutan akan tinggal tetap atau tidak berubah.

9.

bahwa dalam perusahaan yangn bersangkutan harus ada


sinkronisasi antara volume produksi dengan volume penjualan,
artinya bahwa barang yang diproduksi mesti terjual semau pada
periode yang bersangkutan.

Dengan adanya persyaratan tersebut ,dalam gambar titik impas , garis hasil
penjualan, garis biaya total akan berupa garis lurus karena perusahaan dianggap
sebanding dengan volume penjualan.
C.
Klasifikasi Biaya
Untuk tujuan mengadakan analisis titik impas, biaya yang telah terjadi selama
periode tertentu harus diklasifikasikan ke dalam kelompok biatya tetap dan
kelompok biaya variabel. Biaya yang meliputi biaya produksi, biaya penjualan,
biaya umum dan administrasi harus dipisahakan berapa yang merupakan biaya
tetap dan berapa meupakan biaya variabel.
Biaya tetap adalah jenis biaya yang selama kisaran waktu operasi tertentu atau
tingkat kapasitas produksi tertentu selalu tetap jumlahnya atau tidak berubah
walaupun volume produksi berubah. Apabila waktu operasi itu adalah bulan maka
biaya itu tetap saja setelah dikurangi satun bulan saja. Jika dihitung tahunan biaya
tetap itu tetap konstan waluapun volume produksi beruabah dari bulan ke bulan
atau dari minggu ke minngu. Yang termasuk kelompok biaya tetap misalnya biaya
penyusutan atau deplesi atau amortisasi, beban gaji, biaay asuransi, biaaya sewa,
biaya bunga , biaya pemeliharaan dan biaya tidak langsung lainnya. Biaya tidak
langsung adalah biaya yang tidak langsung membentuk hasil produksi. Tidak
semua biaya tidak langsung merupaakn biaya tetap , sebagian ada yang
merupakan biaya variabel. Misalnya biaaya penerangan dan biaya ini akan

berproduksi tetap dikeluarkan sejumlah biaya penerangan dan biaya ini akan
bertambah bila terjadi kenaikan produksi. Biaya tetap ini umumnya dikaitkan
dengan waktu atau berdasarkan dengan perjanjian. Misalnya gaji karyawan untuk
setiap bulan dikeluarkan Rp 1.000.000. jumlah ini akan tetap sama selama periode
, tidak tergantung pada besar kecilnya volume produksi. Biaya penyusutan aktiva
tetap ditentukan sebesar Rp 250.000 per tahun selama umur aktiva tetap itu, biaya
penyusutan ini ditetapkan berdasarkan perjanjian dan bersifat tetap tidak
bergantung pada besar kecilnya volume penjualan.
Biaya variabel adalah jenis biaya besar kecilnya tergantung pada banyak
sedikitnya volume produksi. Apabila volume produksi bertambah maka biaaya
variabel akan meningkat, sebaliknya bila volume produksi berkurang maka biaya
variabel akan menurun. Dalam analisis titik impas disyartakan bahwa perubahan
biaya variabel ini sebanding dengan perubahahn volume produksi sehingga biaya
variabel per unit barang yang diproduksi bersifat tetap. Yang termasuk dengan
kelompok biaaya variabel adalah biaya langsung seperti biaya pemakaina bahan
dasar , biaya tenaga kerja langsung dan beberapa biaya tidak langsung seperti
pemeliharaan , biaya penerangan dan lain=lain yang sejenis. Biaya langsung
adalah biaya yang secara langsung membentuk hasil produksi.
Biaya total adalah jumlah biaya tetap ditambah dengan biaya variabel total dengan
pada masing-masing tingkat atau volume produksi.
D.

Diagram Titik Impas

E.
Berbagai Metode Menghitung Titik Impas
Terdapat beberapa metode dalam menghitung titik impas. Data atau informasi
yang diperlukan dalam menghitung titik impas adalah sebagai berikut :
a.
hasil keseluruhan penjualan atau harga jual per unit
b.
biaya variabel keseluruhan atau biaya variabel per unit
c.
jumlah biaya tetap keseluruhan
Terdapat empat metode atau rumus dalam menghitung titik impas (break even
point), selanjutnya digunakan singkatan BEP yaitu ;
1.
BEP

Dimana :
FC
VC
S
I

FC
1 - VC/S

: biaya tetap keseluruhan


: biaya variabel keseluruhan
: hasil penjualan keseluruhan
: konstanta

BEP

VC
S

Variabel cost ratio (VCR perbandingan antara biaya variable dengan


hasil penjualan)
2.

BEP

VC
S

Dimana :
Marginal income rasio (rasio pendapaatan marginal dengan hasil
penjualan). MIR = 1 VCR
Disebut juga dengan profit volume ratio (P/V)
3.

BEP = FC + VC + 0

Dimana :
VC pada BEP = persentase biaya variabel dari hasil penjualan

4.

BEP

Dimana :
P
V

FC
P-V

: harga jual per unit


: biaya variabel per unit

Contoh 1 :
Perusahaan indomarco beroperasi dengan biaya tetap keseluruhan Rp 120 jt.
Biaya variabelnya diketahu sebesar 60% dari penjualaan. Hasil keseluruhan
penjualan pada kapasitas penuh adalah Rp 500 jt. Perusahaan hanya memproduksi
satu jenis barang dan harga penjuaalannya adaalah Rp 500 per unit.karena
variable cost ratio 60% ini berati bahwa biaya variabel per satuan adalh 60% x Rp
500=Rp 300. dari data tersebut daapatlah kemudian diringkaskan sebagai berikut :
S
: Rp 500 jt
VCR : 60%
FC
: Rp 120 jt
P
: Rp 500
V
: Rp 300
MIR = 1 VCR = 1 60% = 40% (P/V)
Perhitungan titik impas dengan menggunakan rumus yang terdapat sebelumnya
adalah sebagai berikut :

Rumus 1
BEP

FC
1 - VC/S

BEP

Rp 120 jt
1 - Rp 300jt/Rp 500 jt

BEP

Rp 120 jt
Rp 300 jt
1 - 60%

Hasil bagi VC dengan S merupakan variable cost ratio (VCR). Dalam contoh
tersebut VCR sebesar 60%, ini menunjukkan bahwa biaya variable besarnya 60%
dari hasil penjualan. Atau setiap satu rupiah penjualan, 60 sen digunaakan untuk
menutup biayaa variable.
Rumus 2
BEP

FC
MIR

BEP

Rp 120 jt
1 - VCR

BEP

Rp 120 jt
Rp 300 jt
1 - 60%

Rumus 3
BEP = FC + VC pada BEP + nol
BEP = Rp 120 jt + 60% BEP + 0
BEP 60% = Rp 120 jt
40% BEP
= Rp 120 jt
BEP = Rp 300 jt
Rumus 4
BEP

FC
P-V

BEP

Rp 120 jt
Rp 500 - Rp 300

Rp 300 jt

Dari hasil perhitunngan diatas dapatlah diketahui bahwa titik impas pada tingkat
penjuaalan sebesar Rp 300 jt atau dalam tingkat produksi penjualan sebesar
600.000 unit karena harga jual per unit sebesar Rp 500 dan harga jual teap inni
konstan berapa pun volume penjualannya. Pada tingkat penjualaan Rp 300 jt
(600.000 unit) tersebut perusahaan tidak akan memperoleh laba sepeser pun atau
menderita kerugian sepsar pun. Laba atau rugi sama dengan nol. Laba baru
diperoleh bila tingkat penjualan diatas Rp 300jt (diatas 600.000 unit ).
Buka perhitungan BEP :
Hasil penjualan
= 600.000 unit x rp 500 =
Dikurangi biaya variable
= 60% x Rp 300jt=
Pendapaatn marginal
Dikurangi biaya tetap keseluruhan
Laba atau rugi

=
=

Rp 300jt
Rp 180jt

Rp 120jt
= Rp 120jt
Rp 0 (Titik impas)

Laba baru dapat direalisasikan pada tingkat penjualan diatas Rp 3 jt (diatas


600.000 unit). Misalnya penjualan sebesar 700.000 unit (Rp 350 jt).
Hasil penjualan = 700.000 unit x Rp 500
Dikurangi biaya variabel 60% x Rp 350jt
Pendapatan marginal
Dikurangi biaya tetap keseluruhan
Laba

= Rp 350jt
= Rp 210jt
= Rp 140jt
= Rp 120jt
= Rp 20jt

Rugi akan terjadi bila penjualan tidak mencapai Rp 300jt atau tidak mencapai
600.000 unit. Misalnya penjualan hanya mencapai 400.000 unit (Rp 250jt) ,maka :
Hasil penjualan = 400.000 unit x Rp 500
Dikurangi biaya variabel 60% x Rp 200jt
Pendapatan marginal
Dikurangi biaya tetap keseluruhan
Rugi

= Rp 200jt
= Rp 120jt
= Rp 80jt
= Rp 120jt
= Rp 40jt

Perhitungan BEP dalam unit dapat juga dilakukan dengan cara sebagai berikut :
BEP : P V

Dimana :
P
V

FC
BEP

: Harga jual per unit


: biaya variabel per unit

FC
biaya tetap per unit pada BEP
BEP

Berdasarkan data sebelumnya hasilnya :


500 300

120.000.000
BEP

120.000.000
BEP
200 BEP 120.000.000

500 300

BEP

120.000.000
600.000 unit
200

Perhitungan laba rugi per unit pada berbagai tingkat volume produksi/penjualan
dapat dilakukan sebagai berikut :
Ilustrasi 10.7
Volume Produksi/penjualan
(ribuan unit)
keterangan
Biaya variabel
per unit
Biaya tetap per
unit
Biaya total per
unit
Harga jual per
unit
Laba rugi per
unit

100
300

200
300

400
300

600
300

800
300

1000
300

1.200

600

300

200

150

120

1.500

900

600

500

450

420

500

500

500

500

500

500

(1.000)

(400)

(100)

(50)

80

Contoh 2 :
pada tingkat kapasitas optimal, data perencanaan laba rugi dari perusahaan Dewi
Kunti adalah sebagai tertera dibawah ini :
budget penjualan : 20.000 unit x Rp 500
biaya variabel

Rp 10.000.000
biaya tetap

budget biaya :
bahan dasar
Rp 1.800.000
tenaga kerja langsungRp 2.000.000
biaya tidak langsung Rp 600.000
biaya penjualaan
Rp 600.000
biaya administrasi
Rp 200.000
jumlah
Rp 5.200.000

Rp 1. 400.000
Rp 1.000.000
Rp 1.200.000
Rp 3.600.000
Rp 8.000.000
Rp 2.000.000

Budget laba
Perhitungan titik impas (BEP) ;
1.

2.

BEP

FC
1 - VC/S

BEP

3.600.000
1 - 5.200.000/10.000.000

BEP

3.600.000
1 - 0,52

BEP

3.600.000
7.500.000
0,48

BEP

FC
P
V

FC
P-V

= 3.600.000
= 500
= 5.200.000/20.000
= 3.600.000/500-260
= 3.600.000/240
= 15.0000 unit

Bukti perhitungan BEP :


Penjualan pada BEP : 15.000 x Rp 500
Biaya tetap
Rp 3.600.000
Biaya variabel
Rp 3.900.000

= Rp 7.500.000

Jumlah biaya
Laba

= Rp 7.500.00
0

F.
Faktor-faktor yang mepengaruhi besarnya laba
Dalam analisis titik impas besarnya laba ditentukan berdasarkan selisih antara
nilai penjualan dengan total biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel) pada
tingkatmvolume produksi/penjualan tertentu. Perlu diperhatikan bahwa volume
penjualan yang menghasilkan laba hanyalah volume penjualan yang berada diatas
titik impas.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi besar kecilnya laba tersebut. Faktorfaktor ini bersumber dari besara-besaran yang diperlukan dalam
analisis/perhitungan titik impas. Besar-besaran tersebut adalah volume
produksi/penjualan, harga jual per unit, biaya tetap, biaya variabel. Apabila besarbesaran ini berubah mkaa laba juga akan berubah.
1.
perubahan volume produksi/penjualan
Apabila volume produksi/penjualan berubah sedang faktor-faktor (harga jual,
rasio biaya variabel, biaya tetap) tidak berubah maka perolehan laba juga akan
berubah.
2.
perubahan harga jual
Apabila harga jual per per unit mengalami perubahab, sedangkan volume
penjualan biaya variabel per unit dan biaya tetap tidak berubah, maka perolehan
laba jyga akan mengalami perubahan. Dalam kasuss ini titik impasnya akan
berubah juga.
3.
perubahan biaya
Apabila biaya variabel per unit dan biaya tetap berubaha sedangkan volume
penjualan dan harga per unit berubah , maka perolehan laba juga akan mengalami
perubahan. Dalam kasus ini titik impasnya akan bergeser.
4.
perubahan volume produksi
Volume produksi yang semua 700.000 unit (laba Rp 20jt) kemudian diubah
menjadi 800.000 unit. Laba yang baru yaitu :
Penjualan
800.000 x Rp 500
=
Rp 400jt
Biaya variabel 60% x Rp 400jt
=
Rp 240jt
Pendapatan marginal
=
Rp 160 jt
Biaya tetap
=
Rp 120jt
Laba
=
Rp 40jt
5.
perubahan harga jual
Misalnya harga jual per unit naik dari Rp 500 menjadi Rp550 atau meningkat
10%. Perhitungan labanya adalah :
Penjualan
700.000 x Rp 550
=
Rp 385jt
Biaya variabel 60% x Rp 385jt
=
Rp 210jt

Pendapatan marginal
Biaya tetap
Laba

=
=
=

Rp 175 jt
Rp 120jt
Rp 55jt

Dengan harga semula (Rp 500) , volume penjualan 700.000 unit labanya adalah
Rp 20jt. Pertambahan laba karena harga jual naik.
BEP yang baru adalah :
BEP

FC
1 - VC/S

BEP

Rp 120 jt
1 - Rp 300jt/Rp 500jt x 110%

BEP

Rp 120 jt
Rp 264 jt (480.00 unit)
45,45%

6.
perubahan biaya variabel
Misalnya variabel cost ratio (VCR) berubah dari
lainnya tetap. Perhitungan labanya adalah :
Penjualan
700.000 x Rp 500
=
Biaya variabel 60% x Rp 350jt
=
Pendapatan marginal
=
Biaya tetap
=
Laba
=

60% menjadi 62% dan unsur


Rp 350jt
Rp 217jt
Rp 133 jt
Rp 120jt
Rp 13jt

BEP yang baru :


BEP

Rp 120 jt
Rp 309,3 (619.000 unit)
1 - Rp 300jt/Rp 500jt x 102%

7.
perubahan biaya tetap
Misalnya biaya tetap meningkat dari Rp 120 jt menjadi Rp 126 jt unsur lainnya
tetap. Biaya tetap naik 5%. Perhitungan labanya adalah :
Penjualan
700.000 x Rp 500
=
Rp 350jt
Biaya variabel 60% x Rp 350jt
=
Rp 210jt
Pendapatan marginal
=
Rp 140 jt
Biaya tetap
=
Rp 126jt
Laba
=
Rp 14jt
BEP yang baru :
BEP

Rp 126 jt
Rp 315 (630.000 unit)
1 - Rp 300jt/Rp 500jt

8.
perubahan seluruh faktor
Apabila seluruh faktor berubah, misalnya harga jual per unit naik 10% varioable
cost ratio 2%, biaya tetap naik 5% dan akibatnya naiknya harga volume penjualan
turun 5%, maka BEP yang baru adaalh :

BEP

Rp 126 jt
516.393 unit
1 - Rp 300jt x 102% x 95% / Rp 500jt x 110% x 95%

G.
Penetuan Penjualan Minimal
Apabila besarnya keuntungan yang diinnginkan telah ditetapkan atau besarnya
resiko kerugian telah ditetapkan, maka perlulah ditentukan berapa besarnya
penjualan minimal yang harus dicapai untuk m,emungkinkan diperolehnya
keuntungan yang diinginkan atau kerugian tersebut.
Apabila dikenhendaki keuntungan tertetntu, penjualannya minimal dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
1.
penjualan minimal (rupiah) = FC + Keuntungan / 1 VC/S
2.

penjualan minimal (unit)

= FC + Keuntungan / P-V

Apabila ditetapkan resiko kerugian tertentu, penjualan minimal adaalah :


1.

penjualan minimal (rupiah) = FC + Kerugian / 1 VC/S

2.

penjualan minimal (unit)

= FC + Kerugian / P-V

Dari data diatas contoh 1 (perusahaan Tabako Indonesia) sebelumnya , besarnya


margin of safety adalah :
1.

Rp 500jt
x 100% 166,67%
Rp 300

2.

Rp 500jt - Rp 300jt
x 100% 40%
Rp 500

Ini berarti bahwa volume penjualan perusahaan yang bersangkutan tidak boleh
turun lebih dari 40% dari penjualan yang dibudgetkan atau 66,67% dari volume
penjualan penjualan dari titik impas , agar tidak menderita rugi. Atau volume
penjualan yang harus dicapai tidak boleh turun sebanyak Rp 200jt atau400.000
unit dari penjualan yang dibudgetkan agar perusahaan tidak menderita rugi tetapi
belum tentu juga memperoleh laba. Penjualan minimal yang harus dicapai untuk
menghindari kerugian adalah Rp 300jt atau 600.000 unit.
Margin of safety yang tinggi lebih disukai daripada margin of safety yang rendah
karena memberikan informasi kepada pihak manajemen berapa besarnya
penurunan volume penjualan yang dapat diterima agar perusahaan tidak menderita
rugi. Persentase baatas keamanan tersebut dapat dikaitkan langsung dengan
tingkat keuntungan perusahaan dengan cara mengalikan dengan marginal income
ratio atau contribution margin.
Tingakat keuntungan = batas keamanan x rasio pendapatan marginal

Tingkat keuntungan = 40% x 40%


Tingkat keuntungan = 16%
Ini berarti apabila perusahaan mampu mencapai volume penjualan seperti uang
dibudgetkan, maka keuntungan yang diperoleh adalah 16% dari volume penjualan
yang dibudgetkan (16% x Rp 500jt = Rp 80jt).
Dengan demikian maka apabila marginala income ratio (P/V) dari persentase
keuntungan diketahui maka margin of safety dapat ditentukan.
Rumusnya :
Margin of safety

keuntungan (%)
marginal income ratio (%)

1.
titik impas untuk lebih dari satu jenis produk
Bagi suatu perusahaan yang memproduksi dan menjual dua jenis barang atau
lebih, dalam memperhitungkan titik impasnya, perusahaan tersebut harus
dipandang seolah-olah hanya memproduksi dan menjual satu jenis barang saja.
Untuk tujuan ini jenis barang-barang yang diproduksi dan dijual, perbandinagn
antar produk dalam unit dan perbandingan nilai penjualan antar produk harus
tetap. Ketentuan ini berhubungan dengan persyaratn bahwa dakam analisi titik
impas perusahaan diasumsikan hanya memproduksi dan menjual satu jenis produk
saja.
Metode yang digunakan untuk menghitung titik impas bagi lebih dari satu jenis
produk pada dasarnya tidak berbeda dengan metode-metode yang telah disebutkan
sebelumnya. Metode tersebut adalh (pendekatan matematis) :
1.

BEP Total

Dimana :
BEP total
FC
VC
S Total
2.

BEP Total

Diman :
MIR
3.

: penjualan pada titik impas total


:biaya teteap total
: biaya variable total
: hasil penjualan total
FC Total
MIR Total

: marginal income ratio total

BEP Total

Dimana :

FC Total
1 - VC Total/ S Total

= FC Total + VCpada BEP Total + nol

VC

: persentase biaya variable dari BEP total

Contoh 1 :
Perusahaan CATY memproduksi dan mensual dua jenis produk yaitu produk A
dan B. dat kedua produk tersebut adalah :
Produk A
Produk B
Produksi/ penjualan
2.000 unit
3.000 unit
Biaya variabel
Rp 500.000
Rp 1.900.000
Biaya variabel
Rp 250.000
Rp 550.000
Harga jual per unit
Rp 500
Rp 1.000
Nilai penjualan
Rp 1.000.000
Rp 3.000.000
Untuk menghitung BEP Total perlu terlebih dahulu dihitung biaya tetap total,
bvariabel total dan hasil penjualan total.
BEP Totalnya adalah :
Rumus 1 :
BEP Total

FC Total
1 - VC Total/ S Total

BEP Total

Rp 800.000
Rp 2.000.000
1 - Rp 2.400.000/Rp 4.000.000

Rumus 2 :
BEP Total

FC Total
MIR Total

BEP Total

Rp 800.000
Rp 2.000.000
40%

Rumus 3 :
BEP Total = FC Total + VC pada BEP Total + 0
BEP Total = Rp 800.000 + 60% BEP Total
40/100 BEP Total
= Rp 800.000
BEP Total
= Rp 2.000.000
BEP Total tersebut berbeda dengan BEP untuk masing-masing produk. BEP Total
bulan merupaakn penjumlahan BEP dari masing-masing produk. BEP masingmasing produk tersebut adalah :

BEP A

Rp 250.000
Rp 500.000
1 - Rp 500.000/Rp 1.000.000

BEP B

Rp 550.000
Rp 1.499.864
1 - Rp 1.900.000/Rp 3.000.000

Besarnya hasil penjualan untuk masing-masing produk pada titik impas tetrsebut
didasarkan pada sales mix anatar produk A dan B. Sales mix dengan B Rp
1.000.000 dibanding Rp 3.000.000..
Produk A
Produk B

= x Rp 2.000.000
= x Rp 2.000.000

= Rp 500.000 (1.000 unit)


= Rp 1.500.000 ( 1.500 unit)

Pembuktian :
Hasil penjualan produk A titik impas :
1.000 x Rp 500
= Rp 500.000
Biaya variabel
= Rp 250.000
Pendaaptan marginal = Rp 250.000
Biaya tetap
= Rp 250.000
Laba/rugi
=0
Hasil penjualan produk B pada titik impas :
1.500 x Rp 500
= Rp 1.500.000
Biaya variabel
= Rp 950.000
Pendaaptan marginal = Rp 550.000
Biaya tetap
= Rp 550.000
Laba/rugi
=
0
Contoh 2 :
Suatu perusahaan pasti selalu menetapkan keuntunagn yang diinginakn atau profit
margin lebih dahulu sebelum kegiatan dijalankan. Oleh karena itu, sebelumnya
perlu ditetapkan penjualan minimal yang harus dicapai sehingga keuntungan
yanng telah ditargetkan dapat tercapai. Bila tidak, kita sulit untuk melihat berapa
penjualan yang dicapai.
Contoh kegiatan PT Yuminiko pada tahun 2007 mengalami titik impas pada
penjualan (s) sebesar Rp 300.000.000. biaya tetap (FC) yangn dikeluarkan Rp
120.000.000. diperkirakan penjualan bonus yang ditetapkan untuk memperoleh
keuntungan per tahun. Untuk tahun 2008 perusahaan menetapkan keuntungan
sebesar Rp 50.000.

Pertanyaan :
Berapa penjualan minimal yang harus ditetapkan ?
Seperti diketahui bahwa dalam keadaan BEP, besarnya biaya total sama dengan
penjualan atau :
Sales

= VC + FC

VC

= Sales FC

Jadi dari soal diatas :


VC = 300.000 120.000
VC = 80.000
Selanjutnya , terlebih dahulu cari rasio variable cost (RVC)
RVC

Rp 180.000
x 100% 60%
Rp 300.000

Sales minimal adalah sebagai berikut :

Sales minimal

Sales minimal

FC Keuntungan
1 - VC/S

Rp 120.000 Rp 50.000
Rp 425.000
1 - 6/10

Jadi , untuk memperoleh keuntungan sebesar Rp 50.000 diperlukan penjualan Rp


425.000, hal ini dibuktikan sebagai berikut :
Penjualan

Rp 425.000

VC (60% x sales)

Rp 255.000

FC

Rp 120.000

Total biaya

Rp 375.000

Keuntungan

Rp 50.000

Selanjutnya jika perusahaan menetapkan dalam profit margin, misalnya 20%,


sales minimal dapat dicari sebagai berikut :
Sales minimal = x
FC + Keuntungan
1 VC/S

120.000 + 0,2x
1 6/10

Rp 425.000

120.000 + 0,2x
4/10

0,4x 0,2x

= 120.000

0,2x

= 120.000

= 600.000

Atau dengan cara lain :


FC
------------------------------Sales minimal = 1- {VC/S + Profit/S}
120.000
-------------------------------Sales minimal = 1- {6/10 2/10}

Contoh 3 :
Komponen
Sales
VC
FC
Total Cost
Laba bersih

Produk A
60.000 unit =
Rp 300.000.000
60% =
Rp 180.000.000
Rp 60.000.000
Rp 240.000.000
Rp 60.000.000

Produk B
40.000 unit =
Rp 300.000.000
40% =
Rp 120.000.000
Rp 120.000.000
Rp 240.000.000
Rp 60.000.000

Total
Rp 600.000.000
Rp 300.000.000
Rp 180.000.000
Rp 480.000.000
Rp 120.000.000

BAB 7
ANALISIS KREDIT
A.
Pendahuluan
Fungsi bank pemeintah adalah untuk memberikan prlayanan kepada pemerintah,
dunia usaha dan perorangan. Kegiatan yang penting membiayai proyek
pembangunan yang bertujuan menggiairahkan industri baru maupun yang sedang
berkembang, dalam wujud menyediakan dana atua pemberian kredit.
Pemberian kredit ini mengandung suatu tingkat resiko (degre of risk) teetentu.
Untuk menghindari maupun untuk memperkecil resiko kredit yang mungkin
terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai bank atas dasar syarta-syarat bank
teknis yang terkenal dengan 5C yaitu sebagai berikut :
1.
character
Bank mencari data tentang sifat-sifat pribadi ,watak dan kejujuran dari pimpinan

perusahaan dalam memenuhi kewajiaban-kewajiban finansialnya. Adapun


beebrapa petunjuk bagi bank untuk mengetahui karakter nasabah adalah :
a.
mengenal dari dekat
b.
mengumpulkan ketertangan mengenai aktivitas calon debitur
dalam perbankan
c.
mengumpulkan keterangan dan minta pendapata dari rekanrekannya pegawai dan saingannya mengenai reputasi, kebiasaan
pribadi , pergaulan sosisal.
2.
capacity
Ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya baik
kemampuan dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya. Untuk
itu bank harus memperhatikan :
a.
angka hasil produksi
b.
angka penjualan dan pembelian
c.
perhitungan laba rugi perusahaan saat ini dan proyeksinya
d.
data-data finansial diwaktu yang lalu, yang tercermin di dalam
laporan keuangan perusahaan, sehingga akan dapat diukur
kemampuan perusahaaan calon penerima kredit untuk
melaksanakan rencana kerjanya diwaktu yang akan datang dalam
hubungannya dengan penggunaan kredit tersebut.
3.
capital
Ini menunjukkan posissi finansial perusahaan secara keseluruhan yang
ditunjukkan oleh rasio finansialnya dan penekanan pada kompossi tangible net
worth nya. Bank harus mengetahui bagaimana pertimbangan antara jumlah utang
dan jumlah modal sendiri. Untuk itu bank harus :
a.
mengananlisis Laporan Posisi Keuangana selama sedikitnya dua
tahun terakhir
b.
mengadakan analisis rasio untuk mengetahui likuiditas,
solvabilitas, rentabilitas dari calon peminjam kredit.
4.
collateral
Collateral berarti jaminan. Ini menunjukkan besarnya aktiva yang akan diikatkan
sebagai jaminan atas kredit oleh bank. Untuk itu bank harus :
a.
meneliti mengenai pemilikan tersebut
b.
mengukur stabilitas daripada nilainya
c.
memperhatikan kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu
relatif singkat tanpa terlalu mengurangi nilainya
d.
memperhatikan pengikatan barang yang benar-benar menjamin
kepentingan bank sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
5.
conditions
Ban k harus melihat kondisi ekonomi secara umum serta kondisi sektor usaha si
peminta kredit. Untuk itu bank harus memperhatikan :
a.
keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan usaha
calon peminjam

b.
c.
d.
e.

kondisi usaha calon peminjam, perbandingannya dengan usaha


jenis lainnya di daerah dan lokasi lingkunngannya
keadaan pemasaran dari hasil usaha calon peminjam
prospek usaha dimasa yang akan datang untuk kemungkinan
bantuan kredit dari bank
kebijakan pemerintah yang mmepengaruhi terhadap industri
dimana perusahaan permohonan kredit termasuk di dalamnya

Disamping formula 5C tersebut,di dalam pemberian kredit bank akan


memperhatikan aspek pertimbangan kredit untuk menilai kelayakan suatu usaha
yang akna dibiayai oleh kredit bank.
Secara umum aspek pertimbangan kredit tersebut meliputi :
1.
aspek umum
Dalam hal ini harus diteliti masalah-masalah : a) bentuk, namaa dan
alamat perusahaan, b) sussunan manajemen, c) bidang usaha, d) keterangan
tentang jumlah pegawai/buruh, e) kebangsaan, f) bank langganan, g) bagan
organisasi.
2.

aspek ekonomi
Meliputi a) pemasaran dan keadaan harga, b) persaingan, c) jumlah
penjualana dari tiap jenis produk, d) cara penjualan, e) taksiran permintaaan dan
sebagainya.\

3.

aspek teknik yanng harus ditelitti adalah :


a) bahan baku dan penolong yang dibutuhkan, b) tanah dan tempat pabrik,
c) bangunan, d) urut-urutan proses produksi, e) perimcian mesin dan peralatan, f)
jumlah produksi, g) tersedianya tenaga kerja, h) lain-lain, misalnya mengenai
tenaga penggerak (PLN, PAM).
4.
aspek yuridis , memenuhi ketentuan hukum yang berlaku , termasuk iziizin yang diperlukan.
5.
aspek kemanfaatan dan kesempatan kerja, hal-hal yang harus diperhatikan
adalah : a) manfaat ekonomi bagi penduduk dan pengaruhnya terhadap struktur
perekonomian setempat, b) jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh proyek
yang bersangkutan, c) termasuk sektor yang diprioritaskan oleh pemerintah
6.
aspek terakhir yang harus dianaliss yang merupakan aspek yang paling
penting adalah aspek keuanagn. Dengan melakukan penilaian terhadap aspek
keuangan, disamping akan dapat mengetahui likuiditas, solvabilitas, rentabilitas
serta stabilitas usaha, juga akan dapat diketahui berapa lama bahwa investasi akan
dapat dikembalikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keputusan atau
kesimpulan yang diambil dalam pemberian kredit didasarkan atas kesimpulan

yang diperoleh dari hasil penelitian aspek keuangan. Jadi aspek keuangan di
dalam pertimbangan kredit memegang peranan penting, yaitu titik berat dalam
analisis kredit.
Dalam hubungannya dengan penilaian aspek financial suatu permohonan kredit,
hal-hal yang perlu dinilai adaalah sebagai berikut :
a.
Laporan Posisi Keuangan dan laporan laba rugi
b.
laporan sumber dan penggunaan modal kerja
c.
rencana penerimaan dan pengeluaran kas
d.
proyeksi laporan keuangan
e.
penilaian proyek investasi
f.
perhitungan kebutuhan kredit
g.
rencana angsuran kredit
B.
Penilaian Laporan Keuangan
Cara yang umum diterima untuk meneliti keadaan keuangan seorang nasabah
adalah dengan jalanmemperoleh naraca, laporan laba rugi dan keterangan lainnya.
Sebaiknya diusahaakan agar diperoleh laporan keuanagn yang sudah diaudit,
karena auditor daapat memberikan pandangan yang bebas tentang keadaan
keuanagn nasabah sebagai hasil dari pemeriksaannya terhadap pembukuan
nasabah.
Sebelum melangkah dalam penilaian Laporan Posisi Keuangan dan laporan laba
rugi, perlu diperhatikan apakah data yang disajikan sudah sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku dan jaminan kebenarannya. Sedapat mungkin
diperoleh laporan keuanagnn untuk beberapa periode atau minimal laporan
keuangan 2 periode terakhir , terhadap laporan keuanagn ini antara lain dapat
diterapkan teknik analisis sebagai berikut :
a.
analisis per komponen
b.
analisis persentase per komponen
c.
analisis perbandingan/ analisis naik turun
d.
analisis rasio
Analisis per komponen adalah meneliti atau menganalisis masing-masing pos
yang ada dalam Laporan Posisi Keuangan maupun dalam laporan laba rugi.
Misalnya analisis terhadap pos piutang dagang, a) harus diperoleh daftar nama,
alamat , jumlah piutang dan aanlisis menurut umur terutama untuk piutang yang
jumlahnya besar, b) analisis mutu dari piutang tersebut untuk tahun terakhir dan
tahun sebelumnya, c) bagaimana kegiatan penagihan piutang yang dilakukan
perusahaan ,d)sebutkan pula syarat penjualan, daerah penjualan, e) tentukan
kecukupan cadangan kerugian piutang dan sebagainya.
Analisis persentase per komponen
Dalam teknik ini laporan keuangan disajikan dalam persentase yaitu persentase
dari masing pos Laporan Posisi Keuangan terhadap total aktiva, sedangkan untuk
pos laporan laba rugi persentase dihitung bea terhadap jumlah penjualan bersih.
Dengan cara ini akan diketahui tentang :

a.
b.
c.

tentang investasi pada masing pos


struktur modal
jumlah atau persentase dari setiap rupiah penjualan yang terserap
dalam tiap jenis biaya

Analisis perbandingan
Dalam analisis ini kita mengadakan perbandingan pos dalam Laporan Posisi
Keuangan dan laporan laba rugi dari suatu periode dengan periode lainnya. Dalam
analisis ini akan dapat diketahui perubahan yang terjadi, dan perubahan mana
yang memrlukan penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian terhadap suatu
perubahan maka harus diperhatikan perubahahn yang terjadi dalam pos yang lain
yang mempunyai hubingan logis/erat dengan po yang bersangkutan.
Analisis rasio
Rasio ini menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan anatara suatu pos
atau kelompok pos yang lain tercantum dalam Laporan Posisi Keuangan
maupundalam laporan laba rugi.
Dengan mengadakan analisis rasio akan daapt diketahui posisis keuangan
nasabah/calon peminjam kredit. Dibawah ini diuraikan beberapa rasio yang
penting dalam hubungannnya dengnan kepentingan anatara kredit yaitu :
1.
rasiolikuidiitas
Rasio ini menggambarkan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membiayai operasi dan memnuhi kewajiaban finansial pada saat ditagih. Rasio
likuiditas anatara lain :
a.
rasio cuurent ratio yaitu rasio aktiva lancar dengan utang lancar
b.
cash
ratio
yaitu
rasio
antara
kas
+ bank dengan utang lancar
c.
quick ratio yaitu rasio antara ( aktiva lancar persediaa) dengan
utang lancar
d.
inventory to working capital yaitu rasio antara : persediaan dengan
aktiva lancar utang lancar atau rasio antara persediaan denagn
modal kerja
2.
rasio leverage, yaitu rasio yang mengukur sampai bebrapa sebearapa jauh
aktiva perusahan dibiayai dari utang. Denga mengetahui leverage ratio akan dapat
dinilai tentang : a) posisi perusahaan terhadap seluruh kewajibannya kepada pihak
lain, b) kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat teatp,
c) kesimbangan antara nilai aktiva tetap dengan modal.
Leverage ratio antara lain yaitu :
a.
Debt to equity yaitu rasio antara total utang dengan modal sendiri.
b.
Current liabilities to net worth yaitu rasio antra utang lancar
denagn modal sendiri.
c.
Tangible assets debt coverage yaitu rasio antara aktiva tetap
berwujud dengan utang jangka panjang. Rasio ini menunjukkan

d.
e.

besarnya setiap rupiah aktiva tetap berwujud yang dipergunakan


untuk menjamin utang jangka panjang.
Long term debt to equity yaitu rasio antara modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang jangka panjang.
Debt services yaitu rasio (EBIT pajak + bunga ) dengan
(angsuran kredit + bunga)
Rasio ini menunjukkan bahwa laba operasi ada sekian kalinya
kewajiban membayar angsuran kredit besera bunganya. Makin
kecil rasio ini resiko bankk semakin besar.

3.
rasio aktivitas yaitu rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan,
penagihan piutanng maupun pemanfaatnan aktiva yang dimiliki.
Rasio aktivitas ini anatara lain :
a.
perputaran persediaan yaitu rasio antara penjualan dengan rata-rata
persediaan yang dinilai berdasarkan harga jual. Rasio ini
menunjukkan beeberapa kali dana yang ditanam dalam persediaan
ini berputar dalam satu tahun/periode. Makin besar turn over
berarti makin baik.
c.

average collection periode yaitu rasio antaara piutang dengan


penjualan neto per hari secara kredit. Rasio ini menunjukkan
berapa kali dana yang ditanam dalam peersediaan ini berputar
dalam satu tahun/periode. Makin kecil rasio ini makin baik.

d.

Perputaran aktiva tetap yaitu rasio antara penjualan neto dengan


aktiva tetap. Rasio ini menunjukkan berapa kali dana yang
ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.

e.

Perputaran modal kerja yaitu rasio antara penjualan neto dengan


modalkerja. Rasio ini menunjukkan berapa kali dana yang
ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam suatu periode atu
jumlah penjualan yang bisa dicapai oleh setiap modal kerja.

4.
rasio rentabilitas yaitu rasio yang dapat digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
Rasio yang dapat digunakan untuk menilai rentabilitas antara lain sebagai
berikut :
a.
profit margin dalam hubungannya antara profit margin dengan
penjualan
b.
retorn on investment yaitu rasio antara laba operasional dengan
total aktiva
c.
return on equity yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak dengan
modal sendiri

d.

laba per lembar saaham yaitu rasio antara laba dengan lembar
saham yang beredar

dengan mengadakan analisis rasio akan diketahui posisi keuangan perusahaan,


lebih-lebih kalau rasio dari beebearpa tahun, maka akan dapat diketahui
perkembanagn atau kecederungan posisi keuanangn perusahaan. Namun ,perlu
diingat bahwa analisis rasio tersebut bukanlah merupakan suatu alat yang dapat
memberikan jawaabna yang pasti untuk kepastian akhir pemberian akhir. Bidang
juga harus diteliti dengan saksama sdan analisis rasio haruslah hanya dianggap
sebagai langkah permulaaan dari proses pengambilan keputusan untuk
memberikan kredit
C.
Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Maksud utama analisis ini adalah untuk mengetahui bagaimana ddana digunakan
dan bagaimana datngnya danaa dan untuk apa dana itu digunakan. Dengaan
mengadakan analisis terhadap laporan tersebut dapat diketahui bagaimana
perusahaan itu mengelola atau menggunakaann dana yang dimiliki. Pengertian
dana disini adalah sama denagn modal kerja, yaitu selisih antara kativa lancar
dengan utang lancar. Prosedur analisis sumber dan penggunaan dana.
D.
Rencana Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Budget kas adalah gambaran atas seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran
kas yang berkaitan dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi lainnya
yang menyebabkab perubahan pada possisi kas atu menunjukkan aliran kas
perusahaan tersebut. Dari budget kas akan dapat ditentukan sebagai berikut :
10.
kapan dan berapa besarnya deposisi kredit akaan dilaknsanakan
serta janngka waktu kreditnya
11.
kapan dan berapa besarnya angsuran kredit dapat dilakukna
12.
kemungkinan adanya surplus atau defisit karena rencana
operasi perusahaan
kalau diperbandingkan dengan analisa laporan sumber dan penggunaan kas, maka
perbedaanya terletak pada tujuannya. Laporan dan sumber dan penggunaan kas
menunjukkan darimana uang kas diterima dan digunakan untuk apa saja uang
tersebut yang kan diterima dalam periode tersebut, sedangkan cash budget
tujuannya lebih jauh dari itu, yaitu ingin mengetahui saat-saat penerimaan dan
pengeluaran uang serta saat adanya surplus atau defisit kas.
Penyususnan budget kas menurut Drs. Bambang Riyanto dalm bukunya Dasardasar Pembelajatran halamna 90 , dapat dilakukan dengan bebarapa tahap yaitu :
1.
menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana
operasional perusahaan. Pada tahap ini dapat diketahui adanya defisit
atau surplus karena rencanaya operasi perusahaan.
2.
menyusun perkiranaan atau estimasi kebutuhaan dana atau kredit dari
bank atau sumber lain yang diperlukan untuk menutup defisit kas

3.

karena rencana operasinya perusahaan. Transaksi disini merupakan


transsaksi finansial.
menyusun kembaliu estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran
setelah adanya transaksi finansial dan budget kas yang final ini
merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaksi finansial
yang menggambarkan estimasi penerimaan dan oengeluaran kas
keseluruhan.

Prosedur penyusunan cash flow dapat disederhanakan dalam bentuk gambar


berikut :
Uraian
Saldo awal
Penerimaan
Jumlah kas keseluruhan
Pengeluaran
Saldo akhir

Bulan 1
A
B
(a +b)
C
(a + b) c
D

Bulan 2
d
e
(d + c)
f
(d +e) f
g

Bulan 3
g
h
(g + h)
i
(g +h ) i
dst

Untuk memberikan gambaran tentang prosedur penyususnan budget kas, berikut


ini diberikan sebuah contoh penyusunan budget kas perusahaan SARI yang
memberikan data atau informasi sebagai berikut :
1.

perkirakaan penjualan tunai untuk tahun 2003 :


Januari
Rp 308,00
Febuari
Rp 361,00
Maret
Rp 176,00
Triwulan II
Rp1.271,00
Triwulan III
Rp1.785,00
Triwulan IV
Rp1.812,00

2.

estimasi penjualan kredit ;


Januari
Rp 1.000,00
Febuari
Rp 1.200,00
Maret
Rp 1.500,00
Triwulan II
Rp4.000,00
Triwulan III
Rp3.600,00
Triwulan IV
Rp3.800,00
Kerugian karena piutang tak tertagih berdasarkan pengalaman sebesar 1%
dari penjualan kredit
3.

pola pengumpulan piutang dagang dengan diperkirakan :


a.
bulanan : 70%, 20% dan 10% berturut sejak terjadinya penjualan
b.
triwulan : masing-masing 90%, 10% berturut sejak triwulan
penjualan

4.

berbagai pengeluaran yang membutuhkan kas :


a.
pembelian bahan baku :
januari
Rp 600,00
febuari
Rp 700,00
maret
Rp 500,00
triwulan 1
Rp 1.750,00
triwulan II
Rp 1.700,0
triwulan III Rp 1.750,00
b.

c.

d.

pembayaran upah :
januari
febuari
maret
triwulan 1
triwulan II
triwulan III

Rp 250,00
Rp 300,00
Rp 200,00
Rp 800,00
Rp 750,0
Rp 800,00

biaya penjualan :
januari
febuari
maret
triwulan 1
triwulan II
triwulan III

Rp 220,00
Rp 200,00
Rp 200,00
Rp 680,00
Rp 780,0
Rp 870,00

biaya administrasi dan umum ;


januari
Rp 350,00
febuari
Rp 500,00
maret
Rp 400,00
triwulan 1
Rp 1.200,00
triwulan II
Rp 1.670,0
triwulan III Rp 1.580,00

e.

5.

pembayaran pajak ;
januari
febuari
maret
Rp 100,00
triwulan 1
Rp 150,00
triwulan II
Rp 150,0
triwulan III Rp 200,00
estimasi saldo kas pada kahir bulan desember 1982 berjumlah Rp 100,00

6.

persediaan besi kas ditetapkan sebesar Rp 50,00

Dari data dan informasi diatas , dapat disusn cah flow denagn melalui tahap-tahap
sebagai berikut :

a.
Waktu

anggaran pengumpulan piutang


Jumlah
piutang

Kerugia
n
piutang

Piutang
bersih

Rp
1.000
Ferbuari Rp
1.200
Maret
Rp
1.500
Kuartal Rp
2
4.000

Rp 10

Rp 99

Kuartal
3
Kuartal
4
Jumlah

Januari

Rp
3.600
Rp
3.800
Rp
15.100
b.

Kuartal
3

Kuartal
4

saldo

Rp
118,8
Rp 297

Rp
1485,5
Rp 396

Rp
356,6
Rp
3.207,6
Rp
3.742,2

Rp 12
Rp 15

Rp 1.485 -

Feb
Rp
198
Rp
831
-

Rp 40

Rp 3.960 -

Rp 36

Rp 3.564 -

Rp
297
Rp
1.039.
5
-

Rp 38

Rp 3.792 -

Rp
3.385,6
-

Rp 151

Rp
14.949

Rp
1.376.
1

Rp
3.979.8

Rp
3.752,1

Rp Rp
693 1.029

mar
-

Kuartal
2

jan
Rp
693
Rp 1.188 -

Rp 99

Rp
1.039,5
-

estimasi penerimaan kas

Jenis
penerimaan
jan
Penjualan
Rp 308
tunai
Pengumpulan Rp 693
piutang
Jumlah
Rp
1.001
c.

Kuartal 1

Kuartal 1
feb
Mar
Rp 361
Rp 176

Kuaartal
2
Rp 1.271

Kuartal Kuartal 4
3
Rp 1.785 Rp 1.812

Rp
1.029,6
Rp
1.390,6

Rp
3.979,8
Rp
5.250,8

Rp
3.752,1
Rp
5.537,1

Rp
3.742,2
Rp
5.554,2

Rp
1.376,1
Rp
1.552,1

estimasi pengeluaraan kas

Jenis
pegeluaran
Pembelian
bahan baku
Pembayaran
upah
Biaya
penjualan
Biaa

Kuartal 1
feb
Mar
700
500

Kuaartal
2
1.750

Kuartal 3

Kuartal 4

jan
600

1.700

1.750

250

200

200

800

750

800

200

300

200

680

780

870

350

500

400

1.220

1.670

1.580

Rp
376,2
Rp
376,2

administrasi
Pembayaran pajak
jumlah
1.400
d.

100

150

150

200

1.700

1.400

4.600

5.050

5.200

kas sementara
Jenis

jan
penerimaan
1.001
pengeluaran
1.400
Surplus/defisit (399)

E.

Kuartal 1
feb
Mar
1.390,6
1.552,1
1.700
1.400
(309,4)
152,1

Kuartal
2
5.250,5
4.600
650,5

Kuartal
3
5537,1
5.050
487,1

Kuartal 4
5.554,2
5.200
354,2

Skedul Penerimaan dan Pembayaran Kredit dan Bunga

Uraian
Saldo kas
Terima kredit
Membayar
kredit
Surplus(defisit)
Pembayaran
bunga

Saldo akhir
Kredit
kumulatif

Januari
Rp.100,
00
Rp.360,
00
Rp.Rp.460,
00
Rp.399,
00
Rp.
(7,20)
Rp.53,8
0
Rp.360,
00

Kuartal I
Februari
Maret
Rp.53,60 Rp.60,60
Rp.330,0
Rp.0
Rp.Rp.-

Kuartal II

Kuartal III

Rp.198,9
0
Rp.Rp.-

Rp.835,60
Rp.Rp.
(690,00)

Rp.383,8
0
Rp.309,4
0
Rp.
(13,80)
Rp.60,60

Rp.198,9
0
Rp.650,5
0
Rp.
(13,80)
Rp.835,6
0
Rp.690,0
0

Rp.
Rp.618,90
Rp.445,60
Rp.
487,10
(354,20
Rp.(13,80)
Rp.-

Rp.690,0
0

Rp.60,60
Rp.152,1
0
Rp.
(13,80)
Rp.198,8
0
Rp.690,0
0

Kuartal
IV
Rp.618,90
Rp.Rp.-

Rp.619,80

Rp.973,10

Rp.690,00

Rp.690,00

Pemohanan kredit biasanya dalam mengajukan permihonan, disamping harus


dilampiri laporan keuangan dua tahun mutakhir, juga harus membuat proyeksi

Laporan Posisi Keuangan dan laporan laba rugi minimal untuk satu tahun
berikutnya. Dari proyeksi Laporan Posisi Keuangan dan laporan laba rugi ini
dapat dianalisisdengan teknik yang sama dengan laporan keuangan sebelumnya.
Tetapi disamping itu perlu pula diterapkan metode atau teknik analisis yang lain,
yaitu analisis break even.dengan analisis break even akan tidak mengalami
kerugian. Kalau hal ini sudah diketahui, kita dapat menilai apakah sekiranya
perusahaan permohonan kredit akan mampu mencapai tingkat volume penjualan
tersebut.
Setelah diperoleh gambaran mengenai posisi keuangan baik untuk masa lalu
maupun waktu yang akan datang, langkah selanjutnya adalah mengadakan
penelitian terhadap rencana proyek investasi dilaksanakan. Ada beberapametode
untuk menilai perlu tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan atau metode
untuk memilih berbagai macam usul investasi antara lain:
1. pay back period
2. average return in investment
3. present value
4. discounted cash flow
F.

Perhitungan Kebutuhan Kredit

Agar pemberian kredit oleh bank dapat mencapai sasaran, dalam arti bahwa kredit
dapat membantu pemohon kredit sesuai dengan kebutuhannya. Disamping itu juga
menguntungkan bagi bank dalam arti sesuai dengan tujuan bank yang meliputi
dua fungsi pokok, yaitu profitability( bank memperoleh keuntungan dari kredit
tersebut). Dan safety (kredit yang diberikan benar-benar terjamin), maka harus
dihitung jumlah kebutuhan kredit tersebut dengan cara cermat dan tepat. Cara
penghitungan kebutuhan kredit ini tergantung pada jenis kredit yang akan
diberikan. Kalau kredit ini tergantung pada jenis kredit yang akan diberikan.
Kalau kredit ini berupa kredit jangka pendek maka kebutuhan kredit itu dapat
diketahui dari bujet kas seperti yang telah dibicarakan sebelumnya; atau dengan

menggunakan metode perputaran modal kerja(gross working capital turn over)


dengan cara sebagai berikut.
(1) pada tingkat penjualan sekarang:
Penjualan bersih
Perputaran modal kerja

Rp.....................

(2)untuk tambahan penjualan yang direncanakan:


Tambahan penjualan
Perputaran modal kerja

Rp +

(3)modal kerja yang dibutuhkan

Rp

(4)modal kerja yang dimiliki sekarang

Rp.................... +

(5)jumlah kredit yang dipertimbangkan

Rp.................... +

Apabila jenis kredit yang akan diberikan adalah kredit jangka panjang(misalnya
kredit investasi) maka kebutuhan kredit dapat diketahui dari bujet modal atau dari
rencana penggunaan kredit yang diajukan oleh pemohon kredit

G.

Daftar anggaran kredit

Rencana pembayaran kembali atau pelunasan kredit disusun sesuai dengan cash
budget/ cash flow projection, jenis serta sifat kredit yang diminta serta projected
income statement. Dengan demikian, skedul pembayaran kembali ini hanya
merupakam alattttt untuk lebih mempermudah dalam melihat rencana pelunasan
kredit. Sebagai contoh dimisalkan bahwa perusahaan sari mendapatkan kredit
sebesar Rp.10.000.000,00.- bunga 12% pertahun dihitung dari sisa pinjaman;
pembayaran bunga dilakukan tiap 6 bulan. Grace period 6 bulan; jangka waktu
pinjaman 5 tahun. Jenis kredit investasi (sifat kredit investasi adalah aflopend
plafond artinya kredit investasi harus dilunasi secar berangsur-angsur sesuai
skedul pelunasan yang telah ditetapkan). Berdasarkan data tersebut dapat disusun
daftar angsuran kredit sebagai berikut.
Daftar anggaran kredit
Tahun
Jumlah
bayaran

Bunga

Pembayaran
angsuran

Plafond

Sisa
pinjaman

1.1
II
Akhir
tahun 1
Akhir
tahun 2.1
Akhir
tahun 2
Akhir
tahun 3.1
Akhir
tahun 3
Akhir
tahun 4.1
Akhir
tahun 4
Akhir
tahun 5.1
Akhir
tahun 5
Jumlah
H.

600.000
1.600.000
2.200.000

600.000
600.000
1.200.000

pinjaman
1.000.00
1.000.000

10.000.000
10.000.000
9.000.000

10.000.000
9.000.000
9.000.000

1.540.000
1.480.000
3.020.000

540.000
480.000
1.020.000

1.000.000
1.000.000
2.000.000

9.000.000
8.000.000
7.000.000

8.000.000
7.000.000
7.000.000

1.420.000
1.360.000
2.780.000

420.000

1.000.000

7.000.000

6.000.000

780.000

2.000.000

5.000.000

5.000.000

1.300.000
1.240.000
2.540.000

300.000
240.000
540.000

1.000.000
1.000.000
2.000.000

5.000.000
4.000.000
3.000.000

4.000.000
3.000.000
3.000.000

1.680.000
1.590.000
3.270.000

180.000
90.000
270.000

1.500.000
1.500.000
3.000.000

1.500.000
1.500.000
0

13.810.000

3.810.000

10.000.000

Daftar Anggaran Kredit

Dari penilaian terhadap aspek finansial kiranya sudah mencakup tujuan daripada
penilaian terhadap pertimbangan pemberian kredit, yaitu kita mengetahui sampai
dimana kemampuan perusahaan pemohon kredit yang akan datang.;
1.

melaksanakan operasinya pada masa yang akan datang

2.

menyediakan kebutuhan modal kerja

3.

memenuhi kewajiabn finansialnya

4.

menciptakan atau memperoleh laba

Seberapa jauh luas analisis atau penilaian aspek keuangan ini akan tergantung
kepada besar kecilnya risiko yang harus dihadapi oleh bank. Kalau risiko
sedemikian besarnya maka pihak bank dapat mengadakan penilaian lebih luas dan
teliti, misalnya dengan menilai/mensyaratkan adanya capital bidgeting projected
manufacturing cost statement bahkan kalau perlunsampai pada penilaian teknis,
misalnya proses teknologinya

Anda mungkin juga menyukai