Anda di halaman 1dari 64

Pajak Penghasilan

M P OK 6
KE L O

Muhammad Hafizd Fatahillah 12030120120065


Theresia Duta Setyo Larasati 12030120130145
Diki Wahyudi 12030120130157
Mutiara Shafa Nur'aini 12030120130180
Sindu Prasetyo 12030120130185
Erneta Aisyia Zahra 12030120130194
Tax Payer and Tax Withholder
Tax Payer

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan,


meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemotongan dapat berarti memotong atau
mengurangi pembayaran yang berkaitan dengan
jumlah yang diterima atau dapat juga dikatakan
Tax Withholder sebagai Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

• PPh pasal 21
• PPh pasal 23
• PPh pasal 26
• PPh final pasal 4 ayat (2)
Income Tax Object
and The Exemption
Objek pajak adalah penghasilan atau tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima Wajib Pajak, baik
Objek Pajak dari dalam negeri maupun luar negeri, yang dapat

Penghasilan dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah


kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan.

• Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah


• Penggantian atau imbalan berkenaan dengan
dibebankan sebagai biaya dan pembayaran
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh;
tambahan pengembalian pajak.
• Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan
• Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
penghargaan;
karena jaminan pengembalian utang;
• Laba usaha;
• Dividen, dalam nama dan bentuk apapun;
• Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan
harta
• Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
• Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
• Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah;
• Keuntungan selisih kurd mata uang asing;
• Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
• Premi asuransi;
• Iurang yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri Wajib Pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas;
• Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;
• Penghasilan dari usaha berbasis Syariah;
• Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU;
• Surplus Bank Indonesia.
• Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh
badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat
Bukan Objek Pajak (1) huruf B No. 7 Tahun 2021 sebagai pengganti

Penghasilan saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;


• Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan;
• Pembayaran dari perusahaan asuransi karena
• Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat, infak,
kecelakaan, sakit, atau meninggalnya orang
sumbangan keagamaan dan sedekah yang diterima
tertanggung, dan pembayaran asuransi beasiswa;
oleh badan amil maupun penerima zakat yang berhak;
• Dividen atau penghasilan lain dengan ketentuan
• Harta hibahan yang diterima oleh pihak yang tidak
tertentu.
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan diantara pihak-pihak yang
bersangkutan;
• Warisan;
Calculating, Paying, Reporting, the
Withholding Income Tax Article 21/26
PPh Pasal 21

Merupakan pajak yang dilewatkan terhadap


WP orang pribadi dalam negeri atas
penghasilan yang terkait dengan pekerjaan,
jasa, kegiatan
Perhitungan
PPh Pasal 21

Penghasilan Bruto

Seluruh jumlah penghasilan sehubungan dengan


hubungan kerja atau pemberi jasa yang diterima atau
diperoleh dalam suatu periode atau pada saat
dibayarkan.
Penghasilan Netto

Bagi pegawai tetap Bagi pegawai tidak tetap


Jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan: Jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan:
• Biaya Jabatan (5% x penghasilan bruto , • Iuran terkait gaji tersebut yang dibayar pada dana
dengan maks Rp 500.000 / bulan) pensiun atau badan yang dipersamakan.
• Iuran terkait gaji tersebut yang dibayar pada
dana pensiun atau badan yang Bagi bukan pegawai
dipersamakan. Jumlah penghasilan bruto dikalikan dengan tarif norma
perhitungan.
PTKP
(2016-Sekarang)

Nominal Keterangan
Rp54.000.000 WP OP

Rp4.500.000 Tambahan untuk WP yang kawin

Rp4.500.000 Tambahan untuk tiap tanggungan (maks. 3)

Rp54.000.000 Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung


Tarif PPh 21

Lapisan Tarif Rentang Penghasilan (UU PPh) Tarif Rentang Penghasilan (UU HPP) Tarif

1 Rp0 - Rp50 juta 5% Rp0 - Rp60 juta 5%

2 Rp50 juta - Rp250 juta 15% Rp60 juta - Rp250 juta 15%

3 Rp250 juta - Rp500 juta 25% Rp250 juta - Rp500 juta 25%

4 Diatas Rp500 juta 30% Rp500 juta - Rp5 miliar 30%

5 Diatas Rp5 miliar 35%


Contoh Perhitungan
PPh Pasal 21

PPh 21 Pegawai Tetap


Pada tahun 2019, Dilan masih bekerja di PT Surya Abadi. Dilan
memperoleh gaji bulanan Rp5.750.000 dan membayar iuran pensiun
sebesar Rp200.000. Dilan menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada
bulan Januari penghasilan Dilan dari PT Surya Abadi hanya berasal dari
gaji. Dilan sudah memiliki NPWP.
PPh 21 Bukan Pegawai
Tetap

Hitungan 1 Hitungan 2
Penghasilan sebulan tidak lebih dari Penghasilan sebulan lebih dari
Rp 4.500.000 Rp 4.500.000
Batas upah sehari tidak kena pajak Batas upah sehari tidak kena pajak
(PTKP sehari) = Rp 450.000 (PTKP sehari) = PTKP setahun/360 hari
Upah 1 bulan 9 hari x Rp 500.000
= Rp 4.500.000

Contoh Perhitungan Upah sebulan belum melebihi Rp 4.500.000


PPh Pasal 21 maka PTKP sehari memakai Rp 450.000

PPh Pasal 21 harian


Penghasilan sehari Rp 500.000
PTKP Sehari Rp 450.000
PKP Sehari Rp 50.000
PPh 21 Bukan Pegawai Tetap
PPh Pasal 21 sehari
Budi (K/3) bekerja di PT Wijaya menerima upah 5% x Rp 50.000 Rp 2.500
sehari Rp 500.000, dalam bulan Januari bekerja PPh Ps 21, 9 hari
selama 9 hari. (9 x Rp 2.500) Rp 22.500
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, moderator,
penyuluh
5. Penerjemah, pengarang, peneliti
PPh 21 Bukan Pegawai 6. Agen iklan
7. Pengawas atau pengelola proyek
8. Pemberi Jasa dibidang teknik, elektronika , computer
dan sistem aplikasi, , telekomunikasi ekonomi dan
sosial, fotografi, pemberi jasa suatu kepanitiaan
• Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yaitu 9. Pembawa pesanan atau perantara
10. Petugas penjaja barang dagangan
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, notaris, penilai,
11. Petugas Dinas luar asuransi
aktuaris dan konsultan
• Olahragawan 12. Distributor perusahaan multilevel marketing
• Pemain musik, pembawa acara, pelawak, penyanyi, (MLM) atau direct selling

model, penari dan seniman-seniman lainnya


PPh 21 Bukan Pegawai

Mendapat / memperoleh 1x penghasilan / imbalan


dalam satu tahun kalender sehubungan dengan
pekerjaan, jasa atau kegiatan.
Contoh Soal
PPh 21 Bukan Pegawai Tidak Pada bulan Januari 2020, PT. Maju Bersama
Berkesinambungan mengadakan seminar Internasional dengan
mengundang perusahaan luar negeri.
Kemudian PT. Maju Bersama menghubungi
Rumus Perhitungan: Budi untuk menjadi penerjemah Bahasa
Tarif Pasal 17 x (50% x Penghasilan Bruto) Inggris - Indonesia. Atas pekerjaan itu, budi
mendapat penghasilan 20 juta rupiah.
Perhitungan
Sepanjang tahun 2020 Budi hanya melakukan
PPh 21 Budi
sekali pekerjaan di PT. Maju Bersama. Budi
Tarif Pasal 17 x (50% x Rp 20.000.000)
= 5% x Rp 10.000.000 memiliki NPWP dan status belum menikah
= Rp 500.000 dan tidak mempunyai tanggungan (TK/0).
Penyetoran
PPh Pasal 21

Dilakukanmelalui:
• Bank persepsi/kantor pos
• Setelah melakukan pembayaran maka akan mendapat SSP
• Jatuh tempo pembayaran: tanggal 10 Bulan berikutnya
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
02/PJ/2019 Pasal 4 ayat (1);
Pelaporan Pasal 6
SPT masa elektronik wajib
PPh Pasal 21 disampaikan oleh WP yang:
Penyampaian SPT oleh WP
sebagaimana dimaksud dalam
● Terdaftar di KPP Madya, KPP
Pasal 3 ayat (1) dapat
di lingkungan Kantor Wilayah
dilakukan melalui: a. e-Filing;
Dirjen Pajak Jakarta Khusus,
b. cara langsung;
dan KPP di lingkungan Kantor
c. Pos dengan bukti
Wilayah Dirjen Pajak Wajib
pengiriman surat; atau
Pajak Besar
d. Perusahaan jasa ekspedisi
● Sudah pernah menyampaikan
atau jasa kurir dengan bukti
Bentuk SPT masa dalam bentuk
pengiriman surat.
dokumen elektronik
• Dokumen Elektronik
• Form Kertas (Hardcopy)
PPh Pasal 26

PPh Pasal 26 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima
wajib pajak luar negeri dari Indonesia selain Bentuk Usaha Tetap ( BUT )
dari badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, BUT, perwakilan perusahaan luar negeri.
2. Sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto atas penghasilan

Tarif wpln berupa:


•Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia,

PPh Pasal 26 kecuali yang diatur dalam pasal 4 ayat 2


•Penghasilan dari penjualan/pengalihan saham
•Penghasilan berupa premi asuransi yang dibayarkan kepada
perusahaan asuransi luar negeri, yaitu: (624/KMK.04/1994)
a) 20% x 50% x premi yang dibayarkan kepada perusahaan
1.Sebesar 20% dari jumlah bruto penghasilan WPLN berupa:
asuransi LN oleh tertanggung baik langsung maupun pialang
•Dividen
b) 20% x 10% x premi yang dibayarkan kepada perusahaan
•Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan
asuransi di LN oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di
dengan jaminan pengembalian utang
Indonesia baik langsung maupun pialang.
•Royalti, sewa, dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan
c) 20% x 5% x premi yang dibayarkan kepada perusahaan
harta
asuransi di LN oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di
•Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
Indonesia baik langsung maupun pialang.
•Hadiah dan penghargaan
•Pensiun dan pembayaran berkalalainnya
•Keuntungan karena pembebasan utang.
4. Dalam hal telah dilakukan Perjanjian Penghindaran
Tarif
Pajak Berganda antara Pemerintah RI dengan negara
PPh Pasal 26 lain (treaty partner).
Penghitungan besarnya PPh Pasal 26 didasarkan pada
Tax Treaty tersebut (dibebaskan dari pengenaan PPh
Pasal 26 atau dikenakan PPh Pasal 26 dengan tarif
yang lebih rendah)
3. Sebesar 20% dari laba neto setelah pajak dari
suatu BUT di Indonesia (Branch Profit Tax),
kecuali jika ditanamkan kembali di Indonesia.
(14/PMK.03/2011)
Contoh Perhitungan
PPh Pasal 26

PPh 26 (20% x P. Bruto)

Mohammed Safee seorang atlet dari Malaysia. Ia mengikuti lomba lari maraton di
Indonesia dan berhasil meraih juara dengan hadiah uang tunai sebesar Rp200.000.000.
Tarif PPh Pasal 26 adalah 20%
PPh 26 atas hadiah adalah:
= Rp 200.000.000 x 20%
= Rp 40.000.000
Besar perkiraan penghasilan neto untuk premi
asuransi dan reasuransi yang dibayarkan pada
Contoh Perhitungan perusahaan asuransi luar negeri adalah 50%

PPh Pasal 26 dari jumlah premi yang dibayarkan.


PPh Pasal 26
= 20% x 50% x Rp 3.000.000.000
= Rp 300.000.000

PPh 26 (20% x P. Netto)

PT AAA memiliki perwakilan di luar negeri dan


mengasuransikan bangunan bertingkat ke PT BBB. PT BBB
adalah perusahaan asuransi di luar negeri. PT AAA
membayar jumlah premi asuransi pada 2020 sebesar Rp
3.000.000.000.
Pajak penghasilan yang harus dibayarkan PT AAA
Contoh Perhitungan ini sebesar 25% x Rp20.000.000 =
Rp5.000.000.000.
PPh Pasal 26 DPP PPh 26 = Rp15.000.000.000.
Tarif PPh Pasal 26 adalah 20%
PPh 26 atas Perusahaan Asing BUT adalah:
PPh 26 yang terutang
= Rp15.000.000.000 x 20%
PPh 26 atas BUT = Rp3.000.000.000

PT AAA memiliki penghasilan kena pajak BUT Jika penghasilan setelah pajak sebesar
di Indonesia pada 2020 sebesar Rp15.000.000.000 ini ditanamkan kembali di
Rp20.000.000.000. Indonesia, maka penghasilan tersebut tidak
dipotong pajak.
Tarif PPh Pasal 26 adalah 20%
Contoh Perhitungan Perkiraan penghasilan neto PPh 26 adalah 25%:
= Rp20.000.000.000 x 25%
PPh Pasal 26 (Tax Treaty)
= Rp5.000.000.000
PPh 26 atas transaksi penjualan saham adalah:
= Rp5.000.000.000 x 20%
Robert adalah seorang warga negara asing asal Kanada. = Rp1.000.000.000
Ia memiliki saham PT AAA di Indonesia sebesar 30%.
Sementara itu, apabila negara asal wajib pajak dan
Tahun 2020 Robert menjual seluruh sahamnya senilai
pemotong PPh Pasal 26 tersebut merupakan negara
Rp20.000.000.000 kepada Charles yang merupakan
yang mempunyai tax treaty atau P3B dengan
warga negara Inggris.
Indonesia, maka tidak akan dikenakan pajak
Diasumsikan ketiga negara (Indonesia, Kanada, dan
penghasilan pasal 26. Atau dalam perjanjian P2B
Inggris) tidak termasuk dalam hubungan P3B atau tersebut disebutkan ada ketentuan besar tarif tertentu,
Perjanjian Pajak (tax treaty). yakni mulai dari 0% hingga 20%.
Penyetoran
PPh Pasal 26

•Pembayaran dilakukan oleh pihak pemotong yang kemudian


menyetorkannya melalui Bank Persepsi (ATM, teller bank, atau kantor pos)
yang telah ditunjuk oleh Kementerian Keuangan.

•Jatuh tempo pembayaran adalah tanggal 10 bulan berikutnya


E-Bupot
Pelaporan
PPh Pasal 26 •Software yang disediakan di laman milik DJP atau
saluran tertentu yang ditetapkan oleh DJP yang
dapat digunakan untuk membuat bukti
pemotongan, membuat dan melaporkan SPT Masa
Ketentuan PPh Pasal 26 dalam bentuk dokumen elektronik.

•Dilakukan oleh pihak pemotong dengan •WP PKP atau Non-PKP yang melakukan transaksi
cara melaporkan SPT Masa PPh 26. diharuskan membuat bukti pemotongan PPh 26
•Jatuh tempo pelaporan pada tanggal 20 menggunakan e-Bupot sejak 1 Oktober 2020
bulan berikutnya setelah bulan terutang PPh
26
Calculating, Paying, Reporting, the
Withholding Income Tax Article 22
PPh Pasal 22

Pajak yang dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah sehubungan dengan


pembayaran atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu untuk
memungut pajak dari WP yang melakukan kegiatan di bidang import atau
kegiatan di bidang lain yang diatur berdasarkan UU PPh Pasal 22.
Objek PPh Pasal 22

• Impor barang.
• Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh Dirjen Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik
Pusat maupun Daerah.
• Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan BUMN dan BUMD yang dananya dari belanja negara
dan atau belanja daerah.
• Penjualan hasil produksi di dalam negeri yang dilakukan oleh badan usaha yang bergerak di bidang industri
semen, kertas, baja dan industri otomotif.
• Penjualan hasil produksi yang dilakukan oleh Pertamina dan badan usaha selain Pertamina yang bergerak di
bidang BBM premix dan gas.
• Pembelian bahan bahan untuk keperluan industri atau ekspor industri dan eksportir yang bergerak
dalamsector perhutanan, perkebunan, pertanian serta perikanan dari pedagang pengumpul.
Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22

• Import/penyerahan barang yang berdasarkan UU tidak terutang PPh.


• Import barang yg dibebaskan dari BM atau PPN.
• Dalam hal import sementara jika pada waktu importnya nyata-nyata dimaksudkan untuk di eksport kembali.
• Pembayaran yang dilakukan oleh Pemungut Pajak berkenaan dengan hal-hal berikut, diantaranya :
a)Pembayaran yg jumlahnya maks Rp 2 juta dan tidak pembayaran yang terpecah- pecah.
b) Pembayaran utk pembelian BBM, Listrik, Gas, Air Minum/PDAMdan benda2 pos.
• Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan perhiasan untuk tujuan eksport.
• Pembayaran/Pencairan dana JPS.
• Import kembali dari barang-barang yang telah dieksport dengan kualitas yg sama, misalnya: tujuan
pengujian, perbaikan yg memenuhi syarat Dirjen BeaCukai.
Tarif PPh Pasal 22

Atas Kegiatan Impor :


Importir yang memiliki API (Angka Pengenal Impor)
• 2,5% x Nilai impor
• 0,5% x Nilai impor untuk kedelai, gandum, dan tepung terigu

Importir yang tidak memliki API


• 7,5% x Nilai barang impor

Barang yang tidak bertuan


• 7,5% x Nilai impor

Nilai Impor = Harga CIF + Bea Masuk


C = Cost, I = Insurance, F = Freight
Tarif PPh Pasal 22

Atas Bahan Bakar Minyak


• Tarif 0,3% dari Penjualan dikenakan atas penebusan premium, solar, pertamax oleh SPBU swasta
kepada Pertamina dan Badan Usaha sejenis Pertamina.
• Tarif 0,25% dari Penjualan dikenakan atas penebusan premium, solar, pertamax oleh SPBU
Pertamina.
• Tarif 0,3% dari Penjualan dikenakan atas penjualan minyak tanah, gas, LPG, dan pelumas oleh
Pertamina.

Atas Bahan Bakar Gas


• Tarif 0,3% dari DPP PPN

Atas Pelumas
• Tarif 0,3% dari DPP
Tarif PPh Pasal 22

Atas Pembelian
• Tarif 1,5% dari harga pembelian dikenakan atas pembelian barang oleh Dirjen
Anggaran/Bendaharawan yang dananya berasal dari APBN atau APBD
• Tarif 0,25% dari harga pembelian dikenakan atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan
industri atau ekspor oleh industri yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian.
dan perikanan dari pedagang pengumpul.
Tarif PPh Pasal 22

Atas Penjualan
• Tarif 0,25% dari DPP PPN dikenakan atas penjualan hasil industri semen di dalam negeri.
• Tarif 0,3% dari DPP PPN dikenakan atas penjualan hasil produksi industri baja di dalam negeri
• Tarif 0,45% dari DPP PPN atas penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih
di dalam negeri.
• Tarif 0,1% dari DPP PPN dikenakan atas penjualan Hasil Produksi industri kertas di dalam negeri.
• Tarif 0,3% dari DPP PPN dikenakan atas semua jenis obat.
• Tarif 0,45% dari DPP PPN atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh agen tunggal
pemegang merk (ATPM), agen pemegang merk (APM) dan importir umum kendaraan bermotor.
Saat Terutang dan Pelunasan PPh Pasal 22
Atas Impor terutang saat pembayaran BP, jika dibebaskan dilunasi saat penyelesaian PIB.

Atas pembelian barang oleh Dirjen Anggaran/Bendaharawan terutang dan dipungut saat
pembayaran barang

Atas penjualan semen, industri baja, otomotif, kertas, dan lain-lain terutang dan dipungut saat
penjualan.

Atas penjualan pertamina, minyak, gas, dan pelumas terutang dan dipungut saat penerbitan surat
perintah pengeluaran barang.

Atas pemberlian bahan-bahan dari pedangang pengumpul terutang dan dipungut pada saat
pembelian
Contoh Perhitungan PPh Pasal 22

Bendahara membeli 4 printer dari PT ABCD


dengan harga beli Rp22.000.000 (harga
termasuk PPN).

Besarnya pemungutan pajak atas pembelian PPh Pasal 22


printer tersebut adalah... = 1,5% x Rp20.000.000
= Rp300.000
Harga pembelian = Rp22.000.000
Dasar Pengenaan Pajak = Rp20.000.000
(100/110 x Rp22.000.000)
Calculating, Paying, Reporting, the
Withholding Income Tax Article 23/26
PPh Pasal 23
Pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima
Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan)
dan bentuk usaha tetap selain yang telah dipotong PPh
Pasal 21.

PPh Pasal 26
PPh yang dipotong atas penghasilan yang bersumber
dari Indonesia yang diterima atau Wajib Pajak luar
negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia.
Menghitung PPh Pasal 23

PPh Pasal 23 dihitung dengan mengalikan tarif dan jumlah bruto penghasilan, dengan formula:

PPh Pasal 23 =
Tarif x Dasar Pengenaan Pajak

Dasar Pengenaan Pajak =


Jumlah Bruto Penghasilan
Tarif PPh Pasal 23

Tarif ini dikenakan atas nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah bruto dari penghasilan.
Ketentuan tarif ini diatur dalam UU PPh No. 36/2008.

• 15% dari DPP untuk pajak dividen, royalti, bunga, hadiah dan
penghargaan
• 2% dari DPP untuk objek pajak lainnya, misalnya sewa dan imbalan
jasa yang tidak dipotong PPh Pasal 21
• 100% atau dua kali lipat tarif standar PPh 23, jika tidak memiliki
NPWP
Tarif Khusus PPh Pasal 23

Pada tarif kategori objek pajak hadiah dan penghargaan diterapkan ketentuan khusus, yakni:

• 25% dari DPP jika hadiah undian atau lotre yang dianggap sebagai penghasilan
• 20% dari DPP jika penerima hadiah dan penghargaan ekspatriat, dan bukan termasuk BUT
internasional
• 15% dari DPP jika penerima adalah sebuah organisasi, termasuk BUT
• Hadiah lainnya dan penghargaan, termasuk penghargaan karier akan dikenakan tarif yang
sama seperti halnya tarif pajak yang berlaku menurut PPh 21
Contoh Perhitungan PPh 23 dengan tarif 15% dan 2 %

PT AAA, yakni sebuah badan usaha tetap,


Pak Bagus menerima royalti atas hak yang menerima jasa merancang busana dengan
digunakan sebesar Rp10.000.000. Jumlah PPh jumlah bruto Rp15.000.000. Jumlah PPh yang
yang harus dibayarkan? harus dibayarkan?

PPh yang harus dibayarkan: PPh yang harus dibayarkan:

Tarif X DPP Tarif X DPP


= Rp 10.000.000 x 15% = Rp 15.000.000 x 2%
= Rp. 1.500.000 = Rp. 300.000
Contoh Perhitungan PPh 23 yang Tidak Memilik NPWP

Jika jumlah PPh yang harus dibayar oleh seorang WP pemilik NPWP sebesar Rp1.000.000,
maka PPh yang harus dibayar oleh WP yang tidak memiliki NPWP adalah sebesar

PPh yang harus dibayarkan


Pengenaan tarif sebesar 100 % dari nilai NPWP yang
diimiliki seorang WP

= Rp 1.000.000 x ( 100% x Rp 1.000.000)


= Rp2.000.000
Contoh Perhitungan PPh Pasal 23 atas Dividen
PT ABCD, merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri sepatu dan beralamat di Jl. Terusan
No.11, Jakarta Selatan. PT ABCD telah memiliki NPWP 01.111.444.8-061.000. Pada tanggal 10 Juli 2013,
perusahaan membayar dividen tunai kepada pemegang saham yang sebelumnya telah diumumkan melalui RUPS.
Berikut data yang diperlukan dalam pembayaran dividen tunai.
Dari data tabel, berikut perhitungan PPh Pasal 23 yang harus dipotong PT ABCD.

Catatan: untuk PT Perkasa dikategorikan menjadi non-objek pajak sebab % penyertaan modalnya lebih dari 25% dan
untuk PT BNI (BUMN) juga merupakan non-objek pajak karena merupakan badan usaha milik negara yang menjadi
pengecualian dari objek pajak.
Aturan Penggunaan PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 23/26 ini digunakan untuk pemungutan pajak penghasilan yang
menjadi subjek dan objek PPh 23/26 sesuai ketentuan yang berlaku dalam UU
PPh.
Ketika melakukan transaksi yang menjadi objek PPh 23/26, maka pemotong atau
pemungut pajak penghasilan ini harus membuat bukti pemotongan.
Bukti pemotongan diserahkan pada pihak atau subjek yang telah dipungut PPh
23/26, serta digunakan untuk melakukan pembayaran dan pelaporan SPT Masa
PPh 23/26 oleh pihak/subjek pemotong, sesuai batas waktu yang ditentukan.
Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23
• PPh Pasal 23 Terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran pada akhir bulan terutangnya
penghasilan yang bersangkutan. Hal yang dimaksud dengan saat terutangnya penghasilan yang
bersangkutan adalah saat pembebanan sebagai biaya oleh pemotong pajak sesuai dengan metode
pembukuan yang dianutnya.
• PPh Pasal 23 harus disetorkan oleh Pemotong Pajak selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim
berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.
• Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20
hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Pemotong Pph Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan kepada orang pribadi atau badan
yang dibebani Pajak Penghasilan yang dipotong.
• Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 dilakukan secara desentralisasi,
artinya dilakukan di tempat terjadinya pembayaran atau terutangnya penghasilan yang merupakan
Objek PPh Pasal 23.
Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 26

Penghasilan berikut ini terutang Pajak Penghasilan Pasal 26 pada akhir bulan
dilakukannya pembayaran atau terutang nya penghasilan yang bersangkutan.
• Penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk dividen, bunga termasuk
premium, diskonto, premi swap, imbalan sehubungan dengan penggunaan harta;
penghasilan sehubungan dengan jasa; pekerjaan dan kegiatan; hadiah dan
penghargaan; pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
• Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia.
• Premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar
negeri.
Ketentuan yang berkaitan dengan penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 26

• PPh Pasal 26 yang telah dipotong harus disetorkan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim
berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.
• Pemotong PPh Pasal 26 diwajibkan untuk menyampaikan SPT masa selambat-lambatnya 20 hari
setelah masa pajak berakhir.
• Pemotong PPh Pasal 26 harus memberikan tanda bukti pemotongan kepada orang pribadi atau
badan yang dibebani membayar pajak penghasilan yang dipotong.
• Pemotong PPh Pasal 26 atas penghasilan berupa PKP yang dipotong dikurangi pajak dari semua
bentuk usaha tetap di Indonesia, terutang dan harus dibayar selambat-lambatnya tanggal 25
bulan ketiga tahun pajak atau bagian tahun pajak berakhir, sebelum SPT tahunan disampaikan.
Calculating, Paying, Reporting, the Withholding
Income Tax Article 4 (2)
PPH Pasal 4 Ayat 2

Pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan


jasa tertentu dan sumber tertentu.
Objek Pajak

• Penghasilan berupa hadiah undian;


• Penghasilan bunga dari deposito dan jenis-jenis tabungan, dsb;
• Penghasilan dari transaksi saham maupun transaksi sekuritas lainnya;
• Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah atau bangunan, dsb;
• Penghasilan tertentu lainnya yang diatur khusus oleh Peraturan Pemerintah
(PP).
Tarif Pajak

• Tarif sebesar 25% untuk penghasilan berupa hadiah undian (PP No. 132 Tahun 2000).
• Tarif sebesar 20% untuk penghasilan berupa bunga deposito serta jenis-jenis tabungan dan obligasi
negara (PP No. 131 Tahun 2000).
• Tarif masing-masing 0,1% dan 0,5% untuk penghasilan dari transaksi penjualan saham pendiri dan
saham bukan pendiri (PP. No 14 Tahun 1997).
• Tarif sebesar 5% untuk penghasilan dari transaksi pengalihan hak atas tanah atau bangunan dan usaha
real estate (PP No. 71 Tahun 2008).
• Tarif sebesar 10% untuk penghasilan atas dividen yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam
negeri (Pasal 17 ayat 2C).
Contoh Perhitungan

Diki mendapatkan hadiah dari brand A Ara memiliki tabungan di bank dengan saldo rata-rata bulan
senilai Rp 20.000.000. Berapa pungutan Januari 2019 adalah Rp 450.000.000. Bunga yang diberikan
PPh? oleh bank yakni 9% per tahun. Bunga yang diterima pada
bulan Januari 2019 adalah Rp 3.375.000.Berapa pungutan
PPh?

Pajak PPh pasal 4 ayat 2 Pajak PPh pasal 4 ayat 2


= 25% x nilai hadiah = 20% x bunga bulan Januari 2019
= 25% x Rp 20.000.000 = 20% x Rp 3.375.000
= Rp 5.000.000 = Rp 675.000 x 12
= Rp 8.100.000
Penyetoran

• Dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan harus disetor


paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.

• Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak harus disetor paling lama


tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir,
kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
Pelaporan

• Wajib Pajak orang pribadi atau badan wajib melaporkan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) yang
dipotong atau dibayar sendiri:
1.secara langsung;
2.melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
3.dengan cara lain melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat atau saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak sesuai dengan perkembangan teknologi informasi.

• Jatuh tempo pada tanggal 20 bulan berikutnya.


Terima kasih!

Anda mungkin juga menyukai