Anda di halaman 1dari 94

Pajak

Penghasilan
Pasal 21 & 26
Agenda

PPh 21

PPh 26

Diskusi

2
Pajak
Penghasilan
Pasal 21
Pasal 21 UU PPh
Peraturan Dirjen Pajak
No. PER-16/ PJ/ 2016
Pajak Penghasilan Pasal 21
• Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib
dilakukan oleh:
– pemberi kerja yang membayar gaji, dll sebagai imbalan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
– bendahara pemerintah yang membayar gaji, dll sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
– dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dll;
– badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas; dan
– penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan
dengan pelaksanaan suatu kegiatan.

4
Definisi

Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang


Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang Pribadi Dalam Negeri atas
Pribadi Dalam
penghasilan Negeri
yang terkait atas
dengan penghasilan
pekerjaan, yang
jasa, atau kegiatan.
terkait dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Penghasilan yang dimaksud dapat berbentuk gaji,


upah, honorarium,
Penghasilan tunjangan,
yang dimaksud dapat pensiun,
berbentuk gaji, atau
upah, honorarium,
tunjangan, pensiun, atau pembayaran lain dengan nama apapun.
pembayaran lain dengan nama apapun.

Saat Terutang
Saat yang lebih dahulu antara akhir bulan diterimanya pembayaran
atau akhir bulan diperolehnya penghasilan.

5
Perbedaan Pengenaan

PPh 21 PPh 26
• WP Dalam • Subjek Pajak
Negeri (DN). Luar Negeri
(SPLN).

6
Subjek Pajak

Penerima uang
pesangon, pensiun, Bukan Pegawai
Pegawai. Tunjangan/ Jaminan yang melakukan
Hari Tua (THT/ JHT), pemberian jasa.
termasuk ahli waris.

Anggota Dewan
Komisaris atau
Mantan pegawai. Peserta kegiatan.
Dewan Pengawas
non pegawai.
Subjek Pajak
(Bukan Pegawai yang Melakukan Pemberian Jasa)

 Tenaga ahli yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,


konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
 Pekerja seni.
 Olahragawan.
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
 Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
 Pemberi jasa dalam segala bidang atau kepada suatu kepanitiaan.
 Agen iklan.
 Pengawas atau pengelola proyek.
 Pembawa pesanan atau perantara.
 Petugas penjaja barang dagangan.
 Petugas dinas luar asuransi.
 Distributor MLM, direct selling, atau sejenis.
Pengecualian Subjek

Pejabat negara asing seperti perwakilan


diplomatik atau konsulat, berikut orang yang
diperbantukan kepadanya, dengan syarat:
• Bukan WNI.
• Di Indonesia tidak memperoleh penghasilan di luar
jabatannya.
• Berasal dari negara yang memberikan perlakuan timbal
balik.

Pejabat perwakilan organisasi internasional,


dengan syarat:
• Bukan WNI.
• Di Indonesia tidak menjalankan usaha/ kegiatan/ pekerjaan
lain untuk memperoleh penghasilan.

9
Objek Pajak (1)

Penghasilan Pegawai Tetap.

Penghasilan teratur penerima pensiun.

Pembayaran sekaligus uang pesangon, pensiun,


THT, JHT selepas 2 tahun sejak berhenti bekerja.

Upah pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas


secara harian, mingguan, satuan, borongan atau
yang dibayarkan secara bulanan.

10
Objek Pajak (2)

Imbalan kepada Bukan Pegawai yang melakukan


pemberian jasa.

Imbalan kepada peserta kegiatan.

Penghasilan anggota Dewan Komisaris atau


Dewan Pengawas non pegawai.

Pembayaran kepada mantan pegawai.

Penarikan dana pensiun oleh pegawai.

11
Pengecualian Objek

Santunan asuransi kesehatan, kecelakaan,


jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa.
Natura yang diberikan oleh WP atau
Pemerintah.
Iuran kepada dana pensiun , THT, JHT
dibayar pemberi kerja.
Zakat atau sumbangan keagamaan wajib
yang diterima OP.
Beasiswa.

12
Ketentuan Khusus

Natura dan/ atau kenikmatan lain diperhitungkan


sebagai penghasilan, jika dan hanya jika,
diberikan oleh: bukan WP, WP yang dikenai PPh
final, atau WP yang menggunakan norma
penghitungan khusus.

Natura dan/ atau kenikmatan lainnya yang diukur


berdasarkan harga pasar atau nilai wajar.

13
s
g
i
p
i
Objek PPh 21 Final
e
m
u
a
s
e
n
n
a
.n
u
n
j
i
g
(a
to
d
P
a
n
i
P
s
.
N
b
(s
e
o
e
P
.b
u
P
a
m
n
6
u
N
8
r
o
A
.T
P
h
B
a
i6
N
h
d
8
u
u
a
n
p
T
t
.
a 14
a
2
(h
Pemotong, Penyetor, dan Pelapor

Pemberi kerja berbentuk OP,


Bendaharawan Pemerintah.
Badan, atau BUT.

OP atau Badan yang


Dana pensiun, melakukan pembayaran
penyelenggara jaminan sosial kepada WP DN yang
tenaga kerja, THT, atau JHT. melakukan pekerjaan bebas
atau SPLN.

15
Pengecualian Pemotong

Kantor perwakilan negara asing.

Organisasi internasional yang ditetapkan oleh


Menkeu.

Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan


kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

16
Alur Perpajakan WP OP
Beban Pajak Kini
sesuai SPT Dikurangi
(Tidak termasuk PPh • Kredit PPh
Final)

Dikurangi
• Kredit Pajak Lain
(PPh 22, 23, 24)

Dikurangi
Akhir Tahun
• Pajak yang Dibayar
• Pajak Kura
Sendiri (Angsuran
(Lebih) Ba
PPh 25)

17
17
PPh 21 Lebih Bayar

Jika WP menyampaikan SPT lebih bayar, maka SPT


disampaikan maksimal 3 tahun setelah berakhirnya tahun
pajak bersangkutan.

Jika SPT disampaikan melewati 3 tahun sesudah


berakhirnya tahun pajak dan WP telah ditegur secara
tertulis, maka pelaporan tidak dianggap sebagai SPT PPh.

18
Lapisan Tarif

No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif


1 0 s/d Rp 50.000.00,00 5%
2 Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 15%
250.000.000,00
3 Di atas Rp 250.000.000,00 s/d Rp 25%
500.000.000,00
4 Di atas Rp 500.000.000,00 30%

19
Kepemilikan NPWP
Bagi wajib pajak tidak memiliki NPWP, maka untuk setiap lapisan tarif
dikenakan persentase 20% lebih tinggi.

Pengenaan tarif lebih tinggi tidak berlaku untuk objek PPh 21 yang
bersifat final.

Jika NPWP diperoleh di pertengahan tahun berjalan, maka


perubahan penghitungan berlaku untuk periode setelahnya dan tidak
berlaku surut.

Atas pajak lebih bayar yang dibebankan di periode sebelumnya di


tahun berjalan, dapat dijadikan dasar untuk meyesuaikan
(mengurangi) pajak di periode setelahnya.

20
Dasar Pengenaan (1)

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

• Berlaku PKP = Penghasilan netto - PTKP


• Pegawai tetap.
• Penerima pensiun berkala.
• Berlaku PKP = Penghasilan bruto - PTKP
• Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayarkan bulanan.
• Pegawai tidak tetap dengan penghasilan kumulatif sebulan melebihi
Rp 4.500.000,00.
• Berlaku PKP = 50% dari penghasilan bruto – PTKP per bulan
• Bukan pegawai yang menerima penghasilan berkesinambungan
(baik tenaga ahli maupun bukan). 21
Dasar Pengenaan (2)

Penghasilan yang Melebihi Rp 450.000,00


Sehari
• Berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah harian,
mingguan, satuan, atau borongan.
• Berlaku sepanjang penghasilan kumulatif sebulan tidak melebihi Rp
4.500.000,00.
50% dari Penghasilan Bruto

• Bukan pegawai yang menerima penghasilan tidak berkesinambungan


(baik tenaga ahli maupun bukan).

Penghasilan Bruto
• Seluruh jumlah penghasilan yg diterima atau diperoleh dalam suatu
periode atau saat dibayarkan.
• Berlaku atas penghasilan yang diterima oleh pihak selain yang telah
diatur berdasar ketiga DPP sebelumnya. 22
Elemen PTKP

No. Elemen PTKP


1 WP Sendiri Rp 54.000.000,00
2 Status Kawin Rp 4.500.000,00
3 Tanggungan, per orang, dengan Rp 4.500.000,00
jumlah maksimal tiga orang
tanggungan.
4 PTKP bagi istri yang penghasilannya Rp 4.500.000,00
digabung.

23
23
Tata Cara Penghitungan

Pegawai Tidak
Bukan Peserta
Pegawai
Tetap dan Tenaga
Penghasilan di
Kerja Lepas Kegiatan
Akhir Masa Penerima Lain
Kerja Penerima Atas
Pegawai Tetap Beban APBN/
Tata Cara APBD
Penghitu
ngan

24
Pegawai Tetap (1)

5% dari penghasilan bruto.


Maksimal Rp 500.000 / bulan
Penghasilan Bruto • Dikurangi atau Rp 6.000.000
Biaya Jabatan / tahun.
• Dikurangi

Iuran Dana
Pensiun, JHT, THT • Diperoleh
Dibayar Sendiri
Penghasilan Netto

25
Tata Cara Penghitungan (2)

Penghasilan Netto • Dikurangi


PTKP • Diperoleh

Penghasilan Kena • Dikalikan


Pajak Tarif
Pajak Terutang

26
a
Penghasilan
n
I Pegawai Tetap
g
m
a
b
G
n
U
a
a
l
j
B
n
N
a
i
e
g
a
n
tr
kP
R
u
T
o
e
ra
a
sk
p
a
h
io
e
u
k
ln
n
a
a
m
n
b
u
n
g 27
Perspektif Pemberi Kerja

Memunculkan
“Utang PPh 21”
Diakui sebagai di Laporan
“Beban Gaji” di Posisi
Laporan Laba Keuangan
Rugi
Pemotongan
PPh 21 oleh
pemberi kerja

28
Penghitungan Teknis

Gaji pokok XXX


Tunjangan, bonus, imbalan bulanan lain XXX
Iuran JKK, JKM,JPKyang dibayar perusahaan XXX
Penghasilan bruto per bulan XXX
(Biaya jabatan) (YYY)
(Iuran dana pensiun, JHT, THTyang dibayar karyawan) (YYY)
Penghasilan netto per bulan {x 12} XXX
Penghasilan netto setahun XXX
(PTKP) (YYY)
Penghasilan Kena Pajak {x Tarif} XXX
Pajak terutang setahun {/12} ZZZ
Pajak terutang per bulan ZZZ
29
Ilustrasi - Gaji Bulanan

• Arbi pada tahun 2017 memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 6.000.000,00 dan
membayar iuran pensiun yang ditanggung sendiri sebesar Rp 250.000,00.
• Arbi telah menikah dan memiliki dua orang anak.
• Bagaimanakah penghitungan PPh 21 dan jurnal yang dibuat pada saat
membayar gaji?
Gaji 6,000,000
6,000,000
Pengurang
Biaya jabatan 300,000
Iuran pensiun 250,000
550,000
Total Penghasilan 5,450,000
Penghasilan setahun 65,400,000
PTKP sendiri 54,000,000
Kawin 4,500,000
Tanggungan 2 9,000,000 67,500,000
Penghasilan Kena Pajak (2,100,000)
Pajak -

Beban gaji 6.000.000


Kas 6.000.000
30
Ilustrasi - Gaji Bulanan

• Harun pada tahun 2017 Gaji 10,000,000


Pengurang
memperoleh gaji Biaya jabatan 500,000
sebulan sebesar Rp Iuran pensiun 500,000
10.000.000,00 dan 1,000,000
membayar iuran pensiun Total Penghasilan 9,000,000
yang ditanggung sendiri Penghasilan setahun 108,000,000
PTKP sendiri 54,000,000
sebesar Rp 500.000,00. Kawin dan Tanggungan 3 18,000,000 72,000,000
• Arbi telah menikah dan
memiliki dua orang Penghasilan Kena Pajak 36,000,000
anak. Pajak 25.000.000 x 5% 1,250,000 -
• Bagaimanakah 11.000.000 x 15% 1,650,000 2,900,000
Pajak per bulan 241,667
penghitungan PPh 21  
dan jurnal yang dibuat Beban gaji 10,000,000  
pada saat membayar Utang PPh 21   241,667
gaji? Kas   9,758,333

31
Ilustrasi - Gaji Bulanan

• Ardi pada tahun 2017 bekerja sebagai karyawan swasta


memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 15.000.000,00 dan
membayar iuran pensiun yang ditanggung sendiri sebesar
Rp 500.000,00. Perusahaan memberikan fasilitas
asuransi kecelakaan kerja, kesehatan, kematian Rp
600.000 dan memberikan tunjangan hari tua Rp 400.000.
• Ardi telah menikah dan memiliki dua orang anak dan
menanggung ibunya yang tidak memiliki penghasilan. Istri
Ardi bekerja sebagai pegawai negeri.
• Bagaimanakah penghitungan PPh 21 dan jurnal yang
dibuat pada saat membayar gaji?

32
32
Ilustrasi - Gaji Bulanan
Jawaban : Beban gaji 15.000.000
Tunjangan 1.000.000
Utang PPh 21 685.833
Utang iuran pensiun 900.000
Utang asuransi 600.000
Kas 13.814.167

Gaji pokok 15,000,000


Asuransi 600,000
Penghasilan bruto per bulan 15,600,000
(Biaya jabatan) maks (500,000)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (500,000) (1,000,000)
Penghasilan netto per bulan 14,600,000
Penghasilan netto setahun 175,200,000
(PTKP)
W Psendiri (54,000,000)
Status kawin (4,500,000)
Tanggungan tiga (13,500,000) (72,000,000)
Penghasilan Kena Pajak 103,200,000
Pajak setahun
50000000 x 5% 250,000
53200000 x 15% 7,980,000 8,230,000.00
PPh 21 per bulan 33 685,833
33
Ilustrasi (Gaji Bulanan)

• Karta adalah pegawai yang menikah dengan dua anak dan


memperoleh gaji sebulan Rp 10.000.000.
• Perusahaan mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh
pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0.5% dan 0.3% dari
gaji.
• Perusahan menanggung iuran JHT setiap bulan yakni 3.7% dari
gaji, sedangkan Karta membayar iuran JHT sebesar 2% dari gaji
tiap bulan. Di samping itu, perusahaan juga mengikuti program
pensiun untuk pegawainya dengan membayar iuran pensiun
untuk Karta ke dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh
Menkeu, setiap bulan sebesar Rp 300.000,00. Karta sendiri
membayar iuran pensiun sebesar Rp 400.000,00.
• Bagaimanakah penghitungan PPh 21 atas Karta? Bagaimana
jurnal yang dibuat pemberi kerja?

34
Ilustrasi - Gaji Bulanan
Gaji pokok 10,000,000
Iuran JKKyang dibayar perusahaan 50,000
Iuran JKMyang dibayar perusahaan 30,000
Penghasilan bruto per bulan 10,080,000
(Biaya jabatan) (504,000)
(Iuran JHTyang dibayar karyawan) (200,000)
(iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (400,000) (1,104,000)
Penghasilan netto per bulan 8,976,000
Penghasilan netto setahun 107,712,000
(PTKP)
WPSendiri (54,000,000)
Status Kawin 4,500,000
Tanggungan dua anak 13,500,000 (36,000,000)
Penghasilan Kena Pajak 71,712,000
Pajak terutang setahun
5% x 5.000.000 2,500,000
5% x 21,712,000 3,256,800 5,756,800
Pajak terutang per bulan 479,733

35
35
Ilustrasi - Gaji Bulanan
Jawaban :
Jurnal Pemberi Kerja
Beban Gaji 10.000.000
Beban JKK 50.000
Beban JKM 30.000
Beban JHT 370.000
Beban Dapen 300.000
Utang JKK 50.000
Utang JKM 30.000
Utang JHT 570.000
Utang Dana Pensiun 700.000
Utang PPh 21 479.733
Kas 8.920.267

36
36
Penghasilan Karyawati

Atas suami yang berstatus memiliki penghasilan, karyawati


tidak berhak atas elemen PTKP “Status Kawin” Rp
4.500.000,00.

Atas suami yang berstatus tidak berpenghasilan, karyawati


berhak atas elemen PTKP “Status Kawin” sebesar
Rp 4.500.000,00.
Syarat yang harus dipenuhi adalah keberadaan surat
keterangan dari Pemerintah Daerah setempat, minimal di
tingkat Kecamatan.

37
Bentuk Imbalan Tahunan

Jasa Produksi Tantiem

Tunjangan Hari Raya


Gratifikasi
atau Tahun Baru

38
Penghitungan Teknis
(Menerima Imbalan Tahunan)
Gaji Pokok XXX
Tunjangan, Bonus, Imbalan Bulanan Lain XXX
Iuran JKK, JKM,JPKyang dibayar perusahaan XXX
Penghasilan sebelumbonus per bulan {x 12} XXX
Penghasilan sebelumbonus setahun XXX
Bonus tahunan XXX
Penghasilan bruto setahun XXX
(Biaya jabatan) (YYY)
(Iuran dana pensiun, JHT, THTyang dibayar karyawan) (YYY)
Penghasilan netto setahun XXX
(PTKP) (YYY)
Penghasilan Kena Pajak {x Tarif} XXX
Pajak terutang setahun {/12} ZZZ
Pajak terutang per bulan ZZZ

Keterangan:
Imbalan tahunan dapat berupa bonus, tantiem, THR, atau sejenisnya.

39
Dialektika Pajak:
Metode Langsung PPh Imbalan Tahunan (1)
PPh atas imbalan tahunan (bonus, THR, dan sejenisnya) dan uang rapel
{dilambangkan IT} dapat dihitung dengan metode langsung, langkah penghitungan
sebagai berikut.
1. Menghitung pajak terutang semula atas komponen gaji.
2. Menghitung peningkatan PKP {dilambangkan PPKP} dengan acuan
besaran penghasilan bruto semula disetahunkan {dilambangkan PBS}.
a. Selama PBS + IT < Rp 120.000.000,00 maka:
PPKP = 95% x IT.
{Mengingat adanya pengurangan biaya jabatan}
b. Jika PBS < Rp 120.000.000,00 dan PBS + IT > Rp 120.000.000,00
maka:
PPKP = (95% x (120.000.000 – PBS)) + (PBS + IT – 120.000.00).
{Mengingat pengurangan biaya jabatan telah melebihi batas maksimal}
c. Selama PBS > Rp 120.000.000,00 maka:
PPKP = IT.

40
Dialektika Pajak:
Metode Langsung PPh Imbalan Tahunan (2)
3. Membandingkan PKP semula {dilambangkan PKPS} dengan
batas atas PKP lapisan tarif marginal semula {dilambangkan
BATM}.
a. Selama PPKP < (BATM – PKPS) maka:
PPh atas IT = PPKP x Tarif marginal semula
{Mengingat peningkatan PKP tidak mengubah lapisan tarif
marginal}
b. Jika PPKP > (BATM – PKPS) maka:
PPh atas IT = (((BATM – PKPS) x Tarif marginal semula)
+ ((PKPS + PPKP – BATM) x Tarif di atas
lapisan tarif marginal semula))
d. Penghitungan dengan metode langsung ini mengabaikan proses
pembulatan ke bawah terhadap nilai PKP ke nilai ribuan terdekat,
sebab bersifat immaterial.

41
Penghitungan di Masa Pajak Terakhir
Masa Pajak Terakhir
Bulan Desember
(BagiPPh
pegawai yang bekerja
21 = Pajak di bulansepanjang tahun)
sebelumnya
(Ketika tidak ada perubahan
penghasilan)

PPh 21 diperhitungkan kembali


(Ketika ada perubahan penghasilan)

Bulan terakhir saat pegawai berhenti bekerja.

42
42
Pemindahan Lokasi Tugas
Pemindahan Lokasi Tugas

Besaran penghasilan mengalami perubahan.


PPh diperhitungkan kembali sesuai
besaran penghasilan baru.

Di akhir periode di lokasi baru,


dilakukan penghitungan pajak kurang
(lebih) bayar.

Besaran penghasilan tidak mengalami perubahan.

PPh lokasi baru = PPh lokasi lama

43
43
Penghasilan dalam Mata Uang Asing

Atas penghasilan dalam mata uang asing, nilai yang


dijadikan dasar penghitungan PPh perlu
dikonversikan terlebih dahulu ke dalam mata uang
domestik berdasar Kurs Keputusan Menteri
Keuangan (Kurs KMK) di pekan berjalan.

44
Kepemilikan NPWP di Pertengahan Tahun

Penghitungan kembali PPh terutang dilakukan setelah WP


menyerahkan fotokopi kartu NPWP kepada pemberi kerja.

Atas pajak lebih bayar di periode – periode sebelumnya


sepanjang tahun berjalan, nilainya dapat diperhitungkan
sebagai pengurang pajak terutang di periode berjalan dan/
atau periode yang akan datang.

45
45
Pola Pembayaran

Penghasilan di Akhir Masa Kerja

Diterima Sekaligus Diterima Berkala


Dialihk
Dana an ke
Pesang Pensiu
Pensiu Anuitas
on n
n Seumur
Hidup

46
Penghasilan di Akhir Masa Kerja
Dibayarkan Sekaligus
Penghasilan di akhir masa kerja yang dibayarkan sekaligus dapat
berbentuk pesangon, manfaat pensiun, THT, atau JHT.

Pemotongan pajak penghasilan bersifat final.

Pembayaran secara sekaligus dapat dibayarkan melalui beberapa


kali pembayaran sepanjang maksimal dua tahun kalender, dan
dikenai tarif yang berlaku khusus.

Atas pembayaran yang dibayarkan di tahun ketiga atau setelahnya,


pemotongan pajak penghasilan bersifat tidak final dan dikenai tarif
umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a).

47
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Pesangon: PP No. 68 Tahun 2009)

No. Lapisan Penghasilan Bruto Tarif


1 0 s/d Rp 50.000.00,00 0%
2 Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 5%
100.000.000,00

3 Di atas Rp 100.000.000,00 s/d Rp 15%


500.000.000,00

4 Di atas Rp 500.000.000,00 25%

Dasar Pengenaan: Penghasilan bruto tanpa dikurangi


PTKP

48
48
Ilustrasi
(Pesangon Diterima Sekaligus)
Abiyasa (berstatus menikah dan memiliki dua anak)
memasuki masa pensiun di akhir bulan Maret 2013, dan atas
pengabdiannya perusahaan hendak membayarkan uang
pesangon secara sekaligus, sebesar 40 kali gaji pokok
terakhir yang dibayarkan. Sesuai slip gaji di bulan Februari,
Abiyasa menerima penghasilan bruto senilai Rp
11.143.000,00 yang di dalamnya tercakup pula komponen
iuran JKK dan JKM yang dibayarkan oleh perusahaan
masing – masing sebesar 1% dan 0,3% dari gaji pokok. Jika
pesangon tersebut baru akan dibayarkan di bulan April 2014,
bagaimanakah perlakuan pemotongan PPh 21 dan berikut
sifatnya? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja?

49
49
Ilustrasi
(Pesangon Diterima Sekaligus)
Jawaban:
Penghasilan bruto Rp11,143,000.00
Iuran JKKdibayarkan perusahaan (1/ 101.3 x 10,130,000) (Rp110,000.00)
Iuran JKMdibayarkan perusahaan (0.3/ 101.3 x 10,160,000) (Rp33,000.00)
Gaji pokok Rp11,000,000.00
Pesangon dibayarkan Rp440,000,000.00

Pajak terutang
0% x 50,000,000 Rp0.00
5% x 50,000,000 Rp2,500,000.00
15% x 330,000,000 Rp51,000,000.00 Rp53,500,000.00
Pengenaan pajak bersifat final.
Jurnal Beban pesangon 440.000.000
Utang PPh final 53.500.000
Kas 386.500.000
50
50
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Manfaat Pensiun, THT, JHT: PP No. 68 Tahun 2009)

No. Lapisan Penghasilan Bruto Tarif


1 0 s/d Rp 50.000.00,00 0%
2 Di atas Rp 50.000.000,00 5%

Dasar Pengenaan: Penghasilan bruto tanpa dikurangi


PTKP

51
51
Ilustrasi
(Manfaat Pensiun Diterima Sekaligus)

Bhisma (berstatus menikah dan memiliki seorang anak) di akhir bulan


November 2013 mengajukan permohonan pensiun dini dan disetujui.
Perusahaan akan membayarkan uang manfaat pensiun secara sekaligus
dengan nilai Rp 525.000.000,00. Manfaat pensiun tersebut akan
dibayarkan dalam empat termin, masing masing senilai Rp 35.000.000,00
di November 2013, Rp 60.000.000,00 di April 2014, Rp 260.000.000,00 di
Mei 2015, serta sisanya di Desember 2015. Bagaimanakah perlakuan
pemotongan PPh 21 atas pembayaran manfaat pensiun tersebut dan
berikut sifatnya?

52
52
Ilustrasi
(Manfaat Pensiun Diterima Sekaligus)
Jawaban:
Periode Pembayara Pajak Terutang Kumulatif Sifat
n
Nov ’13 35.000.000 0% x 35.000.000 25.000.000 Final
=0
Apr ’14 60.000.000 0% x 15.000.000 95.000.000 Final
+ 5% x 45.000.000
= 2.250.000
Mei ’15 260.000.00 5% x 260.000.000 355.000.000 Final
0 = 13.000.000
Des ’15 170.000.00 5% x 50.000.000 525.000.000 Tidak Final
0 + 15% x 120.000.000
=20.500.000

53
53
Pensiun Diterima Berkala

Bila waktu pensiun sudah dapat


Bila waktu pensiun belum diketahui secara
diketahui dengan pasti pada awal
pasti saat penghitungan PPh awal tahun.
tahun.

Penghitungan PPh terutang didasarkan


PPh terutang dihitung berdasarkan pada perkiraan penghasilan netto yang
PKP yang akan diperoleh sebeum disetahunkan. Jika terjadi kelebihan
pensiun. pemotongan, maka kelebihan tersebut
harus dikembalikan oleh pemberi kerja.

Sistematika penghitungan identik pada kasus pegawai tetap, kecuali bahwa biaya
jabatan ditetapkan maksimal Rp 450.000/bulan atau Rp 54.000.000/tahun.

Tarif yang berlaku merupakan tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh.
54
54
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Pengalihan ke Anuitas Seumur Hidup:
Kepdirjen No. 333/ PJ/ 2001)

No. Lapisan Penghasilan Bruto Tarif


1 0 s/d Rp 25.000.00,00 0%
2 Di atas Rp 25.000.000,00 s/d Rp 5%
50.000.000,00
3 Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 10%
100.000.000,00
4 Di atas Rp 100.000.000,00 s/d Rp 15%
200.000.000,00
5 Di atas Rp 200.000.000,00 25%

Dasar Pengenaan: Penghasilan bruto tanpa dikurangi


PTKP
55
Pola Pembayaran

Penghasilan Pegawai Tidak Tetap dan


Tenaga Kerja Lepas
Upah
Harian
Upah
Upah Upah yang
Boronga
Harian Satuan Dibayar
n
kan
Bulanan

56
56
u
u
a
Tata Cara Penghitungan
rn
a
n
p
g
e
in
g
d
u
e
p
n
a
g
h
a
n

P
t
T
e
K
r
P
k
a
u
i
n
t
t.
• uA 57
k
t 57
Penghitungan Teknis
(Upah Harian, Satuan, Borongan)
Upah Harian/ Upah Hasil Konversi
Penghasilan kumulatif per bulan < Rp 4.500.000
Penghasilan harian < Rp 450.000,00
Tidak dikenai pajak

Penghasilan harian > Rp 450.000,00


DPP = Penghasilan yang melebihi Rp
450.000,00
Tarif berlaku adalah tarif lapis
pertama (5%)
Penghasilan kumulatif per bulan > Rp 4.500.000
DPP = Penghasilan harian – PTKP harian

Tarif berlaku adalah tarif lapis pertama (5%)

Penghasilan kumulatif per bulan > Rp 4.500.000


DPP = Penghasilan disetahunkan - PTKP

Tarif berlaku adalah tarif progresif pasal 17.

58
58
Ilustrasi (Upah Harian)

Tunggul Ametung (berstatus menikah dan belum memiliki


anak) selama bulan Januari 2017 bekerja sebagai tenaga
kerja lepas di suatu perusahaan selama 15 hari dan
menerima upah harian sebesar Rp 6000.000,00. Berapakah
besar PPh 21 yang harus dipotong oleh perusahaan
sepanjang hari – hari pelaksanaan pekerjaan oleh Tunggul
Ametung?

59
Tata Cara Penghitungan
Penghasilan Bukan Pegawai
Bersifat Berkesinambungan
Memiliki NPWP dan berpenghasilan hanya
dari satu pemberi kerja.
DPP = 50% x Penghasilan bruto –
PTKP Bulanan

Berpenghasilan lebih dari satu pemberi


kerja.
DPP = 50% x Penghasilan bruto

Bersifat Tidak Berkesinambungan

DPP = 50% x Penghasilan bruto

Tarif yang berlaku adalah tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU
PPh.
WP yang tidak memiliki NPWP dikenai tarif 20% lebih tinggi.
60
60
Ketentuan Khusus (1)

Jika penyedia jasa bukan pegawai tersebut mempekerjakan orang


lain sebagai pegawainya dengan upah yang diketahui, maka:
Penghasilan bruto = Jumlah pembayaran – Upah pegawai
dipekerjakan

Jika penyedia jasa bukan pegawai tersebut melakukan penyerahan


material atau barang, maka:
Penghasilan bruto = Jumlah pembayaran – Nilai material atau barang

61
Ketentuan Khusus (2)

Atas dokter yang melakukan praktik di RS atau klinik,


maka:
Penghasilan bruto = Jumlah pembayaran dari pasien
sebelum dikurangi biaya dan bagi hasil oleh RS atau
klinik.

Agar dapat memperoleh pemotongan PTKP, wanita bukan


pegawai yang telah menikah wajib diserahkan fotokopi
NPWP suami, fotokopi surat nikah, dan fotokopi kartu
keluarga.

62
Tata Cara Penghitungan

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) =


Jumlah penghasilan bruto yang bersifat utuh dan tidak
dipecah

Tarif yang berlaku adalah tarif umum Pasal 17 Ayat (1)


Huruf (a) UU PPh.
WP yang tidak memiliki NPWP dikenai tarif 20% lebih
tinggi.

63
Bentuk Pembayaran

Penerima Penghasilan Lain


Jasa
Honorarium Produksi, Penarikan
Anggota Tantiem, Dana
Dewan Gratifikasi, Pensiun
Komisaris Bonus oleh
Non Diterima Pegawai
Pegawai Mantan Aktif
Pegawai

64
64
Tata Cara Penghitungan

Tarif yang berlaku merupakan tarif umum sesuai


ketentuan Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh.

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) merupakan jumlah


kumulatif dari penghasilan bruto yang diterima selama
satu tahun kalender.

65
Ilustrasi
(Honorarium Komisaris)
Puntadewa merupakan seorang komisaris independen di
suatu perusahaan, tanpa melakukan rangkap jabatan.
Perusahaan membayarkan honorarium kepada setiap
komisarisnya secara periodik per kuartal dengan nominal
tetap senilai Rp 135.000.000,00. Berapakah besar PPh 21
yang seharusnya dikenakan terhadap Puntadewa atas
penghasilan tersebut?

66
Ilustrasi
(Honorarium Komisaris)
Jawaban :
Periode Pembayaran Pajak Terutang Kumulatif
Kuartal I 135.000.000 5% x 50.000.000 + 15% x 135.000.0
85.000.000 00
= 15.250.000
Kuartal II 135.000.000 15% x 115.000.000 + 25% x 270.000.0
20.000.000 00
= 22.250.000
Kuartal III 135.000.000 25% x 135.000.000 405.000.0
= 33.750.000 00
Kuartal IV 135.000.000 25% x 95.000.000 + 30% x 540.000.0
40.000.000 00
=35.750.000

67
Ilustrasi
(Penarikan Pensiun Pegawai Aktif)
Samiaji, seorang lajang, bekerja sebagai pegawai tetap bagi suatu
perusahaan, dengan menerima penghasilan bulanan yang terdiri atas gaji
pokok senilai Rp 4.000.000,00 dan tunjangan pendidikan anak senilai Rp
500.000,00 per bulan. Samiaji mengikuti program pensiun sejak pertama
kali bekerja di perusahaan, dan di tahun 2013 ia membayarkan iuran
dana pensiun senilai Rp 535.000,00 per bulan.
Samiaji menghadapi kekurangan penghasilan dan melakukan
penarikan dana pensiun yang telah disetorkannya masing – masing
senilai Rp 10.000.000,00 di Bulan Januari, Rp 12.500.000,00 di Bulan
Februari, Rp 17.500.000,00 di Bulan Maret, dan Rp 25.000.000,00 di
Bulan April. Berapakah besar PPh 21 yang seharusnya dikenakan
terhadap Samiaji atas penarikan tersebut?

68
Ilustrasi
(Penarikan Pensiun Pegawai Aktif)
Jawaban :
Periode Pembayaran Pajak Terutang Kumulatif
Januari 10.000.000 5% x 10.000.000 10.000.000
= 500.000
Februari 12.500.000 5% x 12.500.000 22.500.000
= 625.000
Maret 17.500.000 5% x 17.500.000 40.000.000
= 875.000
April 25.000.000 5% x 10.000.000 + 15% x 65.000.000
15.000.000
=2.750.000

69
PPh 21 Terkait APBN/ APBD

Pengguna
an APBN/
APBD,
PPh 21
Dipotong
Bendahar
awan

70
Pola Pembayaran
Penghasilan Dibebankan ke APBN/ APBD
Bersifat Tetap dan Teratur
DPP = Penghasilan Netto - PTKP

Berlaku tarif umum Pasal 17 Ayat


(1) Huruf (a)

Bersifat Tidak Tetap dan Tidak Teratur


DPP = Penghasilan Bruto

Berlaku tarif khusus, bersifat final.

Biaya perjalanan dinas bukan merupakan penghasilan.

71
Tarif Penghasilan Tidak Tetap dan Tidak Teratur
(PMK No. 262/ PMK.03/ 2010)

0% dari Penghasilan bruto, atas:

• Penghasilan bagi PNS Gol. I & II, Tamtama & Bintara TNI/ Polri,
berikut pensiunannya.

5% dari Penghasilan bruto, atas:

• Penghasilan bagi PNS Gol. III, Perwira Pertama TNI/ Polri, berikut
pensiunannya.

15% dari Penghasilan bruto, atas:

• Penghasilan bagi PNS Gol. IV, Perwira Menengah & Tinggi TNI/
Polri, berikut pensiunannya.

72
Pencatatan Transaksi PPh 21

• Pembayaran Imbalan oleh Pemberi Kerja


– Jumlah yang ditanggung pemberi kerja
 Menambah beban gaji.
– Jumlah yang ditanggung pegawai
 Mengurangi kas yang diterima pegawai.
– Jumlah komitmen pada pihak lain
 Diakui sebagai utang (misal pajak, iuran pensiun, dan
asuransi).

73
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Iuran Pensiun)

PT. Awangga membayarkan gaji bruto sebesar Rp 3.500.000,00,


dengan iuran pensiun sebesar Rp 65.000,00 dan PPh 21 sebesar Rp
42.250,00. Bagaimanakah PT. Awangga melakukan penjurnalan jika:
a. Iuran pensiun ditanggung dan dibayarkan oleh perusahaan.
b. Iuran pensiun ditanggung dan dibayarkan oleh pegawai.
c. Iuran pensiun ditanggung oleh pegawai, namun dan
dibayarkan oleh perusahaan.

74
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Iuran Pensiun)
Jawaban :
a. Beban gaji 3,500,000
Beban tunjangan iuran pensiun 65,000
Kas 3,457,750
Utang iuran pensiun 65,000
Utang PPh 21 42,250
b. Beban gaji 3,500,000
Kas 3,457,750
Utang PPh 21 42,250
c. Beban gaji 3,500,000
Kas 3,392,750
Utang iuran pensiun 65,000
Utang PPh 21 42,250

75
75
Pajak
Penghasilan
Pasal 26
Pasal 21 UU PPh
Peraturan Dirjen Pajak
No. PER-16/ PJ/ 2016
Definisi
Pajak yang dikenakan atas penghasilan berasal dari
Indonesia yang diterima atau diperoleh WP luar negeri
selain BUT.

Subjek PPh 26 dapat merupakan WP luar negeri orang


pribadi atau WP organisasi internasional.

Cara Pemenuhan
Kewajiban atas PPh 26 dapat dipenuhi melalui
pemotongan oleh pihak pemberi penghasilan.

77
Pemotong, Penyetor, dan Pelapor

Badan Pemerintah.

Subjek pajak dalam negeri.

Penyelenggara kegiatan.

Bentuk Usaha Tetap.

Perwakilan perusahaan luar negeri.

78
Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan

PPh 26 terutang di saat yang lebih dahulu terjadi antara


akhir bulan diterimanya penghasilan atau akhir bulan
diperolehnya penghasilan.

Atas PPh 26 yang dipotong, wajib disetorkan paling


lambat tanggal 10 masa pajak berikutnya setelah saat
terutang.

Pemotong wajib melakukan pelaporan SPT Masa paling


lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.

79
Tarif, Dasar dan Sifat Pengenaan (1)

20% dari jumlah bruto, dan bersifat final,


atas:

• Dividen
• Bunga, premium, diskonto, dan imbalan lain terkait pengembalian
utang.
• Royalti, sewa, dan penghasilan lain terkait penggunaan harta.
• Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan.
• Hadiah dan penghargaan.
• Pensiun dan pembayaran berkala lain.
• Premi swap dan transaksi lindung nilai lain.
• Keuntungan atas pembebasan utang. 80
80
Ilustrasi (Penghasilan Bunga)

Friedrich merupakan seorang seorang pengusaha yang memiliki kegiatan bisnis di


Asia Timur melalui pemberian dana pinjaman berbunga rendah. Selama 2013,
Friedrich telah meminjamkan dana dengan rata – rata pokok pinjaman tertimbang
sebesar $ 3.000.000 dan tingkat bunga rata – rata 7,5% p.a. Kurs KMK ditetapkan
konstan sepanjang tahun pada tingkat Rp 10.100,00/ $. Berapakah total beban
PPh 26 yang seharusnya dipotong oleh para debitur Friedrich? Bagaimana
penjurnalan oleh debitur?
Jawaban:
Pajak terutang = 20% x (7,5% x 3.000.000 x 10.100)
= 20% x 2.272.500.000
= Rp 454.500.000,00
Jurnal Beban bunga 2.272.500.000
Utang PPh 26 454.500.000
Kas 1.818.00.000

81
Ilustrasi (Pendapatan Jasa)

Barbarossa merupakan seorang dokter berkewarganegaraan asing yang


selama periode Januari – Maret 2013 tinggal di Indonesia untuk
memberikan jasa pendampingan riset bagi suatu rumah sakit yang baru
berdiri. Barbarossa menerima pembayaran senilai $ 32.750 yang
dibayarkan sekaligus di muka kontrak. Kurs KMK yang berlaku di awal
januari adalah Rp 10.350,00/ $. Berapakah total beban PPh 26 yang
seharusnya dikenakan atas penghasilan Barbarossa? Bagaimana
penjurnalan oleh pemberi kerja?
Jawaban :
Pajak terutang = 20% x (32.750 x 10.350)
= 20% x 338.962.500
= Rp 67.792.500,00
Jurnal Beban gaji 338.962.500
Utang PPh 26 67.792.500
Kas 271.170.000

82
Tarif, Dasar, dan Sifat Pengenaan (2)

20% dari perkiraan penghasilan netto, dan


bersifat final, atas:
• Penghasilan atas penjualan harta, selain yang diatur oleh Pasal 4
Ayat (2).
• Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan asuransi
luar negeri.
• Penghasilan atas penjualan saham perusahaan antara di tax haven
country yang berhubungan istimewa dengan badan atau BUT di
Indonesia.
20% dari PKP setelah pajak, dan bersifat final,
atas:

• Penghasilan atas Bentuk Usaha Tetap.


• Dikecualikan dari pengenaan, jika penghasilan tersebut ditanamkan
kembali di Indonesia.

83
Perkiraan Penghasilan Netto

Premi asuransi dan premi reasuransi kepada


perusahaan asuransi luar negeri.
• Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi luar
negeri = Perkiraan Penghasilan Netto = 50% x Premi
• Atas premi dibayar perusahaan asuransi dalam negeri kepada perusahaan
asuransi luar negeri = Perkiraan Penghasilan Netto = 10% x Premi
• Atas premi yang dibayar perusahaan reasuransi dalam negeri kepada
perusahaan asuransi luar negeri = Perkiraan Penghasilan Netto = 5% x
Premi
Atas penghasilan penjualan saham perusahaan
antara di tax haven country yang berhubungan
istimewa dengan badan atau BUT di Indonesia.

• Perkiraan Penghasilan Netto = 25% x Harga Jual

84
Ilustrasi
(Premi Asuransi)

Von Bleucher merupakan seorang WNA direktur pemasaran bagi


perusahaan yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia. Atas
rencananya untuk menetap permanen di Indonesia, Von Bleucher
merasa perlu mengasuransikan kesehatan keluarganya dengan
mengikuti program asuransi yang diselenggarakan perusahaan asuransi
di negara asalnya dengan nilai premi $ 1.650 per tahun. Kurs KMK yang
berlaku saat pembayaran premi adalah senilai Rp 10.300,00/ $.
Berapakah besar PPh 26 yang seharusnya dipotong terhadap
perusahaan asuransi luar negeri tersebut jika:
a. Premi tersebut dibayarkan oleh Von Bleucher sendiri.
b. Premi dibayarkan melalui suatu perusahaan asuransi di
Indonesia yang melakukan pembayaran kepada perusahaan
asuransi luar negeri.

85
85
Ilustrasi
(Premi Asuransi)
Jawaban :
a. Pajak terutang = 20% x (50% x 1.650 x 10.300)
= 20% x 8.497.500
= Rp 1.669.500,00
b. Pajak terutang = 20% x (10% x 1.650 x 10.300)
= 20% x 1.669.500
= Rp 339.900,00

86
86
Ilustrasi (Laba BUT)

PT. Universal merupakan unit BUT yang dimiliki oleh suatu perusahaan
asing. Di tahun 2013, PT. Universal mencatatkan peredaran bruto
sebesar Rp 24.000.000.000,00 serta total biaya operasi dan non operasi
sesuai laporan finansial sebesar Rp 20.350.000,00. Atas pemeriksaan
ulang, nilai tersebut perlu mendapatkan koreksi fiskal positif senilai Rp
2.585.000.000,00. Jika penghasilan BUT seluruhnya dikirimkan kepada
perusahaan induk, berapakah PPh 26 yang seharusnya dipotong
terhadap penghasilan PT. Universal? Bagaimana PT. Universal
melakukan penjurnalan?

87
Ilustrasi (Laba BUT)

Jawaban :
Peredaran bruto Rp 24.000.000.000
Biaya operasi dan non operasi (Rp 20.350.000.000)
Koreksi fiskal positif Rp 2.585.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 6.235.000.000
Bagian PKP terkena keringanan tarif pasal 31E
= 4.800.000.000/ 24.000.000 * 6.235.000.000
= Rp 1.247.000.000
PPh badan atas penghasilan BUT
= 50% x 25% x 1.247.000.000 + 25% x (6.235.000.000 -
1.247.000.000)
= 12,5% x 1.247.000.000 + 25% x 4.988.000.000
= 155.875.000 + 1.247.000.000
= Rp 1.402.875.000

88
Ilustrasi (Laba BUT)

Jawaban :
Penghasilan sebelum pajak Rp 6.235.000.000
PPh badan (Rp 1.402.875.000)
Penghasilan setelah pajak Rp 4.832.125.000
PPh 26 atas penghasilan setelah pajak
= 20% x 4.832.125.000
= Rp 966.425.000,00
Jurnal
Income Summary 3.650.000.000
Laba Ditahan 3.650.000.000

Beban pajak 2.369.300.000


Utang PPh 29 1.402.875.000
Utang PPh 26 966.425.000

89
Objek PPh 26 Bersifat Tidak Final

90
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

WP luar negeri dapat dikenai pajak di


Indonesia sekaligus di negara asal.

91
Ilustrasi (Penerimaan Royalti)

Leichi merupakan warga negara China yang memiliki HAKI yang diakui di
dunia. Sebuah perusahaan di Indonesia memanfaatkan HAKI tersebut
dan membayarkan royalti sebesar Rp 195.000.000,00 setiap tahunnya.
Pemerintah Indonesia dan China terikat P3B dengan ketentuan atas
royalti dipungut pajaknya oleh Pemerintah Indonesia dengan tarif 10%.
Bagaimanakah perusahaan tersebut melakukan penjurnalan?

Jawaban :
Pajak terutang = 10% x 195.000.000
= 19.500.000
Jurnal oleh perusahaan
Beban royalti 195.000.000
Utang pajak 19.500.000
Kas 175.500.000

92
Referensi

• Fitriandi, Primandita dkk. 2011. “Kompilasi Undang –


Undang Perpajakan Terlengkap” . Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
• Waluyo. 2011. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.

93
TERIMA KASIH

Dwi Martani - 081318227080


martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/ 94

Anda mungkin juga menyukai