AKUNTANSI PERSEDIAAN
Dosen Pembimbing :
Alvy Mulyaningtyas SE., MM.
Kelompok 2 :
Dhiny Nur Halifah ( 2016330064 )
Firda Melati Sukma ( 2016330050 )
Persediaan dapat pula dikaitkan dengan hak pemilik barang sesuai syarat
penyerahaan pada saat transaksi yang meliputi :
1) Barang dalam perjalanan (in transit)
Pemilikan barang ini sangat berggantung pada saat penyerahannya. Kemungkinan
biaya pengangkutan ditanggung pembeli, maka barang tersebut menjadi milik
pembelian, demikian pula sebaliknya.
2) Barang titipan (barang konsumsi)
Barang komisi yang belum terjual jelas milik pihak yang menitipkan barang.
Ditinjau dari pihak yang menitipkan, barang tersebut sering disebut barang konsinyasi.
Dengan demikian, biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya
konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan tersebut berada dalam kondisi
dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai.
Peryataan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 14 revisi 2008 bertujuan
mengatur perlakuan akuntansi yang persediaan. Selanjutnya permasalahn pokok dalam
akuntansi persediaan ini yaitu menentukan jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan
perlakuan akuntansi berikitnya aset tersebut berkaitan dengan penapatn yang diakui.
B. PENGUKURAN PERSEDIAAN
Biaya persediaan dimaksud dalam (PSAK) No.14 meliputi semua biaya pembelian,
biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai pwrsediaan brda dalam kondisi dan
lokasi saat ini. Untuk lebih jelas pergetian biaya persediaan perlu dipahami pergertian
berikut.
1. Biaya Pembelian
Biaya pembelian meliputi harga beli, nilai impor,pajak lainnya (kecuali yang
kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biya
pengangkutan, biaya penangganan, dan biaya lainya secara langsung dapat
diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa.diskon dagang, rabat, dan
hal lain uang serupa dikurangkan dalam menentukan biya pembelian.
2. Biaya Konversi
Biaya konversi meliputi biaya yang secaa langsung terkait dengan unit yang
diproduksi contoh biaya tenaga kerja langsung termasuk juga alokasi sistematis
overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan
menjadi barang jadi.
3. Biaya-Biaya lain
Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan yang timbul, agar persediaan
berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Nilai tercatat persediaa harus diakui sebagai beban pada saat persediaan dijual dan
pada periode diakuinya pendapatn atas penjualan tersebut. Demikian bola terjadi
penurunan nilai dibawah biaya menjadi nila realisasi bersih, seluruh kerugian persediaan
tersebut diakui sebagi beban pada periode terjadinyapenurunan atau kerugian tersebut.
Sebagai contoh persediaan yang digunkan sebagai komponen aset tetap yang dibangun
sendiri. Sedankan alokasi persediaan keaset lain diakunya sebagai beban selama umur
manfaat aset tersebut.
D. PENCATATAN PERSEDIAAN
Dalam akuntansi terdapat dua sistem pencatatan persediaan, yaitu sebagai berikut.
1. Sistem Perpetual
Dalam sistem perpetual ini biasanya dapat diketahui secra terus menerus tanpa
melakukan inventaris fisik (stok opname). Oleh karena itu, setiap jenis barang dibuat
kartu, dan setiap mutasi persediaan dicatatdalam kartu, baik harga maupun jumlah
barang (kuantitas), sehingga pengendalian persediaan menjadi sangat mudah, yaitu
dengan melakukan pencocokan antara kartu persediaan dan hasil invetarisasi fisik.
Sebagai contoh :
a. Pada tanggal 2 januari 2016 Tuan Yahya membeli 4.000 karung semen
@Rp40.000,00 per karung dari PT Semen Cibinong.
b. Pada tanggal 5 januari 2016 Tuan Yahya menjual 3.000 karung semen
@Rp45.000,00 kepada PT Maju.
Ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
a. Pada saat pembelian
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Persediaan 160.000.000
Untang Dagang 160.000.000
b. Pada saat penjualan
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Piutang Dagang 135.000.000
Penjualan 135.000.000
2. Sistem Periodik
Dalam sostem periodik, persediaan dihitung dengan malakukan inventarisasi pada
akhir periodik, hasiil perhitungn tersebut dipakai untuk menghitung harga pokok
penjualan. Contoh sebagaimana disebutkan tersebut selanjutnya dapat dibuat ayat
jurnal sebagai berikut :
a. Pada saat pembelian
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Pembelian 160.000.000
Untang Dagang 160.000.000
Untuk sistem periodik, ayat rnal yang berhubungan dengan Hrag Pokok tidak dibuat
karena Harga Pokok penjualan dihitung secara periodik pada akhir periode akuntansi.
E. PENETAPAN PERSEDIAAN DAN PELAPORAN DALAM LAPORAN
KEUANGAN
Pada umumnya, nilai persediaan dinyatakan dalam neraca/laporan posisi keuangan
sebesar harga pokok atau harga perolehannya. Harga pokok perolehan meliputi seluuh
biaya yang sevara lansung atau tidak langsung terjadi, sebagai contoh biaya
pengangkutan dan premi asuransi. Nilai persediaan dineraca/ alporan posisi keuangan
dan dilaporan laba rugi tersebut saling berhubungan. Gambaran hubungan dan pengaruh
keduanya terlihat seperti perhitugan berikut.
Penetapan besarnya nilai persediaan akhir atau harga pokok penjualan dapat
mengunakan metode berikut ini.
1. berdasarkan harga perolehan
a. Metode Identifikasi khusus
Metode ini berasumsi bahwa arus batang harus sama dengan arus biaya, sehingga
setiap kelompok barang diberi identifikasi dan dibuat kartu.
b. Metode Masuk Pertama (First In First Out-FIFO)
Metode ini mendasarkan pada asumsi bahwa barang yang masuk pertama akan
dikeluarkan pertama.
Tgl Uraian Pembelian Pemakaian/HPP Saldo
Kuant HS Kuant HS Jumlah Kuant HS Jumlah
(unit) (Rp) (unit) (Rp) (Rp) (unit) (Rp) (Rp)
Contoh:
2 Januari Persediaan awal 200 unit @ Rp10.000.000,00 = Rp2.000.000.000,00
10 Januari pembelian 400 unit @ Rp11.500,00 = Rp4.600.000.000,00
18 Januari pembelian 2100 unit @ Rp12.500,00 = Rp1.250.000.000,00
24 Januari pembelian 200 unit @ Rp12.000.000,00 = Rp2.400.000.000,00
= Rp46.00.000
4
= Rp11.500.000,00
Nilai Persediaan Per 31 Januari= 200 x Rp11.500.000,00 = Rp2.300.000.000,00
2. Brdasarkan Estimasi
Penetapan besarnya nilai persediaan akhir dapat dilakukan dengan mendasarkan
estimasi pada:
Apabila dua metode tersebut dibandingkan, terlihat bahwa metode laba kotor
menggunakan Current Period Ratio
G. METODE PENELITIAN LAINYA
a. Harga terendah antara perolehan dan harga pasar(Lower of Cost or Market
Whichever is Lower=LOCOM)
Kenyataan yang ada di perusahaan bahwa barang di Gudang secara fisik
mengalami kerusakan sehingga manfaatnya tidak lagi sepadan dengan harga
pokok atau akibat lainya seperti perubahan tinggkat harga. Oleh karena itulah
umumnya persediaan dinyatakan sebesar harga yterendah antara harga perolehan.
Selisih penurunan tersebut diakui sebagai kerugian pada saat terjadinya.
Sebagai gambaran dicontohkan sebagai berikut :
(dalam ribuan rupiah)
Harga Harga Total
No Jenis Jumla pokok pokok Harga Harga LOCOM
. barang h per pasar per Pokok pasar (Rp) (Rp)
unit unit(Rp) unit(Rp) (Rp)
b. Nilai jual
Terhadap produk yang harga jual dapat ditentukan secara pasti, tetapi harga
perolehannya sulit diterapkan, maka nilai persediaan ditetpkan sebesar harga jual
dikurangi taksiran biaya-biaya penjualan yang dapat terjadi. Metode ini digunakan untuk
menetapkan persediaan produk pertanian atau logam mulia.
Akuntansi Pajak
Dari sisi praktik akuntansi komersial dan akuntansi pajak, tidak ada perbedaan
prinsip dalam metode pencatatannya, sehingga metode pencatatan yang dapat digunakan
adalah sistem perpetual, baik rata-rata maupun FIFO, atau metode pencatatan fisikal
(kolektif) yang telah dijelaskan dalam penjelasan pasal 10 ayat (6) Undang-Undang
pajak penghasilan. Namun demikian mengacu pada hutang tubuh pasal 10 ayat (6)
Undang-Undang ajak penghasilan tersebut bahwa persediaan dan pemakaian persediaan
untuk menghitung harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan.
1. Dilakukan secara rata-rata, atau
2. Dengan cara mebdahulukan persediaan yng diperoleh pertama.
Menetpakan besarnya nilai persediaan atau nilai pemakain persediaan menurut
praktik akuntansi komersial yang mempunyai lebih banyak pilihan. Dalam hal
penggunaan metode penilaian persediaan juga disyaratkan adanya taat asas.
Untuk kepentingan perhitungan pajak pengahsilan, Pasal 10 ayat (6) Undang-Undang pajak penghasilan
menyatakn bahwa persediaan harus dinilai berdasarkan harga perolehan. Sebagai contoh, pada bualn
desember 2011 PT Baruna telah melakukan pembelian brang dengan perjanjian seperti diatas dengan
harga pembelian Rp300.000.000,00. Barang tersebut diterima pada bulan maret tahun 2012 dan pada
bulan desember bulan 2011 hrag turun menjadi Rp100.000.000,00 sesuai praktik akuntansi komersial,
kerugian sebesar Rp200.000.000,00 dibebankan sebagai kerugian tahun 2011 dengan ayat jurnal sebagai
berikut.
Apabila diperhatikan, laba kotor sesuai laporan keuangan fiskal lebih besar
dibanding laba kotor sesuai laporan keuangan komersial berturut ditahun 2014, 2015,
dan 2016. Beban pajak penganghasilan menjadi lebih besar. Perbedaan-perbedaan
sebagai perbedaan waktu yang dapat dikurangkan yang diakuinya sebagai aset pajak
tangguhan dalam masa-masa tersebut seperti yang digambarkan pada tahun2014 dan
tahun 2015 dan seterusnya.
Aset pajak tangguhan = 10% x Rp15.000.000,00 = Rp 1.500.000,00 pengakuannya pada akhir tahun
2014 dengan ayat jurnal.