Anda di halaman 1dari 11

RESUME MATA KULIAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK DAN ELEMENNYA

Oleh :

1. Astika Pertiwi (2016330093)


2. Sindy Mawarista (2016330094)
3. Cindy Venita Indah R (2016330101)
4. Bayu Fajar Winarko (2016335009)

Kelompok : 4

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS DR. SOETOMO

2019
1. PENDAHULUAN

Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks dan heterogen. Kompleksitas


sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan
pengendalian manajemen lebih bervariasi. Demikian juga stakeholder sektor publik,
mereka membutuhkan informasi yang lebih bervariasi, handal, dan relevan untuk
pengambilan keputusan. Tugas dan tanggung jawab akuntan sektor publik adalah
menyediakan informasi baik untuk memenuhi kebutuhan internal organisasi maupun
kebutuhan pihak eksternal.
Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan
keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan
laporan keuangan mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan,
pengolahan, dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk pembuatan
keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi. Karena kebutuhan informasi di sektor
publik lebih bervariasi, maka informasi tidak terbatas pada informasi keuangan yang
dihsilkan dari sistem akuntansi organisasi. Informasi non-moneter seperti ukuran output
pelayanan harus juga dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan.

2. TUJUAN DAN FUNGSI LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

Mardiasmo (2002) menyebutkan tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor


publik sebagai berikut:
1) Kepatuhan dan Pengelolaan – Compliance and Stewardship
Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan
keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah
dilakukan sesuai dengan ketentutan hukum dan peraturan lain yang telah
ditetapkan.
2) Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif – Accountability and Retrospective
Reporting
Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik.
Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kerja dan mengevaluasi manajemen,
memberikan dasar untuk mengamati tren antarkurun waktu, pencapaian atas tujuan
yang telah ditetapkan, dan membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang
sejenis jika ada.
3) Perencanaan dan Informasi Otorisasi – Planning and Authorization Information
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan
aktivitas di masa yang akan datang dan memberikan informasi pendukung mengenai
otorisasi penggunaan dana.
4) Kelangsungan Organisasi – Viability
Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pengguna dalam menentukan apakah
suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan barang dan jasa
(pelayanan) di masa yang akan datang.
5) Hubungan Masyarakat – Public Relation
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada organisasi
untuk mengemukakan pernyataan atas pretasi yang telah dicapai kepada pengguna
yang dipengaruhi karyawan dan masyarakat, serta sebagai alat komunikasi dengan
publik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
6) Sumber Fakta dan Gambaran – Source of Facts and Figures
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada berbagai
kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.

Secara spesifik, tujuan khusus pelaporan keuangan sektor publik adalah


menyediakan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan, dan menunjukkan
akuntabilitas entitas atas sumber daya yang dipercayakan, dengan cara:
a. Menyediakan informasi mengenai sumber daya, alokasi, dan penggunaan sumber
daya keuangan.
b. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas mendanai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya.
c. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas
dalam membiayai aktivitasnya dan memenuhi kewajiban serta komitmennya.
d. Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan suatu entitas dan perubahan
yang terjadi.
e. Menyediakan informasi secara keseluruhan yang berguna dalam mengevaluasi
kinerja entitas menyangkut biaya jasa, efisiensi, dan pencapaian tujuan.

3. KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

Komponen-komponen laporan keuangan sektor publik yang lengkap meliputi:


a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca);
Laporan Posisi Keuangan (Neraca) adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi
aktiva, hutang, dan modal pemilik pada satu saat tertentu.
b. Laporan Kinerja Keuangan (Laporan Surplus-Defisit);
Laporan Kinerja Keuangan (Laporan Surplus-Defisit) atau Laporan Profit dan Loss
adalah laporan keuangan yang menyajikan pendapatan dan biaya selama periode
tertentu.
c. Laporan Perubahan dalam Aktiva/Ekuitas Neto;
Laporan Perubahan dalam Aktiva/Ekuitas Neto menyajikan total surplus/defisit neto
untuk suatu periode; pendapatan dan biaya lainnya yang diakui secara langsung
sebagai perubahan dalam aktiva/akuitas neto; dan, setiap kontribusi oleh, dan
kepada, pemilik dalam kapasitasnya pemilik.
d. Laporan Arus Kas;
Laporan Arus Kas menyajikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas
selama satu periode tertentu.
e. Kebijakan Akuntansi dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Catatan atas laporan keuangan dari entitas harus:
1) Menyajikan informasi mengenai dasar penyusunan laporan keuangan, dan
kebijakan akuntansi spesifik yang dipilih serta diterapkan terhadap transaksi-
transaksi dan peristiwa-peristiwa pnting lainnya;
2) Mengungkapkan informasi yang diwajibkan oleh tandar Akuntansi Keuangan
Sektor Publik, yang tidak disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan
kinerja keuangan, laporan arus kas, dan laporan perubahan aktiva/ekuitas neto;
dan
3) Menyediakan informasi yang tidak disajikan pada laporan keuangan, namun
persyaratan penyajian wajar tetap diterapkan.

4. PEMAKAI LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK


Pemakai laporan keuangan sektor publik dapat diidentifikasikan dengan
menelusuri siapa yang menjadi stakeholder organisasi. Drebin et al. (1981)
mengidentifikasikan terdapat sepuluh kelompok pemakai laporan keuangan. Lebih lanjut
Drebin menjelaskan keterkaitan antar kelompok pemakai laporan keuangan tersebut
dan menjelaskan kebutuhannya. Kelompok pemakai laporan keuangan tersebut adalah :
a. Pembayar pajak (taxpayers)   
b. Pemberi dana bantuan (granlurx)                                               .           
c. Investor       
d. Pengguna jasa (fee-paying service recipients)
e. Karyawan/ pegawai
f. Pemasok (vendor)                                   
g. Dewan legislatif                                                            
h. Manajemen
i. Pemilih (voters)
j. Badan pengawas (oversight bodies)

Pengklasifikasian tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa pembayar pajak,


pemberi dana bantuan, investor, dan pembayar jasa pelayanan merupakan sumber
penyedia keuangan organisasi, karyawan dan pemasok merupakan penyedia tenaga
kerja dan sumber daya material, dewan legislative, dan manajemen membuat keputusan
alokasi sumber daya, dan aktivitas mereka semua diawasi oleh pemilih dan badan
pengawas, termasuk level pemerintahan yang lebih tinggi.

5. HAK DAN KEBUTUHAN PAMAKAI LAPORAN KEUANGAN


Pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap pemerintah,
yaitu:
a. Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu:
 Mengetahui kebijakan pemerintah
 Mengetahui keputusan yang diambil pemerintah
 Mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan dan keputusan tertentu
b. Hak untuk diberi informasi (right to be informed), yang meliputi hak untuk diberi
penjelasan secara terbuka atas permasalahan-permasalahan tertentu yang menjadi
perdebatan publik.
c. Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to).

Kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah, yaitu:


1. Masyarakat pengguna pelayanan publik membutuhkan informasi atas biaya, harga,
dan kualitas pelayanan yang diberikan.
2. Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui keberadaan
dan penggunaan dana yang telah diberikan. Publik ingin mengetahui apakah
pemerintah telah melakukan ketaatan fiskal dan ketaatan pada peraturan
perundangan atas pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan.
3. Kreditor dan investor membutuhkan informasi untuk menghitung tingkat risiko,
likuiditas, dan solvabilitas.
4. Parlemen dan kelompok politik memerlukan informasi keuangan untuk melakukan
fungsi pengawasan, mencegah terjadinya laporan yang bias atas kondisi keuangan
pemerintah, dan penyelewengan keuangan negara.
5. Manajer publik membutuhkan informasi akuntansi sebagai komponen sistem
informasi manajemen untuk membantu perencanaan dan pengendalian organisasi,
pengukuran kinerja, dan membandingkan kinerja organisasi antar kurun waktu dan
dengan organisasi lain yang sejenis.
6. Pegawai membutuhkan informasi atas gaji dan manajemen kompensasi.

6. BENTUK LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

TABEL 1: Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

PADA TANGGAL 31 DESEMBER 20XX (dalam ribuan rupiah)


     
AKTIVA    
Aktiva Lancar    
Kas dan Setara Kas x  
Piutang x  
Persediaan x  
Uang Muka x  
Investasi x  
Total Aktiva Lancar   x
Aktiva Tidak Lancar    
Piutang x  
Investasi x  
Aktiva Keuangan Lainnya x  
Infrastruktur, pabrik dan peralatan x  
Tanah dan bangunan x  
Aktiva Tidak Berwujud x  
Aktiva Nonkeuangan Lainnya x  
Total Aktiva Tidak Lancar   x
Total Aktiva   x
KEWAJIBAN    
Kewajiban Lancar    
Utang Usaha x  
Pinjaman Jangka Pendek x  
Bagian-lancar Pinjaman Jangka Panjang x  
Penyisihan x  
Employee Benefits x  
Pensiun x  
Total Kewajiban Lancar   x
Kewajiban Tidak Lancar    
Utang Usaha x  
Pinjaman x  
Penyisihan x  
Employee Benefits x  
Pensiun x  
Total Kewajiban Tidak Lancar   x
Total Kewajiban   x
     
Aktiva Neto   x
AKTIVA/EKUITAS NETO    
Modal Sumbangan    
Entitas Pemerintah x  
Cadangan x  
Akumulasi Surplus (Defisit) x  
    x
Partisipasi Minoritas   x
Aktiva/Ekuitas Neto Total   x

TABEL 2: Laporan Kinerja Keuangan

CONTOH KLASIFIKASI BIAYA MENURUT FUNGSI


ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20XX
(dalam ribuan rupiah)
Pendapatan Operasi  
Pajak x
Batas jasa, denda, hukuman dan perizinan x
Pendapatan dari transaksi pertukaran x
Transfer dari entitas pemerintah lain X
Pendapatan operasi lainnya X
Total pendapatan operasi X
Biaya operasi  
Jasa publik umum X
Pertahanan X
Keteraturan dan kemanan publik X
Pendidikan X
Kesehatan X
Proteksi/jaring pengaman sosial X
Fasilitas masyarakat dan perumahan X
Rekreasi, budaya dan agama X
Masalah ekonomi X
Proteksi lingkungan X
Biaya ekonomi X
Surplus (Defisit) dari aktiva operasi X
Biaya bunga (x)
Surplus penjualan properti, pabrik dan peralatan X
Pendapatan (biaya) total non-operasi X
Surplus (Defisit) dari aktiva operasi X
Surplus (defisit) saham partisipasi minoritas X
Surplus (defisit) neto  
Pos Luar Biasa X
Pos luar biasa X
Surpus (defisit) neto selama periode berjalan X

TABEL 3: Laporan Kinerja Keuangan

CONTOH KLASIFIKASI BIAYA MENURUT HAKIKAT


ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X8
(dalam ribuan rupiah)
Pendapatan Operasi  
Pajak x
Batas jasa, denda, hukuman dan perizinan x
Pendapatan dari transaksi pertukaran x
Transfer dari entitas pemerintah lain x
Pendapatan operasi lainnya x
Total pendapatan operasi x
Biaya operasi  
Gaji, upah dan employee benefits x
Grants dan pembayaran transfer lain x
Perlengkapan dan barang konsumsi yang dipakai x
Biaya penyusutan dan amortisasi x
Biaya operasi lainnya x
Total biaya operasi x
Surplus/ (Defisit) dari Aktivitas Operasi x
Biaya keuangan (x)
Surplus penjualan properti, pabrik dan peralatan x
Pendapatan (biaya) total monoperasi x
Surplus/ (Defisit) dari Aktiva Biasa x
Surplus/ (Defisit) saham partisipasi minoritas x
Surplus/(Defisit) Neto Sebelumnya  
Pos Luar Biasa x
Pos luar biasa x
Surplus/(Defisit) Neto selama Periode Berjalan x

TABEL 4: Laporan Arus Kas menurut Metode Tidak Langsung


ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X8
ARUS KAS DARI AKTIVA OPERASI  
Surplus (defisit) dari aktivitas biasa xx
Perubahan nonkas xx
Penyusutan xx
Amortisasi xx
Peningkatan penyisihan piutang ragu-ragu xx
Peningkatan utang xx
Peningkatan pinjaman xx
Peningkatan penyisihan terkait dengan biaya
karyawan xx
Laba/rugi penjualan investasi (xx)
Peningkatan aktivitas lancar lainnya (xx)
Peningkatan investasi karena evaluasi (xx)
Peningkatan piutang (xx)
Pos luar biasa  
Arus kas neto dari aktivitas operasi xx
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI  
Pembelian bangunan dan peralatan (xx)
Hasil penjulanan bangunan dan peralatan xx
Hasil penjualan investasi xx
Pembelian sekuritas mata uang asing (xx)
Arus kas neto dari aktivitas investasi xx
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN  
Penerimaan dari pinjaman xx
Pembayaran kembali pinjaman (xx)
Distribusi/ dividen kepada pemerintah (xx)
Arus kas neto dari aktivitas pembiayaan xx
Kenaikan/(penurunan) neto kas dan setara kas xx
Kas dan setara kas awal periode xx
Kas dan setara kas akhir periode xx

TABEL 5: Laporan Arus Kas menurut Metode Langsung


ENTITAS SEKTOR PUBLIK
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X8
(dalam ribuah rupiah)
ARUS KAS DARI AKTIVA OPERASI  
Penerimaan  
Perpajakan  
Perpajakan xx
Penjualan barang dan jasa xx
Hibah xx
Penerimaan bunga xx
Pembayaran  
Biaya karyawan (xx)
Pensiunan (xx)
Penerima bunga (xx)
Penerima lainnya (xx)
Arus kas neto dari aktivitas operasi xx
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI  
Pembelian peralatan (xx)
Hasil penjualan peralatan xx
Hasil penjualan investasi xx
Pembelian sekuritas mata uang asing (xx)
Arus kas neto dari aktivitas investasi (xx)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN  
Penerimaan dari pinjaman xx
Pembayaran kembali pinjaman (xx)
Distribusi/deviden dari BUMD xx
Arus kas neto dari aktivitas  pembiayaan xx
Kenaikan/ (penurunan) neto kas dan setara kas xx
Kas dan setara kas awal periode xx
Kas dan setara kas akhirperiode xx

7. SISTEM PELAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

a. Dasar Kas (Cash Base)


Sistem akuntansi dasar kas hanay mengakui arus kas masuk dan arus kas keluar.
Akun keuangan akhirnya akan dirangkum dalam buku kas. Laporan keuangan tidak bias
dihasilkan apabila tidak ada data tentang aktiva dan kewajiban. Penjualan hanya dicatat
bila kas diterima, sehingga tidak ada pos piutang.  Pembelian dicatat saat kas dibayarkan
sehingga tidak ada utang.
Laporan arus kas banyak dipakai dalam akuntansi bisnis, namun sebagai
tambahan atas laporan pendapatan dan laporan posisi keuangan. Ada satu buku yang
sangat penting dan berharga mengenai akuntansi arus kas bagi dunia usaha yang
menyatakan bahwa laporan akuntansi aktrual tradisional terlalu subjektif dan
menyembunyikan informasi penting tentang kinerja organisasi.
Akuntansi arus kas dipraktikkan di berbagai organisasi sektor publik, misalnya
akun enerimaan dan pembayaran yang sederhana dari kegiatan derma kecil, dan yang
terpenting jumlah uang yang digunakan adalah akun kas pemerintah.

b. Dasar Akrual (Acrual Base)


Definisi konsep akuntansi akrual sebagaimana tercantum pada SSAP 2 adalah
sebagai berikut: Penerimaan dan biaya bertambah (diakui karena diperoleh atau
dimasukkan bukan sebagai uang yang diterima atau dibayarkan) dalam jumlah yang
sesuai satu sama lain, dapat dipertahankan atau dianggap benar, dan berkaitan dengan
rekening laba dan rugi selama periode yang bersangkutan.
Kepastian penerimaan secara hokum sangat ditentukan dengan faktur yang telah
diterbitkan. Kepastian munculnya biaya ditentukan dengan penerimaan jasa/barang.
Penerapan dasar akrual lebih mengutamakan laporan yang dihasilkan untuk
kepentingan kreditor dan debitor. Oleh karena itu, organisasi sektor publik akan
membuat catatatan yang sangat teliti dari para debitor dan kreditor. Jadi, system
akuntansi yang dibangun dapat dipilah mana yang berorientasi utang dan piutang.
Setiap organisasi publik mempunyai daftar laporan yang jumlahnya mungkin
berbeda satu dengan yang lain karena perbedaan proses kerja organisasi. Namun ada
juga persamaan karena alur penerimaan dan pembayaran terjadi secara konsisten
antarorganisasi.

Keunggulan dan Kelemahan Dasar Akrual


1. Penerimaan dan pengeluaran dalam laporan operasi berhubungan dengan
penerimaan dan pemasukannya, yang berarti dasar akrual memberikan alat ukur
atas barang/jasa yang dikosumsi, diubah, serta diperoleh; sementara dasar kas
menyediakan alat ukur atas arus kas masuk dank as keluar.
2. Dasar akrual menunjukkan gambaran tentang pendapatan. Perubahan pendapatan
Yng diperoleh menurut dasar akrual dan besarnya biaya historis adalah alat ukur
kinerja yang diterima.
3. Dasar akrual dapat dijadikan alat ukur modal. Secara historis, nilai modal yang
diinvestasikan dalam organisasi public akan berusaha dipertahankan. Gagsan
mempertahankan modal ini dapat diartikan bahwa pendapatan hanya diakui setelah
modal dipertahankan seutuhnya.
         
Dalam dasar akrual, biaya historis sebuah asset merupakan nilai awal. Jika asset
tersebut merupakan modal organisasi, nilai awalnya adalah nilai modal yang disetorkan.
Apabila kemudian modal asset tersebut dijual dengan harga melampaui nilai historisnya,
keuntungan akan diakui sebagai pendapatan. Inilah kelemahan biaya historis.
Keuntungan yang didapatkan harus merupakan selisih lebuh nilai jual dibandingkan nilai
pasar asset pada saat itu. Nilai pasar asset saat itu lebih riil digunakan kerena asset telah
disusutkan dan digunakan manfaatnya.

Beberapa masalah aplikasi dasar akrual dapat diidentifikasikan sebagai berikut:


1. Penetuan pos dan besaran transaksi dicatat dalam jurnal yang dilakukan oleh
individu yang bertugas mencatatnya. Pengaruh subjektivitas individu pencatat
transaksi cukup besar.
2. Relevansi akuntansi akrual menjadi terbatas ketika dikaitkan dengan nilai historis
dan inflasi.
3. Jika dibandingkan dengan dasar kas, penyesuaian akrual membutuhkan prosedur
administrasi yang lebih rumit sehingga lebih mahal.
4. Peluan terjadinya manipulasi keuangan sulit dikendalikan. Peluang manipulasi
ternuka ketika apabila pengeluaran uang dilakukan tanpa melalui prosedur,
terutama untuk pengeluaran uang dibawah normal.

c. Akuntansi Dana (Fund Accounting)


Akuntansi dana merupakan salah satu alternatif system akuntansi di sektor
publik yang dikembangkan dari dasar kas dan pengendalian anggaran. Bagi sektor publik,
dana kas setor publik cukup penting dan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
Besarnya dana kas sangat mempengaruhi anggaran organisasi, sehingga system
akuntansi lebih memprioritaskan pengelolaan dana kas.
Sistem akuntansi dana mengakui transaksi organisasi ketika komitmen sudah
disepakati. Ini berarti transaksi belum diakui ketika kas dibayar atau diterima, atau ketika
faktur diterima atau dikeluarkan, namun lebih awal lagi, yaitu ketika pesanan dikirim
atau diterima.

Fungsi dan Permasalahan Akuntansi Dana


Fungsi pertama akuntansi dana adalah sebagai pengendalian anggaran. Dasar
pemikirannya adalah manajer tidak bias mengendalikan laporan bulanan, dan proses
menghasilkan laporan tersebur adalah sejak transaksi terjadi. Peranan manajer sangat
menentukan seberapa besar pencairan anggaran yang telah disepakati. Manajer dapat
mengendalikan kesesuaian catatan dengan anggaran yang disepakati.
Akuntansi dana berkonsentrasi pada pesanan yang dikirimkan. Pesanan yang
diterima, yang berkaitan dengan penerimaan tidak akan diperhitungakan sampai faktur
dikirimkan. Jadi, masalah pengendalian anggaran tidak mempengaruhi penerimaan.
Walaupun akuntansi dana dapat mengendalikan anggaran, permasalahan
penerapannya pada laporan keuangan tidak dapat dihindarkan.laporan keunagn
mengungkapkan pengeluaran yang didikung bukti pemesanan. Pembatalan pemesanan
secara hukum tidak akan berdampak apa-apa.
Permasalahan akuntansi akrual akan muncul dalam akuntansi dana. Manajer
akan mengalami masalah dengan pengeluaran anggran di bawah target dalam bulan-
bulan tertentu, dimana kekurangn tersebut akan ditutup pada bulan berikutnya. Dalam
akuntansi dana manajer dapat mengirimkan pesanan beberapa hari sebelum akhir tahun
untuk memenuhi anggaran. Akuntansi dana  memberikan peluang kontribusi ke
cadangan umum pada akhir tahun dan menjadikan kontribusi itu sebagai pembiayaan.

Anda mungkin juga menyukai