Anda di halaman 1dari 22

UNIVERISTAS

BRAWIJAYA

PERPAJAKAN
BAB 3 MENGENAI
PAJAK PENGHASILAN PPh PASAL 24 & 25
UNIVERISTAS
BRAWIJAYA

KENALAN YUK !!
 185020500111005
SALSABILLAH PUTRI SANIYAH

 205020201111016
ANIS NUR QOLBIATI ROSIDAH

 205020207111037
ZAKARIYYA THORIQ EL
DEFINISI PPH PASAL 24

“Pajak yang
dibayar/dipotong/terutang diluar
negeri atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh di luar negeri
dalam tahun yang bersangkutan,
sebesar PPh yang
dibayar/dipotong/terutang diluar
negeri tetapi tidak boleh melebihi
perhitungan pajak yang
TUJUAN : terutang
Menghindarkan pajak berganda, Maka pengkreditan dilakukan di dalam tahun pajak yang
berdasarkan
digabungkannya penghasilan UU
dari luar negri PPh.”
dengan penghasilan di indonesia.
Sumber Penghasilan
 Penghasilan berupa Bunga, royalti dan sewa
 Penghasilan dari saham/sekuritas atau sehubungan dengan penggunaan harta gerak
keuntungan pengalihan saham/sekuritas lainnya adalah Negara tempat pihak yang membayar
adalah Negara tempat badan yang menerbitkan atau dibebani bunga, royalti, sewa berada.
saham/sekuritas tersebut didirikan atau
 Penghasilan dari pengalihan sebagian/seluruh
bertempat kedudukan;
 Penghasilan sewa sehubungan dengan hak penambangan/tanda pemberian modal

penggunaan harta tidak bergerak adalah kepada perusahaan penambangan adalah

Negara tempat harta tersebut terletak Negara lokasi penambangan berada

 Penghasilan Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah  Keuntungan karena pengalihan harta tetap
Negara tempat BUT menjalankan usaha/kegiatan adalah Negara tempat harta tetap berada

 Keuntungan karena pengalihan harta yang  Penghasilan berupa imbalan terkait jasa,
menjadi bagian dari suatu BUT adalah Negara pekerjaan, dan kegiatan adalah Negara tempat
tempat Bentuk Usaha Tetap (BUT) berada pihak yang membayar/dibebani imbalan berada
OBJEK PENGGABUNGAN
PENGHASILAN

1 2 3 4
Penghasilan berasal Penghasilan lainnya
Penghasilan berupa kerugian dari Luar
dari usaha, (sewa, bunga,
dividen Negeri tidak boleh
penggabungan royalty,dll),
sebagaimana digabungkan dalam
penghasilan penggabungan
dimaksud dalam perhitungan
dilakukan dalam penghasilan dilakukan
pasal 18 ayat (2) UU Penghasilan Kena
tahun pajak dalam tahun pajak
PPh yaitu dilakukan Pajak di Indonesia
diperolehnya diterimanya
dalam tahun pajak
penghasilan penghasilan tersebut.
pada saat perolehan
tersebut (Cash Basis)
dividen tersebut
(Accrual Basis)
ditetapkan sesuai
KMK
Perlakuan Perpajakan dan Penentuan
Sumber Penghasilan
Pajak yang boleh dikreditkan => hanya pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak
CONTOH :
PT ALIF merupakan perusahaan Indonesia yang memiliki saham Terrific Inc di negara X. Pada tahun 2020,
Terrific Inc. Memperoleh laba sebelum pajak sebesar $400.000,00. PPh yang berlaku di negara X adalah
sebesar 20% dan apajak dividen sebesar 10%. Perhitungan pajak atas dividen tersebut :
Keuntungan Terrific Inc : $ 400.000,00
PPh (Corporate income tax) atas Terrific Inc : $ 80.000,00 -
$ 320.000,00
Pajak atas Dividen : $ 32.000,00 -
Dividen yang dikirim ke Indonesia : $ 288.000,00

PPh yang boleh dikreditkan atas seluruh PPh terutang PT ALIF adalah pajak yang langsung dikenakan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh di Luar Negri, yakni sebesar $ 32.000,00

PPh atas Terrific Inc. tidak dapat dikreditkan terhadap seluruh PPh terutang PT ALIF karena tidak dikenakan
langsung atas penghasilan yang diterima atau diperoleh PT ALIF di Luar Negri.
Agar pajak yang terutang atau dibayar dari luar
negri dapat dikreditkan, maka wajib pajak harus
PERMOHONAN KREDIT menyampaikan surat permohonan kepada dirjen pajak
dengan dilampiri :
PAJAK LUAR NEGRI (KPLN)
LAPORAN KEUANGAN
Tentang penghasilan
yang berasal dari Luar
Negri

FOTO COPY SURAT


PEMBERITAHUAN PAJAK
Yang disampaikan di
Luar Negri

DOKUMEN PEMBAYARAN PAJAK


Di Luar Negri

NOTE : disampaikan bersamaan dengan penyampaian SPT PPh, kecuali Force Majeur
TATA CARA / RUMUS PERHITUNGAN
KREDIT PAJAK LUAR NEGRI

Jumlah kredit pajak yang besarnya paling tinggi sama dengan pajak yang dibayar/terutang di LN tapi
tidak boleh lebih dari jumlah tertentu (Ordinary Credit Method)

Jumlah tertentu pada no.1 dihitung dengan perbandingan penghasilan LN terhadap perbandingan
penghasilan LN terhadap PKP dikalikan dengan pajak terutang atas PKP. Paling tinggi sama dengan pajak
yang terutang atas PKP jika PKP lebih kecil dari penghasilan LN

Jika penghasilan LN dari negara LN, perhitungan kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara

PKP yang digunakan sebagai perbandingan tidak termasuk penghasilan yang dikenakan pajak final

Bila PPh yang dibayar/terutang di LN melebihi kredit pajak yang diperbolehkan, kelebihan tidak dapat
dikompensasikan pada tahun berikutnya.
...KPLN yang Diperoleh saat Kredit
Pajak ?
● Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Dari Pekerjaan,
Setelah diketahui jumlah pajak yang Jasa, dan kegiatan sebagaimana  dimaksud dalam
terutang, wajib pajak dalam negeri dan Pasal 21 UU PPh;
bentuk usaha tetap dapat mengurangi pajak ● Pemungutan Pajak Atas Penghasilan Dari Kegiatan
terutang tersebut dengan kredit pajak untuk Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain
tahun pajak yang bersangkutan. Kredit pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 UU PPh;
tersebut berupa: ● Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Berupa
Dividen, Bunga, Royalti, Sewa, Hadiah dan
Penghargaan, dan Imbalan Jasa sebagaimana
Dimaksud Dalam Pasal 23 UU PPh;
● Pajak Yang Dibayar Atau Terutang Atas Penghasilan
Dari Luar Negeri Yang boleh dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 UU PPh;
● Pembayaran Yang Dilakukan oleh Wajib Pajak
sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 UU
PPh;
● Pemotongan Pajak Atas Penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (5) UU PPh.
Namun sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan peraturan perundang ‐undangan di bidang perpajakan yang
berlaku tidak boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang.
 
Contoh: Pajak Penghasilan yang terutang
Rp 80.000.000,00  
                                         
Kredit pajak:      
Pemotongan pajak dari pekerjaan (Pasal 21)
Rp 5.000.000,00  
                   
Pemungutan pajak oleh pihak lain (Pasal 22)
Rp 10.000.000,00  
                   
Pemotongan pajak dari modal (Pasal 23) Rp 5.000.000,00  
Kredit pajak luar negeri (Pasal 24) Rp 15.000.000,00  
Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Pasal 25) Rp 10.000.000,00 (+)
Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih kecil dari jumlah kredit pajak di atas maka setelah
Jumlahkelebihan
dilakukan pemeriksaan, Pajak Penghasilan yangdikembalikan
pembayaran pajak dapat dikreditkan Rp  45.000.000,00
setelah diperhitungkan (‐) berikut
dengan utang pajak
sanksi‐sanksinya.Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar Rp 35.000.000,00  
“ BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK “

1 2 3
Jumlah pajak yang (penghasilan luar negeri : Jumlah pajak yang

terutang atau dibayar seluruh penghasilan pajak) x terutang untuk seluruh

di luar negeri seluruh PPh penghasilan kena pajak


(berdasarkan pasal 17) adalah lebih kecil dari pada
penghasilan luar negeri.

Apabila penghasilan dari luar negeri berasal dari beberapa negara, maka penghitungan batas
maksimum kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara.
Contoh Kasus Penghitungan PPh Pasal 24
Kasus dan Pertanyaan =>
CONTOH :
PT Sinar Gemilang di Semarang memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2014 sebagai berikut :
Penghasilan dalam negeri Rp400.000.000, Penghasilan dari Vietnam (tarif pajak 20%) Rp200.000.000
=> Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang tahun 2014?

Penghitungan PPh Pasal 24 adalah sebagai berikut :

1. Menghitung total penghasilan kena pajak:


Penghasilan dalam negeri Rp400.000.000
Penghasilan dari Vietnam Rp200.000.000
Jumlah Penghasilan Neto Rp600.000.000
2. Menghitung total PPh terutang:
Pajak terhutang 25% x Rp 600.000.000 = Rp150.000.000
3. Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan:
(penghasilan Luar Negeri : total penghasilan) x total PPh terutang
(Rp200.000.000 : Rp600.000.000) x Rp150.000.000 = Rp49.999.999 (dibulatkan) Rp50.000.000
4. Menghitung PPh yang terutan atau dipotong di Luar Negeri:
20% x Rp200.000.000 = Rp40.000.000
Dari perhitungan tersebut, kredit pajak luar negeri yang
diperbolehkan adalah sebesar Rp40.000.000 atau sebesar
PPh yang terutang atau dibayar di Luar Negeri. Jumlah
ini diperoleh dengan membandingkan penghitungan PPh
maksimum yang boleh dikreditkan dengan PPh yang
terutang atau dibayar di Luar Negeri, kemudian pilih
jumlah yang terendah.
“Pajak yang dibayar secara angsuran. Tujuannya adalah
meringankan bebab wajib pajak, mengingat pajak yang
terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun.
Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa
diwakilkan. ”

— DEFINISI PPH PASAL 25


Penetapan perhitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak
berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai berikut :

01 03
02

Surat Pemberitahuan 04
Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib pajak berhak tahun yang lalu
atas kompensasi disampaikan setelah lewat
kerugian Wajib pajak
batas waktu yang
memperoleh Wajib pajak diberikan
ditentukan;
penghasilan tidak perpanjangan jangka waktu
teratur penyampaian Surat
05 Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan;
06
Wajib pajak membetulkan sendiri Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih
besar dari angsuran bulanan sebelum terjadi perubahan keadaan usaha
pembetulan; dan atau kegiatan wajib pajak
BESARNYA ANGSURAN PPh PASAL 25
TAHUN BERJALAN

Besarnya angsuran PPh pasal 25 tiap bulan dilakukan dengan cara menghitung selisih
pajak yang terhutang pada tahun pajak yang lalu dengan kredit pajak berupa PPh pasal
21,22, 23,dan 24 dibagi dengan 12. Kredit pajak (pasal 25) adalah suatu jumlah yang
merupakan angsuran pajak baik yang telah dipungut/dipotong maupun yang dibayar
berdasarkan ketentuan yang berlalu yang dapat dikreditkan atau diperhitungkan dengan
pajak yang terhutang.
Secara skematis dapat disajikan berikut ini
PPh Terutang menurut SPT – th 2011 Rp. xxx
Dikurangi kredit pajak :
1. PPh pasal 21 (di potong pemberi kerja) Rp xxx
2. PPh pasal 22 (di pungut pihak lain) Rp. xxx
3. PPh pasal 23 (di potong pihak lain) Rp xxx
4. PPh pasal 24 (kredit pajak luar negeri) Rp xxx
5. PPh pasal 25 (PPh yang dibayar sendiri) Rp xxx +
Rp xxx -
Pajak Kurang Bayar/Pajak Lebih Bayar Rp xxx

Jika terdapat kurang bayar, maka harus dibayar terlebih dahulu (sesuai dengan PPh pasal 29)
sebelum memasukkan SPT tahunan.
HAL-HAL TERTENTU DALAM PENGHITUNGAN
06
01 BESARNYA ANGSURAN PPh PASAL 25

TERJADI
03 PERUBAHAN

WAJIB PAJAK 05 KEADAAN USAHA


ATAU KEGIATAN
BERHAK ATAS WAJIB PAJAK
KOMPENSASI
KERUGIAN 04
SPT TAHUNAN PPh
TAHUN YANG LALU
02 DISAMPAIKAN
SETELAH LEWAT
WAJIB PAJAK MEMBETULKAN
SENDIRI SPT TAHUNAN PPh YANG
BATAS WAKTU YANG MENGAKIBATKAN ANGSURAN
DITENTUKAN WAJIB PAJAK BULANAN LEBIH BESAR DARI
DIBERIKAN ANGSURAN BULANAN SEBELUM
PERPANJANGAN PEMBETULAN
JANGKA WAKTU
WAJIB PAJAK PENYAMPAIAN SPT
MEMPEROLEH TAHUNAN
PENGHASILAN TERATUR
MASALAH KHUSUS UNTUK MENGITUNG
PPh PASAL 25

1 2 3 4
Angsuran bulanan untuk Apabila dalam tahun Angsuran PPh pasal 25
bulan sebelum batas Apabila diterbitkan SKP berjalan, diterbitkan jika SPT tahunan
waktu penyampaian untuk 2 tahun SKP untuk dua tahun lebih bayar
SPT tahunan PPh. sebelum tahun SPT. sebelumnya sebelum ada
Besarnya angsuran Apabila angsuran pajak Apabila angsuran pajak keputusan Dirjen
bulanan untuk bulan sesuai SKP lebih menurut SKP lebih Pajak, besarnya
sebelum batas besar daripada besar daripada angsuran PPh
waktu penyampaian angsuran pajak angsuran pajak bulan pasal 25 sama
SPT tahunan PPh PPh pasal 25 sebelumnya dengan angsuran
adalah sebesar dihitung berdasar PPh pasal pajak untuk bulan
angsuran pajak berdasarkan SKP 25 ayat 1,2 atau 3 terakhir dari tahun
untuk bulan terakhir tahun pajak maka besarnya pajak yang lalu,
dari tahun yang lalu, terakhir. angsuran pajak sepanjang tidak
sepanjang tidak dihitung kembali kurang dari rata
kurang dari rata berdasarkan SKP rata angsuran
rata angsuran tahun pajak terakhir bulanan tahun
bulanan tahun pajak mulai bulan pajak yang lalu.
yang lalu. berikutnya dari SKP.
Contoh Kasus Penghitungan PPh Pasal 25

Kasus => 1. Data Tn. Andi dengan status K/3 diketahui sebagai berikut:
CONTOH :
PPh terutang berdasarkan SPT 2010 sebesar Rp150.000.000,00, PPh yang dipotong pemberi
kerja Rp30.000.000,00, PPh dipungut pihak lain Rp 25.000.000,00, PPh dipotong pihak lain
Rp7.500.000 dan Kredit pajak luar negeri Rp27.500.000,00. Hitung PPh pasal 25 untuk tahun 2011.

PPh terutang berdasarkan SPT 2010 Rp150.000.000,00


Kredit Pajak:
● PPh 21 : Rp30.000.000,00
● PPh 22 : Rp25.000.000,00
● PPh 23 : Rp 7.500.000,00
● PPh 24 : Rp27.500.000,00 +
● Jumlah kredit pajak Rp 90.000.000,00 -
Selisih Rp. 60.000.000,00
2. Data Tn. Andi (ada hubungan soal sebelumnya) dengan status K/3 istri tidak berpenghasilan diketahui Penghasilan Neto tahun 2010
sebesar Rp1.000.000.000,00 PPh yang dipotong pemberi kerja Rp45000.000,00, PPh dipungut pihak lain Rp 55.000.000,00, PPh dipotong
pihak lain Rp27.500.000,00 dan Kredit pajak luar negeri Rp47.500.000,00. Hitung PPh pasal 25 untuk tahun 2010.
Penghasilan Neto tahun 2010 Rp1.000.000.000,00
PTKP K/3 Rp 21.120.000,00 -
PKP = Rp 978.880.000,00
PPh terutang (PPh pasal 17) 5% X 50.000.000 = 2.500.000
15%X200.000.000 = 30.000.000
25%X250.000.000 = 62.500.000
35%X478.880.000 = 167.608.000 +
PPh terutang = Rp 262.608.000,00
Kredit Pajak: PPh 21 :Rp45.000.000,00
PPh 22 :Rp55.000.000,00
PPh 23 :Rp27.500.000,00
PPh 24 :Rp47.500.000,00
PPh 25 :Rp60.000.000,00 +
Jumlah kredit pajak = Rp 235.000.000,00
Pajak Kurang Bayar (PPh pasal 29) Rp 27.608.000,00
TERIMA KASIH !

Ingin bertanya silahkan RAISE HAND, gaes !

Dunia ini penuh dengan orang-orang baik. Jika


kamu tidak dapat menemukannya, jadilah salah
satunya.
-anonymous
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo,
Please keep this slide
including by Flaticon,
icons for attribution.
and infographics &
images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai