Anda di halaman 1dari 3

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

PPN merupakan pajak yang dikenakan atas transaksi jual-beli Barang Kena Pajak (BKP)
dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang memiliki pertambahan nilai dan pungutan ini hanya boleh
dilakukan dan dilaporkan oleh PKP. Namun, pihak yang berkewajiban membayarkan PPN
adalah konsumen akhir. Regulasi PPN adalah diatur dalam dalam UU Nomor 6 Tahun 1983.
Tarif PPN adalah ditetapkan 10 persen.

Karakteristik Pemungutan PPN

• Pajak Objektif : pemungutan PPN didasarkan pada objek pajak tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak (WP) sebagai subjek pajak
• Pajak Tidak Langsung : PPN adalah pajak tak langsung. Artinya, yang berkewajiban
memungut, menyetor, dan melaporkan PPN adalah para pedagang atau pengecer.
• Multi Stage Tax : dilakukan secara berjenjang dari pabrikan sampai konsumen akhir
• Dipungut Menggunakan Faktur Pajak : sehingga Pengusaha Kena Pajak (PKP)
sebagai pemungut pajak harus menerbitkan faktur pajak sebagai bukti pemungutan PPN
• Bersifat Netral : dikenakan baik atas konsumsi barang maupun jasa, dan dipungut
menggunakan prinsip tempat tujuan, yaitu bahwa PPN dipungut di tempat barang atau
jasa dikonsumsi
• Non-duplikasi : karena terdapat mekanisme pengkreditan pajak masukan

Keunggulan dan Kelemahan PPN

Keunggulan:

1. Mencegah terjadinya pengenaan pajak berganda.


2. Netral dalam perdagangan lokal dan internasional.
3. Ditinjau dari besar pendapatan Negara, PPN mendapat predikat sebagai money maker.

Kelemahan:

1. Biaya administrasi relatif tinggi bila dibandingkan dengan pajak tidak langsung
lainnya.
2. Menimbulkan dampak regresif.
3. PPN sangat rawan dari upaya penyelundupan pajak.
4. PPN menuntut tingkat pengawasan yang lebih cermat oleh administrasi pajak terhadap
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Objek PPN

Dikutip dari laman Kementerian Keuangan, pengenaan PPN adalah diatur berdasarkan Pasal 4
ayat (1) UU PPN. Dalam regulasi tersebut, disebutkan bahwa Pajak Pertambahan Nilai
dikenakan atas:

1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
2. Impor BKP dan/atau pemanfaatan JKP/BKP Tak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean
3. Ekspor BKP dan/atau JKP
4. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan
5. Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk
diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat
dikreditkan

Subjek PPN

Pengusaha Kena Pajak (PKP), baik orang pribadi maupun badan, yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), yang dikenakan pajak berdasarkan
UU PPN.

Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai)

1. Tarif PPN menurut ketentuan Undang-Undang No.42 tahun 2009 pasal 7 :


2. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah 10% (sepuluh persen).
3. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas: Ekspor
Barang Kena Pajak Berwujud, Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, Ekspor Jasa
Kena Pajak
4. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah menjadi paling rendah
5% (lima persen) dan paling tinggi sebesar 15% (lima belas persen) sebagaimana diatur
oleh Peraturan Pemerintah.

Dasar Pengenaan PPN

PPN terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak
(DPP) yang meliputi:
1. Harga Jual
2. Penggantian
3. Nilai Impor dan ekspor
4. Nilai lain

Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP di dalam Daerah Pabean, dan/atau
melakukan ekspor BKP (baik BKP Berwujud maupun BKP Tidak Berwujud) dan/atau JKP,
wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan wajib
memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
yang terutang.

Fasilitas Pembebasan PPN

1. Fasilitas atau insentif perpajakan dapat didefinisikan sebagai ketentuan perpajakan


yang dibuat secara khusus, yang berbeda dengan ketentuan perpajakan yang berlaku
umum, bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu.
2. Fasilitas PPN diberikan untuk mendorong pembangunan nasional dengan membantu
tersedianya barang yang bersifat strategis, seperti: Fasilitas dibebaskan dari pengenaan
PPN dan fasilitas tidak dipungut PPN
3. Untuk mendukung perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing dengan
menjamin tersedianya barang-barang yang bersifat strategis, pemerintah memberikan
fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN atas impor dan/atau penyerahan Barang Kena
Pajak tertentu yang bersifat strategis.

Anda mungkin juga menyukai