A. Harga terendah antara harga Perolehan dan Harga Pasar (Lower of Cast or Market
whicherer is Lower—LOCUM)
Kenyataan yang ada di perusahaan bahwa persediaan barang di gudang secara fisik
mengalami kerusakan sehingga manfaatnya tidak lagi sepadan dengan harga pokok
atau akibat Iainnya seperti perusahaan tingkat harga.Oleh karena itulah pada
umumnya persediaan dinyatakan sebesar harga terendah antara harga perolehan
dan harga pasarnya. Selisih penurunan tersebut diakui sebagai kerugian pada saat
terjadinya.
B. Nilai Jual
Terhadap produk yang harga jual dapat ditentukan secara pasti, tetapi harga
perolehannya sulit ditetapkan,maka nilai persediaan ditetapkan sebesar harga jual
dikurangi taksiran biaya-biaya penjualan yang dapat terjadi. Metode ini dIgunakan
untuk menetapkan persediaan produk pertanian atau logam mulia.
Akuntansi Pajak
Sebagaimana dijelaskan,berfluktuasinya barang jadi atau bahan baku sebagai arus
masuk dan arus keluar menimbulkan harga juga yang berfluktuasi. sehingga
menimbulkan juga persoalan penilaian persediaan di dalam harga pokok penjualan.
Dan sisi praktik akuntansi komersiaI dan akuntansi pajak, tidak ada perbedaan
prinsip dalam metode pencatatannya,sehingga metode pencatatan yang dapat
digunakan adalah Sistem Perpetual, baik rata-rata maupun FIFO, atau metode
pencatatan fiskal(kolektif) yang telah dijelaskan dalam penjelasan Pasal 10 ayat (6)
Undang- Undang Pajak Penghasilan. Namun demikian mengacu pada batang tubuh
Pasal 10 ayat (6) Undang Undang Pajak Penghasilan tersebut hahwa persediaan dan
pemakaian,persediaan untuk menghitung harga pokok dinilai berdasarkan harga
perolehan:
Penetapan besarnya, nilai persediaan atau nilai pemakaian menjadi sangat penting
karena berpengaruh ke harga pokok produksi.Cara penilaian yang berbeda pada
akhirnya akan mempengaruhi besarnya penghasilan kena pajak.
Beberapa kebiasaan bisnis yang dapat terjdi bahwa Wajib Pajak membuat
perjanjian pembelian dengan harga tetap. walaupun kenyataannya mncul perubahan
harga. perubahan yang dapat terjadi berupa penurunan harga pasar, sehingga kerugian
diakui pada saat terjadinya penurunan harga, walaupun barang tersebut belum
diserahkan. Sebagai contoh, pada bulan Desember 2011 PT baruna melakukan
pembelian barang dengan perjanjian scperti di atas dengan harga pembelian
Rp300.000.000,00. Barang tersebut diterima pada bulan Maret tahun 2012 dan pada
bulan Desember tahun 2011 harga turun menjadi Rp 100.000.000,00. Sesuai praktik
akuntansi komersial. kerugian sebesar Rp 200.000.000,00 dibebankan sebagai kerugian
tahun 2007 dengan ayat jurnai:
Persediaan 200.000.000,00
Perbedaan harga pokok karena dasar penilaian persediaan dan pengukuran harga
pokok barang yang dijuaI akan mengakibatkan perbedaan nilai persediaan pada aset
lancar dan harga pokok barang yang dltetapkan sebagai pengurang penghasilan
Kedua bagian inilah, yaitu Persediaan dan Harga Pokok Barang, menjadi penyebab
terjadinya perbedaan waktu(time difference)yang memunculkan beban dan/atau
kewajiban pajak tangguhan ataupun memunculkan adanya manfaat dan pajak
tangguhan. Kejdian yang lebih mencolok apabila harga pokok persediaan selalu
mengalami perubahan. Dari sisi undang-undang Pajak Penghasilan juga berbeda dalam
metode penilaian persediaan yang digunakan dIbandng (SAK). Perbedaan tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Data mutasi barang dagangan PT Maju Tahun 2010,2011,dan 2012 secara rinci :
Rp 47.000.000,00
3) Persediaan akhir tahun 2012 = 3.000 x Rp 10.000,00 = Rp 30.000.000,00
b. Menggunakan metode FIFO
No keterangan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Persediaan awal - 45.000 62.000
2 Pembelian 40.000 34.000 70.000
3 Pembelian 60.000 60.000 50.000
4 Barang Tersedia Untuk Dijual 100.000 109.000 182.000
5 Persediaan akhir (45.000) (77.000) (70.000)
6 Harga pokok Barang Dijual 55.000 62.000 112.000
Perhitungan persediaan akhir :
1. Persediaan akhir tahun 2010 = 3.000 x Rp 15.000 = Rp 45.000.000,00
2. Persediaan akhir tahun 2011 = 1.000 x Rp 17.000 = Rp 17.000.000,00
3.000 x Rp 20.000 = Rp 60.000.000,00
= Rp 77.000.000,00
3. Persediaan akhir tahun 2012 = 1.000 x Rp 20.000 = Rp 20.000.000,00
2.000 x Rp 25.000 = Rp 50.000.000,00
Rp 70.000.000,00
c. Peghitungan laba kotor penjualan untuk laporan keuangan komersial
No Keterangan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Total
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Hasil penjualan 150.000 160.000 325.000 635.000
2 Harga pokok barang dijual (70.000) (77.000) (137.000) (284.000)
3 Laba kotor 80.000 83.000 188.000 351.000
Apabila diperhatikan,laba kotor sesuai laporan keuangan fiskal lebih besar dibanding
laba kotor sesuai laporan keuangan komersial bertrut di tahun 2010, 2011, 2012.Beban
pajak penghasilan juga menjadi lebih besar. Perbedaan-perbedaan sebagai perbedaan
waktu yang dapat dikurangkan yan diakuinya sebaai aset pajak tanguhan dalam masa-masa
terseut seperti yang digambarkan dalam tahun 2010 dan tahun 2011 dan seterusnya
Uraian tersebut dalam cara yang sama pada butir “e” akan menghasilkan perhitungan
untuk tahun 2010 dan 2011 sebagai berikut
Dalam perusahaan industri alokasi biaya dapat digunakan metode harga pokok penuh
(full costing) atau menggunakan variabel costing. Penggunaan metode harga pokok penuh
dapat digunakan biaya standar setiap terjadi penyimpangan akan teralokasi ke harga pokok
penjualan. Namun, undang-undang Pajak Penghasilan ini tidak memperkenankan biaya
produksi tidak langsung sebagai beban periode. Demikian halnya menghapuskan nllai
persediaan tidak diperkenankan, kecuali apabila nilaii persediaan tersebut nyata-nyata
secara fisik tidak dapat dijual atau digunakan dalam kegiatan perusahaan (defect) yang biasa
dikategorikan rusak atau usang.