Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dihitung sebesar tarif PPnBM dikalikan
dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP). DPP yang dimaksud dapat berupa harga jual, nilai
impor, nilai pengganti, nilai ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan Menteri Keuangan. Secara
matematis, PPnBM yang terutang sebagai berikut:
Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong mewah kepada pembeli
tertentu, harga jual atau nilai penggantian yang ditawarkan telah termasuk PPN dan PPnBM,
maka Dasar Pengenaan Pajak dihitung:
Tarif PPnBM
PPnBM yang terutang= x harga jual(nilai penggantian)
(110+tarif PPnBM )
Contoh:
Produsen PKP Perdana melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah
(tarif 30%) dengan harga Rp 140.000.000 (dalam harga termasuk PPN dan PPnBM)
Jawab:
100
DPP= X Rp 140.000.000
(110+30)
= Rp 30.000.000
Contoh:
Produsen PKP Ananda melakukan impor BKP yang tergolong mewah (tarif 20%) dengan
nilai impor Rp 500.000.000. Atas impor BKP tersebut, PKP Ananda membayar PPN dan
PPnBM sebagai berikut:
DPP Rp 500.000.000
BKP yang diimpor tersebut merupakan salah satu komponen bahan baku produk yang
dihasilkan oleh PKP Ananda. Hasil produksi PKP Ananda merupakan BKP yang tergolong
mewah dengan tarif 30%. Pada bulan yang sama, PKP Ananda melakukan penyerahan BKP
hasil produksinya senilai Rp 700.000.000. atas penyerahan BKP tersebut, PKP Ananda
memungut PPN dan PPnBM sebagai berikut:
DPP Rp 700.000.000
Contoh:
Pada Januari 2015, PKP Ananda melakukan penyerahan BKP yang tergolong mewah senilai
Rp 200.000.000. Atas penyerahan tersebut terutang PPnBM Rp 40.000.000. Pada bulan yang
sama terdapat pengembalian BKP senilai Rp 10.000.000 dengan PPnBM sebesar Rp
2.000.000. PPnBM yang terutang pada Masa Pajak Januari 2015 adalah:
Tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN dan PPnBM oleh Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/KMK.03/2012. Yang dimaksud
dengan Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagain besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan.
Ruang Lingkup Pemungutan. PPN dan PPnBM yang terutang atas penyerahan BKP dan/
JKP oleh rekaan kepada BUMN dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh BUMN. Rekanan
merupakan Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP kepada
BUMN.
Menghitung PPN atau PPnBM yang Dipungut. Jumlah PPN yang harus dipungut oleh
BUMN adalah sebesar 10% dikalikan dengan DPP. Dasar pengenaan pajak merupakan
jumlah harga jual, penggantian, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untung menghitung
PPN atau PPnBM yang terutang. Dalam harga jual atau nilai penggantian termasuk PPN atau
PPN dan PPnBM, dasar pengenaan pajak dihitung sesuai dengan uraian bagian sebelumnya.
Saat Penyetoran. BUMN wajib menyetorkan PPN atau PPnBM yang telah dipungut ke
Kantor Pos/Bank Persepsi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
Berakhir.
Saat Pelaporan. BUMN wajib melaporkan PPN atau PPnBM yang telah dipungut dan
disetor ke Kantor Pelayanan Pajak tempat BUMN terdaftar paling lama pada akhir bulan
berikitnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan. Tata cara pemungutan, penyetoran,
dan pelaporan PPN dan PPnBM atas penyerahan BKP dan atau JKP oleh rekanan kepada
BUMN diatur sebagai berikut:
1. Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP atas setiap penyerahan BKP dan/atau
JKP kepada BUMN.
2. Faktur Pajak tersebut dibuat sesuai dengan ketentuan di bidang perpajakan.
3. SSP diisi dengan membubuhkan NPWP dan identitas rekanan, tetapi penadatanganan
SSP dilakukan oleh BUMN sebagai penyetor atas nama rekanan.
4. Dalam hal penyerahan BKP selain terutang PPN juga terutang PPnBM, maka rekanan
harus mencantumkan juga jumlah PPnBM yang terutang pada Faktur Pajak.
5. Faktur Pajak dibuat dalam rangkap 3 dengan peruntukan sebagi berikut:
PPN dan PPnBM yang tidak dipungut oleh BUMN. PPN dan PPnBM tidak dipungut
oleh BUMN dalam hal: