Anda di halaman 1dari 7

Saudara mahasiswa, silahkan diskusikan topik berikut ini...!

1. Bagaimanakah klasifikasi persediaan pada perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur?


2. Begaimanakah perbedaan metode pencatatan fisik/periodek dengan metode perpetual atas
persediaan?
Tanggal Keterangan Unit Harga/unit
1/3 Persediaan 20 kg Rp 1.000
2/3 Pembelian 30 kg Rp 1.100
5/3 Pembelian 40 kg Rp 1.200
7/3 Penjualan 60 kg  
10/3 Pembelian 50 kg Rp 1.300
20/3 Penjualan 30 kg  
25/3 Pembelian 10 kg Rp 1.400
3. Selama Maret 2019 PT Sukses melakukan transaksi sbb:

     Harga jual/unit diketahui sebesar Rp 1.600

a)      Hitunglah Nilai Persediaan Akhir, HPP, dan Laba kotornya dengan pencatatan metode
fisik, dengan metode Penilaian FIFO.
b)      Hitunglah Nilai Persediaan Akhir, HPP, dan Laba kotornya dengan pencatatan metode
perpetual, dengan metode Penilaian FIFO.
c)      Hitunglah Nilai Persediaan Akhir, HPP, dan Laba kotornya dengan pencatatan metode
fisik, dengan metode Penilaian LIFO.
Hitunglah Nilai Persediaan Akhir, HPP, dan Laba kotornya dengan pencatatan metode
perpetual, dengan metode Penilaian LIFO.

1.
- Perusahaan jasa
Dalam perusahaan jasa hanya terdapat satu jenis persediaan yaitu, Persediaan Bahan
Pembantu/Persediaan Bahan Habis Pakai / Inventory of supplies. BHP tediri atas barang-
barang seperti kertas, karbon, materai, dan alat-alat tulis lainnya.

- Perusahaan dagang
Dalam perusahaan dagang terdapat 2 jenis persediaan yaitu :
a. Persediaan BHP (perlengkapan) , yang terdiri dari alat-alat tulis yang digunakan untuk
menjalankan kegiatan administrasi. Biaya pemakaian BHP ini akan dialokasikan ke
dalam biaya administrasi dan biaya penjualan.
b. Persediaan Barang Dagangan adalah rekening khusus yang digunakan untuk mencatat
barang dagangan yang belum terjual sampai dengan tanggal neraca. Yang dimaksud
barang dagangan adalah barang yang dibeli perusahaan dengan tujuan untuk dijual
kembali. Rekening pasangan dari persediaan Barang Dagangan ini adalah rekening
Harga Pokok Penjualan.

- Perusahaan Manufaktur
a. Persediaan BHP
BHP dalam perusahaan manufaktur dapat diperinci lagi menjadi persediaan bahan
pembantu kantor,bahan pembantu penjualan, dan bahan penolong (bahan tak langsung).
Persediaan bahan habis pakai kantor
 Persediaan ini berupa kertas surat, karbon, pita mesin tik, dan sebagainya.
 Persediaan baha habis pakai penjualan
 Persediaan ini berupa kantong, tali rafia, karton pembungkus, dll
 Persediaan bahan habis pakai pabrik
 Persediaan ini berupa oli, bahan bakar minyak, bahan pembersih pabrik dll
b. Persediaan bahan baku
Bahan baku adalah barang (bahan baku) yang diperoleh perusahaan untuk digunakan
dalam proses produksi.
c. Persediaan barang dalam proses
Barang proses sebagian terdiri atas bahan baku yang baru diproses sebagian saja
sehingga masih memerlukan pengolahan lebih lanjut untuk dapat dikelompokan sebagai
produk jadi. Harga pokok barang terdiri atas tiga elemen biaya sebagai berikut
o biaya bahan baku
o biaya tenaga kerja langsung
o biaya overhead pabrik
d. Barang (Produk) jadi
Barang jadi atau produk akhir dari suatu perusahaan yang menanti untuk dijual

2. - Metode Pencatatan Perpetual (PerpetualInventoryMethod)


Perpetual adalah metode pencatatan yang dilakukan secara terus menerus
berdasarkan transaksi bisnis perusahaan yang menyebabkan pemasukan, pengeluaran
persediaan barang, dan retur pembelian barang yang dilakukan oleh sebuah perusahaan.
Metode ini disebut juga metode buku karena setiap persediaan barang masuk dan keluar
selalu dicatat dalam pembukuan. Suatu perusahaan akan lebih mudah untuk menyusun neraca
dan laporan laba rugi dengan metode ini karena pencatatan dilakukan secara berkala
dalam bentuk jurnal umum.
Setiap perusahaan bisa mengetahui persediaan yang sebenarnya dengan mudah
sehingga perusahaan tidak perlu melakukan perhitungan fisik (stock opname) pada persediaan
yang tersisa atau untuk menjamin keakuratan pada pencatatan agar bisa mengetahui jumlah
persediaan barang akhir. Barang-barang yang bisa dicatat dengan metode pencatatan
perpetual adalah barang-barang dengan nilai jual tinggi serta barang yang mudah dicatat
pemasukan dan pengeluarannya dalam gudang seperti mobil, furniture, dan peralatan rumah
tangga.

- Metode Pencatatan Periodik (PeriodicInventoryMethod)


Metode pencatatan periodik bersifat sederhana dan mudah untuk dilakukan karena
pencatatan tentang pembelian dan penjualan dibedakan satu sama lain. Catatan atas laporan
keuangan tentang pembelian dicatat dengan mendebet akun pembelian dan mengkredit akun
kas atau utang. Sedangkan pencatatan atas penjualan dicatat dengan mendebet akun kas atau
piutang dan mengkredit akun penjualan. Perusahaan yang menerapkan metode pencatatan
periodik akan lebih sulit untuk mengetahui jumlah persediaan dalam waktu tertentu.
Perusahaan hanya mengetahui jumlah persediaan pada akhir periode yang disebut persediaan
barang akhir dengan melakukan perhitungan fisik (stock opname) pada jumlah persediaan
barang akhir.
Barang-barang yang dapat dicatat dengan metode pencatatan periodik adalah barang-
barang dengan nilai jual yang relatif lebih murah, tetapi penjualannya sering dilakukan.
Penyesuaian akhir periode dilakukan dengan menutup persediaan barang awal dan mencatat
persediaan barang akhir yang telah dilakukan perhitungan fisik sebelumnya. Penentuan saldo
akhir pada metode pencatatan periodik bisa dilakukan perhitungan, yaitu perhitungan nilai
fisik persediaan (stock opname) dikalikan dengan harga pokok penjualan pada satuan barang.
Harga pokok penjualan diperoleh dari data persediaan barang awal dan data persediaan
barang akhir.
3. a. Metode fisik  FIFO
Nilai persediaan akhir
Tanggal Keterangan Unit Harga/Unit saldo
Mar 25 Pembelian 10 1.400 14.000
Mar 10 Pembelian 50 1.300 65.000
Mar 31 Persediaan akhir 60 79.000

Harga pokok penjualan (HPP)


Persediaan awal                        =  Rp   20.000
Pembelian                                =  Rp 160.000
Barang tersedia untuk dijual      =  Rp 180.000
Persediaan akhir                       = (Rp   79.000)
Harga pokok penjualan (HPP)    =  Rp  101.000
 
Laba kotor
Penjualan ( 90 x 1.600)  = Rp 144.000
HPP                              = Rp 101.000
Laba kotor                    = Rp   43.000

b. Metode Perpetual FIFO


Nilai Persediaan Akhir dan HPP
Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan akhir
Tgl Ket Uni
t Harga Total Unit Harga Total Unit Harga Total
1- Persediaan
 
Mar awal           20 1.000 20.000
2-
 
Mar Pembelian 30 1.100 33.000     20 1.000 20.000
 
              30 1.100 33.000
5-
 
Mar Pembelian 40 1.200 48.000     20 1.000 20.000
 
            30 1.100 33.000
 
              40 1.200 48.000
7-
Mar Penjualan       20 1.000 20.000      

        30 1.100 33.000 30 1.200 36.000

          10 1.200 12.000      
10-
 
Mar Pembelian 50 1.300 65.000     30 1.200 36.000
 
              50 1.300 65.000
20-
Mar Penjualan       30 1.200 36.000 50 1.300 65.000
25- Pembelian 10      
Mar 1.400 14.000 50 1.300 65.000
 
              10 1.400 14.000

    130   160.000 90   101.000 60   79.000


 Laba kotor
Penjualan ( 90 x 1.600)  = Rp 144.000
HPP                          = (Rp  101.000)
Laba kotor                    = Rp   43.000
 c. Metode Fisik LiFO

Nilai persediaan akhir


Tangga Uni Harga/Uni
Keterangan saldo
l t t
Persediaan
Mar 1 20  Rp1.000  Rp 20.000
awal
Mar 2 Pembelian 10  Rp1.100  Rp 11.000
Mar 10 Pembelian 20  Rp1.300  Rp 26.000
Mar 25 Pembelian 10  Rp1.400  Rp 14.000
Persediaan  Rp 
Mar 31 60  
akhir 71.000

Harga pokok penjualan(HPP)


Persediaan awal                                  =  Rp   20.000
Pembelian                                          =  Rp 160.000
Barang tersedia untuk dijual               =  Rp 180.000
Persediaan akhir                                 = (Rp 71.000)
Harga pokok penjualan (HPP)            = Rp 109.000
 
Laba kotor
Penjualan ( 90 x 1.600)  = Rp 144.000
HPP                                = (Rp 109.000)
Laba kotor                      = Rp   35.000
 

d)     Metode Perpetual LIFO


Nilai Persediaan Akhir dan HPP
Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan akhir
Tgl Ket Uni
t Harga Total Unit Harga Total Unit Harga Total
1- Persediaan
 
Mar awal           20 1.000 20.000
2-
 
Mar Pembelian 30 1.100 33.000     20 1.000 20.000
 
              30 1.100 33.000
5-
 
Mar Pembelian 40 1.200 48.000     20 1.000 20.000
 
            30 1.100 33.000
 
              40 1.200 48.000
7-
Mar Penjualan       40 1.200 48.000 20 1.000 20.000

        20 1.100 22.000 10 1.100 11.000


10-
 
Mar Pembelian 50 1.300 65.000     20 1.000 20.000
 
            10 1.100 11.000
 
              50 1.300 65.000
20-
Mar Penjualan       30 1.300 39.000 20 1.000 20.000
 
            10 1.100 11.000
 
            20 1.300 26.000
25-
 
Mar Pembelian 10 1.400 14.000     20 1.000 20.000
 
            10 1.100 11.000
 
            20 1.300 26.000
 
              10 1.400 14.000
                     

    130   160.000 90   109.000 60   71.000


Laba kotor
Penjualan ( 90 x 1.600)  = Rp 144.000
HPP                                = (Rp 109.000)
Laba kotor                      = Rp   35.000

Anda mungkin juga menyukai