Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari
barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN
disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak
tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan
penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan
langsung pajak yang ia tanggung.
Secara teknis, mekanisme yang berlaku terhadap PPN di Indonesia adalah sebagai berikut:
DPP PPN (Dasar Pengenaan Pajak PPN) yang diatur dalam Pasal 9 ayat 1 sebagai berikut:
• Untuk penyerahan BKP atau pemanfaatan BKP tidak berwujud, DPP-nya adalah jumlah
harga jual.
• Untuk pengimporan BKP, DPP-nya adalah nilai impor (definisi nilai impor lihat Pasal 1
angka 20 UU PPN).
• Untuk pengeksporan BKP, DPP-nya adalah nilai ekspor.
• Untuk kasus penyerahan BKP/JKP tertentu, DPP-nya adalah nilai lain. Nilai lain adalah
suatu jumlah yang ditetapkan Menteri Keuangan sebagai Dasar Pengenaan PPN atas jenis
penyerahan BKP/JKP tertentu.
Sesuai Pasal 7 UU No. 42 Tahun 2009 disebutkan besar tarif PPN adalah sebagai berikut:
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ialah pajak yang dikenakan pada barang yang
tergolong mewah kepada produsen untuk menghasilkan atau mengimpor barang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya. PPnBM hanya dikenakan 1 kali pada saat penyerahan barang ke
produsen.
• Merakit, yaitu menggabungkan bagian-bagian lepas dari suatu barang menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi. Contohnya merakit mobil, barang elektronik, dan perabot
rumah tangga .
• Memasak, yaitu mengolah barang dengan cara memanaskan baik dicampur bahan lain
maupun tidak.
• Mencampur, yaitu mempersatukan dua atau lebih unsur untuk menghasilkan satu atau
lebih barang lain.
• Mengemas, yaitu menempatkan suatu barang ke dalam suatu benda untuk melindunginya
dari kerusakan atau meningkatkan pemasarannya.
• Membotolkan, yaitu memasukkan minuman atau benda cair ke dalam botol yang ditutup
menurut cara tertentu.
• Kegiatan lain yang sama dengan kegiatan tersebut yang dikerjakan dengan bantuan orang
atau badan usaha lain.
Berikut ini adalah beberapa pertimbangan mengapa pemerintah menganggap pemungutan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sangat penting. Berikut penjelasan Pasal 5 ayat (1) UU PPN No.
42 TAHUN 2009:
Perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dan
konsumen yang berpenghasilan tinggi;
• Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah;
• Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional;
• Perlu untuk mengamankan penerimaan negara.
Pada 1 Maret 2017, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menandatangani Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor: 35/PMK.010/2017 tentang Jenis Barang Kena Pajak Yang Tergolong
Mewah Selain Kendaraan Bermotor Yang Dikenai Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Berdasarkan Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang PPN, Pajak Penjualan atas Barang Mewah
dikenakan terhadap beberapa barang berikut:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) tergolong mewah dilakukan oleh pengusaha yang
menghasilkan BKP tergolong mewah di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
2. Impor barang kena pajak yang tergolong mewah.
Dengan demikian, PPnBM hanya dikenakan pada saat penyerahan BKP Mewah oleh pabrikan
(pengusaha yang menghasilkan) dan pada saat impor BKP mewah. PPnBM tidak dikenakan lagi
pada rantai penjualan setelah itu. Adapun pihak yang memungut PPnBM tentu saja pabrikan
BKP Mewah pada saat penyerahan atau penjualan BKP Mewah. Sementara itu, PPnBM atas
impor BKP Mewah dilunasi oleh importir bersamaan dengan pembayaran PPN impor dan PPh
Pasal 22 impor.
Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah lainnya adalah:
Mekanisme pengenaan PPnBM sedikit berbeda dengan PPN. Mekanisme pemungutan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dilakukan dengan faktur pajak sebagaimana diisyaratkan dalam
pemungutan PPN. Hanya saja, bagi PPnBM tidak dikenal istilah pajak masukan, sehingga tidak
dikenal sistem pengkreditan seperti dalam PPN.
Tarif PPnBM
Pengenaan tarif Barang Kena Pajak tergolong mewah digolongkan ke dalam beberapa kategori
sebagai berikut ini:
• Tarif 10% = Kendaraan umum kategori tertentu, alat rumah tangga, alat pendingin,
hunian mewah, televisi, dan minuman non-alkohol.
• Tarif 20% = Kendaraan bermotor kategori tertentu, alat fotografi, berbagai jenis
permadani, peralatan olahraga impor, dan barang
• Tarif 25% = Kendaraan bermotor berat dan berbahan bakar solar, misalnya combi, pick
up, dan minibus.
• Tarif 35% = Minuman bebas alkohol, bahan berbahan kulit impor, batu kristal, bus, dan
barang pecah belah
Bisnis barang mewah seperti barang elektronik, mobil, gadget, dan sebagainya sedang
berkembang pesat di Indonesia. Sebagai pelaku bisnis, Anda wajib memahami cara perhitungan
pajak barang mewah ini. Cara menghitung Pajak Penjualan atas Barang Mewah terutang sebagai
berikut:
Adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak/jasa kena pajak yang dikenai
pajak Undang-Undang PPN 1984 atau sekarang sudah berubah menjadi Undang-Undang nomor
42 tahun 2009 (menurut perubahan pada UU Cipta Kerja)
a) Pengusaha Kecil dengan jumlah peredaran bruto/penerimaan bruto dalam satu tahun tidak
lebih dari Rp. 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah)
b) Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang/jasa yang tidak dikenakan PPN
Adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak yang mempunyai pengertian sebagai
berikut :
Barang dan jasa tertentu yang tetap diberikan fasilitas bebas PPN antara lain :
Barang kebutuhan pokok, jasa kesehatan, jasa pendidikan, jasa sosial, jasa asuransi, jasa
keuangan, jasa angkutan umum, jasa tenaga kerja, vaksin, buku pelajaran dan kitab suci, air
bersih termasuk biaya sambung/pasang dan biaya beban tetap, listrik, rusun sederhana, rusunami,
RS, RSS, jasa konstruksi untuk rumah ibadah dan jasa konstruksi untuk bencana nasional, mesin,
hasil kelautan perikanan, ternak, bibit/benih, pakan ternak, pakan ikan, bahan pakan, jangat dan
kulit mentah, bahan baku kerajinan perak, minyak bumi, gas bumi, panas bumi, emas batangan
dan emas granula, senjata/alutsista, dan alat foto udara.
Sedangkan barang tertentu dan jasa tertentu yang tetap tidak dikenakan PPN antara lain barang
yang merupakan:
Objek Pajak Daerah, jasa yang merupakan objek Pajak Daerah, uang, emas batangan untuk
kepentingan cadangan devisa negara, surat berharga, jasa keagamaan, dan jasa yang disediakan
oleh pemerintah.
Faktur Pajak
- Pengertian
Faktur pajak adalah bentuk atau bukti pungutan pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP). Agar lebih
mudah dipahami, singkatnya faktur pajak digunakan oleh PKP ketika akan menjual barang atau
jasa kena pajak yang dimiliki.
Setiap barang atau jasa kena pajak yang dijual, PKP wajib menerbitkan faktur pajak sebagai
bukti bahwa perusahaan tersebut telah memungut pajak dari setiap orang yang membeli barang
atau jasa mereka. Setelahnya, seluruh faktur pajak yang telah diterbitkan harus dilaporkan
kepada kantor pajak sebagai bentuk transparansi antara PKP dan Direktorat Jenderal Pajak
sehingga tidak dianggap bahwa perusahaan tersebut melakukan penggelapan pajak.
- Jenis-jenis