Anda di halaman 1dari 33

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN AKUNTANSI S1

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


DAN PAJAK PENJUALAN
ATAS BARANG MEWAH
Perpajakan II

Dosen Pengampu : Andi Muhammad Fuad Ramadhan Basru, S.E., M.Acc., Ak


Kelompok 1 (Kelas A) :
ABDUL RIFKIY MANSURIN B1C121001

ANA RESTY HASTUTI B1C121009

ARDI KUSNO B1C121015

DWI ADELIA PUTRI B1C121021

GIACINTA MARIANA LA IDARU B1C121028

IRMAYANTI AMIR B1C121035

LA ODE MUHAMMAD ILHAM B1C121043

MUHAMMAD ABRAR SULIDADI B1C121050


2
A. PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK

Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak
TERMASUK PENYERAHAN BKP
a. Penyerahan hak atas BKP karena perjanjian
b. Pengalihan BKP karena perjanjian sewa beli dan/atau leasing
c. Penyerahan BKP kepada pedagang melalui lelang
d. Pemakaian sendiri / pemberian Cuma-Cuma atas BKP
e. BKP berupa persediaan / aktiva menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan
f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP antar
cabang
g. Penyerahan BKP secara konsinyasi
h. Penyerahan BKP oleh Pengusaha Kena Pajak 3
TIDAK TERMASUK PENYERAHAN BKP
a. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang
Undang Hukum Dagang
b. Penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang
c. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP
antar cabang dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan tempat
pajak terutang
d. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
dan pengambil alihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan
yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak
e. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang
masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas
perolehannya tidak dapat dikreditkan

4
B. PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

Definisi PKP
Menurut Pasal 1 UU PPN, PKP merupakan pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikarenakan pajak berdasarkan UU PPN, tidak
termasuk pengusaha kecil.

Syarat PKP
a. Memiliki pendapatan bruto dalam 1 tahun buku mencapai Rp 4,8 miliar.
b. Melewati proses survei yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Penyuluhan (KPP) dan Konsultasi
Perpajakan (KP2KP).
c. Melengkapi dokumen dan persyaratan pengajuan PKP atau pengukuhan PKP.
d. Ajuan menjadi PKP diajukan ke KPP atau KP2KP yang dimana wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
5
C. OBJEK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha


Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan BKP meliputi pengusaha-pengusaha,
baik yang telah dikukuhkan menjadi PKP (Pasal 3A Ayat 1 UU PPN) maupun yang
seharusnya dikukuhkan menjadi PKP, tapi belum dikukuhkan.
2. Impor Barang Kena Pajak
Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Siapa pun yang
memasukkan Barang Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean tanpa memperhatikan apakah
dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenai pajak.
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan JKP meliputi baik pengusaha yang telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (Pasal 3A ayat 1 UU PPN) maupun pengusaha
yang seharusnya dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak , tetapi belum dikukuhkan.
6
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
Contoh : Pengusaha A yang berkedudukan di Jakarta memperoleh hak menggunakan
merek yang dimiliki Pengusaha B yang berkedudukan di Hong Kong. Atas pemanfaatan
merek tersebut oleh Pengusaha A di dalam Daerah Pabean terutang Pajak Pertambahan
Nilai.
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Contoh : Pengusaha Kena Pajak C di Surabaya memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari
Pengusaha B yang berkedudukan di Singapura . Atas pemanfaatan Jasa Kena Pajak
tersebut terutang Pajak Pertambahan Nilai.
6. Ekspor Barang Kena Paiak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak .
8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
9. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerja
pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain .
7
Objek Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 1984 yang kini sudah mengalami perubahan yakni
UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, yang termasuk dalam objek PPnBM
adalah sebagai berikut:

1. Merupakan barang-barang kebutuhan pokok.

2. Hanya dikonsumsi oleh orang-orang atau masyarakat tertentu.

3. Umumnya hanya dikonsumsi oleh orang-orang yang memiliki penghasilan tinggi.

4. Dikonsumsi demi status atau untuk menunjukkan status sosialnya.

8
D. TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK

Melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan


Perpajakan (UU HPP), pemerintah menaikkan tarif PPN, yakni:

a. Tarif Umum
Tarif PPN 11% berlaku mulai 1 April 2022
b. Tarif Khusus
Untuk kemudahan dalam pemungutan PPN, atas jenis barang/jasa tertentu atau sektor
usaha tertentu.Berdasarkan UU PPN yang berlaku saat ini, PKP yang di wajibkan untuk
melakukan pembayaran pajak yaitu merekka yangmemiliki omzet mencapai Rp. 4,8 miliar
per tahun. UMKM hanya perlu membayar PPN final dengan tarif 1%, 2%, dan 3% dari
peredarannya.

9
Tarif Pajak
1) Tarif PPN 10% diterapkan atas:
a) Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean
b) Impor barang Kena Pajak
c) Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean
d) Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam daerah Pabean
e) Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
2) Tarif PPN 0 persen diterapkan atas:
a) Ekspor BKP berwujud
b) Ekspor BKP tidak berwujud
c) Ekspor JKP
d) Ekspor Jasa Kena Pajak
3) Tarif pajak PPN 10% dapat diubah paling rendah 5% dan paling tinggi 15% 10
1) Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut
UU PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
2) Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP
Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan potongan
harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau
seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima
manfaat BKP Tidak Berwujud karena pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean.
3) Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk
ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN dan
PPnBM yang dipungut menurut UU PPN.

11
4) Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.

5) Nilai Lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak.

Dasar Pengenaan Pajak berupa Nilai Lain diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan dengan maksud untuk menjamin rasa keadilan dalam hal: Harga Jual,
Nilai Penggantian, Nilai Impor, dan Nilai Ekspor sukar ditetapkan; dan/atau penyerahan
Barang Kena Pajak yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak, seperti air minum dan
listrik.

12
E. DASAR PENGENAAN PAJAK KHUSUS

Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 75/PMK.03/2010 tentang perhitungan nilai PPN
mengatur terkait kategori transaksi yang menggunakan nilai lain sebagai DPP. Transaksi-transaksi tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Jasa Biro Perjalanan
Penjualan tiket wisata (baik dalam maupun luar negeri) serta penjualan produk dari pihak lain seperti
jasa angkutan udara/laut dan darat, akan dikenakan DPP sebesar 10% dari nilai peredaran atau omzet.
Dengan catatan, penjualan tiket angkutan udara dalam negeri tidak termasuk sebagai omzet.
b. Jasa Pengiriman Paket
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.03/2010 mengatur terkait DPP untuk jasa pengiriman
paket dikenakan sebesar 10% dari jumlah yang ditagih atau yang seharusnya ditagih.
c. Jasa Pengurusan Transaksi
Jasa yang satu ini sering dikenal dengan istilah freight forwarding, merupakan jasa yang menjadi objek
PPN dengan pengenaan PPN yang berbeda dengan jasa lainnya.
13
F. PAJAK MASUKAN DAN PAJAK KELUARAN

Pajak Masukan
Dalam Pasal 1 angka 24 UU PPN disebutkan bahwa Pajak masukan dalam PPN adalah pajak yang
seharusnya sudah dibayar oleh PKP atas perolehan barang/jasa kena pajak, pemanfaatan BKP tidak berwujud
dari luar daerah pabean, dan/atau impor BKP dalam masa pajak tertentu.
a. Karakteristik Pajak Masukan
Pada masa pajak yang sama, apabila pajak keluaran lebih besar, maka kelebihan pajak tersebut harus
disetorkan kepada negara. Sedangkan apabila pajak masukan lebih besar, maka kelebihan pajak
masukan tersebut dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya
b. Pengkreditan Pajak Masukan
Bagi pajak masukan yang dapat dikreditkan namun belum dikreditkan dengan pajak keluaran pada
masa pajak yang sama, maka dapat dikreditkan pada masa berikutnya dengan batas waktu 3 bulan
berikutnya setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan. Apabila PKP belum melakukan produksi
sehingga belum melakukan penyerahan yang dapat terutang pajak, maka pajak masukan atas
perolehan/impornya dapat dikreditkan. 14
Pajak Keluaran
Dalam Pasal Pasal 1 angka 25 UU PPN disebutkan bahwa Pajak keluaran dalam PPN adalah pajak
terutang yang wajib dipungut oleh PKP saat menyerahkan barang/jasa kena pajak, ekspor barang kena
pajak berwujud/tidak berwujud, dan ekspor jasa kena pajak.
a. Karakteristik Pajak Masukan
Pengenaan pajak keluaran diawali dengan penetapan tarif barang, lalu dipungut pajaknya oleh
penjual. PKP yang melakukan transaksi jual beli telah memungut pajak dari pembeli melalui
penjualan BKP miliknya dan pungutan tersebut akan dikreditkan nantinya. Batas waktu
pengkreditan pajak tersebut adalah 3 bulan setelah masa pajak berakhir sehingga PKP memiliki
waktu yang cukup untuk pengkreditan pajak.
Pencatatan dan penyetoran pajak ini sendiri menggunakan media faktur pajak, yang bisa dibuat secara
online melalui e-Faktur.

15
G. RESTITUSI KELEBIHAN PEMBAYARAN PPN

a. Sebab-Sebab Restitusi PPN


Penyebab terjadinya restitusi PPN karena adanya kelebihan pembayaran pajak. Kelebihan pembayaran
pajak dapat terjadi karena dua hal yaitu:
1) Dalam suatu masa pajak jumlah pajak masukan lebih besar dari jumlah pajak keluaran yang dapat
timbul akibat:
a) Kegiatan usaha PKP adalah ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud atau ekspor
JKP
b) PKP banyak melakukan penyerahan BKP atau JKP kepada Pemungut PPN
c) PKP banyak melakukan penyerahan BKP atau JKP dengan fasilitas PPN tidak dipungut
d) PKP sedang dalam tahap belum berproduksi membeli barang modal yang akan menghasilkan
BKP atau JKP
2) Adanya pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang (kesalahan pemungutan pajak)
16
b. Mekanisme Restitusi
Berdasarkan Pasal 9 Undang Undang No.42 Tahun 2009 apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan
pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. Atas kelebihan Pajak Masukan tersebut dapat
diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku.
Untuk pengusaha kena pajak dibawah ini dapat dapat mengajukan permohonan pengembalian pada
setiap Masa Pajak (tidak perlu menunggu akhir tahun buku) yaitu:
1. PKP yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
2. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai
3. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang Pajak Pertambahan
Nilainya tidak dipungut
4. PKP yang melakukan ekspor BKP Tidak Berwujud
5. PKP yang melakukan ekspor JKP; dan/atau
6. PKP dalam tahap belum berproduksi mengkreditkan pajak masukan atas perolehan barang
modal 17
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sehingga menimbulkan lebih bayar yang dapat diminta
kembali oleh PKP adalah :

1. Pajak Masukan yang berasal dari perolehan BKP dan/atau JKP dari BKP yang diekspor

2. Pajak Masukan yang berasal dari perolehan BKP dan/atau JKP dari BKP dan/atau JKP
yang diserahkan kepada Pemungut PPN tersebut

3. Seluruh Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan/atau JKP yang
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha melakukan penyerahan kena pajak

4. Dalam hal ekspor BKP Yang Tergolong Mewah, selain kelebihan Pajak Masukan, juga
dapat diminta kembali PPnBM yang telah dibayar atas perolehan BKP Yang Tergolong
Mewah yang diekspor
18
c. Restitusi Turis Asing
Berdasarkan Pasal 16E Undang Undang No.42 tahun 2009 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang sudah dibayar atas pembelian Barang Kena Pajak yang dibawa ke luar Daerah
Pabean oleh orang pribadi pemegang paspor luar negeri dapat diminta kembali.
PPN dan PPnBM yang dapat diminta kembali tersebut harus memenuhi syarat:
1. Nilai PPN paling sedikit Rp500.000,00 dan dapat disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah
2. Pembelian BKP dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan sebelum keberangkatan ke luar Daerah Pabean
3. Faktur Pajak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5), kecuali pada
kolom NPWP dan alamat pembeli diisi dengan nomor paspor dan alamat lengkap di negara yang
menerbitkan paspor atas penjualan kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri yang tidak
mempunyai NPWP.
Permintaan kembali PPN dan PPnBM dilakukan pada saat orang pribadi pemegang paspor luar negeri
meninggalkan Indonesia dan disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Direktorat
Jenderal Pajak di bandar udara yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

19
“ CONTOH DASAR
PERHITUNGAN PPN

20
1. CONTOH PPN KURANG BAYAR

PT A pada September 2022 menjual alas kaki atau sepatu sebanyak 10.000 pasang, dengan harga per
pasang sepatu adalah Rp5.000.000. Penjualan sepatu sebanyak 10.000 pasang itu dilakukan terhadap
5 perusahaan.
Berikut rincian PPN Keluaran PT A selama September 2022:

No. Nama Jumlah Sepatu Total Harga PPN

1. PT B 500 x Rp5.000.000 = Rp2.500.000.000 x 10% = Rp250.000.000


2. PT D 1500 x Rp5.000.000 = Rp7.500.000.000 x 10% = Rp750.000.000
3. PT E 2250 x Rp5.000.000 = Rp11.250.000.000 x 10% = Rp1.125.000.000
4. PT F 2500 x Rp5.000.000 = Rp12.500.000.000 x 10% = Rp1.250.000.000
5. PT G 3250 x Rp5.000.000 = Rp16.250.000.000 x 10% = Rp1.625.000.000
21
Kemudian PT A juga melakukan pembelian bahan baku produksi alas kaki sebesar
Rp10.000.000.000 dari 3 perusahaan penyedia bahan baku.

Berikut rincian PPN Masukan PT A selama September 2022:

No. Nama Bahan Baku Total Harga PPN


PT C Aksesoris Rp2.500.000.000 x 10% = Rp250.000.000
1.
PT H Seol Sepatu Rp3.500.000.000 x 10% = Rp350.000.000
2.
PT K Kulit Bahan Rp4.000.000.000 x 10% = Rp400.000.000
3.

22
Maka, perhitungan PPN Terutang dari hasil penghitungan Pajak Keluaran (PPN Keluaran) dan Pajak
Masukan (PPN Masukan) pada bulan September 2022 adalah:
PPN Keluaran PT A September 2020
No. Nama PPN Keluaran
1. PT B = Rp250.000.000
2. PT D = Rp750.000.0000
3. PT E = Rp1.125.000.000
4. PT F = Rp1.250.000.000
5. PT G = Rp1.625.000.000 (+)
  Total PPN Keluaran September 2022 = Rp5.125.000.000

PPN Masukan PT A September 2020


No. Nama PPN Masukan
1. PT C = Rp250.000.000
2. PT H = Rp350.000.0000
3. PT K = Rp400.000.000 (+)
  Total PPN Masukan September 2022 = Rp1.000.000.000 23
PPN Terutang PT A September 2022
Dari perhitungan PPN Keluaran dan PPN Masukan PT A tersebut, PPN Terutang pada
bulan September 2022 ini adalah:
PPN Keluaran
Total PPN Keluaran September 2022 = Rp5.125.000.000
PPN Masukan
Total PPN Masukan September 2022 = Rp1.000.000.000

PPN Terutang September 2020


= PPN Keluaran – PPN Masukan
= Rp5.125.000.000 – Rp1.000.000.000
= Rp4.125.000.000 (PPN Kurang Bayar)
24
2. CONTOH PPN LEBIH BAYAR

PT A pada Oktober 2022 menjual alas kaki atau sepatu sebanyak 2000 pasang, dengan harga per
pasang sepatu adalah Rp5.000.000. Penjualan sepatu sebanyak 2.000 pasang itu dilakukan terhadap
3 perusahaan.
Berikut rincian PPN Keluaran PT A selama Oktober 2022:

No. Nama Jumlah Sepatu Total Harga PPN


1. PT B 500 x Rp5.000.000 = Rp2.500.000.000 x = Rp250.000.000
10%
2. PT D 600 x Rp5.000.000 = Rp3.250.000.000 x = Rp325.000.000
10%
3. PT E 850 x Rp5.000.000 = Rp4.250.000.000 x = Rp425.000.000
10%
25
Kemudian PT Ajuga melakukan pembelian bahan baku produksi alas kaki diantaranya aksesoris
sebesar Rp3.500.000.000 dari PT S, sol sepatu sebesar Rp4.500.000 dari PT U, kulit bahan sebesar
Rp5.500.000.000 dari PT Y, dan perlengkapan operasional lainnya sebesar Rp2.500.000.000 dari PT R.

Berikut rincian PPN Masukan PT A selama Oktober 2022:

No. Nama Bahan Baku Total Harga PPN


1. PT S Aksesoris Rp2.500.000.000 x = Rp250.000.000
10%
2. PT U Seol Sepatu Rp4.500.000.000 x = Rp450.000.000
10%
3. PT Y Kulit Bahan Rp4.000.000.000 x = Rp400.000.000
10%
4. PT R Perlengkapan Operasi Rp2.500.000.000 x = Rp250.000.000
10%
26
Maka, perhitungan PPN Terutang dari hasil penghitungan Pajak Keluaran (PPN Keluaran) dan Pajak
Masukan (PPN Masukan) pada bulan Oktober 2022 adalah:
PPN Keluaran PT A Oktober 2022

No. Nama PPN Keluaran


1. PT B = Rp250.000.000
2. PT D = Rp325.000.0000
3. PT E = Rp425.000.000 (+)
  Total PPN Keluaran Oktober 2022 = Rp1.000.000.000

PPN Masukan PT A Oktober 2022


No. Nama PPN Maukan
1. PT S = Rp350.000.000
2. PT U = Rp450.000.0000
3. PT Y = Rp400.000.000
4. PT R = Rp250.000.000
  Total PPN Masukan Oktober 2022 = Rp1.450.000.000 27
PPN Terutang PT A Oktober 2022
Dari perhitungan PPN Keluaran dan PPN Masukan PT A tersebut, PPN Terutang pada
bulan September 2022 ini adalah:
PPN Keluaran
Total PPN Keluaran Oktober 2022 = Rp1.000.000.000
PPN Masukan
Total PPN Masukan Oktober 2022 = Rp1.450.000.000

PPN Terutang Oktober 2020


= PPN Keluaran – PPN Masukan
= Rp1.000.000.000 – Rp1.450.000.000
= - Rp450.000.000 (PPN Lebih Bayar)
28
3. CONTOH PPN NIHIL

PT A pada November 2022 melakukan penyerahan BKP penjualan produk alas kaki atau sepatu
sebanyak 5000 pasang, dengan harga per pasang sepatu adalag Rp5.000.000. Penjualan sepatu
sebanyak 5.000 pasang itu dilakukan terhadap 4 perusahaan.
Berikut rincian PPN Keluaran PT A selama November 2022:

No. Nama Jumlah Sepatu Total Harga PPN


1. PT L 500 x Rp5.000.000 = Rp2.500.000.000 = Rp250.000.000
x 10%
2. PT M 1000 x Rp5.000.000 = Rp3.250.000.000 = Rp500.000.000
x 10%
3. PT N 1500 x Rp5.000.000 = Rp4.250.000.000 = Rp750.000.000
x 10%
4. PT P 2000 x Rp5.000.000 = =
Rp10.000.000.000 Rp1.000.000.000
x 10%
29
Kemudian PT A pada bulan November 2022 ini juga melakukan pembelian barang kena pajak
berupa bahan baku produksi alas kaki yakni aksesoris dari PT C sebesar Rp500.000.000, sol
sepatu PT H sebesar Rp2.000.000.000, dan kulit bahan dari PT K sebesar Rp2.500.000.000,
lalu mesin produksi sebesar Rp15.000.000.000 dari PT J, dan perlengkapan produksi lainnya
Rp1.500.000.000 dari PT Q.
Berikut rincian PPN Masukan PT A selama November 2022:

No. Nama Bahan Baku Total Harga PPN


1. PT C Aksesoris Rp500.000.000 x 10% = Rp50.000.000
2. PT H Seol Sepatu Rp2.000.000.000 x = Rp200.000.000
10%
3. PT K Kulit Bahan Rp2.500.000.000 x = Rp250.000.000
10%
4. PT J Mesin Produksi Rp15.000.000.000 x = Rp1.500.000.000
10%
5. PT Q Perlengkapan Rp1.500.000.000 x = Rp150.000.000
Produksi 10%
30
Maka, perhitungan PPN Terutang dari hasil penghitungan Pajak Keluaran (PPN Keluaran) dan Pajak
Masukan (PPN Masukan) pada bulan November 2022 adalah:
PPN Keluaran PT A November 2022
No. Nama PPN Keluaran
1. PT L = Rp250.000.000
2. PT M = Rp500.000.000
3. PT N = Rp750.000.000
4. PT P = Rp1.000.000.000 (+)
  Total PPN Keluaran November 2022 = Rp2.500.000.000

PPN Masukan PT A November 2022


No. Nama PPN Maukan
1. PT C = Rp50.000.000
2. PT H = Rp200.000.000
3. PT K = Rp250.000.000
4. PT J = Rp1.500.000.000
5. PT Q = Rp150.000.000 31
  Total PPN Masukan November 2022 = Rp2.500.000.000
PPN Terutang PT A November 2022
Dari perhitungan PPN Keluaran dan PPN Masukan PT A tersebut, PPN Terutang pada
bulan September 2022 ini adalah:
PPN Keluaran
Total PPN Keluaran November 2022 = Rp2.500.000.000
PPN Masukan
Total PPN Masukan November 2022 = Rp2.500.000.000

PPN Terutang November 2020


= PPN Keluaran – PPN Masukan
= Rp2.500.000.000 – Rp2.500.000.000
= Rp0 (PPN Nihil)
32
THANK YOU
Any questions?

33

Anda mungkin juga menyukai