Anda di halaman 1dari 39

Kisi-Kisi UAS ASP

1. Pengertian akun di laporan keuangan sektor publik


2. Transaksi dan jurnal di akuntansi sektor publik
3. Pengertian metode penilaian dan penjelasan terkait inti dari akuntansi sektor publik

Pertemuan 12 “Laporan keuangan sektor publik, Laporan kuangan daerah, Laporan keuangan negara, Laporan keuangan
rumah sakit”
Laporan Keuangan Sektor Publik
• Tuntutan yang besar terhadap akuntabilitas publik berimplikasi pada manajemen publik untuk memberi informasi
kepada publik, salah satunya adalah informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan.
• Informasi akuntansi berfungsi memberikan dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan.
• Laporan keuangan digunakan oleh pihak internal dan eksternal (laporan keuangan formal, seperti surplus/ defisit,
laporan realisasi anggaran, laporan rugi/ laba, laporan aliran kas, neraca, serta laporan kinerja) organisasi
• Akuntansi secara normatif memiliki 3 aspek:
1. Sifat informasi yang diberikan
2. Kepada siapa informasi tersebut diberikan
3. Tujuan informasi tersebut diberikan
Tujuan dan Fungsi Laporan Keuangan Sektor Publik
1. Kepatuhan dan pengelolaan
Bahwa laporan keuangan memberikan jaminan bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai ketentuan
hukum dan peraturan lain yang telah ditetapkan.
2. Akuntabilitas dan pelaporan retrospektif
Pelaporan retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan jumlah unsur-
unsur laporan keuangan seolah-olah kesalahan periode sebelumnya tidak pernah terjadi.
Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kinerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk
mengamati trend antar kurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah ditetapkan, dan membandingkan dengan
kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada.
3. Perencanaan dan informasi otorisasi
memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas di masa yang akan datang
4. Kelangsungan organisasi
5. membantu pembaca dalam menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan
barang dan jasa (pelayanan) di masa yang akan datang
6. Hubungan masyarakat
sebagai alat komunikasi dengan publik, mengemukakan pernyataan atas prestasi yang dicapai
7. Sumber fakta dan gambaran
memberikan informasi kepada berbagai kelompok kepentingan
Bagi pemerintahan, tujuan umum akuntansi dan laporan keuangan adalah:
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta sebagai
bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan.
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional.

Pemerintah berkewajiban memberikan informasi keuangan yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan, informasi
yang digunakan untuk:
1. Membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang dianggarkan
2. Menilai kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi
3. Membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan masalah
keuangan
4. Membantu dalam mengevaluasi efisiensi dan efektivitas
Secara rinci tujuan akuntansi dan laporan keuangan pemerintah:
1. Untuk menentukan dan memprediksi aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka pendek
unit pemerintah.
2. Untuk menentukan dan memprediksi kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang
terjadi.
3. Untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan
ketentuan lain yang disyaratkan.
4. Untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk memprediksi pengaruh akuisisi dan alokasi sumber daya terhadap
pencapaian tujuan operasional
5. Untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional:
a. Untuk menentukan biaya program, fungsi, dan aktivitas, lalu dibandingkan dengan kinerja periode sebelumnya dan
dengan kinerja unit lain
b. Mengevaluasi tingkat ekonomi dan efisiensi operasi, program, aktivitas, dan fungsi tertentu di unit pemerintah
c. Mengavaluasi hasil suatu program, aktivitas, dan fungsi serta efektivitas terhadap pencapaian tujuan dan target
d. Mengevaluasi tingkat pemerataan dan keadilan
Tujuan Laporan Keuangan menurut SFAC No. 4
SFAC No. 4 mengenai tujuan laporan keuangan untuk organisasi nonbisnis/ nirlaba, tujuan berdasarkan poin intinya
adalah:
1. Bermanfaat bagi penyusunan keputusan yang rasional
2. Untuk menilai pelayanan
3. Menilai kinerja manajer organisasi
4. Memberi informasi tentang sumber daya ekonomi, kewajiban dan kekayaan
5. Informasi kinerja selama satu periode
6. Informasi bagaimana memperoleh dan membelanjakan kas
7. Memberi penjelasan dan interpretasi
Pemakai Laporan Keuangan Sektor Publik dan Kepentingannya
Drebin et al (1981), Kelompok pemakai laporan keuangan:
1. Pembayar pajak 6. Pemasok
2. Pemberi dana bantuan 7. Dewan legislatif
3. Investor 8. Manajemen
4. Pengguna jasa 9. Pemilih
5. Karyawan/ pegawai 10. Badan pengawas
Anthony et al (1999), Kelompok pemakai laporan keuangan:
1. Lembaga pemerintah
2. Investor dan kreditur
3. Pemberi sumber daya
4. Badan pengawas
5. konstituen
Hanley et al (1992), Kelompok pemakai laporan keuangan:
1. Anggota terpilih 4. Karyawan/ pegawai
2. Masyarakat sebagai pemilih/ pembayar pajak 5. Pelanggan dan pemasok
3. Pelanggan/ klien
6. Pemerintah 10. Donor dan sponsor
7. Pesaing 11. Investor dan patner bisnis
8. Regulator 12. Kelompok penekan lain
9. Pemberi pinjaman
Kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah dapat diringkas:
1. Masyarakat pengguna pelayanan publik membutuhkan informasi atas biaya, harga, dan kualitas pelayanan yang
diberikan.
2. Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui keberadaan dan penggunaan dana yang telah
diberikan.
3. Kreditur dan investor membutuhkan informasi untuk menghitung tingkat risiko, likuiditas, dan solvabilitas.
4. Parlemen dan kelompok politik memerlukan informasi keuangan untuk melakukan fungsi pengawasan, mencegah
terjadinya laporan yang bias atas kondisi keuangan pemerintah, dan penyelewengan keuangan negara.
5. Manajer publik membutuhkan informasi akuntansi sebagai komponen sistem informasi manajemen untuk membantu
perencanaan dan pengendalian organisasi.
6. Pegawai membutuhkan informasi atas gaji dan manajemen kompensasi.
Hak dan Kebutuhan Pemakai Laporan Keuangan
Pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap pemerintah, yaitu:
1. Hak untuk mengetahui, yaitu:
• Mengetahui kebijakan pemerintah
• Mengetahui keputusan yang diambil pemerintah
• Mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan dan keputusan tertentu
2. Hak untuk diberi informasi yang meliputi hak untuk diberi penjelasan secara terbuka atas permasalahan-permasalahan
tertentu yang menjadi perdebatan publik
3. Hak untuk didengar aspirasinya
Perbedaan Laporan Keuangan Sektor Publik dengan Sektor Swasta

Laporan keuangan pemerintah yang buruk dapat menimbulkan implikasi negatif, antara lain:
1. Menurunkan kepercayaan masyarakat kepada pengelola dana publik
2. Investor akan takut menanamkan modalnya karena laporan keuangan tidak dapat diprediksi yang berakibat
meningkatnya risiko investasi
3. Pemberi donor akan mengurangi atau menghentikan bantuannya
4. Kualitas keputusan menjadi buruk
5. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan kinerja aktual

Pertemuan 13 “Persamaan akuntansi, saldo normal akun, analisis transaksi Akuntansi pendapatan Laporan Realisasi
Anggaran (LRA)”
PERSAMAAN AKUNTANSI
Aset = Kewajiban + Ekuitas
Aset = Kewajiban + Ekuitas + (Pendapatan-Beban)
• Persamaan yang mengakomodir transaksi akrual dan kas dapat dapat dimodifikasi:
Aset + Beban .= . Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan LO .
Belanja + Pengeluaran Pembiayaan Pendapatan LRA + Penerimaan pembiayaan
Akun dan Saldo Normalnya

Analisis Transaksi
1. Surat ketetapan pajak daerah, yaitu pajak hotel diterbitkan sebesar Rp. 10.000.000 yang merupakan pendapatan
SKPD.
Jurnal basis akrual:
Piutang pajak daerah 10.000.000
Pendapatan pajak hotel LO 10.000.000
Catatan: Piutang pajak daerah adalah salah satu bagian dari piutang pendapatan
2. Bendahara penerimaan SKPD menerima pendapatan retribusi terminal sebesar Rp. 2.000.000.
Jurnal basis akrual:
Piutang retribusi 2.000.000
Pendapatan retribusi terminal LO 2.000.000
• Basis Kas: dicatat ketika berkenaan dengan pelaksanaan anggaran, tidak menyebabkan perubahan kas pemerintah,
3. Bendahara penerimaan SKPD menerima kas untuk pembayaran di muka pajak reklame untuk satu tahun ke depan
sebesar Rp. 3.000.000.
Jurnal basis akrual:
Kas bendahara penerimaan 3.000.000
Pendapatan diterima dimuka lainnya 3.000.000
Jurnal basis kas:
Perubahan SAL 3.000.000
Pendapatan pajak reklame LRA 3.000.000
Catatan: SAL (Saldo Anggaran Lebih)
Keterkaitan Antar Laporan Keuangan di Kabupaten

Pendapatan
• Ada dua kategori pendapatan di sektor publik:
1. Pendapatan LRA
Adalah semua penerimaan rekening kas umum pemerintah yang menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerinah. LRA
dicatat hanya apabila pendapatan berbentuk kas. Disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran. Menambah saldo
anggaran lebih. Dicatat dengan basis kas.
2. Pendapatan LO
Adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan
tidak perlu dibayar kembali. Diakui saat transaksi pendapatan terjadi, tanpa memperhatikan saat penerimaan kas.
Disajikan di Laporan Operasional. Dicatat dengan basis akrual
Klasifikasi Pendapatan
- Pendapatan LRA
1. Pendapatan asli daerah
2. Pendapatan transfer
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
- Pendapatan LO
1. Pendapatan asli daerah
2. Pendapatan transfer
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
4. Surplus non operasional
5. Pendapatan luar biasa
Pendapatan Pajak Daerah: Pendapatan retribusi tempat pelelangan, Pendapatan retribusi retribusi terminal, Pendapatan
retribusi tempat khusus parker, Pendapatan retribusi tempat penginapan/ pesanggrahan/ villa
Pendapatan Retribusi Daerah: Pendapatan retribusi pengujian kendaraan bermotor, Pendapatan retribusi persampahan/
kebersihan, Pendapatan retribusi penggantian biaya cetak KTP dan Akta catatan sipil, Pendapatan retribusi pasar
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan: Pendapatan deviden atas penyertaan modal pada
BUMD, Pendapatan deviden atas penyertaan modal pada BUMN, Pendapatan deviden atas penyertaan modal pada
perusahaan swasta
Pendapatan Lain-Lain PAD yang Sah: Pendapatan denda pajak, Pendapatan bunga, Pendapatan denda retribusi,
Pendapatan BLUD
Pendapatan Transfer Dana Perimbangan: Pendapatan bagi hasil pajak, Pendapatan bagi hasil bukan pajak, Pendapatan
dana alokasi umum, Pendapatan dana alokasi khusus
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya: Pendapatan dana otonomi khusus, Pendapatan dana keistimewaan,
Pendapatan dana penyesuaian
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya: Pendapatan bagi hasil pajak daerah, Pendapatan bagi hasil lainnya
daerah, Pendapatan dana otonomi khusus daerah
Pendapatan Bantuan Keuangan: Pendapatan bantuan keuangan dari pemerintah provinsi, Pendapatan bantuan
keuangan dari pemerintah daerah kabupaten, Pendapatan bantuan dari pemerintah daerah kota
Pendapatan Hibah, Darurat, dan Lainnya: Pendapatan hibah dari pemerintah, Pendapatan hibah dai badan/ lembaga/
organisasi swasta dalam negeri, Pendapatan hibah dari kelompok masyarakat/ perorangan, Pendapatan dana darurat
Pendapatan Surplus dan Pos Luar Biasa: Surplus penjualan aset non lancer, Surplus penyelesaian kewajiban jangka
panjang, Surplus dari kegiatan non operasional lainnya, Pendapatan pos luar biasa

PENGAKUAN PENDAPATAN
• Pengakuan pendapatan: proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan
akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan LRA, belanja,
pembiayaan, pendapatan LO, beban, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas pelaporan yang
bersangkutan.
• Basis pencatatan pendapatan LRA adalah kas, diakui apabila salah satu persyaratan berikut terpenuhi:
1. Diterima di rekening kas umum pemerintah
2. Diterima oleh SKPD
3. Diterima entitas lain di luar pemerintah atas nama bendaharawan umum

• Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan
keuangan.
• Pengukuran pendapatan:
1. Pendapatan LRA diukur berdasarkan asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto.
2. Pendapatan LO diukur berdasarkan asas bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto.
3. Pendapatan hibah dalam mata uang asing diukur dan dicatat pada tanggal transaksi menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia.
Transaksi dan Jurnal
• Ada dua kategori jurnal yang dibuat oleh SKPD:
1. Jurnal finansial
Jurnal untuk mencatat pendapatan LO dengan menggunakan basis akrual
2. Jurnal pelaksanaan anggaran
Jurnal untuk mencatat pendapatan LRA dengan menggunakan basis kas
Catatan: Tidak mesti dilakukan kedua jurnal, bisa hanya dilakukan jurnal finansial saja, dilihat berdasarkan transaksi.

Pertemuan 14 “Akuntansi belanja dan beban”


Belanja dan Beban
• Beban adalah aliran kas keluar atau pemakaian lain aset atau timbulnya utang atau kombinasi keduanya dalam satu
periode yang berasal dari pembuatan atau penyerahan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang
merupakan kegiatan utama perusahaan.
• Dalam SAP, Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan
ekuitas yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
• Konsep kunci tentang beban adalah:
1. Kewajiban pemerintah
2. Pengurangan ekuitas
3. Tahun anggaran yang bersangkutan
4. Tidak diperoleh kembali pembayarannya
5. Dicatat dengan basis akrual
6. Disajikan di laporan operasional
Klasifikasi Belanja dan Beban
• Pada dasarnya terdapat 2 jenis utama belanja: Belanja operasional
dan belanja modal.
• Beban diklasifikasikan menjadi 4 bagian: beban operasi, beban
transfer, beban non operasional, dan beban luar biasa.
• Unsur beban operasi lebih banyak daripada unsur belanja operasi
karena ada beban operasi yang bersifat non kas seperti penyusutan
dan amortisasi, penyisihan piutang, dan beban lain-lain.
• Ada beban transfer tetapi tidak ada belanja transfer karena transfer
dikategorikan tersendiri dan bukan bagian dari belanja.
• Belanja modal bukanlah beban dalam laporan keuangan berbasis
akrual, karena dalam akuntansi akrual belanja modal dikategorikan
sebagai aset.
• Tidak ada klasifikasi beban modal dalam laporan operasional.
• Defisit operasional bersifat non kas karena itu tidak ada dalam
laporan realisasi anggaran, contohnya: kerugian dalam pelepasan
aset tetap dan penyelesaian kewajiban jangka panjang.
Klasifikasi Belanja dan Beban Pegawai

Klasifikasi Belanja dan Beban Barang dan Jasa


Klasifikasi Belanja dan Beban Bunga, Subsidi, Hibah, Klasifikasi Belanja Modal
dan Bantuan Sosial

Klasifikasi Beban Penyusutan dan Amortisasi, Klasifikasi Beban Transfer


Penyisihan Piutang, dan Lain-Lain

Klasifikasi Defisit Non Operasional dan Beban Luar Biasa

Pengakuan Belanja dan Beban


• Pengakuan merupakan penentuan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu transaksi.
• Belanja dicatat dengan basis Kas
• Pengakuan Belanja:
1. Pengeluaran kas dari rekening umum, belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas.
2. Pengeluaran kas dari bendaharawan pengeluaran, belanja diakui saat terjadi pertanggungjawaban atas
pengeluaran yang sudah diverifikasi
3. Pengeluaran badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai badan layanan umum.
Pengakuan Belanja dan Beban
• Beban dicatat dengan basis Akrual
• Pengakuan Beban:
1. Timbul kewajiban, saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas
umum daerah.
2. Terjadi konsumsi aset, saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/
konsumsi aset nonkes dalam kegiatan operasional pemerintah.
3. Terjadi penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa, saat penurunan aset sehubungan dengan penggunaan aset
bersangkutan atau dengan berlalunya waktu.
Khusus untuk Pengadaan Barang dan jasa, metode pengakuannya:
1. Pendekatan beban
Pembelian atau pengadaan barang dan jasa dicatat sebagai beban jika pembelian barang dan jasa itu dimaksud untuk
digunakan atau ikonsumsi sesegera mungkin.
2. Pendekatan Aset
Pembelian barang dan jasa dicatat sebagai persediaan jika pembelian barang dan jasa itu dimaksud untuk digunakan
dalam satu periode anggaran atau untuk sifatnya berjaga-jaga.
Transaksi dan Jurnal Belanja dan Beban di SKPD
• Tipikal belanja dan beban, meliputi:
1. Belanja dan beban pegawai 5. Belanja modal
2. Belanja dan beban barang dan jasa 6. Beban penyusutan dan amortisasi
3. Belanja dan beban hibah 7. Beban penyisihan piutang
4. Belanja dan beban bantuan sosial
• Kategori Jurnal yang dibuat:
1. Jurnal finansial
Mencatat beban dengan menggunakan basis akrual
2. Jurnal pelaksanaan anggaran
Mencatat belanja dengan menggunakan basis kas
Transaksi dan Jurnal Belanja dan Beban Pegawai
• Diterbitkan SP2D LS untuk belanja pegawai dengan rincian gaji pokok Rp. 8.000.000, tunjangan keluarga Rp.
500.000, tunjangan jabatan Rp. 400.000.
Jurnal:
Jurnal finansial
Beban gaji dan tunjangan 8.900.000
RK PPKD 8.900.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Belanja Gaji dan Tunjangan 8.900.000
Perubahan SAL 8.900.000
Transaksi dan Jurnal Belanja dan Beban Barang dan Jasa
• Contoh ketika dibeli untuk berjaga-jaga lebih cocok dengan pendekatan aset, untuk segera dikonsumsi lebih cocok
dengan pendekatan beban.
• Bendahara pengeluaran SKPD x membeli alat tulis kantor sebesar Rp. 1.500.000 dengan menggunakan uang
persediaan.
Jurnal:
Jurnal finansial-pendekatan beban
Beban bahan habis pakai 1.500.000
Kas di Bendahara pengeluaran 1.500.000
Jurnal finansial-pendekatan aset
Persediaan bahan habis pakai 1.500.000
Kas di Bendahara pengeluaran 1.500.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Belanja bahan habis pakai 1.500.000
Perubahan SAL 1.500.000
• Ketika persediaan masih dicatat
• Akhir periode masih terdapat persediaan alat tulis kantor sebesar Rp. 300.000.
Jurnal:
Jurnal finansial-pendekatan beban
Persediaan bahan habis pakai 300.000
Beban bahan habis pakai 300.000
Jurnal finansial-pendekatan aset
Beban bahan habis pakai 1.200.000
Persediaan bahan habis pakai 1.200.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak dicatat karena tidak ada perubahan kas pemerintah
Transaksi dan Jurnal Belanja dan Beban Hibah dan Bantuan Sosial
• Bendahara pengeluaran SKPD x membayar hibah sebesar Rp. 1.400.000 kepada kelompok masyarakat dan bantuan
tunai sebesar Rp. 1.600.000 kepada organisasi sosial kemasyarakatan. Tunak dan dibayar melalui mekanisme SP2D
LS.
Jurnal:
Jurnal finansial
Beban Hibah kepada kelompok masyarakat 1.400.000
Beban Bantuan sosial kepada organisasi sosial kemasyarakatan 1.600.000
RK PPKD 3.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Belanja Hibah kepada kelompok masyarakat 1.400.000
Belanja Bantuan sosial kepada organisasi sosial kemasyarakatan 1.600.000
Perubahan SAL 3.000.000

Pertemuan 15 “Akuntansi Pembiayaan”


Pembiayaan
• Esensi pokok Pembiayaan adalah pemanfaatan surplus dan penutupan defisit anggaran.
• Pembiayaan adalah semua transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar
kembali atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran terutama dimaksudkan untuk memanfaatkan surplus
dan menutup defisit anggaran.
• Pembiayaan meliputi:
1. Penerimaan pembiayaan: semua penerimaan kas pada rekening kas umum pemerintah yang perlu dibayar
kembali di masa depan antara lain berasal dari pinjaman, penjualan obligasi, hasil privatisasi perusahaan daerah,
penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga, penjualan investasi permanen, dan pencairan
dana cadangan.
2. Pengeluaran pembiayaan: semua pengeluaran kas dari rekening kas umum pemerintah yang perlu diterima
kembali di masa depan antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah,
pembayaran kembali pokok pinjaman, dan pembentukan dana cadangan
• Selisih antara penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan dinamai pembiayaan neto.
Klasifikasi Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan
• Penerimaan pembiayaan menyebabkan penambahan kas pada kas umum daerah.
• Klasifikasi penerimaan pembiayaan, berasal dari:
1. Penggunaan SILPA (Selisih Lebih Pembiayaan Anggaran) tahun sebelumnya
2. Pencairan dana cadangan
3. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan (dikelola manajemen tersedniri di luar pemerintah)
4. Pinjaman dalam negeri
5. Penerimaan kembali piutang
6. Penerimaan kembali investasi non permanen lainnya (permanen: investasi yang dimiliki secara berkelanjutan, non
permanen: investasi tidak dimiliki secara berkelanjutan)
7. Pinjaman luar negeri
8. Penerimaan utang jangka panjang lainnya.
• Pengeluaran pembiayaan menyebabkan pengeluaran kas dari kas umum daerah.
• Klasifikasi pengeluaran pembiayaan, berasal dari:
1. Pembentukan dana cadangan (dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang relatif besar yang tidak
dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran)
2. Penyertaan modal
3. Pembayaran pokok pinjaman dalam negeri
4. Pemberian pinjaman
5. Pengeluaran investasi non permanen lainnya
6. Pembayaran pokok pinjaman luar negeri
7. Pembayaran utang jangka panjang lainnya
• Investasi jangka panjang permanen meliputi penyertaan modal pemerintah (pada perusahaan negara, perusahaan
daerah, perusahaan swasta.
• Investasi jangka panjang non permanen meliputi:
1. Pinjaman jangka panjang
2. Dana bergulir
3. Investasi dalam obligasi
4. Investasi dalam proyek pembangunan
• Dana bergulir adalah dana yang dialokasikan pemerintah untuk
kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha mikro, kecil,
menengah, dan usaha lainnya.
• Karakteristik dana bergulir:
1. Bagian dari keuangan negara/ daerah
2. Dicantumkan dalam anggaran
3. Dimiliki, dikuasai, dan atau dikelola oleh PA/KPA
4. Disalurkan/ dipinjamkan kepada masyarakat/ kelompok
masyarakat dengan atau tanpa nilai tambah
5. Ditujukan untuk memperkuat modal koperasi, usaha mikro, kecil,
menengah, dan usaha lainnya
6. Dapat ditarik kembali pada suatu saat
Pembiayaan Neto, SILPA, dan SIKPA
• Selisih antara penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan dinamai pembiayaan neto.
• Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam
periode tahun anggaran tertentu.
• SILPA adalah selisih lebih antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan.
• SIKPA adalah selisih kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan.
• SILPA dan SIKPA dimasukkan pada Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih pada akhir periode.
Pengakuan Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan
• Pengakuan adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian/ peristiwa dalam catatan
akuntansi sehingga akan menjadi bagiaen yang melengkapi unsur-unsur dalam laporan keuangan.
• Basis pencatatan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan adalah Basis Kas:
1. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima pada rekening umum pemerintah.
2. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari rekening kas umum pemerintah.
Pengukuran Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan
• Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan
keuangan.
• Pengukuran penerimaan dan pengeluaran pembiayaan:
1. Penerimaan pembiayaan diukur dengan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang
diterima atau akan diterima.
2. Pengeluaran pembiayaan diukur dengan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang
dikeluarkan atau akan dikeluarkan.
3. Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dengan valuta asing dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan kurs
tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi pembiayaan.
Transaksi dan Jurnal Pembiayaan
• Jurnal finansial
Mencatat penerimaan dan pengeluaran menggunakan basis akrual
• Jurnal pelaksanaan anggaran
Mencatat penerimaan dan pengeluaran menggunakan basis kas
Transaksi dan Jurnal Penerimaan Pembiayaan
• Provinsi X memeliki beberapa transaksi penerimaan pembiayaan disajikan berikut ini. Pada masa lalu Provinsi X
membentuk dana cadangan oleh Provinsi X. Sekarang ini Pemda memutuskan mencairkan dana cadangan tersebut.
Jumlah dana cadangan dicairkan adalah sebesar Rp. 80.000.000.
Jurnal:
Jurnal finansial
Kas di Kas Daerah 80.000.000
Dana cadangan 80.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Perubahan SAL 80.000.000
Penerimaan pembiayaan pencairan dana cadangan 80.000.000
• Penerimaan kembali pinjaman.
Pada masa lalu Provinsi X memberikan pinjaman kepada BUMD dan Pemda lain, artinya nanti Provinsi X memiliki
tagihan kepada BUMD dan Pemda lain tersebut berupa piutang jangka panjang. Bagian lancar dari tagihan tersebut
diterima pembayarannya dari BUMD dan Pemda lain. Jumlah penerimaan kembali pinjaman adalah sebesar Rp.
25.000.000 dari BUMD dan Rp 30.000.000 dari Pemda lain
Jurnal:
Jurnal finansial
Kas di Kas Daerah 55.000.000
Bagian lancar tagihan pinjaman kepada BUMD 25.000.000
Bagian lancar tagihan pinjaman kepada Pemda lain 30.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Perubahan SAL 55.000.000
Penerimaan pemb. Penerimaan kembali piutang kepada BUMD 25.000.000
Penerimaan pemb. Penerimaan kembali piutang kepada pemda lain 30.000.000
• Dana bergulir.
Provinsi X memiliki 2 jenis investasi, yaitu investasi pada dana bergulir sebesar Rp. 80.000.000 dan investasi
deposito berjangka Rp. 70.000.000. Dana bergulir ditarik kembali sebesar nilai nominal yang diberikan, yaitu Rp.
80.000.000. Deposito jangka panjang dicairkan dengan nilai nominal Rp. 70.000.000. Pada saat pencairan deposito
juga ada pendapatan bunga bulan terakhir sebesar Rp. 500.000.
Jurnal:
Jurnal finansial
Kas di Kas Daerah 150.500.000
Dana bergulir 80.000.000
Deposito Jangka Panjang 70.000.000
Pendapatan Bunga 500.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Perubahan SAL 150.000.000
Penerimaan pembiayaan pencairan dana bergulir 80.000.000
Penerimaan pembiayaan pencairan deposito jangka panjang 70.000.000
Transaksi dan Jurnal Pengeluaran Pembiayaan
• Dana Cadangan.
Provinsi X Perda dana cadangan untuk 5 tahun untuk pembangunan gedung olah raga di masa depan. Surat keputusan
pemindahbukuan dibuat menunjukkan setoran dana sebesar Rp. 120.000.000.
Jurnal:
Jurnal finansial
Dana cadangan 100.000.000
Kas di kas daerah 100.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Pengeluaran pembiayaan pembentukan dana cadangan 100.000.000
Perubahan SAL 100.000.000
• Tambahan modal
Provinsi X memutuskan memberikan tambahan modal pada BUMD miliknya. Tambahan modal yang diberikan
adalah sebesar Rp. 240.000.000.
Jurnal:
Jurnal finansial
Penyertaan modal Pemda 240.000.000
Kas di kas daerah 240.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Perubahan SAL 240.000.000
Pengeluaran pembiayaan 240.000.000
• Investasi
Provinsi X membentuk dua jenis investasi, yaitu investasi pada dana bergulir sebesar Rp. 80.000.000 dan investasi
deposito berjangka sebesar Rp. 70.000.000. berbeda dari deposito, dana bergulir diputuskan bukan merupakan dana
dengan bunga.
Jurnal:
Jurnal finansial
Dana bergulir 80.000.000
Kas di kas daerah 80.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Pengeluaran pembiayaan pembentukan dana bergulir 80.000.000
Pengeluaran pembiayaan pembentukan deposito jk. panjang 70.000.000
Perubahan SAL 150.000.000

Pertemuan 16 “Akuntansi aset dan kewajiban”


Kas dan Setara Kas
• Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan
Pemda yang sangat likuid yang siap dijabarkan/ dicairkan menjadi kas serta bebas dari resiko perubahan nilai yang
signifikan.
• Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dijabarkan menjadi kas serta bebas dari resiko
perubahan nilai yang signifikan.
• Investasi jangka pendek yang dapat dikategorikan sebagai setara kas adalah investasi yang dapat diubah menjadi kas
dalam jumlah yang dapat diketahui tanpa ada resiko perubahan nilai yang signifikan, masa jatuh tempo kurang lebih 3
bulan.
Klasifikasi kas dan setara kas
• Unsur-unsur yang termasuk kas:
1. Kas di kas daerah
2. Kas dibendahara penerimaan
3. Kas dibendahara pengeluaran
4. Kas di BLUD
• Unsur-unsur yang termasuk setara kas
1. Deposito dengan jangka waktu kurang lebih 3 bulan
2. Surat utang negara dengan jangka waktu kurang lebih 3 bulan
Pengakuan dan pengukuran kas dan setara kas
• Kas diterima pada rekening umum pemerintah.
• Kas diukur sebesar nilai nominal.
• Kas yang berbentuk valuta asing dikonversi menjadi rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia
Transaksi dan Jurnal kas dan setara kas
1. Bendahara penerimaan menerima pelunasan piutang pajak PBB pedesaan dan perkotaan sebesar Rp. 4.000.000.
Jurnal finansial:
Kas di bendahara penerimaan 4.000.000
Piutang pajak daerah 4.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Perubahan SAL 4.000.000
Pendapatan PBB pedesaan dan perkotaan LRA 4.000.000
2. Diterima SP2D UP dari BUD untuk keperluan sehari-hari SKPD sebesar Rp. 2.000.000.
Jurnal finansial:
Kas di bendahara pengeluaran 2.000.000
RK PPKD 2.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
3. Bendahara pengeluaran menggunakan UP untuk membayar listrik sebesar Rp. 1.200.000.
Jurnal finansial:
Beban jasa kantor 1.200.000
Kas di bendahara pengeluaran 1.200.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Belanja jasa kantor 1.200.000
Perubahan SAL 1.200.000
Piutang
• Piutang adalah hak pemerintah untuk menerima pembayaran dari entitas lain termasuk wajib pajak/ bayar atas
kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah.
• Piutang disajikan di neraca sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, untuk itu perlu disesuaikan agar dapat
menggambarkan nilai yang dapat direalisasi.
• Penyesuaian piutang dilakukan dengan menentukan selisih piutang tak tertagih.
• Piutang tak tertagih adalah taksiran piutang yang kemungkinan tidak dapat diterima pembayarannya di masa yang
akan datang.
Klasifikasi Piutang

Pengakuan piutang
Pengakuan piutang: diakui saat timbul klaim/ hak utuk menagih uang/ manfaat ekonomi lainnya kepada entitas lain
• Diterbitkan surat ketetapan/ dokumen yang sah.
• Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan
• Belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan
Catatan:
• Peristiwa yang menimbulkan hak tagih: pungutan, perikatan, transfer, dan tuntutan kerugian
• Hak tagih pungutan: piutang pajak, piutang retribusi, dan piutang PAD lainnya.
• Hak tagih perikatan: pemberian pinjaman, penjualan, kemitraan, dan pemberian fasilitas.
• Hak tagih transfer: piutang transfer dari pemerintah pusat, piutang transfer dari pemerintah daerah lainnya.
Pengukuran piutang
1. Piutang pendapatan diukur sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan
2. Piutang karena pemberian pinjaman diukur sebesar jumlah yang dikeluarkan, apabila berupa barang/ jasa dinilai
dengan nilai wajar, bunga dan denda dinyatakan dalam perjanjian harus diperhitungkan.
3. Piutang dari penjualan dinilai sesuai naskah perjanjian penjualan yang terutang pada akhir periode pelaporan.
4. Piutang yang timbul karena kemitraan diukur berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan dalam naskah
perjanjian kemitraan.
5. Piutang yang timbul dari pemberian fasilitas/ jasa dihitung sebesar fasilitas/ jasa yang telah diberikan dikurangi
dengan pembayaran/ uang muka yang telah diterima.
6. Pengukuran piutang transfer diukur sebesar nilai yang belum diterima sampai dengan tanggal pelaporan dari setiap
tagihan sesuai ketentuan transfer yang berlaku.
7. Pengukuran piutang ganti rugi adalah sebesar nilai yang akan ditagih berdasarkan surat ketentuan penyelesaian yang
telh ditetapkan.
TrDitetapkan piutang PBB pedesaan dan perkotaan sebesar Rp. 4.800.000.
ansaksi dan Jurnal piutang
Jurnal finansial:
Piutang pajak daerah 4.800.000
Pendapatan PBB pedesaan dan perkotaan LO 4.800.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
2. Pada akhir periode, retribusi parkir tepi jalan umum yang belum dibayar oleh pihak ketiga sebesar Rp. 2.200.000
Jurnal finansial:
Piutang retribusi 2.200.000
Pendapatan retribusi LO (laporan operasional) 2.200.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
3. Bendahara penerimaan menerima pelunasan piutang PBB pedesan dan perkotaan sebesar Rp. 2.000.000 dan
putang retribusi parkir tepi jalan umum Rp. 1.000.000
Jurnal finansial:
Kas di bendahara penerimaan 3.000.000
Piutang pajak daerah 2.000.000
Piutang retribusi 1.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Perubahan SAL 3.000.000
Pendapatan PBB pedesaan dan perkotaan LRA 2.000.000
Pendapatan retribusi parkir tepi jalan umum LRA 1.000.000
4. Pada akhir periode dilakukan penilaian piutang, bahwa PBB pedesaan dan perkotaan yang diperkirakan tidak
tertagih Rp. 200.000 dan piutang retribusi tepi jalan umum Rp. 100.000
Jurnal finansial:
Beban penyisihan piutang pendapatan 300.000
Penyisihan piutang pendapatan 300.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
Persediaan
• Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang/ perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
operasional Pemda, dan barang-barang yang dimaksud untuk dijual/ diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
• Persediaan meliputi:
1. Perlengkapan dalam rangka kegiatan operasional Pemda (alat tulis kantor, bahan habis pakai)
2. Bahan yang digunakan dalam proses produksi (bahan baku pembuatan benih)
3. Barang dalam proses produksi yang dimaksud untuk dijual/ diserahkan kepada masyarakat (benih yang belum
cukup umur)
4. Barang yang disimpan untuk dijual/ diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintah (hewan
dan bibit tanaman)
Klasifikasi persediaan: Persediaan bahan habis pakai, Persediaan bahan/ material, Persediaan barang lainnya
Pengakuan Persediaan
• Persediaan diakui apabila salah satu kondisi berikut terpenuhi:
1. Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai yang dapat diukur
dengan andal.
2. Pada saat diterima/ hak kepemilikannya dan/ kepenguasaannya berpindah
• 2 pendekatan pengakuan persediaan:
1. Pendekatan beban: persediaan yang diperoleh dicatat sebagai beban, akhir periode dihitung berapa sisa persediaan
yang sisa ditangan, dan persediaan yang segera digunakan dan tidak dimaksud untuk sepanjang sat periode.
2. Pendekatan Aset: dicatat pada akhir periode, dihitung berapa persediaan yang digunakan/ dikonsumsi selama
periode, dan persediaan yang maksud penggunaannya untuk berjaga-jaga
Pengukuran persediaan
1. Persediaan yang dibeli diakui sebesar harga perolehan (unsur-unsurnya: harga beli, biaya pengangkutan, biaya
penanganan, potongan harga, rabat)
2. Persediaan yang diproduksi diakui sebesar harga pokok produksi (biaya langsung, biaya tidak langsung)
3. Persediaan yang diperoleh dengan cara lain diakui sebesar nilai wajar.
Transaksi dan Jurnal piutang
1. Bendahara pengeluaran SKPD menggunakan UP untuk membeli alat tulis kantor Rp. 150.000, benda-benda pos Rp.
200.000, perlengkapan kebersihan Rp. 300.000, dan isi ulang tabung gas Rp. 250.000.
Pendekatan Beban
Jurnal finansial:
Beban bahan habis pakai 900.000
Kas di bendahara pengeluaran 900.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Belanja bahan habis pakai 900.000
Perubahan SAL 900.000
Pendekatan Aset
Jurnal finansial:
Persediaan bahan habis pakai 900.000
Kas di bendahara pengeluaran 900.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Belanja bahan habis pakai 900.000
Perubahan SAL 900.000
2. Dengan menggunakan SP2D LS, SKPD membeli bahan bangunan Rp. 12.000.000, bibit tanaman Rp. 8.000.000,
obat-obatan Rp. 10.000.000, dan bahan kimia Rp. 5.000.000
Pendekatan Beban
Jurnal finansial:
Beban bahan/ material 35.000.000
RK PPKD 35.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Belanja bahan/ material 35.000.000
Perubahan SAL 35.000.000
Pendekatan Aset
Jurnal finansial:
Persediaan bahan/ material 35.000.000
RK PPKD 35.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Belanja bahan/ material 35.000.000
Perubahan SAL 35.000.000
Investasi
• Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, deviden dan royalti,
atau manfaat sosial, sehingga meningkatkan kemampuan Pemda dalam rangka pelayanan kepada masyarakat
Klasifikasi investasi

Pengukuran investasi
• Investasi diakui pada saat terjadi pengeluaran kas/ aset lainnya dengan kriteria:
1. Pemda mungkin memperoleh manfaat ekonomik dan manfaat lain di masa depan
2. Nilai perolehan/ nilai wajar investasi dapat diukur secara andal.
• Investasi jangka pendek merupakan bagian dari aktivitas investasi, sedangkan investasi jangka panjang merupakan
bagian dari pembiayaan Pemda
Pengakuan Investasi
1. Investasi jangka panjang, baik permanen dan non permanen diukur seberapa besar harga perolehannya/ nilai wajar
apabila harga perolehan tidak diketahui.
2. Investasi jangka panjang non permanen berbentuk fasilitas dana talangan perbankan diakui sebesar nilai bersih yang
dapat direalisasi.
3. Investasi jangka panjang non permanen berupa penanaman modal pada proyek pembangunan diukur sebesar biaya
pembangunan
4. Investasi yang diperoleh dalam valuta asing diukur dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada yanggal
transaksi
Metode untuk menilai investasi:
• Metode biaya: investasi dicatat sebesar biaya perolehan, hasil investasi diakui sebagai bagian dari hasil yang diterima
dan tidak mempengaruhi besarnya investasi.
• Metode ekuitas: dicatat sebesar biaya perolehan investasi awal dan ditambah/ dikurangi bagian laba/ rugi sebesar
persentase kepemilikan Pemda setelah tanggal perolehan.
• Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan: dicatat sebesar nilai realisasi yang akan diperoleh di akhir masa
investasi.
Kriteria kepemilikan dan metode penilaian investasi:
• Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya.
• Kepemilikan 20%-50% menggunakan metode ekuitas
• Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas
• Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih yang direalisasikan
Transaksi dan Jurnal investasi
1. Kas yang mengganggur dimanfaatkan untuk memperoleh investasi saham Rp. 15.000.000 dan deposito berjangka
pendek Rp. 25.000.000
Jurnal finansial:
Investasi dalam saham 15.000.000
Investasi dalam deposito 25.000.000
Kas di kas daerah 40.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
2. Kas dikeluarkan dengan menyalurkan dana bergulir Rp. 40.000.000 dan investasi deposito berjangka Rp.30.000.000
Jurnal finansial:
Dana bergulir 40.000.000
Deposito jangka panjang 30.000.000
Kas di kas Daerah 70.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Pengeluaran pembiayaan pembentukan dana bergulir 40.000.000
Pengeluaran pembiayaan pembentukan Dep. Jangka panjang 30.000.000
Perubahan SAL 70.000.000
Transaksi dan Jurnal investasi
3. Saham dengan harga perolehan Rp. 10.000.000 dijual senilai Rp. 10.500.000 dan deposito dicairkan dengan nilai
nominal Rp 15.000.000 ditambah bunga Rp. 400.000
Jurnal finansial:
Kas di kas daerah 25.900.000
Investasi dalam saham 10.000.000
Investasi dalam deposito 15.000.000
Pendapatan bunga LO 400.000
Surplus pelepasan investasi jangka pendek LO 500.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Perubahan SAL 900.000
Pendapatan bunga LRA 400.000
Pendapatan lain-lain PAD yang sah lainnya 500.000
Aset Tetap
• Aktiva adalah sumber ekonomi yang memiliki manfaat ekonomi masa depan dan dikendalikan oleh perusahaan yang
timbul sebagai akibat dari transaksi masa lalu.
• Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan/ dimaksudkan
untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah daerah/ dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
• Karakteristik aset tetap: berwujud, memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun, biaya perolehan aset dapat diukur
secara andal, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas, diperoleh/ dibangun dengan maksud
untuk digunakan, merupakan objek pemeliharaan, dan ada kriteria untuk kpitalisasi menjadi aset tetap.
Klasifikasi Aset tetap:
Pengakuan dan Pengukuran Aset tetap
• Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat deperoleh dan nilainya dapat diukur dengan andal.
• Perolehan aset tetap dalam proses, misalnya jual beli tanah dan sertifikat, maka aset tetap diakui pada saat adanya
bukti penguasaan atas aset tetap (telah berpindah tangan).
• Aset tetap sebesar biaya perolehannya, jika tidak bisa dengan nilai wajarnya.
• Aset tetap yang dibangun sendiri, diukur dengan biaya transaksi pembangunan dengan pihak eksternal.
• Aset tetap yang berasal dari donasi dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.
Transaksi dan Jurnal aset tetap
1. Dibeli aset tetap melalui mekanisme pembayaran SP2D, traktor Rp. 45.000.000, mobil dinas Rp. 75.000.000,
komputer Rp. 10.000.000 (sudah termasuk PPN).
Jurnal finansial:
Alat-alat berat 45.000.000
Alat angkutan darat bermotor 75.000.000
Komputer 10.000.000
RK PPKD 130.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Belanja modal pengadaan alat-alat berat 45.000.000
Belanja modal pengadaan alat angkutan darat bermotor 75.000.000
Belanja modal pengadaan komputer 10.000.000
Perubahan SAL 130.000.000
2. Dibayar termin terakhir pembangunan kantor Rp. 80.000.000 melalui SP2D LS. Nilai kontrak Rp. 160.000.000
Jurnal finansial:
Kontruksi dalam pengerjaan 80.000.000
RK PPKD 80.000.000
Bangunan gedung tempat kerja 160.000.000
Kontruksi dalam pengerjaan 160.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Belanja modal pengadaan bangunan Gd. Tempat kerja 80.000.000
Perubahan SAL 80.000.000
3. Kendaraan bermotor dengan harga perolehan Rp. 50.000.000 dijual dengan harga Rp. 21.000.000. Akumulasi
penyusutan pada penjualan adalah Rp. 30.000.000.
Jurnal finansial:
Kas dibendahara penerimaan 21.000.000
Akumulasi penyusutan peralatan dan mesin 30.000.000
Alat angkutan darat bermotor 50.000.000
Surplus penjualan aset non lancar LO 1.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
Kewajiban
• Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang yang disebabkan oleh kewajiban saat
sekarang dari suatu perusahaan yang akan dipenuhi dengan mentransfer aset/ memberikan jasa kepada pihak lain di
masa datang sebagai akibat dari transaksi masa lalu.
• Kewajiban Pemda: muncul akibat melakukan pinjaman kepada pihak ketiga, perikatan dengan pegawai yang bekerja
pada pemerintahan, kewajiban kepada masyarakat, alokasi pendapatan ke entitas lainnya, kewajiban kepada pemberi
jasa.
Klasifikasi kewajiban:
1. Kewajiban jangka pendek: kewajiban yang diharapkan dibayar dalam jangka waktu paling lama 12 bulan setelah
tanggal pelaporan.
2. Kewajiban jangka panjang: kewajiban yang diharapkan dibayar dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan
Pengakuan dan Pengukuran kewajiban
• Kewajiban diakui pada saat kewajiban tersebut mengeluarkan sumber daya ekonomi di masa depan.
• Kewajiban diukur sebesar nilai nominalnya.
• Bila dalam mata uang asing, dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah menggunakan kurs tengah BI.
Transaksi dan jurnal kewajiban
1. Diterima tagihan listrik Rp. 2.400.000 dan tagihan telepon Rp. 1.200.000
Jurnal finansial:
Beban jasa kantor 3.600.000
Utang belanja barang dan jasa 3.600.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
2. Diterima tagihan atas penyewaan rumah Rp. 8.000.000.
Jurnal finansial:
Beban sewa rumah 8.000.000
Utang belanja belanja lainnya 8.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada
3. Dibayar tagihan listrik Rp. 2.400.000 dan tagihan telepon Rp. 1.200.000 dengan UP serta tahihan sewa rumah sebesar
Rp. 8.000.000 dengan SP2D LS.
Jurnal finansial:
Utang belanja barang dan jasa 3.600.000
Utang belanja belanja lainnya 8.000.000
Kas dibendahara pengeluaran 3.600.000
RK PPKD 8.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada

Pertemuan 17 “Transaksi, jurnal, dan laporan SKPD”


Neraca Awal SKPD A
• SKPD A merupakan satuan kerja yang tugas pokoknya di
bidang pemerolehan pendapatan daerah, khususnya pajak
daerah.
• SKPD B merupakan satuan kerja yang tugas pokoknya di
bidang perhubungan daerah.
• Neraca awal SKPD A adalah neraca yang menggambarkan
aset, kewajiban, dan ekuitas.
• Neracanya menggambarkan ketentuan akuntansi
pemerintah berbasis akrual.
• Tahapan dari jurnal sampai laporan keuangan:
1. Membuat jurnal transaksi operasi selama tahun 2016
2. Membuat neraca saldo pada tanggal 31 Desember 2016
3. Membuat jurnal penyesuaian pada tangl 31 Desember 2016
4. Membuat neraca lajur pada tanggal 31 Desember 2016
5. Menyusun laporan realisasi anggaran untuk tahun 2016
6. Membuat jurnal penutup pelaksanaan anggaran pada akhir tahun 2016
7. Menyusun laporan operasional tahun 2016
8. Membuat jurnal penutup finansial pada akhir tahun 2016
9. Menyusun laporan perubahan ekuitas tahun 2016
10. Menyusun neraca pada 31 Desember 2016
• Transaksi Operasi di SKPD A
1. Bendahara penerimaan SKPD A menerima kas untuk pembayaran piutang pajak daerah tahun lalu, jumlah
penerimaan Rp. 2.000.000 untuk PBB pedesaan dan perkotaan serta pajak penerangan jalan Rp. 1.000.000.
Jurnal finansial:
Kas di bendahara penerimaan 3.000.000
Piutang pajak daerah 3.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Perubahan SAL 3.000.000
Pendapatan PBB pedesaan dan perkotaan LRA 2.000.000
Pendapatan pajak penerangan jalan 1.000.000
2. Bendahara penerimaan SKPD A menyetor kas Rp. 3.000.000 ke kas daerah dari penerimaan pajak sebelumnya.
Jurnal finansial
RK PPKD 3.000.000
Kas di bendahara pengeluaran 3.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
3. Bendahara pengeluaran SKPD A menerima SP2D UP dari BUD sebesar 3.000.000 sebagai UP yg akan digunakan
untuk pengeluaran digunakan sehari-hari SKPD A
Jurnal finansial:
Kas di bendahara pengeluaran 3.000.000
RK PPKD 3.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
4. Diterima tagihan dari perusahaan utilitas untuk pemakaian listrik, air, telepon masing-masing 800.000, 200.000,
600.000.
Jurnal finansial
Beban jasa kantor 1.600.000
Utang belanja barang dan jasa 1.600.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
5. Bendahara pengeluaran SKPD A menggunakan UP untuk pembayaran listrik, air, telepon yg sudah ditagih
sebelumnya. Jumlah yang dibayar adalah listrik 400.000, air 200.000, dan telepon 600.000
Jurnal finansial:
Utang belanja barang dan jasa 1.200.000
Kas di bendahara pengeluaran 1.200.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Belanja jasa kantor 1.200.000
Perubahan SAL 1.200.000
6. Bendahara pengeluaran SKPD A menggunakan UP untuk pembelian ATK, perangko, materai, isi tabung gas, bahan-
bahan kebersihan. Jumlah yang dibayar 1.250.000
Jurnal finansial
Beban bahan habis pakai 1.250.000
Kas di bendahara pengeluaran 1.250.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Belanja bahan habis pakai 1.250.000
Perubahan SAL 1.250.000
7. Bendahara pengeluaran SKPD A mempertanggungjawabkan UP yg digunakan 2.450.000 dan bersamaan dengan
bendahara pengeluaran menerima SP2D GU dari BUD sebagai pengganti UP yg telah digunakan sebesar 2.450.000.
Jurnal finansial:
Kas di bendahara pengeluaran 2.450.000
RK PPKD 2.450.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
8. Bendahara pengeluaran SKPD A menggunakan UP untuk pembayaran perjalanan dinas pegawai sebesar 2.300.000.
Jurnal finansial
Beban perjalanan dinas 2.300.000
Kas di bendahara pengeluaran 2.300.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Belanja perjalanan dinas 2.300.000
Perubahan SAL 2.300.000
9. SKPD A melakukan perawatan kendaraan dan pemeliharaan gedung dengan tagihan 1.200.000 dan 1.000.000.
Jurnal finansial:
Beban perawatan kendaraan bermotor 1.200.000
Beban pemeliharaan 1.000.000
Utang belanja barang dan jasa 2.200.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
10. Dilakukan pembayaran tagihan perawatan kendaraan dan pemeliharaan gedung yg diterima sebelumnya sebesar
1.200.000 dan 1.000.000 dengan menggunakan SP2D LS.
Jurnal finansial
Utang belanja barang dan jasa 2.200.000
RK PPKD 2.200.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Belanja perawatan kendaraan bermotor 1.200.000
Belanja pemeliharaan 1.000.000
Perubahan SAL 2.200.000
11. Dibayar belanja pegawai berupa gaji dan tunjangan keluarga dengan SP2D LS sebesar 25.000.000 yg diterima dari
BUD .
Jurnal finansial:
Beban gaji dan tunjangan 25.000.000
RK PPKD 25.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Belanja gaji dan tunjangan 25.000.000
Perubahan SAL 25.000.000
12. Dilakukan pembelian komputer dengan SP2D LS yg diterima dari BUD sebesar 15.000.000.
Jurnal finansial
Komputer 15.000.000
RK PPKD 15.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Belanja modal pengadaan komputer 15.000.000
Perubahan SAL 15.000.000
13. Pengeluaran untuk membeli kendaraan operasional angkutan barang dengan SP2D LS dari BUD sebesar 40.000.000.
Jurnal finansial:
Alat angkutan darat bermotor 40.000.000
RK PPKD 40.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Belanja modal pengadaan alat angkutan darat bermotor 40.000.000
Perubahan SAL 40.000.000
14. Dibuat surat ketetapan pajak daerah pajak bumi bangunan pedesaan dan perkotaan 20.000.000, Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) 10.000.000, dan pajak penerangan jalan 15.000.000
Jurnal finansial
Piutang pajak daerah 45.000.000
Pendapatan PBB pedesaan dan perkotaan LO 20.000.000
Pendapatan BPHTB LO 10.000.000
Pendapatan pajak penerangan jalan LO 15000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran (Tidak ada jurnal)
15. Diterima kas oleh bendahara penerimaan SKPD A dari wajib pajak yg melakukan perhitungan sendiri untuk pajak
hotel 8.500.000 dan pajak restoran 7.500.000
Jurnal finansial:
Kas dibendahara penerimaan 16.000.000
Pendapatan pajak hotel LO 8.500.000
Pendapatan pajak restoran LO 7.500.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Perubahan SAL 16.000.000
Pendapatan pajak hotel LRA 8.500.000
Pendapatan pajak restoran LRA 7.500.000
16. Bendahara SKPD A menyetor kas 16.000.000 ke kas daerah yg diterima dari penerimaan pajak sebelumnya..
Jurnal finansial
RK PPKD 16.000.000
Kas di bendahara penerimaan 16.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
17. Diterima kas 41.000.000 oleh bendahara penerimaan SKPD A dari wajib pajak atas pajak daerah yg sudah ditetapkan
sebelumnya, PBB pedesaan dan perkotaan 16.000.000, BPHTB 10.000.000, dan pajak penerangan jalan 15.000.000
Jurnal finansial:
Kas dibendahara penerimaan 41.000.000
Piutang pajak daerah 41.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Perubahan SAL 41.000.000
Pendapatan PBB pedesaan dan perkotaan LRA 16.000.000
Pendapatan BPHTB LRA 10.000.000
Pendapatan pajak penerangan jalan LRA 15.000.000
18. Bendahara penerimaan SKPD A menyetor kas 41.000.000 ke kas daerah yang berasal dari penerimaan pajak
sebelumnya.
Jurnal finansial:
RK PPKD 41.000.000
Kas dibendahara penerimaan 41.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
19. Diterima pembayaran di muka untuk pajak reklame 7.000.000.
Jurnal finansial
Kas di bendahara penerimaan 7.000.000
Pendapatan diterima di muka lainnya 7.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Perubahan SAL 7.000.000
Pendapatan pajak reklame LRA 7.000.000
Neraca Saldo SKPD A

Jurnal Penyesuaian SKPD A


1. Persediaan bahan habis pakai sisa di tangan adalah 4.500.000.
Beban bahan habis pakai 500.000
Persediaan bahan habis pakai 500.000
2. Piutang pajak daerah yang diperkirakan tidak dapat ditagih 200.000.
Beban penyisihan piutang pendapatan 200.000
Penyisihan piutang pendapatan 200.000
3. Penyusutan periode 2016: alat angkut darat bermotor 8.200.000, alat kantor 600.000, alat rumah tangga 400.000,
komputer 2.000.000, meja dan kursi kerja 800.000.
Beban penyusutan peralatan dan mesin 12.000.000
Akumulasi penyusutan peralatan dan mesin 12.000.000
4. Penyusutan periode 2016: bangunan gedung tempat kerja 7.500.000, bangunan gedung tempat tinggal 3.750.000.
Beban penyusutan gedung dan bangunan 11.250.000
Akumulasi penyusutan gedung dan bangunan 11.250.000
5. Pajak reklame diterima dimuka yang sudah menjadi hak pemerintah 4.000.000.
Pendapatan diterima dimuka lainnya 4.000.000
Pendapatan pajak reklame 4.000.000
Neraca Lajur SKPD A
• Laporan realisasi anggaran: laporan yang
menunjukkan pelaksanaan anggaran (pelaksanaan
pendapatan LRA, surplus/ defisit LRA, belanja,
penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan,
pembiayaan neto, dan SIKPA/ SILPA)
Jurnal Penutup Pelaksanaan Anggaran SKPD A
• Jurnal penutup: jurnal untuk menutup akun-akun yang
ada di laporan realisasi anggaran.
• Jurnal penutup dibuat lebih dulu karena akun Surplus/
defisit LRA dan perubahan SAL merupakan akun yg
pada akhirnya harus masuk ke neraca.
• Tahapan penutupan pelaksanaan anggaran:
1. Menutup pendapatan LRA dan belanja ke surplus/ defisit LRA
2. Menutup surplus/ defisit LRA ke ekuitas SAL
3. Menutup perubahan SAL ke ekuitas.
Jurnal untuk menutup pendapatan LRA dan belanja ke surplus/ defisit LRA
Pendapatan pajak hotel LRA 7.500.000
Pendapatan pajak restoran LRA 10.000.000
Pendapatan pajak reklame LRA 7.000.000
Pendapatan pajak penerangan jalan LRA 8.500.000
Pendapatan PBB pedesaan dan perkotaan LRA 18.000.000
Pendapatan BPHTB 16.000.000
Surplus/ defisit LRA 19.950.000
Belanja gaji dan tunjangan 25.000.000
Belanja jasa kantor 1.200.000
Belanja bahan habis pakai 1.250.000
Belanja perawatan kendaraan bermotor 1.200.000
Belanja perjalanan dinas 2.300.000
Belanja pemeliharaan gedung dan bangunan 1.000.000
Belanja modal pengadaan alat angkutan darat bermotor 40.000.000
Belanja modal pengadaan komputer 15.000.000
Jurnal untuk menutup surplus/ defisit LRA ke ekuitas SAL
Ekuitas SAL 19.950.000
Surplus/ defisit LRA 19.950.000
Jurnal untuk menutup perubahan SAL ke ekuitas
Perubahan SAL 19.950.000
Ekuitas 19.950.000
Laporan Operasional SKPD A
• Laporan realisasi anggaran tidak cukup untuk menunjukkan
kinerja pemerintah karena laporan tersebut hanya memuat
penerimaan dan pengeluaran berbentuk kas.
• Laporan operasional: laporan yg menunjukkan kinerja operasi
satuan yg lebih luas karena disusun berdasarkan basis akrual
(SPAP 12), mencakup unsur penerimaan dan pengeluaran kas
dan non kas.
Jurnal Penutup Finansial SKPD A
• Jurnal penutup finansial: jurnal untuk menutup akun-akun
nominal pada laporan operasional.
• Akun-akun tersebut adalah pendapatan LO dan beban.
• Tahapan penutupan finansial:
1. Menutup pendapatan LO dan beban ke surpuls/ defisit LO
2. Menutup surplus/ defisit LO ke ekuitas
Jurnal Penutup Pendapatan LO dan Beban ke surplus/ defisit
LO SKPD A
Pendapatan pajak hotel Lo 8.500.000
Pendapatan pajak restoran LO 7.500.000
Pendapatan pajak reklame LO 4.000.000
Pendapatan pajak penerangan jalan LO 15.000.000
Pendapatan PBB pedesaan dan perkotaan LO 20.000.000
Pendapatan BPHTB LO 10.000.000
Surplus/ defisit 8.700.000
Beban gaji dan tunjangan 25.000.000
Beban jasa kantor 1.600.000
Beban a bahan habis pakai 1.750.000
Beban perawatan kendaraan bermotor 1.200.000
Beban perjalanan dinas 2.300.000
Beban pemeliharaan gedung dan bangunan 1.000.000
Beban penyusutan peralatan dan mesin 12.000.000
Beban penyusutan gedung dan bangunan 11.200.000
Beban penyisihan piutang pajak daerah 200.000
Jurnal untuk menutup surplus/ defisit LO ke ekuitas
Surplus/ defisit LO 8.700.000
Ekuitas 8.700.000
Laporan Perubahan Ekuitas SKPD A
• Laporan perubahan ekuitas: laporan yg menunjukkan ekuitas
awal, perubahan ekuitas, dan ekuitas akhir.
• Laporan perubahan ekuitas adalah penghubung antara laporan
realisasi anggaran dan laporan operasional dengan neraca.
Neraca SKPD A

Pertemuan 18 “Transaksi, jurnal, dan laporan PPKD & Konsolidasi laporan keuangan pemerintah daerah”
Neraca Awal PPKD
• Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)
• Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
• Tahapan dari jurnal sampai laporan keuangan:
1. Membuat jurnal transaksi operasi selama tahun 2016
2. Membuat neraca saldo pada tanggal 31 Desember
2016
3. Membuat jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2016
4. Membuat neraca lajur pada tanggal 31 Desember 2016
5. Menyusun laporan realisasi anggaran untuk tahun 2016
6. Membuat jurnal penutup pelaksanaan anggaran tahun 2016
7. Menyusun laporan operasional tahun 2016
8. Membuat jurnal penutup finansial pada tahun 2016
9. Menyusun laporan perubahan ekuitas tahun 2016
10. Menyusun neraca pada 31 Desember 2016
Transaksi Operasi PPKD
1. Diterbitkan SP2D UP sebesar Rp. 2.000.000 yg diberikan kepada bendahara pengeluaran SKPD B sebagai UP untuk
mendanai pengeluaran sehari-hari SKPD B.
Jurnal finansial:
RK SKPD B 2.000.000
Kas di kas daerah 2.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
2. Diterbitkan SP2D LS untuk pembayaran belanja pegawai SKPD B berupa gaji pokok dan tunjangan keluarga Rp.
22.000.000. BUD memotong PPh pasal 21 atas gaji sebesar 5%.
Jurnal finansial
RK SKPD B 22..000.000
Kas di di kas daerah 22.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Kas di kas daerah 1.100.000
Utang PPh pusat 1.100.000
3. Diterima pertanggungjawaban bendahara pengeluaran SKPD B atas penggunaan UP Rp. 1.500.000. BUD
menerbitkan SP2D GU sejumlah yg sama
Jurnal finansial:
RK SKPD B 1.500.000
Kas di kas daerah 1.500.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
4. Kabupaten Contoh memutuskan untuk melakukan penyertaan modal tambahan pada BUMD bernama PT. Abadi Jaya
Rp. 100.000.000 dengan pencairan melalui SP2D LS. Penyertaan modal bersifat permanen, kepemilikan Kabupaten
Contoh adalah 100%.
Jurnal finansial
Penyertaan modal pemerintah 100.000.000
Kas di kas daerah 100.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Pengeluaran pembiayaan penyertaan modal pada BUMD 100.000.000
Perubahan SAL 100.000.000
5. RUPS BUMD PT Abadi Jaya membagi deviden ke Kabupaten Contoh Rp. 5.000.000.
Jurnal finansial:
Penyertaan modal pemerintah 5.000.000
Pendapatan Hasil Penl. Kekayaan daerah yg dipisahkan LO 5.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
6. Diterima setoran dari bendahara penerimaan SKPD B Rp. 1.500.000 atas pelunasan sebagian piutang retribusi
pengendalian lalu lintas.
Jurnal finansial
Kas di kas daerah 1.500.000
RK SKPD B 1.500.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
7. Diterima kas Rp. 4.000.000 dari penerimaan retribusi terminal yang disetor oleh bendahara penerimaan SKPD B ke
kas daerah.
Jurnal finansial:
Kas di kas daerah 4.000.000
RK SKPD B 4.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
8. Diterima kas Rp. 3.000.000 dari bendahara penerimaan SKPD B atas penerimaan retribusi pengujian kendaraan
bermotor.
Jurnal finansial
Kas di kas daerah 3.000.000
RK SKPD B 3.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
9. Diterima kas Rp. 3.500.000 dari bendahara penerimaan SKPD B atas retribusi izin trayek.
Jurnal finansial:
Kas di kas daerah 3.500.000
RK SKPD B 3.500.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
10. Diterbitkan SP2D LS Rp. 25.000.000 untuk pengeluaran pembangunan ruang kantor baru SKPD B. Jumlah tersebut
sudah termasuk PPN 10%. BUD memotong PPN 10% dan PPh Psl 22: 0,5%.
Jurnal finansial
RK SKPD B 25.000.000
Kas di kas daerah 25.000.000
Kas di kas daerah 2.386.363
Utang PPh pusat 113.636
Utang PPN Pusat 2.272.727
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
11. Diterbitkan SP2D LS untuk pembelian komputer baru SKPD B Rp. 11.000.000.jumlah tersebut sudah termasuk PPN
10%. BUD memotong PPN: 10% dan PPh pasl 22: 0,5%.
Jurnal finansial:
RK SKPD B 11.000.000
Kas di kas daerah 11.000.000
Kas di kas daerah 1.050.000
Utang PPh Pusat 50.000
Utang PPN Pusat 1.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
12. Diterbitkan SP2D LS untuk membeli kendaraan operasional angkutan barang SKPD B Rp. 35.000.000. jumlah
tersebut sudah termasuk PPN 10%. BUD memotong PPN: 10% dan PPh pasl 22: 0,5%.
Jurnal finansial
RK SKPD B 35.000.000
Kas di kas daerah 35.000.000
Kas di kas daerah 3.340.909
Utang PPh Pusat 159.091
Utang PPN Pusat 3.181.818
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
13. Diterima kas Rp. 2.000.000 dari retribusi pemakaian kekayaan daerah yg disetor bendahara penerimaan SKPD B ke
kas daerah.
Jurnal finansial:
Kas di kas daerah 2.000.000
RK SKPD B 2.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
14. Diterima kas Rp. 4.500.000 dari penerimaan retribusi tempat khusus parkir yg disetor oleh bendahara penerimaan
SKPD B ke kas daerah
Jurnal finansial
Kas di kas daerah 4.500.000
RK SKPD B 4.500.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
15. Diterima kas dari pihak ketiga untuk pembayaran retribusi tepi jalan umum yg menjadi kewenangan SKPD B Rp.
3.750.000 yg langsung disetor ke kas daerah.
Jurnal finansial:
Kas di kas daerah 3.750.000
RK SKPD B 3.750.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
16. Diterbitkan SP2D LS untuk pembayaran termin terakhir konstruksi dalam pengerjaan SKPD B Rp. 20.000.000.
Jumlah tersebut sudah termasuk PPN 10%. BUD memotong PPN 10% dan PPh Psl 22: 0,5%.
Jurnal finansial
RK SKPD B 20.000.000
Kas di kas daerah 20.000.000
Kas di kas daerah 1.909.091
Utang PPh Pusat 90.909
Utang PPN Pusat 1.818.182
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
17. Diterima kas dari bendahara penerimaan SKPD A Rp. 3.000.000 dari penerimaan pajak daerah
Jurnal finansial:
Kas di kas daerah 3.000.000
RK SKPD A 3.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
18. Diberikan UP kepada bendahara pengeluaran SKPD A melalui SP2D UP Rp. 3.000.000 yg digunakan untuk
pengeluaran sehari-hari.
Jurnal finansial
RK SKPD A 3.000.000
Kas di kas daerah 3.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
19. Diterima pertanggungjawaban bendahara pengeluaran SKPD A atas UP yg digunakan Rp. 2.450.000. pada saat yg
sama, diberikan kepada bendahara pengeluaran SKPD A SP2D GU sebagai pengganti UP yg telah digunakan Rp.
2.450.000. penerimaan pajak daerah
Jurnal finansial:
RK SKPD A 2.450.000
Kas di kas daerah 2.450.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
20. Dikeluarkan SP2D LS Rp. 2.200.000 ntuk pembayaran tagihan perawatan kendaraan dan pemeliharaan gedung SKPD
A (Perawatan kendaraan 1.200.000, pemeliharaan gedung 1.000.000)
Jurnal finansial
RK SKPD A 2.200.000
Kas di kas daerah 2.200.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
21. Diterima pemberitahuan berupa PMK dari kemenkeu bahwa Kab. Contoh memperoleh hak untuk DBH Rp.
25.000.000, DAU Rp. 200.000.000, DAK Rp. 40.000.000. DBH terdiri atas DBH pajak Rp. 5.000.000 dan DBH
bukan pajak Rp. 20.000.000
Jurnal finansial:
Piutang transfer pemerintah pusat 265.000.000
Pendapatan bagi hasil Pajak LO 5.000.000
Pendapatan bagai hasil bukan pajak LO 20.000.000
Pendapatan dana alokasi umum LO 200.000.000
Pendapatan dana alokasi khusus LO 40.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
22. Surat keputusan Gubernur menunjukkan bahwa Kab. Contoh memperoleh hak Rp. 18.000.000 untuk bagi hasil pajak
dari provinsi.
Jurnal finansial
Piutang transfer pemerintah daerah lainnya 18.000.000
Pendapatan transfer bagi hasil bukan pajak daerah LO 18.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
23. Diterima pemberitahuan dari Bank bahwa DBH, DAU, DAK dari kemenkeu sudah masuk ke rekening sesuai jumlah
yg telah ditetapkan pada PMK.
Jurnal finansial:
Kas di kas daerah 265.000.000
Piutang transfer pemerintah pusat 265.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Perubahan SAL 265.000.000
Pendapatan bagi hasil Pajak LRA 5.000.000
Pendapatan bagai hasil bukan pajak LRA 20.000.000
Pendapatan dana alokasi umum LRA 200.000.000
Pendapatan dana alokasi khusus LRA 40.000.000
24. Diterima pemberitahuan dari Bank bahwa DBH dari provinsi sudah masuk ke rekening bank Rp. 18.000.000.
Jurnal finansial
Kas di kas daerah 18.000.000
Piutang transfer pemerintah daerah lainnya 18.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Perubahan SAL 18.000.000
Pendapatan transfer bagi hasil pajak daerah LRA 18.000.000
25. Dikeluarkan SP2D LS untuk pembayaran belanja pegawai berupa gaji pokok dan tunjangan keluarga SKPD A Rp.
25.000.000. BUD memotong PPh 21 atas gaji: 5%.
Jurnal finansial:
RK SKPD A 25.000.000
Kas di kas daerah 25.000.000
Kas di kas daerah 1.250.000
Utang PPh pusat 1.250.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
26. Dikeluarkan SP2D LS untuk pengeluaran pembelian komputer baru pada SKPD A Rp. 15.000.000. Jumlah tersebut
sudah termasuk PPN 10%. BUD memotong PPN 10% dan PPh Psl 22: 0,5%.
Jurnal finansial
RK SKPD A 15.000.000
Kas di kas daerah 15.000.000
Kas di kas daerah 1.431.818
Utang PPh pusat 68.182
Utang PPN pusat 1.363.636
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
27. Dikeluarkan SP2D LS untuk pembelian angkutan barang di SKPD A Rp. 40.000.000. Jumlah tersebut sudah termasuk
PPN 10%. BUD memotong PPN 10% dan PPh Psl 22: 0,5%.
Jurnal finansial:
RK SKPD A 40.000.000
Kas di kas daerah 40.000.000
Kas di kas daerah 3.818.182
Utang PPh pusat 181.818
Utang PPN pusat 3.636.364
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
28. Diterima kas dari bendahara penerimaan SKPD A Rp. 16.000.000 dari penerimaan pajak daerah.
Jurnal finansial
Kas di kas daerah 16.000.000
RK SKPD A 16.000.000
Tidak Ada jurnal
29. Diterima kas dari bendahara penerimaan SKPD A Rp. 41.000.000 yg berasal dari penerimaan pajak daerah.
Jurnal finansial:
Kas di kas daerah 41.000.000
RK SKPD A 41.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
30. Kab. Contoh melakukan manajemen kas dengan mengalihkan kas menjadi deposito berjangka di BPD Rp.
40.000.000. jangka waktu deposito adalah 6 bulan dan bersifat roll over.
Jurnal finansial
Investasi dalam deposito 40.000.000
Kas di kas daerah 40.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
31. Kab. Contoh mencairkan deposito berjangka Rp. 15.000.000 dari BPD. Pada saat pencairan deposito juga menerima
bunga Rp. 1.000.000.
Jurnal finansial:
Kas di kas daerah 16.000.000
Pendapatan bunga LO 1.000.000
Investasi dalam deposito 15.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Perubahan SAL 1.000.000
Pendapatan bunga LRA 1.000.000
32. BUMD PT. Abadi Jaya membayar deviden tunai sesuai dengan yg telah ditetapkan sebelumnya Rp. 5.000.000.
Jurnal finansial
Kas di kas daerah 5.000.000
Penyertaan modal pemerintah daerah 5.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Perubahan SAL 5.000.000
Pendapatan bagi hasil pengelolaan kekayaan
daerah yg dipisahkan LRA 5.000.000
33. Kab. Contoh menerima kas dari hutang bank dalam negeri jangka panjang Rp. 75.000.000.
Jurnal finansial:
Kas sdi kas daerah 75.000.000
Utang dalam negeri sektor perbankan 75.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Perubahan SAL 75.000.000
Penerimaan pembiayaan pinjaman dalam negeri dari Bank 75.000.000
34. Kab. Contoh menerima pembayaran bagian lancar tagihan pinjaman jangka panjang dari BUMD Rp. 35.000.000.
Jurnal finansial
Kas di kas daerah 35.000.000
Bagian lancar tagihan pinjaman jangka
penjang kepada entitas lainnya 35.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Perubahan SAL 35.000.000
Penerimaan pembiayaan penerimaan kembali
piutang kepada perusahaan daerah 35.000.000
35. Kab. Contoh menerima tagihan dari kreditor bahwa bunga utang jangka panjang dari perbankan dalam negeri Rp.
6.500.000.
Jurnal finansial:
Beban bunga pinjaman 6.500.000
Utang bunga kepada bank 6.500.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
36. Kab. Contoh membayar bunga utang jangka panjang perbankan yg telah ditetapkan sebelumnya Rp. 5.000.000.
Jurnal finansial
Utang bunga kepada bank 5.000.000
Kas di kas daerah 5.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Belanja bunga utang pinjaman 5.000.000
Perubahan SAL 5.000.000
37. Berdasarkan Perda tentang dana cadangan, Kab. Contoh membentuk dana cadangan Rp. 50.000.000 sebagai dana
untuk pembangunan stadion untuk 5 tahun ke depan.
Jurnal finansial:
Dana cadangan 50.000.000
Kas di kas daerah 50.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Pengeluaran pembiayaan pembentukan dana cadangan 50.000.000
Perubahan SAL 50.000.000
38. Dana cadangan untuk pembangunan irigrasi yg selama ini dibentuk dicairkan Rp. 65.000.000.
Jurnal finansial
Kas di kas daerah 65.000.000
Dana cadangan 65.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Perubahan SAL 65.000.000
Penerimaan pembiayaan pencairan dana cadangan 65.000.000
39. Bendahara umum daerah menyetor PPh Rp. 2.000.000 dan PPN Rp. 5.500.000 ke kas negara.
Jurnal finansial:
Utang PPh pusat 2.000.000
Utang PPN pusat 5.500.000
Kas di kas daerah 7.500.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Tidak ada jurnal
40. Kab. Contoh menerbitkan SK tentang pemberian subsidi kepada BUMD dan sejumlah lembaga Rp. 7.000.000 dalam
bentuk subsidi tunai.
Jurnal finansial
Beban subsidi 7.000.000
Utang belanja subsidi 7.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
41. Subsidi tunai yg telah ditetapkan diberikan kepada lembaga tertentu dicairkan dengan menerbitkan SP2D LS Rp.
4.750.000.
Jurnal finansial:
Utang belanja subsidi 4.750.000
Kas di kas daerah 4.750.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Belanja subsidi 4.750.000
Perubahan SAL 4.750.000
42. Kab. Contoh menerbitkan SK tentang pemberian hibah kepada sekelompok masyarakat Rp. 4.000.000 dengan bentuk
tunai.
Jurnal finansial
Beban hibah kepada kelompok masyarakat 4.000.000
Utang belanja lain-lain 4.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
43. Hibah tunai yg sudah ditetapkan sebelumnya dicairkan dengan menerbitkan SP2D LS Rp. 4.000.000.
Jurnal finansial:
Utang belanja lain-lain 4.000.000
Kas di kas daerah 4.000.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Belanja hibah kepada kelompok masyarakat 4.000.000
Perubahan SAL 4.000.000
44. Kab. Contoh menandatangani perjanjian tentang pemberian bantuan sosial kepada sekelompok masyarakat Rp.
3.800.000, diberikan secara tunai.
Jurnal finansial
Beban bantuan sosial kepada masyarakat 3.800.000
Utang belanja lain-lain 3.800.000
Jurnal pelaksanaan anggaran
Tidak ada jurnal
43. Bantuan sosial tunai yg sudah ditetapkan sebelumnya dicairkan dengan menerbitkan SP2D LS Rp. 3.800.000.
Jurnal finansial:
Utang belanja lain-lain 3.800.000
Kas di kas daerah 3.800.000
Jurnal pelaksanaan anggaran:
Belanja bantuan sosial kepada masyarakat 3.800.000
Perubahan SAL 3.800.000
Neraca Saldo PPKD
Jurnal Penyesuaian SKPD A
Jurnal LO atau Neraca
1. Bunga utang bank yg sudah menjadi kewajiban Kab. Contoh adalah Rp. 15.000.000.
Beban bunga utang pinjaman 15.000.000
Utang bunga kepada bank 15.000.000
2. Utang bunga yg telah menjadi hak Kab. Contoh Rp. 2.400.000.
Piutang lain-lain PAD yang sah 2.400.000
Pendapatan bunga LO 2.400.000
3. Jasa giro dari bank yg telah menjadi hak Kab. Contoh Rp. 8.000.000
Piutang lain-lain PAD yang sah 8.000.000
Pendapatan jasa giro LO 8.000.000
Neraca Lajur PPKD
Laporan Realisasi Anggaran PPKD

Jurnal Penutup Pelaksanaan Anggaran SKPD A


• Jurnal penutup: jurnal untuk menutup akun-akun yang ada di laporan realisasi anggaran.
• Jurnal penutup dibuat lebih dulu karena akun Surplus/ defisit LRA dan perubahan SAL merupakan akun yg pada
akhirnya harus masuk ke neraca.
• Tahapan penutupan pelaksanaan anggaran:
1. Menutup pendapatan LRA dan belanja ke surplus/ defisit LRA
2. Menutup surplus/ defisit LRA ke ekuitas SAL
3. Menutup penerimaan pembiayaan dan pemgeluaran pembiayaan ke pembiayaan neto
4. Menutup pembiayaan neto ke ekuitas SAL
5. Menutup perubahan SAL ke ekuitas.
Jurnal Penutup Pelaksanaan Anggaran PPKD
Jurnal untuk menutup pendapatan LRA dan belanja ke surplus/ defisit LRA
Pendapatan hasil pengelolaan kekeyaan daerah
yang dipisahkan LRA 5.000.000
Pendapatan bunga LRA 1.000.000
Pendapatan dana bagi hasil pajak LRA 5.000.000
Pendapatan dana bagi hasil bukan pajak LRA 20.000.000
Pendapatan dana alokasi umum LRA 200.000.000
Pendapatan dana alokasi khusus LRA 40.000.000
Pendapatan transfer dana bagi hasil pajak LRA 18.000.000
Surplus/ defisit LRA 271.450.000
Belanja bunga utang pinjaman 5.000.000
Belanja subsidi 4.750.000
Belanja hibah kepada kelompok masyarakat 4.000.000
Belanja bantuan sosial kepada masyarakat 13.800.000
Jurnal untuk menutup surplus/ defisit LRA ke ekuitas SAL:
Surplus/ defisif LRA 271.450.000
Ekuitas 271.450.000
Jurnal untuk menutup penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan ke pembiayaan neto:
Pencairan dana cadangan 65.000.000
Pinjaman dalam negeri perbankan 75.000.000
Penerimaan kembali piutang kepada perusahaan daerah 35.000.000
Pembiayaan neto 25.000.000
Pembentukan dana cadangan 50.000.000
Penyertaan modal pada BUMD 100.000.000
Jurnal untuk menutup pembiayaan neto ke ekuitas SAL:
Pembiayaan neto 25.000.000
Ekuitas SAL 25.000.000
Jurnal untuk menutup perubahan SAL ke ekuitas:
Ekuitas 296.450.000
Perubahan SAL 296.450.000
Laporan Operasional PPKD
• Laporan realisasi anggaran tidak cukup untuk menunjukkan
kinerja pemerintah karena laporan tersebut hanya memuat
penerimaan dan pengeluaran berbentuk kas.
• Laporan operasional: laporan yg menunjukkan kinerja
operasi satuan yg lebih luas karena disusun berdasarkan basis
akrual (SPAP 12), mencakup unsur penerimaan dan
pengeluaran kas dan non kas.
Jurnal Penutup Finansial SKPD A
• Jurnal penutup finansial: jurnal untuk menutup akun-akun
nominal pada laporan operasional.
• Akun-akun tersebut adalah pendapatan LO dan beban.
• Tahapan penutupan finansial:
1. Menutup pendapatan LO dan beban ke surpuls/ defisit LO
2. Menutup surplus/ defisit LO ke ekuitas
Jurnal Penutup Pendapatan LO dan Beban ke surplus/
defisit LO
Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan LO 5.000.000
Pendapatan jasa giro LO 8.000.000
Pendapatan bunga LO 3.400.000
Pendapatan dana bagi hasil pajak LO 5.000.000
Pendapatan dana bagi hasil bukan pajak LO 20.000.000
Pendapatan dana alokasi umum LO 200.000.000
Pendapatan dana alokasi khusus LO 40.000.000
Pendapatan transfer bagi hasil pajak daerah LO 18.000.000
Surplus/ defisit 263.100.000
Beban bunga utang pinjaman 21.500.000
Beban subsidi 7.000.000
Beban hibah kepada kelompok masyarakat 4.000.000
Beban bantuan sosial kepada masyarakat 3.000.000
Jurnal untuk menutup surplus/ defisit LO ke ekuitas
Surplus/ defisit LO 263.100.000
Ekuitas 263.100.000
Laporan Perubahan Ekuitas PPKD
• Laporan perubahan ekuitas: laporan yg menunjukkan ekuitas
awal, perubahan ekuitas, dan ekuitas akhir.
• Laporan perubahan ekuitas adalah penghubung antara laporan
realisasi anggaran dan laporan operasional dengan neraca.
Neraca PPKD

Konsolidasi Laporan Keuangan Pemda


• Laporan keuangan konsolidasi Pemda adalah gabungan dari
seluruh laporan keuangan SKPD dan PPKD menjdai satu
kesatuan laporan keuangan Pemda.
• Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai konsep HOBO
(Head Office Branch Office) di mana PPKD bertindak sebagai
kantor pusat dan SKPD bertindak sebagai kantor cabang.
• SKPD membuat laporan keuangan dan menyerahkan kepada
PPKD.
• Entitas akuntansi adalaha unit pemerintahan pengguna anggaran/ pengguna barang dan oleh karenanya wajib
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Neraca awal
Tahap penyusunan laporan keuangan konsolidasi:
1. Penyusunan kertas kerja konsolidasi, ada 3 kertas kerja
gabungan yg perlu disusun:
a. Kertas kerja laporan realisasi anggaran gabungan
b. Kertas kerja laporan operasional gabungan
c. Kertas kerja neraca gabungan
2. Ada 7 laporan keuangan yg perlu disusun berdasarkan
kertas kerja yg sudah disusun sebelumnya:
a. Laporan realisasi anggaran
b. Laporan perubahan saldo anggaran lebih
c. Laporan operasional
d. Laporan perubahan ekuitas
e. Neraca
f. Laporan arus kas (323)
g. CALK:
• Informasi umum tentang entitas
• Kebijakan fiskal/ keuangan dan ekonomi makro
• Ikhtisar pencapaian target keuangan serta kendala dan hambatan pencapaian target tersebut
• Dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yg dipakai
• Rincian dan penjelasan masing-masing pos laporan keuangan.
Kertas kerja gabungan:
1. Penyusunan kertas kerja laporan realisasi anggaran gabungan
2. Penyusunan kertas kerja laporan operasional anggaran
3. Penyusunan kertas kerja neraca gabungan
Berbeda dengan kertas kerja gabungan lain, ada kebutuhan jurnal eliminasi pada kertas kerja neraca gabungan. Jurnal
eliminasi tersebut adalah jurnal untuk menutup akun timbal balik atau akun resiprokal.
Akun resiprokal adalah akun internal di pemerintah daerah yang menggambarkan hubungan keuangan di antara PPKD
sebagai Home Office dan SKPD sebagai Branch Office
Akun resiprokal (reciprocal account) yaitu akun Rekening Koran-Pusat (RK-Pusat) yang ada di SKPD dan akun Rekening
Koran-SKPD (RK-SKPD) yang ada di PPKD.
RK PPKD 121.900.000
RK SKPD A 27.650.000
RK SKPD B 94.250.000
Pertemuan 19 “Pengembangan akuntansi sektor publik”
ASP pada Tingkat Internasional
• Upaya pemerintahan untuk mewujudkan Good Public Governance
• Peralihan basis kas menjadi akrual diberbagai negara
• Basis akrual muncul tahun 1990an
• Berdasarkan data International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB), tahun 2018 terdapat 156
negara yang disurvei dan 36% sudah berbasis akrual (termasuk Indonesia di tahun 2015).
• Masih terdapat perbedaan adopsi akrual di berbagai negara, termasuk Indonesia.
• Kebanyakan masih basis modifikasi yaitu cash transitioning to accrual.
• Pemerintah Indonesia pernah menerapkan basis Kas Menuju Akrual (Cash Toward Accrual) dalam penyusunan
laporan keuangannya selama masa transisi. Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah disebutkan bahwa basis Kas menuju Akrual (Cash Toward Accrual) mengakui atau mencatat pendapatan,
belanja, dan pembiayaanberdasarkan basis kas, sedangkan aset, utang, dan ekuitas dana dicatat berdasarkan
basisakrual.
• Salah satu upaya pengembangan adalah melalui konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS).
• IPSASB menyusun strategi dan rencana kerja 2019-2023 dengan sasaran strategis untuk memperkuat Public
Financial Management (PFM) melalui adopsi atas International Public Sector Accounting Standards (IPSAS)
berbasis akrual.
ASP di Indonesia
• Perkembangan pesat ASP didukung oleh reformasi manajemen keuangan negara dengan lahirnya UU tentang
keuangan negara:
a. UU No. 17 tahun 2004 tentang keuangan negara
b. UU No. 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara
c. UU No. 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
• Dengan dasar UU pemerintah membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) dengan tugas
mempersiapkan, merumuskan, dan menyusun SAP di Indonesia.
• KSAP terdiri atas unsur pemerintahan, praktisi, asosiasi profesi, dan akademisi.
• Indoensia memiliki SAP pertama dengan diterbitkan PP No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
dengan basis Cash Toward Accrual (CTA).
• Terbitnya PP No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah menggantikan PP No. 24 tahun 2005 dengan
diterbitkannya 2 SAP: SAP berbasis CTA dan SAP berbasis akrual.
• Basis akrual pertama dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2015.
• LKKP tahun 2016 mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh BPK
- UU No 17 Tahun 2004 Pasal 30/31 Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan undang-
undang tentang pertanggungjwaban pelaksanaan APBN/APBD kepada DPR/DPRD berupa laporan
keuangan
- UU No 17 Tahun 2004 Pasal 32 Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN/APBD
sebagaimana dimaksud disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan
- UU No 1 Tahun 2005 Pasal 51
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah menyelenggarakan akuntansi atas
transaki keuangan aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayan dan perhitungannya.
Kepala satua kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi aset,
utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendaptan dan belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya.
Akuntansi sebagaimana dimaksud digunakan untuk menyususn laporan keuangan Pemerintah Daerah sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan
- UU No 1 Tahun 2005 Pasal 55
- Ayat (1) Kepala Satuan Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun
laporan keuangan pemerintanh daerah untuk disampaikan kepada guberrnur/bupati/walikota dalam rangka memenuhi
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
- Ayat (2) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan
menyampaiakan laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan
keuangan
- UU No 15 Penjelasan Pasal 16 Ayat (1)
• Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan
dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteris (i) kesesuaian dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosure), (iii) kepatuahan terhadap peraturan
perundang-undangan, dan (iv) efektivitas sistem pengendalian intern.
- UU No 31 Tahun 2005 Pasal 184
• Kepala daerah menyampaiakan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD
berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksan Keuangan paling lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun anggaran beakhir.
• Laporan keuangan sebagaimana dimasud sekurag-kurangnya meliputi laporan realisasi APBD, neraca, laporan
arus kas, dan catatn atas laporan keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan badan usaha milik negara.
• Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah
- Peraturan Mentri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
- Pasal 265 ayat (2) :
Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan disajikan
sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan
- KEDUDUKAN SAP
• Pelaksanaan UU No 17 Tahun 2003 dan UU No. 32 Tahun 2004
• Dibutuhkan dalan rangka penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan
keuangan
• Setiap entitas pelaporan pemerintah pusat dan pemerintah daerha wajib menerapkan SAP
- ASP di Indonesia
• KSAP berperan penting dengan dasar Keppres No 30 tahun 2016 telah menerbitkan SAP dengan menghasilkan
standar:
1. 12 pernyataan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) berbasis kas menuju akrual (CTA), PP
24 tahun 2005.
2. 13 PSAP dan 1 revisi PSAP berbasis akrual, PP 71 tahun 2010.
3. 14 buletin teknis (Bultek) basis kas
4. 10 Bultek basis akrual4 Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP)
Penyusunan LK : Kelebihan

Kelemahan

Urgensi dan Arah Pengembangan ASP di Indonesia


Tantangan:
• Kebijakan yg ditetapkan dalam pelaksanaan pembangunan sering kali membawa konsekuensi adanya mekanisme
pengelolaan keuangan publik yg sebelumnya belum pernah dilaksanakan (misalnya pengelolaan dana desa, perlu
standar akuntansi dan sistem akuntansi tersendiri)
• Adanya bentuk kelembagaan baru di pemerintahan (misalnya Badan Layanan Umum dan Badan Layanan Umum
Daerah).
• SDM yang belum siap
• Sistem, alur yang masih belum siap secara penuh
• Beberapa kebijakan masih memerlukan penanganan serius agar bisa secara penuh menerapkan basis akrual
Upaya:
• Berbagai pihak antara lain akademisi dan asosiasi profesi IAI dari sisi IAI kompartemen Akuntansi Sektor Publik
(IAI KASP) telah berperan aktif mengembangkan dan merumuskan.
• IAI merumuskan:
1. PSAK No 109 tahun 2010 tentang akuntansi zakat dan Infaq/ sedekah
2. PSAK No 45 tahun 1997 dan teah direvisi tahun 2011 tentang pelaporan keuangan entitas nirlaba
3. Pedoman akuntansi dana desa
4. Pedoman pelaporan dana kampanye
5. Pedoman akuntansi pesantren
6. Policy Brief pengelolaan BLU/ BLUD
• Dinamika perekonomian mendekatkan sektor privat dan sektor publik (banyak terjadi kegiatan kerjasama/ secara
bersama)

Pertemuan 20 “Auditing sektor publik, Value for money audit, Proses audit kinerja”
Auditing Sektor Publik
• Konsep dan prosedur dalam melakukan audit kinerja (Value for money audit).
• Upaya peningkatan kinerja dan akuntabilitas sektor publik
Value For Money (VFM) Audit
• Audit secara umum sebatas audit keuangan dan kepatuhan
• AFM ditambahkan terkait audit kinerjanya (permofmance audit), meliputi ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
• Audit ekonomi dan efisiensi disebut management audit atau operational audit
• Audit efektivitas disebut program audit
• Audit secara umum sebatas audit keuangan dan kepatuhan
• AFM ditambahkan terkait audit kinerjanya (permofmance audit), meliputi ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
• Audit ekonomi dan efisiensi disebut management audit atau operational audit
• Audit efektivitas disebut program audit.
• Audit keuangan adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai asersi atas tindakan dan kejadian ekonomi, kesesuaian dengan kriteri atau standar yang telah ditetapkan dan
kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada stakholder. Luaran berupa pendapat (opini)
• Audit kinerja berfokus pemeriksaan pada tindakan dan kejadian ekonomi yang menggambarkan organisasi. Luaran
bisa berupa rekomendasi untuk perbaikan dimasa datang.
Audit Ekonomi dan Efisiensi
• Ekonomi memiliki arti biaya terendah.
• Efisiensi memiliki arti mengacu pada rasio terbaik antara output dengan biaya (input).
• Tujuan audit ekonomi dan efisiensi:
1. Apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber dayanya (karyawan, gedung,
ruang, dan kantor) secara ekonomis dan efisien.
2. Penyebab terjadinya praktik yang tidak ekonomis atau tidak efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi dalam
mengelola sistem informasi, prosedur administrasi, dan struktur organisasi.
• The General Accounting Office Standards (1994), audit ekonomi dan efisiensi dilakukan dengan mempertimbangkan:
1. Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.
2. Pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) sesuai dengan kebutuhan pada biaya terendah.
3. Melindungi dan memelihara sumber daya yang ada secara memadai
4. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas tujuannya.
• The General Accounting Office Standards (1994), audit ekonomi dan
efisiensi dilakukan dengan mempertimbangkan:
5. Menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang berlebihan.
6. Menggunakan prosedur kerja yang efisien
7. Menggunakan sumber daya (staff, peralatan, dan fasilitas) yg minimum dalam menghasilkan/ menyerahkan
barang/ jasa dengan kuantitas dan kualitas yg tepat.
8. Mematuhi persyaratan peraturan UU yg berkaitan dengan perolehan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya
negara.
9. Melaporkan ukuran yg sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan dan efisiensi.
• Untuk mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yg optimal, auditor dapat membandingkan output yg
dicapai pada periode yg bersangkutan dengan:
1. Standar yang telah ditetapkan sebelumnya
2. Kinerja tahun-tahun sebelumnya
3. Unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang berbeda
• Tahapan audit secara umumnya:
1. Perencanaan audit
2. Me- review sistem akuntansi dan pengendalian intern
3. Menguji sistem akuntansi dan pengendalian intern
4. Melaksanakan audit
5. Menyampaikan laporan
Audit Efektivitas
• Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan.
• Tujuan efektivitas bertujuan:
1. Tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan
2. Kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya
3. Apakah entitas yg diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yg memberikan hasil yg sama dengan biaya yg
paling rendah.
• Secara rinci tujuan audit efektivitas:
1. Menilai tujuan program, baik yg baru maupun yg sudah berjalan, apakah sudah memadai dan tepat
2. Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yg diinginkan.
3. Menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program secara terpisah/ sendiri.
4. Mengidentifikasi faktor yg menghambat pelaksanaan kinerja yg baik dan memuaskan
5. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk melaksanakan program yg mungkin
dapat memberikan hasil yg lebih baik dan dengan biaya yg lebih rendah.
6. Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang tindih atau bertentangan dengan program lain
yg terkait.
7. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih baik.
8. Menilai ketaatan terhadap peraturan UU yg berlaku untuk program tersebut.
9. Menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk mengukur, melaporkan, dan
memantau tingkat efektivitas program
10. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yg sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai
efektivitas program
• Alternatif untuk mengevaluasi pelaksanaan program:
1. Proksi untuk mengukur dampak atau pengaruh
2. Evaluasi oleh konsumen
3. Evaluasi yg menitikberatkan pada proses bukan pada hasil
• Evaluasi dilaksanakan dengan pertimbangan:
1. Apakah program tersebut relevan atau realistis
2. Apakah ada pengaruh dari program tersebut
3. Apakah program telah mencapai tujuan yg telah ditetapkan
4. Apakah ada cara-cara yg lebih baik dalam mencapai hasil

• 3 kategori kegiatan VFM Audit


1. By product AFM work
Berupa untuk mencari penghematan dengan jalan melakukan sedikit perubahan dalam praktik kerja
2. An’ Arrangment Review
untuk menjamin/ memastikan bahwa klien telah melakukan tugas akdiministrasi yg diperlukan untuk mencapai
AFM.
3. Performance Review
Menilai secara objektif apa yg telah dicapai dan membandingkan dengan kriteria yg valid
Prosedur Utama untuk melaksanakan prktik auditing kinerja organisasi
• Management and Technical Preview
Telaah fungsi manajemen mengenai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, dan metode/ teknik
khusus yg digunakan entitas untuk menentukan:
1. Rencana yg matang telah dikembangkan untuk mencapai hasil yg diinginkan
2. Terdapat struktur yg memadai tentang wewenang dan tanggungjawab manajemen
3. Manajemen telah secara jelas meengkomunikasikan ekspektasinya kepada pihak-pihak yg bertanggungjawab atas
operasi
4. Pelaksanaan diawasi dan dievaluasi secara reguler dengan menggunakan kriteria yg memadai sehingga varian
dari rencana dapat terdeteksi dan dikoreksi tepat waktu.
• Spesial Studies
telaah yg diarahkan untuk mencapai kesesuaian terhadap spesifikasi tertentu sesuai permintaan, contoh:
1. Penelitian mengenai dugaan terjadinya kesalahan atau kecurangan
2. Menilai kecukupan pengendalian internal dalam sistem informasi manajemen/ sistem akuntansi yg diterapkan
Proses Audit Kinerja
• Secara umum, struktur audit terdiri atas:
1. Tahap-tahap audit
2. Elemen masing-masing tahap audit
3. Tujuan umum masing-masing elemen
4. Tugas-tugas tertentu yg diperlukan untuk mencapai setiap tujuan
• Perluasan dari struktur audit, struktur audit kinerja terdiri atas:

Contoh Kriteria Audit

• Komponen audit terdiri dari:


1. Identfikasi lingkungan manajemen
2. Perencanaa dan tujuan
3. Sturktur organisasi
4. Kebijakan dan praktik
5. Sistem dan prosedur
6. Pengendalian dan metode pengendalian
7. Sumber daya manusia dan lingkungan fisik
8. Praktik penempatan karyawan
9. Analisis fiskal
10. Investigasi khusus
Pertemuan 21 “Pemanfaatan perkembangan teknologi di sektor publik”
Mardiasmo “IAI”
• Benturan antara inisiatif baru dengan regulasi dan prosedur kerap terjadi, sehingga menghambat efisiensi dan
efektivitas keuangan negara.
• Dari sisi pendapatan, pelaku ekonomi berharap ada kemudahan dalam proses dan mekanisme perhitungan pajak yang
lebih fair sehingga tidak kontraproduktif dengan upaya mendukung bisnis di era digital, mulai dari start up, unicorn,
hingga decacorn, serta bisnis berbasis teknologi informasi lainnya.
• Di sisi lain, keterbukaan informasi telah membuka peluang bagi pemerintah untuk menarik kembali dana hasil ekspor
yang selama ini ditampung di negara asing melalui skema Automatic Exchange of Information (AEoI). AEoI adalah
fasilitas sistem pertukaran informasi otomatis yang digunakan untuk mengetahui dan mengawasi potensi pajak dalam
dan luar negeri.
• Dari sisi belanja, pelaku ekonomi menghendaki pelayanan publik yang berkualitas, cepat dan efisien terutama terkait
perizinan dan kemudahan berusaha.
Permasalahan
• Laporan keuangan yang disajikan pemerintah di website ternyata masih banyak disajikan data-data yang tidak sesuai.
• Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)
• Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
• Pemanfaatan TI
• Karakteristik sektor publik yang spesifik terkait dengan kebijakan dan regulasi.
Upaya
• Perekrutan pegawai juga dapat diarahkan pada upaya menggaet calon pegawai yang memiliki kemampuan dan literasi
digital
• Edukasi digital juga perlu digalakkan dalam meningkatkan literasi digital para pengelola keuangan negara.
Manfaat
• Membuka peluang bagi berbagai pihak untuk mengakses, mengelola dan mendayagunakan informasi keuangan
daerah secara cepat dan akurat
• Teknologi informasi memiliki kelebihan antara lain kecepatan pemrosesan transaksi dan penyiapan laporan,
keakuratan perhitungan, penyimpanan data dalam jumlah besar, kas pemrosesan yang lebih rendah.
• Mampu memfasilitasi penyediaan layanan masyarakat yang lebih berkualitas pada era disrupsi.
• Penghematan waktu dan kenyamanan dengan mengunakan pelayanan online untuk mengakses pelayanan publik.
Perkembangan
• Sebut saja inisiatif IFMIS (Integrated Financial Management System) yang mengintegrasikan berbagai platform
aplikasi keuangan yang berbeda-beda menjadi satu aplikasi yang terintegrasi. IFMIS telah memudahkan dan
menyederhanakan proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan negara,
bahkan telah memangkas anggaran Information Technology (IT).
• big data secara umum mengacu pada suatu referensi penyimpanan data dalam jumlah besar, yang dapat
mengumpulkan dan menganalisis data secara real-time, serta memfasilitasi perolehan data dalam berbagai format dan
melalui berbagai mekanisme.
Peluang Kewirausahaan
• Pemantapan otonomi daerah serta menyadari kondisi dan potensi
• Lahirnya Undang-Undang Desa memberikan harapan yang besar bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat dan
pemerintahan desa
• Beberapa prospek pembangunan melalui UU No 6 tahun 2014 bagi desa dalam implementasinya ialah, Melalui
kewenangan yang diberikan kepada desa, maka kreativitas dan inovasi akan menjadi lebih
• Badan Usaha Milik Negara (BUMN),Badan Usaha Milik Daerah, (BUMD), Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
• Peningkatan PAD, Potensi pendapatan negara dari pajak, dll
• Inovasi produk, proses, dan pasar
PENINGKATAN DAYA SAING UMKM DAN KOPERASI
Permasalahan

KONSEP & STRATEGI


PENINGKATAN DAYA SAING KOPERASI, UMKM & PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI

Anda mungkin juga menyukai