Wida Royani
NPM : 24081120071
24081120038
Tugas Perpajakan 2
2. Objek PPN
1) Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
2) Impor BKP dan/atau pemanfaatan JKP/BKP Tak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean
3) Ekspor BKP dan/atau JKP
4) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan
oleh orang pribadi atau badan
5) Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk
diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan
5. Subjek PPN
Subjek PPN di Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan adalah
1. Pengusaha Kena Pajak (PKP), baik orang pribadi maupun badan, yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), yang dikenakan pajak berdasarkan UU
PPN.
2. Non-PKP yang melakukan impor BKP, pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean
di dalam daerah pabean, pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean, dan
melakukan kegiatan pembangunan
6. Kawasan berikat adalah tempat penyimpanan barang impor dan/atau barang yang berada di tempat
lain dalam daerah pabean untuk diolah atau digabungkan hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.
7. Pemungutan PPN menganut prinsip akrual, artinya terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan
BKP atau JKP meskipun pembayaran atas penyerahan tersebut belum sepenuhnya diterimaa saat
impor BKP.
Saat terutangnya PPN sebagaimana diatur dalam Pasal 11 UU PPN adalah pada saat:
− Penyerahan BKP;
− Impor BKP;
− Penyerahan JKP;
− Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean;
− Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean;
− Ekspor BKP Berwujud;
− Ekspor BKP Tidak Berwujud; atau
− Ekspor JKP.
Tempat Terutangnya PPN Terdapat beberapa tempat terutang PPN yang juga diatur dalam UU PPN
yaitu:
− Penyerahan BKP/JKP adalah ditempat tinggal (Pengusaha Orang Pribadi) atau tempat
kedudukan (Pengusaha Badan) dan tempat kegiatan usaha dilakukan, yaitu di tempat
pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.
− Impor BKP adalah di tempat dimasukannya BKP kedalam Daerah Pabean dan dipungut
melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
− Pemanfaatan BKP Tidaj Berwujud dari luar Daerah Pabean adalah di tempat orang pribadi
BKP Tidak Berwujud/JKP tersebut terdapat Wajib Pajak.
− Atas Kegiatan Membangun Sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan saha atau pekerjaan
adalah ditempat bangunan didirikan.
Direktur Jenderal Pajak (DJP) juga berhak menentukan tempat lain selain tempat yang
disebutkan diatas, sebagai tempat PPN terutang atas ekspor BKP, baik atas permohonan
tertulis dari PKP secara jabatan.
8. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) sesuai dengan yang
diatur pada Pasal 1 ayat (4) Peraturan Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012.
10. PPN adalah pajak yang ditambahkan dan dipungut atas suatu transaksi. Pihak penjual yang sudah
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) harus membuat faktur pajak elektronik sebagai
bukti pemungutan PPN dan melaporkannya setiap bulan melalui SPT. Tarif PPN sebagai berikut:
Tarif umum 10% untuk penyerahan dalam negeri
Tarif khusus 0% diterapkan atas ekspor Barang Kena Pajak (BKP) berwujud maupun tidak
berwujud, dan ekspor Jasa Kena Pajak (JKP).
Tarif Pajak sebesar 10% dapat berubah menjadi lebih rendah, yaitu 5% dan paling tinggi 15%
sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah.
14. Pelaporan
Seluruh Wajib Pajak (WP) orang pribadi harus melakukan pelaporan pajak tepatnya, pada
tanggal 30 atau 31 bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. Selain itu, pelaporan SPT
Masa PPN harus dilakukan dalam bentuk dokumen elektronik sesuai yang sudah ditentukan pada
Pasal 3A PMK 9/2018 s.t.d.t.d PMK 18/2021