Anda di halaman 1dari 8

REVENUE (PENDAPATAN)

A. PENGERTIAN PENDAPATAN

Pendapatan sebagai terjemahan dari revenue. Pendapatan dan keuntungan atau laba
(gains) merupakan komponen dari penghasilan (income).

Pengertian pendapatan :

1. Menurut PAI

Ikatan akuntansi Indonesia dalam PAI (1984) mendefinisikan pendapatan yaitu :

Peningkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban suatu badan usaha, yang timbul
dari penyerahan barang dagang/jasa atau aktivitas usaha lainnya di dalam suatu priode.
Tidak termasuk dalam pengertian pendapatan adalah peningkatan aktiva perusahaan yang
timbul dari pembelian harta, investasi oleh pemilik, pinjaman taupun koereksi rugi laba
pada tahun lalu.

2. Menurut FASB

FASB (1985) mendefinisikan pendapatan adalah sebagai berikut :

Pendapatan adalah aliran masuk atau pertambahan aktiva suatu suatu perusahaan atau
penyelesaian utang (atau kombinasi antara keduanya) dari penyerahan atau produksi
barang, penyerahan jasa dan atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan badan usaha
tersebut. FASB lebih menekankan arti pendapat sebagai aliran yang diterima perusahaan
dari penjualan barang atau penyerahan jasa.

3. Merurut KDPPLK dan PSAK No 23

KDPPLK (1999) mengemukakan bahwa pendapatan merupakan komponen dari


penghasilan sebagaimana definisi berikut :

“penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode


akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal konstibusi penanaman modal”

Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenues) maupun keuntungan


(gains). Pendapatan timbul dalam perusahaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal

TEORI AK
REVENUE (PENDAPATAN)

dengan sebutan yang berbeda-beda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga,
dividen, royalty dan sewa.

Dengan demikian menurut KDPPLK pendapatan berasal dari :

 Hasil penjualan barang hasil produksi oleh perusahaan manufaktur maupun


penjualan barang dagangan oleh perusahaan dagang.
 Penjualan atau penyerahan jasa, baik atas dasar kontrak maupun tidak
 Penggunaan aktiva baik aktiva berwujud maupum tidak berwujud oleh pihak-pihak
lain yang menghasilkan bunga, sewa, royalty dan dividen.

4. Menurut Vernon kam

Sesuai dengan dafinisi-devinisi pendapatan menurut pengertian pendapatan menurut


pustaka yang lain, dalam memberikan pengertian pendapatan, Vernon Kam (1986)
sependapat bahwa pendapatan ditunjukkan oleh kenaikkan bruto nilai aktiva dan modal
(ekuitas) dan kenaikkan tersebut sering kali ditunjukkan oleh adanya aliran kas masuk.
Aliran kas masuk dari kegiatan operasi utama perusahaan dihasilkan terutama dari
produksi dan penjualan dari out put (barang dan jasa) perusahaan, tetapi dapat juga berupa
bunga, sewa atau pun royalty dan lain-lain. Vernon Kam mengindentifikasi ada dua aliran
(flows) yang berhubungan dengan operasi utama perusahaan yaitu fisik dan aliran moneter.

Aliran fisik menyangkut

 Peristiwa atau kegiatan produksi dan penjualan out put.


 Objek kegiatan yaitu out put atau produk itu sendiri.

Aliran moneter melibatkan

 Peristiwa kenaikkan nilai dalam perusahaan karena kegiatan produksi atau


penjualan out put perusahaan kepada para pembeli / langganan.
 Objek peristiwa yaitu berupa nilai rupiah aktiva yang diproduksi atau dijual.

Dari beberapa pengertian dan uraian di atas dapat disimpulkan pula bahwa pengertian
pendapatan dapat dipandang dari dua sudut pandang, yaitu : sudut pandang kegiatan usaha

TEORI AK
REVENUE (PENDAPATAN)

(entity concept) dan sudut pandang kesatuan pemilik (proprietary concept) dari sudut
apndang kesatuan usaha pendapatan merupakan aliran pendapatan aktiva baru yang masuk
ke perusahaan yang berasal dari pembeli/pelanggan sebagai pemakai produk perusahaan.
Sedang dari sudut pandang kesatuan pemilik, pendapatan merupakan kelebihan aliran
sumber ekonomi yang masuk di atas potensi jasa yang keluar dari perusahaan. Potensi jasa
tersebut berupa biaya-biaya yang dapat dibebankan pada pendapatan.

Apabilah pendapatan dihubungkan dengan artikulasi laporan keuangan maka


pengertian pendapatan sebagai kenaikan aktiva kotor akan lebih bermakna dari pada
pengertian pendapatan berdasarkan konsep neto (airan masuk dikurangi aliran keluar).
Sehingga atas dasar artikulasi laporan keuangan pendapatan adalah kenaikan aktiva atau
penrunan utang dan bukan kenaikan kekayaan pemilik.

Disamping istilah pendapatan (sebagai terjemahan revenue), dalam SFAC Nomor 6


ada istilah comprehensive income (penghasilan komprehensip) yang didefinisikkan sebagai
berikut :

 Komponen pokok: pendapatan (revenues), biaya (expenses), laba keuntungan


(gains) dan rugi (losses).
 Komponen antara: yaitu komponen sebagai akibat kombinasi pokok seperti laba
kotor, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba setelah pajak. Komponen kedua ini
disebut laba akuntansi (accounting income).

Pendapatan pada umumnya menyebabkan adanya kenaikan jumlah aktiva, walaupun


tidak semua kenaikan jumlah aktiva merupakan pendapatan dan penghasilan. Ada berbagai
transaksi yang dapat menyebabkan pertambahan aktiva. Menurut Patom dan Littleton
(1940) sumber dari kenaikan jumlah aktiva dapat bersal dari:

1. Transaksi pembelanjaan yang bersumber dari kreditur maupun pemegang saham


(investor)
2. Laba (gains) dari penjualan aktiva yang bukan beripa barang dagangan seperti
aktiva tetap, surat-surat berharga atau penjualan anak perusahaan.
3. Hadiah, sumbangan atau penemuan
4. Revaluasi aktiva

TEORI AK
REVENUE (PENDAPATAN)

5. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran hasil penjualan produk.

B. TERBENTUKNYA PENDAPATAN DAN REALISASI PENDAPATAN

Konsep realisasi merupakan teknik akuntansi yang menjadi dasar untuk pengakuan
pendapatan. Dalam konsep ini reslisasi ditansainya dengan diterimanaya kas atau
kesanggupan membayar dari pihak pembeli produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
Merurut Paton dan Littleton (1940) prose realisasi pendapatan ditandai oleh dua kejadian
sebagai berikut;

 Adanya kepastian perubahan produk menjadi produkaktiva lain (potensi jasa)


melalui kegiatan penjuan jasa yang sah
 Diperolehnya aktiva lain, biasanya aktiva lancer, sebagai pengesahan terhadap
transaksi penjualan tersebut.

C. KRITERIA PENGAKUAN PENDAPATAN

Berikut ini secara ringkas diberikan penjelasan tiga kriteria pengakuan pendapatan sesuai
dengan kriteria Vernon Kam (1986) di atas.

1. Pengukuran nilai aktiva

Kenaikan nilai aktiva menyebabkan kenaikan modal. Ktiteria kenaikan nilai aktiva
mengharuskan adanya keterukuran (measurability) artinya perlu didukung dengan bukti-
bukti yang cukup. Namun demikian FASB menyatakan bahwa pendapatan dan laba
umumnya tidak diakui sampai direalisasi atau dapat direalisasi. Kata direalisasi berarti
bahwa aktiva yang dirterima adalah kas atau hak atas kas, dan oleh karena itu pendapatan
direalisasi berarti bahwa aktiva yang diterima adalah kas atau setidaknya jumlah yang
cepat dapat dikonversikan menjadi kas atau hak atas kas. Analisa semacam itu sejalan
dengan suatu pertanyaan apakah dalam pencatatan pendapatan aktiva yang diterima haris
aktiva likuid? Paton dan Littleon (1940) berpendapat “ya” berupa aktiva likuid,
sebagaimana kutipan berikut: “ditinjau dari pandangan yang dominan pendapatan

TEORI AK
REVENUE (PENDAPATAN)

direalisasi bila terbukti ada penerimaan kas atau piutang atau aktiva lainnya yang likuid”.
Walaupun kemudian Paton dan Littleon juga membuka adanya penyimpangan.

Sedang APB opinion 29 menjawab lebih tegas bahwa aktiva yang diterima tidak harus
likuid. Sehingga kebiasaan-kebiasaan praktik yang didasarkan pada alasan yang logis yang
diterpkan sesuai kondisi perusahaan masing-masing masih tetap digunakan.

Kriteria berikutnya yang menyertai keterukuran aktiva berhubungan dengan


kolektibilitas. Kolektibilitas berhubungan dengan periode waktu pos-pos aktiva yang
diterima untuk dapat dikonversikan menjadi kas. Lebih lama periode pengumpulan berarti
lebih tinggi tingkat ketidak pastian semua kas akan terkumpul.

2. Adanya suatu transaksi

Transaksi yang memberikan bukti yang objektif mengenai kenaikan nilai ekstern yang
independen (an arm’s length trnsaction). Pencatatan transaksi dengan pihak ekstern yang
independen tersebut umumnya didasarkan pada nilai historis. Tetapi mingkin saja ada
transaksi internal yang memberikan bukti objektif, terutama apabila dalam perusahaan
yang bersangkutan mempunyai sistem pengendalian intern yang baik sehingga ada juga
pendapatan/laba dicatat dengan tidak berdasarkan pada transaksi dengan pihak ekstern
misalnya pencatatan dengan dasar market value untuk emas, perak, terigu dan sebagainya.
Kalau ada dasar yang objektif pencatatan atas dasar harga pasar atau nilai yang lain
diperbolehkan. Tentu saja hal yang diperlukan terakhir tersebut diperlukan sebagai
pengecualian.

3. Kelengkapan substansial “earning process”

Kriteria ini menekankan bahwa pendapatan tidak akan diperoleh sampai perusahaan
memperoleh performance yang cukup (substansial). Oleh karena itu pendapatan dapat
diakui kalau proses earning tersebut secara substansial telah selesai. Kata substansial
adalah ukuran kualitatif, yang apabila dikuantifikasikan mungkin bisa menimbulkan
perbedaaan-perbedaaan, sehingga perlu dipertimbangkan akal sehat dalam menerapkan
penggunaan kata ini. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi perusahaan masing-masing.
Mungkin proses earning dirasa cukup atau pada saat penjualan dan sebagainya sehingg
pengakuan pendapatan menjadi berbeda-beda antara perudsahaan satu dan perusahaan

TEORI AK
REVENUE (PENDAPATAN)

lainnya. Hanya saja umunya perusahaan proses earning secara substansial terjadi pada saat
penjualan sehingga pada dataran praktik kita jumpai banyak perusahaan yang mengakui
pendapatan pada saat pennjualan.

D. SAAT PENGAKUAN PENDAPATAN

Berdasarkan tiga kriteria yang dikemukakan oleh Venon Kam (1986) di bagian
sebelumnya, saat-saat pengakuan pendapatan mungkin berbeda antara buku pustaka satu
dengan pustaka lainnya. Beberapa literatur menyebutkan ada beberapa titik waktu sebagai
saat kapan pendapatan diakui.

Penjelasan kemunkinan saat-saat pengakuan pendapatan pada tabel enam di atas di


kemukakan berikut ini.

1. Saat penjualan

Bagi perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang, saat penjualan merupakan saat
yang paling umum (Paton dan Littleto, 1940, dank am, 1986 ) digunakan sebagai titik
waktu pengakuan pendapatan. Dengan kalimat lain dikatakan bahwa saat penjualan
merupakan saat pengakuan pendapatan yang utama. Hal ini disebabkan karena tiga kriteria
yang disebutkan di atas dipenuhi, yaitu measurability, adanya suatu transaksi dan
kelengkapan dari proses earning.dapat juga dikatakan bahwa pendapatan diakui pada saat
realisasi karena realisasi ditandai dengan telah terjadinya transaksi pertukaran produk atau
jasa out put perusahaan dengan kas atau klaim untuk menerima kas (misalnya : piutang
dagang). Jadi yang dimaksud saat realisasi dalam hal ini adalah saat penjualan

2. Pendapatan diakui pada saat produksi selesai.

Pengakuan pendapatan di luar saat penjualan seperti pengakuan pendapatan secara


proporsional dengan penyelasaian produksi atau lainya, sebenarnya merupakan
pengecualian, sehingga untuk menggunakan nsaat pengakuan pendapatan semacam ini
harus didasari dengan alasan-alasan yang rasional. Demikian juga pengakuan pendapatan
pada saat produksi selesai harus didasari dengan alasan yang rasional pula. Alasan

TEORI AK
REVENUE (PENDAPATAN)

pengakuan pendapatan pada saat selesai produksi dimungkinkan bila memenuhi syarat-
syarat, misalnya seperti berikut:

 Harga jual produk yang dihasilkan dapat ditentukan secara tepat


 Tidak diperlukan kegiatan dan biaya pemesaran yang berarti menjual produk
tersebut
 Harga pokok produk yang bersangkutan sulit ditentukan
 Satuan-satuan persedian dapat salinh ditukar.

Kalau ke empat syarat tersebut dipenuhi maka tidak ada masalah untuk mengakui
pendapatan pada saat produk selesai diproduksi, sebab pemenuhan atas ke empat syarat
tersebut pada dasarnya juga telah memenuhi tiga kriteria yang dikemukakan oleh Vernon
Kam. Jadi untuk produk untuk nilai pasar dan tingkat kepastian terjualnya terjamin
(misalnya karena telah terikat kontrak) berarti kelengkapan proses earning secara
substansial sudah terpenuhi, sehingga dapat mengakui pendapatan saat selesai produksi.
Dengan perkataan lain proses telah selesai produksi dianggap tidak lagi substansial dalam
terbentuknya pendapatan. Sebagai contoh perusahaan mungkin dapat menggunakan
pengakuan pendapatan pada saat selesai produksi adalah perusahaan logam mulia.

3. Pendapatan diakui secara proporsional dengan penyelesaian produksi

Pengakuan pendapatan semacam ini banyak digunakan pada perusahaan kontraktor


yang mengerjakan proyek-proyek yang umunya memakan waktu lebih dari periode
akuntansi. Pengakuan pendapatan secara proporsional semacam ini terpaksa harus
dilakukan kalau perusahaan mempertahankan pengukuran dengan takaran periode. Dasar
“effort and accooplishment” relevan untuk membandingkan (matching) pendapatan dan
biaya secara periodik, tidak usah menunggu sampai proyek selesai. Dengan dasar matching
tersebut, walaupun secara keseluruhan pada akhir periode akuntansi tertentu, proses
penghimpunan belumcukup selesai tetapi untuk periode akuntansi sehingga bisa diakui.
Proses pengakuan pendapatan secara proporsional dengan proses produksi mengharuskan
adanya penaksiran prosentase penyelesaian proyek diakhir periode akuntansi.

4. Pendapatan diakui pada saat penerimaan kas

TEORI AK
REVENUE (PENDAPATAN)

Pengakuan pendapatan pada saat penerimaan kas dapat dilakukan apabila dalam rantai
kegiatan sebelumnya dianggap sebagai realisasi pendapatan belum sampai pada tahapan
substansial. Misalnya saja masih terdapat ketidakpastian yang besar mengenai
kolektibilitas piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa. Oleh karena adanya
ketidakpastian yang besar tersebut maka biasanya pengakuan pendapatan ditunda sampai
saat diterimanya kas. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan belum
berpindahnya hak milik barang sampai dilunasinya pembayaran, sehingga terdapat
kemungkinan pembatalan transaksi penjualan yang dilakukan. Cara tersebut dapat
dijumpai dalam penjualan secara cicilan (penjualan angsuran), namun penerapannya sejauh
ini mungkin dihindari, karena jarang sekali dijumpai situasi dimana tagihan atas penjualan
cicilan benar-benar tidak dapat dipastikan secara layak.

TEORI AK

Anda mungkin juga menyukai