Anda di halaman 1dari 17

PPN

(Pajak Pertambahan Nilai)


PENGERTIAN PPN
PPN merupakan pajak yang dikenakan atas barang kena pajak (BKP) atau jasa
kena pajak (JKP) di dalam daerah PABEAN.

UNSUR-UNSUR PPN

1. Subjek yang melakukan penyerahan BKP atau JKP adalah pengusaha kena pajak (PKP)
2. Objek pengenaan PPN adalah kegiatan penyerahan (konsumsi) BKP/JKP
3. Wilayah pengenaan PPN adalah di dalam daerah PABEAN
4. Dasar pengenaan pajak adalah dasar bagi penghitungan tariff pajak pertambahan nilai
SAAT – SAAT PENTING DALAM PENGENAAN PPN

Saat Terutangnya PPN


• Nilai PPN terutang pada saat terjadinya konsumsi (penyerahan)
terhadap BKP atau JKP
Saat Penerbitan Faktur Pajak
• Penerbitan faktur pajak tergantung kepada mekanisme, apakah
mekanisme umum atau mekanisme khusus
Saat Pembayaran PPN
• Pembayaran PPN dapat dilakukan dengan cara dibayar secara
langsung kepada Negara atau dengan cra dititipkan pembayaran
kepada pihak penjual
Karakteristik PPN
1. Pajak objektif
2. Mekanisme pengkreditan
Setiap akhir masa pajak, pengusaha kena pajak akan melaporkan SPT masa PPN yang merupakan
tempat untuk membandingkan pajak keluaran dengan pajak masukan. Pajak masukan menimbulkan
aliran uang keluar (cash out flow) sedangkan pajak keluaran menimbulkan aliran uang masuk (cash in
flow), pajak masukan merupakan uang muka pajak, sedangkan pajak keluaran merupakan utang pajak.
Saldo keduanya akan saling diseimbangkan (offset) didalam SPT masa PPN setelah masa pajak
berakhir perbandingan antara pajak masukan dan pajak keluaran akan menghasilkan tiga
kemungkinan, yaitu:
 Menghasilkan kekurangan pembayaran pajak
Keadaan ini terjadi jika jumlah pajak keluaran (cash out flow) melebihi jumlah pajak masukan
(cash in flow) PK>PM
 Menghasilkan kelebihan pembayaran pajak
Keadaan ini terjadi jika jumlah pajak masukan (cash out flow) melebihi jumlah pajak keluaran.
PM>PK
 Menghasilkan jumlah Nihil
Keadaan ini terjadi jika jumlah pajak keluaran sama dengan pajak masukan. PM = PK.
Objek PPN
Penyerahan barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak di
1 dalam daerah pabean menjadi terutang apabila:

a. Barang kena pajak tersebut merupakan barang dagangan termasuk turunannya, baik berupa produk
sampingan maupun barang sisa yang laku dijual. Contoh: pabrik busana memiliki produk laku dijual yang
terdiri dari:
1) Produk utama berupa busana
2) Produk sampingan berupa sapu tangan
3) Barang sisa berupa kain perca (potongan-potongan kain)
4) Barang sisa kemasan bekas pembungkus kain
b. Penyerahan barang kena pajak secara konsinyasi menurut ketentuan akuntansi komersial
1) Transaksi penyerahan barang kena pajak secara (titipan) konsinyasi ini belum diperlukan sebagai
penjualan tetapi menurut fikal transaksi ini merupakan objek PPN.
2) Ekspor barang kena pajak baik yang berwujud maupun tidak berwujud
3) Membangun bangunan sendiri
4) Penyetoran aktiva oleh pengusaha kena pajak (PKP) yang awalnya tidak untuk diperjualbelikan
5) Ekspor jasa kena pajak
6) Impor BKP/JKP
Barang yang Tidak Dikenakan PPN

PPN adalah pajak objektif dimana kondisi objeknya merupakan


pertimbangan utama untuk menggunakan jenis pajak ini, yakni
apakah barang yang diserahkan adalah barang yang dikenakan
pajak atau barang yang tidak kena pajak. Penentuan jenis barang
yang tidak kena pph ini diatur dalam UU PPN Pasal 4A Ayat 1
dan Ayat 2. UU ini mengatur kelompok jenis barangnya sendiri
diatur dalam peraturan pemerintah. Jenis barangnya sendiri
diatur dalam peraturan pemerintahan. UU No.42 Tahun 2009
Pasal 4A mengatur mengenai kelompok dan jenis barang yang
tidak dikenakan PPN
Tarif Pajak
Menurut UU PPN No. 42 Tahun 2009 Pasal 7:

1. Tariff PPN adalah 10%

2. Tariff PPN sebesar 0% ditetapkan atas:

• Ekspor barang kena pajak berwujud


• Ekspor barang kena pajak tidak berwujud
• Ekspor jasa kena pajak

Sedangkan tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam


ayat 1 dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan
paling tinggi 15%. Perubahan tarif ini diatur dengan
peraturan pemerintah.
FAKTUR PAJAK
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP), yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). Artinya, ketika PKP
menjual suatu barang atau jasa kena pajak, ia harus menerbitkan faktur pajak sebagai tanda bukti
dirinya telah memungut pajak dari orang yang telah membeli barang/jasa kena pajak tersebut. Perlu
diingat bahwa barang/jasa kena pajak yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain harga
pokoknya.
Fungsi Faktur Pajak adalah sebagai berikut:
 Sebagai bukti pungutan bea cukai atas impor BKP atau JKP dan bagi
Dirjen Bea Cukai sebagai bukti atas impor BKP
 Sebagai bukti pembayaran PPN dan PPnBM bagi PKP pembeli BKP
atau JKP
 Sebagai sarana pengkreditan pajak masukan
 Sebagai dasar pembuatan nota retur
Perhitungan Pajak
1. Pak Agus seorang PKP menjual tunai BKP dengan harga jual Rp. 50.000.000
2. Pak Umar seorang PKP menjual BKP dengan harga Rp. 30.000.000 (termasuk PPN 10%). Hitunglah berapa PPN yang terutang.
3. Sepanjang bulan Agustus 2016 PT. Utama mempunyai data sebagai berikut:
a. Membeli bahan baku Rp. 150.000.000
b. Membeli bahan penolong Rp. 120.000.000
c. Menjual produknya Rp. 200.000.000
Hitunglah berapa PPN yang kurang / lebih bayar?
Jawaban :
1. Harga jual Rp. 50.000.00 Jumlah PPN Masukan
PPN Terutang = Rp. 50.000.000 x 10% = Rp. 15.000.000 + Rp. 12.000.000
= Rp. 5.000.000 = Rp. 27.000.000

2. Harga jual BKP Rp. 30.000.000 Harga jual = Rp. 200.000.000


PPh Terutang = Rp. 30.000.000 x 10% = Rp. 3.000.000
100
Harga barang = Rp. 30.000.000 x = Rp. 27.272.727 PPN Keluaran
110
PPN Terutang = 10% x Rp. 27.272.727 =
Rp.27.272.727 = Rp. 200.000.000 x 10%
30.000.000 = Rp. 20.000.000
3. Membeli bahan baku Rp. 150.000.000
PPN Masukan > PPN Keluaran
PPN Masukan = Rp. 150.000.000 x 10% = Rp. 15.000.000
Rp. 27.000.000 – Rp 20.000.000
Membeli bahan penolong = Rp. 120.000.000
= Rp. 7.000.000 (lebih bayar)
PPN Masukan = Rp. 120.000.000 x 10% = Rp. 12.000.000
AKUNTANSI PPN

Yaitu akuntansi yang kegiatannya dapat memberikan informasi yang


diperlukan dan rangka pemenuhan kewajiban penyelenggaraan
pembukuan dan memberikan informasi bagi perusahaan untuk dapat
menghitung dan melaporkan PPN yang terutang.
AKUNTANSI PPN

1 Pembelian
Berikut ini adalah contoh transaksi-transaksi PPN-nya.
a. Pembelian barang yang dapat dikreditkan PPN-nya
Contoh Transaksi:
1) PT. Dinamika membeli barang dagang untuk persediaan pada tanggal 7 Agustus 2010 seharga Rp. 60.000.000 dari PT. Kita
Maju secara kredit.
Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah:
 Sistem Periodik
Pembelian Rp. 60.000.000 -
PPN Masukan Rp. 6.000.000 -
Utang Usaha - Rp. 66.000.000

 Sistem Perpetual
Persediaan Rp. 60.000.000 -
PPN Masukan Rp. 6.000.000 -
Utang Usaha - Rp. 66.000.000
AKUNTANSI PPN

Contoh Transaksi:
2) Pada Tanggal 1 Agustus 2010 PT. Dinamika membeli aktiva berupa mesin photocopy dari PT. Selaras utama dengan harga
sebesar Rp. 30.000.000.
Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah:

Aktiva Tetap (Mesin Photocopy) Rp. 30.000.000 -


PPN Masukan Rp. 3.000.000 -
Kas - Rp. 33.000.000

b. Pembelian barang yang tidak dapat dikreditkan PPN-nya.


Pembelian barang yang PPN-nya tidak dapat dikreditkan tergantung dari jenis barang dan masa manfaat.
1) Pada tanggal 25 Agustus 2010 PT. Dinamika membeli barang keperluan kantor (alat tulis kantor) sebagai persediaan kantor
seharga Rp. 2.000.000 dari PT. Sinar Terang secara tunai
Jurnal untuk mencatat transaksi diatas adalah:

Alat Tulis Kantor Rp. 2.000.000 -


Beban PPN Rp. 200.000 - (PPN tersebut tidak dapat dikreditkan sehingga
Kas - Rp. 2.200.000 harus dibebankan pada pendapatan pada
periode yang bersangkutan)
AKUNTANSI PPN

b. Pembelian barang yang tidak dapat dikreditkan PPN-nya.


Pembelian barang yang PPN-nya tidak dapat dikreditkan tergantung dari jenis barang dan masa manfaat.
2) Pada tanggal 05 Agustus 2010 PT. Dinamika membeli perlengkapan kantor seharga Rp. 800.000 dari PT. Sinar Terang secara
tunai dengan PPN sebesar Rp. 800.000.
Jurnal untuk mencatat transaksi diatas adalah:

Perlengkapan Kantor Rp. 880.000 -


Kas - Rp. 880.000

Masa manfaat dari barang tersebut lebih dari 1 tahun maka PPN-nya merupakan biaya (cost) dari barang tersebut dan
PPN-nya tidak dapat dikreditkan.
AKUNTANSI PPN

2 Penjualan
a. Penjualan Biasa
Selama bulan Mei 2010 PT. Dinamika menjual barang dagangan sebanyak Rp. 100.000.000 dengan HPP 80% dari harga
jual. Semua penjualan dilakukan secara kredit. Jurnal untuk mencatat transaksi diatas adalah:
 Sistem Periodik
Piutang Dagang Rp. 110.000.000 -
Penjualan Rp. 100.000.000
PPN Keluaran - Rp. 10.000.000

 Sistem Perpetual
Piutang Dagang Rp. 110.000.000 -
Penjualan - Rp. 100.000.000
PPN Keluaran - Rp. 10.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp. 80.000.000 -
Persediaan Barang Dagang - Rp. 80.000.000
AKUNTANSI PPN

b. Retur Penjualan
Pada tanggal 10 Mei 2010 PT. Dinamika menerima retur barang dagang dari pembeli yaitu senilai Rp. 10.000.000. Jumlah ini
belum termasuk PPN. HPP sebesar 80% dari penjualan retur tersebut tidak diganti dengan barang dagangan yang lain
Jurnal untuk mencatat transaksi diatas adalah:
 Sistem Periodik
Retur Penjualan Rp. 10.000.000 -
PPN Keluaran Rp. 1.000.000 -
Piutang Dagang - Rp. 11.000.000

 Sistem Perpetual
Retur Penjualan Rp. 10.000.000 -
PPN Keluaran Rp. 1.000.000 -
Piutang Dagang - Rp. 11.000.000
Persediaan Barang Dagang Rp. 8.000.000 -
Harga Pokok Penjualan - Rp. 8.000.000
AKUNTANSI PPN

c. Penjualan Dengan Uang Muka


PT. Dinamika menerima pesanan barang dagang senilai Rp. 30.000.000 dari PT. Setia Kawan. Pada tanggal 15 Mei 2010 PT.
Dinamika menerima uang muka sebesar 50% dari jumlah pesanan sisanya akan dilunasi pada saat barang diterima oleh PT. Setia
Kawan pada tanggal 25 Mei 2010. Jumlah ini
Jurnal untuk mencatat transaksi diatas adalah:
 Tanggal 25 Mei 2010
Kas Rp. 16.500.000 -
Uang Muka Penjualan - Rp. 15.000.000
PPN Keluaran - Rp. 1.500.000

 Tanggal 25 Mei 2010


Kas Rp. 16.500.000 -
Uang Muka Penjualan Rp. 15.000.000 -
Penjualan - Rp. 30.000.000
PPN Keluaran - Rp. 1.500.0000
AKUNTANSI PPN

d. Penjualan Cicilan
Pada tanggal 20 Mei 2010 PT. Dinamika menjual barang dagangan sebesar Rp. 100.000.000 kepada PT. Bulan Bintang. PT. Bulan
Bintang membayar dengan cicilan sebesar 20% perbulan selama 5 tahun dan dibayar setiap tanggal 20.
Jurnal untuk mencatat transaksi diatas adalah:
 Tanggal 20 Mei 2010
Piutang Dagang Rp. 110.000.000 -
Penjualan - Rp. 100.000.000
PPN Keluaran - Rp. 10.000.000

 Tanggal 20 Juni 2010


Kas Rp. 22.000.000 -
Piutang Dagang - Rp. 22.000.000

Catatan:
Setiap penerimaan cicilan, PPN terutang sudah sudah tidak dicatat karena PPN
terutang sudah terjadi dan dicatat pada saat penyerahan barang.

Anda mungkin juga menyukai