Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks dan heterogen.
Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk
perencanaan dan pengendalian manajemen lebih bervariasi. Demikian juga
stakeholder sektor public yang membutuhkan informasi yang lebih bervariasi
dan relevan untuk pengambilan keputusan. Tugas dan tanggung jawab akuntan
sektor publik adalah menyediakan informasi baik untuk memenuhi kebutuhan internal
maupun eksternal organisasi.
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang
menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Bentuk laporan keuangan sektor publik
berbeda dengan sektor swasta. Laporan keuangan sektor publik merupakan
representasi posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas sektor publik. Akuntansi sektor publik memiliki peran penting untuk
menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas
publik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Laporan Keuangan?
2. Apa saja Tujuan dan Fungsi Laporan Keuangan Sektor Publik?
3. Siapa saja Para Pemakai Laporan Keuangan Organisasi Sektor Publik?
4. Apa saja Perbedaaan antara Laporan Sektor Publik dan Swasta?
5. Apa saja Dampak Laporan Keuangan yang Buruk?
6. Apa saja Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan?

1
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Laporan Keuangan.
2. Untuk mengetahui apa saja Tujuan dan Fungsi Laporan Keuangan Sektor
Publik.
3. Untuk mengetahui siapa saja Para Pemakai Laporan Keuangan Organisasi
Sektor Publik.
4. Untuk mengetahui apa saja Perbedaaan antara Laporan Sektor Publik dan
Swasta.
5. Untuk mengetahui apa saja Dampak Laporan Keuangan yang Buruk.
6. Untuk mengetahui apa saja Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan.

2
BAB I I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Laporan Keuangan


Laporan keuangan sektor publik merupakan posisi keuangan penting yang berasal
dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh organisasi sektor publik. Laporan
keuangan ini untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik. Tuntutan yang besar
terhadap akuntabilitas publik ini digunakan untuk memberikan informasi tentang
keuangan dari suatu entitas yang berguna bagi sejumlah besar pemakai dalam
membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang
dibutuhkan oleh suatu entitas dalam aktivitasnya untuk mencapai tujuan.
Organisasi sektor publik dituntut untuk membuat laporan keuangan eksternal
yang meliputi:
1. Laporan realisasi anggaran.
2. Neraca.
3. Laporan arus kas.
4. Catatan atas laporan keuangan.

B. Tujuan dan Fungsi Laporan Keuangan Sektor Publik


Secara umum, tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik adalah:
1. Kepatuhan dan pengelolaan
Laporan keuangan dapat memberikan jaminan bagi pengguna laporan
keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah
dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang telah
ditetapkan.
2. Akuntabilitas dan pelaporan Retrospektif
Laporan keungan digunakan sebagai bentuk pertanggung-jawaban
kepada publik.

3
3. Perencanaan dan Informasi Otorisasi
Laporan keuangan memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas
di masa yang akan datang dan memberikan informasi-informasi pendukung
mengenai otorisasi penggunaan dana.
4. Kelangsungan organisasi
Laporan keuangan digunakan untuk membantu pembaca dalam
menentukan bahwa unit kerja dapat meneruskan dalam menyediakan barang dan
jasa (pelayanan) di masa yang akan datang.
5. Hubungan masyarakat
Laporan keuangan dapat memberi kesempatan kepada organisasi untuk
mengajukan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai kepada pemakai yang
dipengaruhi,karyawan, dan masyarakat.Juga berfungsi sebagai alat komunikasi
dengan publik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
6. Sumber fakta dan gambaran (source of facts and figures) :
Laporan keuangan dapat memberikan informasi berbagai kelompok yang
ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.
Tujuan dan fungsi laporan keuangan organisasi pemerintah adalah:
1) Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan
yang menyangkut ekonomi,sosial,dan politik serta sebagai bukti
pertanggungjawaban dan pengelolaan organisasi pemerintahan.
2) Untuk memberi informasi yang akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dan organisasional.

C. Para Pemakai Laporan Keuangan Organisasi Sektor Publik


Terdapat 10 kelompok pemakai laporan keuangan,antara lain:
1. Wajib pajak
2. Donatur atau pemberi dana
3. Investor
4. Pemakai jasa organisasi sektor publik
5. Karyawan/pegawai

4
6. Suplier atau pemasok
7. Dewan legislatif
8. Manajemen
9. Pemilih
10. Badan pengawas
11. Lembaga pemerintah
12. Pemberi pinjaman
13. Pemberi sumber daya
14. Badan pengawas keuangan
15. Konstituen.

D. Perbedaan Laporan Keuangan Sektor Publik dan Swasta


Berikut ini perbedaan laporan keuangan yang menyangkut perbedaan
fokus,pertanggungjawaban, aturan yang digunakan, pihak pemeriksa, dan dasar
pencatatan yang dipakai antara organisasi sektor publik dan swasta sebagai berikut:
Laporan Departemen Pemerintah Laporan Keuangan Sektor Swasta
Fokus finansial dan politik, kinerjanya Fokus finansial, kinerjanya dinilai
dinilai dari aspek finansial dan non dengan aspek finansial saja.
finansial.
Pertanggungjawaban laporan keuangan Pertanggungjawaban kepada pemegang
pemerintah ditujukan kepada departemen saham dan kreditur.
dan masyarakat luas.
Berfokus pada bagian organisasi melihat Berfokus pada organisasi secara
ke masa depan secara detail. keseluruhan tidak dapat melihat masa
depan secara detail.
Aturan pelaporan ditentukan oleh Aturan pelaporan ditentukan oleh
departemen keuangan. undang-undang standar akuntansi pasar
modal, dan praktikum akuntansi.
Laporan diperiksa oleh BPK. Laporan keuangan diperiksa oleh auditor
independen.

5
Dasar pencatatan cash accounting Dasar pencatatan accrual auditing.

E. Dampak Buruk Laporan Keuangan yang Buruk


Dampak jika laporan keuangan organisasi sektor publik buruk maka akan
menyebabkan:
1. Kepercayaan masyarakat kepada pengelola dana publik (pemerintah) akan
menurun.
2. Penanam modal atau investor tidak berani menanamkan modalnya lagi.
3. Para donatur atau penyumbang dana akan mengurangi atau menghentikan
bantuannya.
4. Mempengaruhi pengambilan keputusan.
5. Laporan keuangan tidak dapat untuk mengukur kinerja.
6. Laporan keuangan tidak dapat diaudit.

F. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan


Menurut PP No 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,baik
pemerintahan pusat maupun daerah harus menyusun laporan keuangan. Bentuk-
bentuk laporan keuangan khususnya laporan keuangan pemeritahan itu adalah sebagai
berikut:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Dalam laporan realisasi anggaran terdiri dari kolom anggaran dan realisasi
kemudian presentasi pencapaian ((realisasi: anggaran)x100%).
2. Neraca
Neraca menunjukkan kekayaan atau posisi keuangan organisasi sektor publik
yang terdiri dari aktiva, kewajiban,modal yang berasal dari dana pada periode
tertentu.

3. Laporan Arus Kas

6
Laporan arus kas bermanfaat untuk berbagai kepentingan. Informasiarus masuk
dan keluar dalam laporan arus kas berguna untuk melihat transaksi kas di masa
lalu dan memprediksi arus kas di masa yang akan datang. Dalam paragraf 5 ,6
dan 7. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 03
mengungkapkan bahwa Laporan arus kas berguna:
a. Sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang,serta berguna
untuk menilai kecermatan atas tak-siran arus kas yang telah dibuat
sebelumnya.
b. Sebagai alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar
selama periode pelaporan.
c. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan
dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas
pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan
solvabilitas).

4. Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan bertujuan untuk menginformasikan
pengungkapan yang diperlukan atas laporan keuangan. Sistematika penyusunan
Catatan atas Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
a) Informasi Umum
Informasi umum memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Prosedur penyusunan laporan keuangan.
b) Sumber dana beserta jumlah yang dikelola oleh entitas yang
bersangkutan.
c) Jumlah entitas akuntansi yang secara struktual berada di bawahnya 22
(termasuk BLU)
d) Penjelasan atas kinerja keuangan entitas yang bersangkutan.
e) Penjelasan atas posisi keuangan entitas yang bersangkutan.
f) Penjelasan singkat atas perusahaan negara/ daerah (untuk laporan
keuangan pemerintah pusat/daerah).

7
Informasi laporan keuangan yang dihasilkan, termasuk perbandingannnya, dapat
disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.

b) Kebijakan Akuntansi
Kebijakan Akuntansi:
a) Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.
b) Asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.
c) Pengakuan dan pengukuran atas pos-pos Neraca dan Laporan Realisasi
Anggaran.

c) Penjelasan Pos-pos Neraca, Laporan Realisasi dan Laporan Arus Kas


1. Laporan Realisasi Anggaran
a. Pendapatan
 Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas
selisih lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran pendapatan.
 Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas
selisih antara pendapatan periode ini dengan pendapatan periode yang
lalu.
 Penjelasan atas masing-masing jenis pendapatan.
b. Belanja
 Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas
selisih lebih/ kurang antara realisasi dengan anggaran belanja.
 Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan presentase)selisih
antara belanja periode ini dengan belanja per yang lalu.
 Penjelasan atas masing-masing jenis belanja.

c. Transfer

8
 penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas
selisih lebih/ kurang antara realisasi dengan anggaran transfer.
 Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas
selisih antara transfer periode ini dengan transfer periode yang lalu.
 Penjelasan atas masing-masing jenis transfer.
d. Pembiayaan
 Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas
selisih lebih/ kurang antara realisasi dengan anggaran pembiayaan.
 Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas
selisih antara pembiayaan periode ini dengan pembiayaan periode
yang lalu.
 Penjelasan atas masing-masing jenis pembiayaan.

2. Neraca
Pengungkapan akun-akuan neraca:
a. Aset Lancar
Menjelaskan akun-akun yang terdapat pada pos aset lancar,seperti Kas
di Bendahara Pengeluaran, Kas di Bendahara Penerimaan, Investasi
Janga Pendek,Piutang,dan Persediaan.
b. Investasi Jangka Panjang
Menjelaskan akun-akun yang terdapat pada pos Investasi Jangka
Panjang,seperti Penyertaan Modal Pemerintah,Investasi dalam
Obligasi,dan Pinjaman kepada Perusahaan Daerah.
c. Aset Tetap
Untuk Seluruh akun yang ada dalam kelompok aset tetap,diungkapkan
dasar pembukuannya. Diuangkapkan pula (apabila ada) perbedaan
pencatatan perolehan aset tetap yang terjadi antara unit keuangan
dengan unit yang mengelola/ mencatat aset tetap. Daftar aset juga
disertakan sebagai lampiran laporan keuangan.
d. Dana Cadangan

9
Menjelaskan dana cadangan yang ada di Pemda, seperti Perda
pembentukannya, tujuan, jumlah, bentuk penanaman dana cadangan
dan rencana penggunaanya.
e. Aset Lainnya
Menjelaskan akun-akun yang terdapat pada pos Investasi Jangka
Panjang,seperti Penyertaan Modal Pemerintah,Investasi dalam
Obligasi,dan Pinjaman kepada Perusahaan Daerah.
f. Kewajiban Jangka Pendek
Menjelasakan akun-akun yang terdapat pada Kewajiban Jangka
Pendek,seperti Utang PPK, Utang biaya kepada pihak lain, Bagian
Lancar Utang Jangka Panjang dan Utang Bunga.
g. Kewajiban Jangka Panjang
Menjelaskan akun-akun yang terdapat pada pos Kewajiban Jangka
Panjang,seperti Utang kepada Pemerintah Pusat dan Utang kepada
Bank.
h. Ekuitas Dana Lancar
Menjelaskan akun-akun yang terdapat pada pos Ekuitas Dana Lancar,
seperti SiLPA, Cadangan Piutang dan Cadangan Persediaan.
i. Ekuitas Dana Investasi
Menjelaskan akun-akuan yang terdapat pada pos Ekuitas Dana
Investasi,seperti Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang dan
Diinvestasikan dalam Aset Tetap.

3. Laporan Arus Kas


a. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Menjelaskan arus masuk kas dan arus keluar kas dari aktivitas
operasi,seperti Pendapatan Pajak dan Belanja Pegawai.

b. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan

10
Menjelaskan arus masuk kas dan arus keluar kas dari aktivitas
investasi aset non keuangan,seperti Pendapatan Penjualan Aset Tetap
dan Belanja Modal untuk Perolehan aset tetap.
c. Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
Menjelaskan arus masuk kas dan arus keluar kas dari aktivitas
pembiayaan, seperti Penyertaan Modal Pemda pada BUMD,
Penerimaan Pinjaman dan Pembayaran Pokok Pinjaman.
d. Arus Kas dari Aktivitas Non Anggaran
Menjelaskan arus masuk kas dan arus keluar kas dari aktivitas non
anggaran,seperti Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga dan
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga.

d) Pengungkapan Lain
Berisi hal-hal yang mempengaruhi laporan keuangan,antara lain:
a. Kontinjensi
Kontinjensi merupakan suatu kondisi atau situasi yang belum memiliki
kepastian pada tanggal neraca.Misalnya,jika ada tuntutan hukum yang
substansial dan hasil akhirnya bisa diperkirakan.Kontinjensi ini harus
diungkapkan dalam catatan atas neraca.
b. Komitme
Komitmen merupakan bentuk perjanjian dengan pihak ketiga yang harus
diuangkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
c. Kejadian penting setelah tanggal neraca (subsequent event) yang
berpengaruh secara signifikan terhadap akun-akun yang disajikan dalam
neraca atau komponen laporan keuangan lainnya.

e) Informasi Tambahan Bila Diperlukan

Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat

11
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
PEMERINTAH PUSAT
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER
20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
N Anggaran Realisasi Realisasi
URAIAN %
O 20X1 20X1 20X0
1. PENDAPATAN
2. PENDAPATAN PERPAJAKAN
3. Pendapatan Pajak Penghasilan XXX XXX XX XXX
4. Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang
XXX XXX XX XXX
Mewah
5. Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan XXX XXX XX XXX
6. Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan XXX XXX XX XXX
7. Pendapatan Cukai XXX XXX XX XXX
8. Pendapatan Bea Masuk XXX XXX XX XXX
9. Pendapatan Pajak Ekspor XXX XXX XX XXX
10. Pendapatan Pajak Lainnya
XXX XXX XX XXX

11. Jumlah Pendapatan Perpajakan (3 s/d 10)


XXX XXX XX XXX

12. PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK


13. Pendapatan Sumber Daya Alam XXX XXX XX XXX
14. Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba XXX XXX XX XXX
15. Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya XXX XXX XX XXX

16. Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (14 s/d 15) XXX XXX XX XXX

17. PENDAPATAN HIBAH


18. Pendapatan Hibah XXX XXX XX XXX
19. Jumlah Pendapatan Hibah (19 s/d 19) XXX XXX XX XXX

20. JUMLAH PENDAPATAN (11 +16 +19) XXX XXX XX XXX

N URAIAN Anggaran Realisasi % Realisasi

12
O 20X1 20X1 20X0
21. BELANJA
22. BELANJA OPERASI
23. Belanja Pegawai XXX XXX XX XXX
24. Belanja Barang XXX XXX XX XXX
25. Bunga XXX XXX XX XXX
26. Subsidi XXX XXX XX XXX
27. Hibah XXX XXX XX XXX
28. Bantuan Sosial XXX XXX XX XXX
29. Belanja Lain-lain XXX XXX XX XXX

30. Jumlah Belanja Operasi (23 s/d 29) XXX XXX XX XXX

31. BELANJA MODAL


32. Belanja Tanah XXX XXX XX XXX
33. Belanja Peralatan dan Mesin XXX XXX XX XXX
34. Belanja Gedung dan Bangunan XXX XXX XX XXX
35. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX XX XXX
36. Belanja Set Tetap Lainnya XXX XXX XX XXX
37. Belanja Aset Lainnya XXX XXX XX XXX
38. Jumlah Belanja Modal (32 s/d 38) XXX XXX XX XXX

39. JUMLAH BELANJA (30 +38) XXX XXX XX XXX

40. TRANSFER
41. DANA PERIMBANGAN XXX XXX XX XXX
42. Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX XX XXX
43. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX XX XXX
44. Dana Alokasi Umu XXX XXX XX XXX
45. Dana Alokasi Khusus XXX XXX XX XXX
46. Jumlah Dara Pembangan (42 s/d 45) XXX XXX XX XXX

47. TRANSFER LAINNYA (disesuaikan dengan program


yang ada
48. Dana Otonomi Khusus XXX XXX XX XXX
49. Dana Penyesalan XXX XXX XX XXX
50. Jumlah Transfer Lainnya ?(48 s/d 49) XXX XXX XX XXX

13
N Anggaran Realisasi Realisasi
URAIAN %
O 20X1 20X1 20X0
51. JUMLAH TRANSFER (46+50) XXX XXX XX XXX

52. JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (39->51) XXX XXX XX XXX

53. SURPLUS/DEFISIT (20-52) XXX XXX XX XXX

54. PEMBIAYAAN
55. PENERIMAAN
56. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
57. Penggnuaan SILPA XXX XXX XX XXX
58. Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri Sektor Perbankan XXX XXX XX XXX
59. Penerimaan Pinajaman Dalam Negeri Obligasi XXX XXX XX XXX
60. Penerimaan Pinajaman Dalam Negeri Lainnya XXX XXX XX XXX
61. Penerimaan dari Divestasi XXX XXX XX XXX
62. Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX XX XXX
63. Penerimaan Kemball Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX XX XXX
64. Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (57 s/d 63) XXX XXX XX XXX

65. PENERIMAAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI


66. Penerimaan Pinjaman Luar Negeri Penerimaan XXX XXX XX XXX
67. Kembali Penerimaan Lembaga Internasional XXX XXX XX XXX
68. Jumlah Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri (66 s/d 68) XXX XXX XX XXX
69. JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN (64+68) XXX XXX XX XXX

70. PENGELUARAN
71. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
72. Pembiayaan Pokok Pinjaman Dalam Negeri Sektor XXX XXX XX XXX
Perbankan
73. Pembiayaan Pokok Pinjaman Dalam Negeri Obligasi XXX XXX XX XXX
74. Pembiayaan Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lainnya XXX XXX XX XXX
75. Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) XXX XXX XX XXX
76. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX XX XXX
77. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX XX XXX
78. Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (72 s/d 77) XXX XXX XX XXX

14
N Anggaran Realisasi Realisasi
URAIAN %
O 20X1 20X1 20X0
79. PENGELUARAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI
80. Pembiayaan Pokok Pinjaman Luar Negeri XXX XXX XX XXX
81. Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional XXX XXX XX XXX
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri (80 s/d 81) XXX XXX XX XXX
82.

JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN (78 +82) XXX XXX XX XXX


83.

PEMBIAYAAN NETO (69-83) XXX XXX XX XXX


84.

85. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (53 +84) XXX XXX XX XXX

15
Contoh Format Neraca Pemerintah Pusat (Cash Toward Accrual)

NERACA
PEMERINTAH PUSAT
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

(Dalam Rupiah)
N
URAIAN 20X1 20X0
O
1. ASET
2. ASET LANCAR
3. Kas di Bank Indonesia XXX XXX
4. Kasi di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara XXX XXX
5. Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX
6. Kas di Bendahara Penerimaan XXX XXX
7. Investasi Jangka Pendek XXX XXX
8. Piutang Pajak XXX XXX
9. Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak XXX XXX
10. Bagian Laricar Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
11. Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
12. Bagian Lancar Pinjaman kepada Lembaga Internasional XXX XXX
13. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran XXX XXX
14. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi XXX XXX
15. Piutang Lainnya XXX XXX
16. Persediaan XXX XXX
17. Jumlah Aset Lancar (3 s/d 16) XXX XXX

18. INVESTASI JANGKA PANJANG XXX XXX


19. Investasi Nonpermanen XXX XXX
20. Pinjaman Jangka Panjang XXX XXX
21. Dana Bergulir XXX XXX
22. Investasi dalam Obligasi XXX XXX

16
23. Investasi dalam Proyek Pembangunan XXX XXX
24. Investasi Nonpermanen Lainnya XXX XXX
25. Jumlah Investasi Nonpermanen (20 s/d 24) XXX XXX

N
URAIAN 20X1 20X0
O
26. Investasi Permanen XXX XXX
27. Penyertaan Modal Pemerintah XXX XXX
28. Investasi Permanen Lainnya XXX XXX
29. Jumlah Investasi Permanen (27 s/d 29) XXX XXX
30. Jumlah Investasi Jangka Panjang (27+31) XXX XXX

31. ASET TETAP


32. Tanah XXX XXX
33. Peralatan dan Mesin XXX XXX
34. Gedung dan Bangunan XXX XXX
35. Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
36. Aset Tetap Lainnya XXX XXX
37. Konstruksi dalam Pengerjaan XXX XXX
38. Akumulasi Penyusutan XXX XXX
39. Jumlah Aset Tetap (32 s/d 38) XXX XXX

40. ASET LAINNYA


41. Tagihan Penjualan Angsuran XXX XXX
42. Tuntutan Ganti Rugi XXX XXX
43. Kemitraan dengan Pihak Ketiga XXX XXX
44. Aset Tak Berwujud XXX XXX
45. Aset Lain-lain XXX XXX
46. Jumlah Aset Lainnya (41 s/d 45) XXX XXX

47. JUMLAH ASET (17 +30 +39+49) XXX XXX

48. KEWAJIBAN
49. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
50. Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) XXX XXX
51. Utang Bunga Bagian Lancar Utang Jangka Panjang XXX XXX
52. Utang Jangka Pendek Lainnya XXX XXX

17
53. Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (50 s/d 52) XXX XXX

54. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG


55. Utang Luar Negeri XXX XXX
56. Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan XXX XXX
N
URAIAN 20X1 20X0
O
57. Utang Dalam Negeri Obligasi XXX XXX
58. Utang Jangka Panjang Lainnya XXX XXX
59. Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (55 s/d 68) XXX XXX

60. JUMLAH KEWAJIBAN (53 +59) XXX XXX

61. EKUITAS DANA


62. EKUITAS DANA LANCAR
63. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) XXX XXX
64. Pendapatan yang Ditangguhkan XXX XXX
65. Cadangan Piutang XXX XXX
66. Cadangan Persediaan XXX XXX
67. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek (XXX) (XXX)
68. Jumlah Ekuitas Dana Lancar (63 s/d 67) XXX XXX

69. EKUITAS DANA INVESTASI


70. Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang XXX XXX
71. Diinvestasikan dalam Aset Tetap XXX XXX
72. Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXX XXX
73. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang (XXX) (XXX)
74. Jumlah Ekuitas Dana Investasi (70 s/d 73) XXX XXX

75. JUMLAH EKUITAS DANA (68 +74) XXX XXX

76. JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (60 +75) XXX XXX

18
Contoh Format Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat

LAPORAN ARUS KAS


PEMERINTAH PUSAT
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR DENGAN 31 DESEMBER
20X1 DAN 20X0
METODE LANGSUNG
(Dalam Rupiah)
N
URAIAN 20X1 20X0
O
1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2. Arus Masuk Kas
3. Pendapatan Pajak Penghasilan XXX XXX
4. Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah XXX XXX
5. Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan XXX XXX
6. Pendapatan Pajak Penghasilan XXX XXX
7. Pendapatan Pajak Lainnya XXX XXX
8. Pendapatan Bea Masuk XXX XXX
9. Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan XXX XXX
10. Pendapatan Cukai XXX XXX
11. Pendapatan Sumber Daya Alam XXX XXX
12. Pendapatan Pendidikan XXX XXX
13. Pendapatan Penjualan, Sewa dan Jasa XXX XXX
14. Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan XXX XXX
15. Pendapatan Investasi XXX XXX
16. Pendapatan Lain-lain XXX XXX
17. Pendapatan Hibah XXX XXX
18. Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 17) XXX XXX

19. Arus Keluar Kas

19
20. Belanja Pegawai 21 XXX XXX
21. Belanja Barang dan Jasa XXX XXX
22. Bunga XXX XXX
23. Subsidi Bantuan XXX XXX
24. Sosial XXX XXX
25. Hibah XXX XXX
N
URAIAN 20X1 20X0
O
26. Dana Bagi Hasil XXX XXX
27. Dana Alokasi Umum XXX XXX
28. Dana Alokasi Khusus XXX XXX
29. Dana Otonom Khusus XXX XXX
30. Jumlah Arus Keluar Kas (20 s/d 29) XXX XXX
31. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (18-30) XXX XXX

32. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan


33. Arus Masuk Kas XXX XXX
34. Pendapatan Penjualan atas Tanah XXX XXX
35. Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin XXX XXX
36. Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan XXX XXX
37. Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
38. Pendapatan Penjualan Aset Tetap Lainnya XXX XXX
39. Pendapatan Penjualan Aset Lainnya XXX XXX
40. Jumlah Arus Masuk Kas (35 s/d 39) XXX XXX

41. Arus Keluar Kas


42. Belanja Tanah XXX XXX
43. Belanja Peralatan dan Mesin XXX XXX
44. Belanja Gedung dan Bangunan XXX XXX
45. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
46. Belanja Aset Tetap Lainnya XXX XXX
47. Belanja Aset Lainnya XXX XXX
48. Jumlah Arus Keluar Kas (43 s/d 47) XXX XXX

49. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan (40-48) XXX XXX

50. Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan

20
51. Arus Masuk Kas
52. Penerimaan Pinjaman Sektor Perbankan XXX XXX
53. Penerimaan Privatisasi Perusahaan Negara XXX XXX
54. Penerimaan Penjualan Surat Utang Negara/ Obligasi XXX XXX
55. Penerimaan Pinjaman Luar Negeri XXX XXX
56. Jumlah Arus Masuk Kas (35 s/d 56) XXX XXX

N
URAIAN 20X1 20X0
O
57. Arus Keluar Kas
58. Pengeluaran Penyertaan Sektor Perbankan XXX XXX
59. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
60. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
61. Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional XXX XXX
62. Pelunasan Surat Utang Negara/Obligasi XXX XXX
63. Pembayaran Pokok Utang Lainnya XXX XXX
64. Jumlah Arus Keluar Kas (59 s/d 63) XXX XXX

65. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pebiayaan (58-64) XXX XXX

66. Arus Kas dari Aktivitas Non Anggaran


67. Arus Masuk Kas
68. Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga (PPK) XXX XXX
69. Jumlah Arus Masuk Kas (68) XXX XXX
70. Arus Keluar Kas
71. Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga (PPK) XXX XXX
72. Jumlah Arus Keluar Kas (71) XXX XXX
73. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran (69-72) XXX XXX
74. Kenaikan/Penurunan Kas (31+49+65+73) XXX XXX
75. Saldo Awal Kas di BUN XXX XXX
76. Saldo Akhir Kas di BUN XXX XXX
77. Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX
78. Saldo Kas di Bendahara Penerimaan XXX XXX
79. Saldo Akhir Kas (76+77+78) XXX XXX

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang
menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan sektor publik merupakan
representasi posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas sektor publik.
Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan sektor publik merupakan
posisi keuangan penting yang berasal dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh
organisasi sektor publik. Tuntutan yang besar terhadap akuntabilitas publik ini
digunakan untuk memberikan informasi tentang keuangan dari suatu entitas yang
berguna bagi sejumlah besar pemakai dalam membuat dan mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu entitas dalam aktivitasnya
untuk mencapai tujuan.
Tujuan dan fungsi laporan keuangan organisasi pemerintah adalah untuk
memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan yang
menyangkut ekonomi,sosial,dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban dan
pengelolaan organisasi pemerintahan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Sujarweni,V.Wiratna. 2015.Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta :Baru Press.


Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Moh.Mahsum,Firma Susistiyowati, Herbertus Andre Purwanugraha. 2013. Akuntansi
Sector Publio. BPFE Yogyakarta

23

Anda mungkin juga menyukai