Anda di halaman 1dari 10

PPN

(PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI)
Dasar Pengenaan Tarif Pajak PPN
1. Harga Jual
Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak.
2. Penggantian
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak,
ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.
3. Nilai Impor
Nilai Impor adalah uang yang digunakan sebagai dasar penghitungan Bea
Masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk
impor Barang Kena Pajak.
4. Nilai Ekspor
Nilai Ekspor adalah uang atau biaya yang diminta oleh eksportir.
5. Nilai Lain
Nilai Lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan
Pajak yang diatur oleh Menteri Keuangan.
DPP PPN (Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai) yang diatur
dalam Pasal 9 ayat 1 sebagai berikut:

 Untuk penyerahan BKP atau pemanfaatan BKP tidak


berwujud, DPP-nya adalah jumlah harga jual.
 Untuk pengimporan BKP, DPP-nya adalah nilai impor
(definisi nilai impor lihat Pasal 1 angka 20 UU PPN).
 Untuk pengeksporan BKP, DPP-nya adalah nilai ekspor.
 Untuk kasus penyerahan BKP/JKP tertentu, DPP-nya adalah
nilai lain. Nilai lain adalah suatu jumlah yang ditetapkan
Menteri Keuangan sebagai Dasar Pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai atas jenis penyerahan BKP/JKP tertentu.
Tarif PPN
1. Tarif Umum 2. Tarif Khusus
 Tarif PPN 11% berlaku
Sedangkan tarif khusus untuk
mulai 1 April 2022 kemudahan dalam
 Tarif PPN 12% paling pemungutan PPN, atas jenis
lambat diberlakukan 1 barang/jasa tertentu aau
Januari 2025 sektor usaha tertentu
diterapkan tarif PPN final,
misalnya 1%, 2% atau 3%
dari peredaran usaha, yang
diatur dengan PMK.
Fasilitas atau insentif Pajak Pertambahan Nilai
yang bisa dimanfaatkan oleh PKP, di antaranya:
1. PPN Tidak Dipungut dan Dibebaskan
Pembebasan PPN diberikan pada Pengusaha Kena Pajak:
 PKP yang menyerahkan barang/jasa kena pajak tertentu
 Penyerahan pada perwakilan negara asing
 Penyerahan pada badan internasional
 Penyerahan dengan asas timbal balik/resiprokal

Sedangkan PPN tidak dipungut diberikan untuk penyerahan terkait dengan kawasan ekonomi tertentu. Fasilitas
pembebasan tarif Pajak Pertambahan Nilai ini diatur dalam UU PPN Pasal 16B Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 jo. UU No. 42/2009. PPN yang dibebaskan ini memiliki kode transaksi 08, sementara yang tidak
dipungut memiliki kode transaksi 07.
2. Fasilitas PPN Ditanggung Pemerintah (DTP)
Insentif PPN DTP diberikan pada sektor properti yang diatur dalam PMK No.103/PMK.03/2021. Insentif Pajak
Pertambahan Nilai DTP properti ini diberikan untuk penyerahan rumah tapak baru dan unit hunian rumah susun
baru.
 Diskon DTP properti 100% untuk Pajak Pertambahan Nilai rumah atau unit dengan harga jual paling tinggi
Rp2 miliar.
 Diskon PPN DTP properti sebesar 50% untuk rumah atau unit dengan harga di atas Rp2 miliar – Rp5
miliar.
3. PPN Tarif 0%
Pengenaan PPN 0% diberikan pada ekspor barang/jasa kena pajak, yang diatur dalam Pasal 4 ayat (1) UU Pajak
Pertambahan Nilai. Pemberian insentif PPN 0% dilakukan perluasan jenis ekspor jasa kena pajak (JKP), yang
mulai berlaku sejak 29 Maret 2021, diatur dalam PMK No. 32/PMK.03/2019.
Rumus Dan Cara Menghitung Tarif
PPN

PPN = Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak ( DPP )


Dasar pengenaan pajak terdiri dari:
1. Harga jual & penggantian
Harga jual dan penggantian adalah biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP/JKP.
2. Nilai ekspor & impor
Nilai ekspor dan impor adalah nilai yang menjadi dasar
penghitungan Bea Masuk ditambah pungutan kepabeanan dan
cukai untuk impor BKP atau semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
3. Nilai lain
Sedangkan nilai lain ini diatur dengan atau berdasarkan PMK
hanya untuk menjamin rasa keadilan yang dibutuhkan oleh
masyarakat banyak.
Jika di dalam harga jual atau penggantian atau nilai lain belum termasuk
Contoh kasus 1:

PPN, perhitungannya sebagai berikut:


Pada tanggal 3 Juli 2022 terjadi transaksi: PKP PT AAA di Semarang
menjual 1 buah kulkas seharga Rp6.000.000 belum termasuk Pajak
Pertambahan Nilai kepada Bapak Kelik di Magelang.
Transaksi menjual di Semarang adalah penyerahan di dalam daerah pabean.
Kulkas adalah barang kena pajak, yang menyerahkan kulkas adalah
pengusaha kena pajak. Jadi transaksi atau peristiwa ini dikenai PPN.
Transaksi ini tidak mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau dibebaskan.
Besarnya PPN terutang atas penyerahan kulkas pada tanggal 3 Juli 2022 di
Semarang dihitung oleh PKP PT AAA di Semarang untuk dipungut dengan
Faktur Pajak sebagai berikut:
Harga Jual/DPP PPN x Tarif PPN = Rp6.000.000 x 11%
PPN terutang = Rp 660.000
Bapak Kelik harus membayar ke PKP PT AAA sebesar Rp6.660.000, yang
terdiri atas harga kulkas Rp6.000.000 dan Pajak Pertambahan Nilai
Rp660.000.
Contoh kasus 2:
Jika di dalam harga jual atau penggantian atau nilai lain sudah termasuk PPN, perhitungannya
sebagai berikut:
Pada tanggal 13 April 2022 PKP PT BBB di Surabaya menerima tagihan jasa akuntansi termasuk
Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp132.000.000 dari PKP PT CCC di Bandung yang memberikan
jasa akuntansi.
Transaksi menagih jasa akuntansi di Bandung adalah penyerahan di dalam daerah pabean, jasa
akuntansi adalah jasa kena pajak, yang memberikan jasa akuntansi adalah pengusaha kena pajak.
Jadi transaksi itu dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
Transaksi ini tidak mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau dibebaskan, sehingga besarnya PPN
terutang atas penyerahan jasa akuntansi pada tanggal 13 April 2022 di Bandung dihitung oleh PKP
PT CCC di Bandung untuk dipungut dengan Faktur Pajak sebagai berikut:
Harga jual termasuk Pajak Pertambahan Nilai = Rp132.000.000
DPP = 100 x harga jual termasuk PPN
100 + % tarif PPN
= 100 x Rp132.000.000
110
= Rp120.000.000
PPN terutang = DPP PPN x Tarif PPN
= Rp120.000.000 x 11%
= Rp13.200.000
Jadi, PPN dipungut oleh PKP PT CCC Bandung sebesar Rp13.200.000
Contoh Kasus 3:
Pada Oktober 2022, PT AAA menjual tunai Barang Kena
Pajak dengan Harga Jual Rp25.000.000 pada PT BBB.
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 11% x
Rp25.000.000 = Rp2.750.000

Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp2.750.000 tersebut


merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pengusaha
Kena Pajak PT AAA dari PT BBB.

Anda mungkin juga menyukai