Anda di halaman 1dari 27

Akuntansi Perpajakan Persediaan

dan
Akuntansi Perpajakan Aktiva Tetap

Kelompok DJP :

1. Nurhafiza
2. Nadiya
3. Remi
01 Akuntansi Perpajakan Persediaan
Pengertian Persediaan
Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3) mengemukakan bahwa: Persediaan adalah aset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau,
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.

Kieso, Weygandt, Warfield (2002:443) mengatakan bahwa ” persediaan (inventory) adalah pos-pos
aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau
dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”.
Sistem Akuntansi Persediaan

01 Perpetual (perpetualinventory system)

Sistem pencatatan perpetual selalu membuat catatan setiap terjadinya mutasi persediaan (pembelian,
penjualan, ataupun retur)

02 Periodik (periodic inventory system)

Pada akhir periode akuntansi dengan menggunakan sistem pencatatan periodik harus melakukan
pengecekan fisik terhadap persediaan (stock opname of inventories) dengan cara mengukur dan
menghitung berapa jumlah barang yang ada di gudang. Sistem pencatatan ini pada akhir periode
dibutuhkan ayat jurnal penyesuaian.
PENILAIAN PERSEDIAAN

01 Metode Tanda Pengenal Khusus ( specific identification ).

setiap barang yang dibeli atau yang masuk diberi kode / tanda pengenal yang menunjukkan harga
per satuan sesuai faktur yang diterima.
PENILAIAN PERSEDIAAN

02 Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach).
Dalam pendekatan ini terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu sistem periodik dan sistem perpetual :
a. Fifo (first in first out), masuk pertama keluar pertama
Persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga
persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli).
b. LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar pertama
Persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan
akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama) masuk atau dibeli.
c. Metode rata-rata (average method)
Persediaan dan harga pokok dihitung berdasarkan harga rata-rata semua barang yang dibeli selama satu periode.
PENILAIAN PERSEDIAAN

03 Penilaian Persediaan Selain Arus Harga Pokok

Dalam pendekatan ini ada tiga metode yang digunakan, yaitu:


a. Lower Cost of Market
Yaitu metode harga terendah antara harga pokok dan harga pasar. Metode ini dapat diterapkan dalam kondisi persediaan tidak
normal, misalnya cacat, rusak dan kadaluarsa.
b. GrossProfit Method
Metode laba kotor ini bersifat estimasi dalam penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan karena keterbatasan dokumen
yang terkait dengan persediaan, misalnya karena terjadi bencana kebakaran dan banjir.
c. RetailMethod
Metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan
eceran.
Akuntansi Perpajakan Persediaan

Dari sisi praktik akuntansi komersial dan akuntansi pajak, tidak ada perbedaan prinsip dalam metode pencatatannya,
sehingga metode pencatatan yang dapat digunakan adalah sistem perpetual, baik rata-rata maupun fifo, atau metode
pencatatan fisikal yang ada pada penjelasan pada pasal 10 ayat (6) Undang Undang Pajak Penghasilan.
Metode Perhitungan Persediaan
Metode FIFO :
Bisnis A membeli bererapa unit laptop pada waktu dan harga yang berbeda. Pertama membeli 10 unit laptop Rp.
4.000.000/unit. Kemudian transaksi kedua membeli lagi 5 laptop Rp. 5.000.000/unit.
Pada akhir bulan telah menjual sebanyak 8laptop.
Jawab :
HPP = (8 laptop x Rp. 4.000.000) = Rp. 32.000.000
2 laptop masih tersisa dari pembelian pertama Rp. 4.000.000 dan 5 laptop dari pembelian kedua Rp. 5.000.000.
Saldo akuntansi akun persediaan :
= (2 x Rp. 4.000.000) + (5 x Rp. 5.000.000)
= Rp. 8.000.000 + Rp. 25.000.000
= Rp. 33.000.000
Metode Perhitungan Persediaan
Metode LIFO :
HPP = (8 Laptop x Rp. 5.000.000) = Rp. 40.000.000

Tersisa 2 laptop Rp. 4.000.000 dan 5 laptop Rp. 5.000.000

Saldo akuntansi akun persediaan :


= ( 2 x Rp. 5.000.000) + ( 5 x Rp. 4.000.000)
= Rp. 10.000.000 + Rp. 20.000.000
=Rp. 30.000.000
Metode Perhitungan Persediaan
Metode Average (Rata-rata) :
HPP = ((Jumlah Laptop I x Rp. 4.000.000) + (Jumlah Laptop II x Rp. 5.000.0000)) : Total laptop
= ((10 x Rp. 4.000.000) + (5 x Rp. 5.000.0000)) : 15
= (Rp. 40.000.000 + Rp. 25.000.000) : 15 = Rp. 4. 300.000
Tersisa 2 laptop Rp. 4.000.000 dan 5 laptop Rp. 5.000.000

Saldo akuntansi akun persediaan :


= Jumlah item yang tidak terjual : harga rata-rata
= 7+ Rp. 4.300.000
=Rp. 30.100.000
Perbandingan Ketiga Metode Perhitungan Persediaan

Metode FIFO LIFO AVERAGE


Rp Rp Rp
Pendapatan 100.000.000 100.000.000 100.000.000
Rp Rp Rp
HPP 32.000.000 40.000.000 4.300.000
Laba Sebelum Rp Rp Rp
Pajak 68.000.000 60.000.000 95.700.000
Rp Rp Rp
Pajak 25 % 17.000.000 15.000.000 23.925.000
Laba Setelah Rp Rp Rp
Pajak 51.000.000 45.000.000 71.775.000

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jika perusahaan menggunakan metode perhitungan
persediaan LIFO, maka perusahaan dapat memperkecil laba sebelum pajak atau laba kotor, sehingga
pembayaran pajak penghasilan menjadi lebih sedikit
Pencatatan persediaan
Contoh 1 (PKP) :
Pada tanggal 31 maret 2020, PT. Abadi membeli 100 unit barang dagang seharga Rp. 50.000 ( harga belum
termasuk PPN) dibayar tunai.

Pada tanggal 1 April 2020, PT. Abadi menjual 30 unit barang dagang secara tunai dengan harga jual per
masing-masing unit seharga Rp. 70.000 ( harga belum termasuk PPN).

Tanggal Metode Perpetual Metode Periodik


31 Maret Persediaan Barang Dagang Rp. 5000.000
2020 (D) Pembelian 5.000.000
  PPN Masukan Rp. 500.000 (D) PPN Masukan 500.000 (D)
  Kas Rp.500.000 (K) Kas 5.500.000 (K)
01 April 2020 Kas Rp. 2.310.000 (D) Kas Rp. 2.310.000 (D)
  PPN Keluaran Rp. 210.000 (K) PPN Keluaran Rp. 210.000 (K)
  Penjualan Rp. 2.100.000 (K) Penjualan Rp. 2.100.000 (K)
  HPP Rp. 1.500.000  
Persediaan Barang Dagang Rp.
  1.500.000 (K)  
  (30 unit x Rp. 50.000 = Rp. 1.500.000)  
Pencatatan persediaan
Contoh 1 (Bukan PKP) :
Pada tanggal 31 maret 2020, PT. Abadi membeli 100 unit barang dagang seharga Rp. 5.000.000 ( harga belum
termasuk PPN) dibayar tunai.

Pada tanggal 1 April 2020, PT. Abadi menjual 30 unit barang dagang secara tunai dengan harga jual per
masing-masing unit seharga Rp. 70.000 ( harga belum termasuk PPN).

Tanggal Metode Perpetual Metode Periodik


31 Maret Persediaan Barang Dagang Rp. 5000.000
2020 (D) Pembelian 5.000.000 (D)
  Kas Rp.5000.000 (K) Kas 5.000.000 (K)
01 April 2020 Kas Rp. 2.100.000 (D) Kas Rp. 2.100.000 (D)
  Penjualan Rp. 2.100.000 (K) Penjualan Rp. 2.100.000 (K)
  HPP Rp. 1.500.000  
Persediaan Barang Dagang Rp.
  1.500.000 (K)  
  (30 unit x Rp. 50.000 = Rp. 1.500.000)  
02 Akuntansi Perpajakan Aktiva Tetap
Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah wajib pajak dalam negeri yang mempunyai aktiva tetap yang
terletak/berada di Indonesia, dengan syarat telah memenuhi semua kewajiban pajaknya
(PPH, PPN, PPnBM, dan PBB) sampai dengan masa pajak terakhir sebelum revaluasi.
Pengakuan Aktiva Tetap

Pernyataan standar Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2007) bertujuan untuk mengatur perlakuan
akuntansi aset tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi
entitas di asset tetap, dan perubahan dalam investasi tersebut pernyataan tersebut tidaklah berlaku untuk
hak penambangan dan reservasi tambang seperti minyak, gas alam, dan sumber daya alam sejenis yang
tidak dapat di perbaharui.
Pengakuan Aktiva Tetap
1. Aktiva tetap adalah harta yang dapat digunakan lebih dari satu tahun. Aktiva tetap terbagi atas:

a. Aktiva yang dapat disusutkan (depreciable assets)


b. Aktiva yang tidak dapat disusutkan (nondepreciable assets)

2. Syarat- syarat harta tidak berwujud

a. Ada hak mutlak.


b. Ada keistimewaan tertentu
c. Ada pengeluaran biaya

3. Berdasarkan masa manfaatnya, aktiva tidak berwujud terbagi atas :

a. Aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya dibatasi oleh UU


b. Aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak dibatasi oleh undang-undang.
Nilai Perolehan Aktiva Tetap

Penentuan harga perolehan aktiva tetap sangat penting karena harga perolehan menjadi dasar untuk menghitung
besarnya biaya penyusutan tiap-tiap tahun.
Adapun ketentuan sesuai dengan pasal 10 UU PPh, penentuan harga perolehan aktiva tetap sebagai berikut:
1. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak dipengaruhi hubungan
istimewa
2. Nilai perolehan atau niai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta
3. Nilai perolehan atau nilai pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan
pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha
4. Dasar penilaian harta yang dialihkan dalam rangka bantuan sumbangan atau hibah
5. Dasar penilaian harta yang dialihkan dalam rangka penyetoran modal bagi badan yang menerima pengalihan,
sama dengan nilai pasar dari harta tesebut
Penyusutan Aktiva Tetap

Penyusutan adalah beban yang diakui atas penurunan nilai aset akibat penggunaannya. Sehingga pengakuannya
baru bisa dilakukan ketika aset sudah mulai digunakan.
Pada peraturan pajak UU No. 36 tahun 2008, metode Penyusutan yang diakui dan seharusnya dipergunakan Dalam
laporan keuangan adalah metode garis lurus dan metode saldo menurun.
Pengelompokkan Aktiva Tetap Untuk
Penyusutan Dalam Pajak
1. Metode penyusutan menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan sebagaimana telah diatur dalam pasal 11
Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah :
a. Metode saldo menurun (decline balance method)
b. Metode garis lurus untuk aset tetap berwujud.
2. Sedangkan dalam Metode PSAK no 16 :
a. Aktiva tetap dapat disusutkan berdasarkan kebijakan manajemen aktiva dalam menentukan umur manfaatnya.
b. Tanah dan bagunan harus diperlakukan sebagai aktiva yang terpisah untuk tujuan akuntansi ,walaupun diperoleh
secara sekaligus.
Penarikan dan atau Pelepasan Aktiva
1. Aktiva tetap yang tidak bermanfaat lagi, dapat di lepas dengan cara :
a. Pembuangan Aktiva Tetap (Discarding of Plant Assets)
Aktiva tetap yang sudah habis masa guna atau umur ekonomisnya atau mungkin mengalami kerusakan karena
proses produksi, dan tidak dapat diperbaiki lagi, perusahaan dapat mengambil keputusan untuk membuang aktiva
tetap tersebut.
b. Penjualan Aktiva Tetap (Selling of Plant Assets)
Aktiva yang tidak terpakai lagi jika masih laku, maka perusahaan dapat menjual aktiva tersebut.
c. Pertukaran Aktiva Tetap (Exchange of Plant Assets )
Aktiva yang sudah tidak terpakai, selain dibuang dan dijual, dapat ditukar dengan aktiva tetap yang lain, baik
dengan perusahaan lain, maupun ditukar yang baru dengan menambah uang /pembayaran.
Penarikan atau Pelepasan Aktiva
Contoh : 1. Penarikan atau Pelepasan Harta Karena Keuntungan sebesar Rp 5.500.000 merupakan
Dijual Menurut Fiskal 28 Sebuah mesin dengan nilai penghasilan yang menjadi objek pajak PPh.
perolehan Rp 40.000.000 dengan akumulasi Apabila transaksi ini dicatat maka ayat jurnal adalah
penyusutan Rp31.000.000 dijual dengan harga Rp sbb:
16.000.000. Biaya yang dikeluarkan berkenaan
dengan penjualan sebesar Rp 1.500.000. Penerimaan kas Rp 16.000.000
Diketahui : Akumulasi penyusutan Rp 31.000.000
Mesin Rp 40.000.000
Harga jual 16.000.000 Hutang Biaya Rp 1.500.000
Biaya Penjualan (1.500.000) Laba Rp 5.500.000
Penerimaan Netto 14.500.000
Nilai Perolehan 40.000.000
Akumulasi Penyusutan 31.000.000
Nila Sisa Buku (9.000.000)
Keuntungan 5.500.000
Revaluasi Aktiva Tetap
Revaluasi aset tetap merupakan penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai
aset tetap tersebut dipasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang
disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi
mencerminkan nilai yang wajar.

Alasan Wajib Pajak Melakukan Revaluasi:


1. Meningkatkan nilai perusahaan (mark-up)
2. Meningkatkan biaya penyusutan aktiva tetap dimasa datang
3. Meningkatkan keakuratan perhitungan penghasilan maupun biaya
4. Agar neraca perusahaan menunjukan posisi kekayaan perusahaan yang sebenarnya.
Thanks
Any Question?
Kesimpulan

Dalam penilaian persediaan dalam perpajakan tidak menggunakan metode LIFO karena
WP/Perusahaan yang berkaitan dapat meminimalkan laba sehingga memperkecil biaya
pajak penghasilan dan merugikan negara. Sementara Aktiva tetap adalah wajib pajak dalam
negeri yang mempunyai aktiva tetap yang terletak/berada di Indonesia, dengan syarat telah
memenuhi semua kewajiban pajaknya (PPH, PPN, PPnBM, dan PBB) sampai dengan masa
pajak terakhir sebelum revaluasi.
Kuis

1. Sebutkan sistem akuntasi Sistem Akuntansi Persediaan dan jelaskan!


2. Dari ketiga metode Perhitungan Persediaan, metode mana yang tidak cocok untuk perpajakan?
Mengapa?
3. Pengertian Aktiva tetap dalam perpajakan?
4. Contoh dari aktiva tetap

Anda mungkin juga menyukai