MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Audit dan
Atestasi
Disusun Oleh:
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi
tahun 1973. Pada tahap awal perkembangannya, standar ini disusun oleh suatu komite
dalam organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama Komite Norma
Pemeriksaan Akuntan.
Standar yang dihasilkan oleh komite tersebut diberi nama Norma Pemeriksaan
Akuntan. Sebagaimana tercermin dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan
pada saat itu lebih berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis.Perubahan pesat
yang terjadi di lingkungan bisnis di awal dekade tahun sembilan puluhan kemudian
menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan mutu jasa audit atas laporan
keuangan historis, jasa atestasi, dan jasa akuntansi dan review.Di samping itu, tuntutan
kebutuhan untuk menjadikan organisasi profesi akuntan publik lebih mandiri dalam
mengelola mutu jasa yang dihasilkan bagi masyarakat juga terus meningkat.Respon
profesi akuntan publik terhadap berbagai tuntutan tersebut diwujudkan dalam dua
keputusan penting yang dibuat oleh IAI pada pertengahan tahun 1994 : (1) perubahan
nama dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik dan (2) perubahan nama standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan
SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan etika.
Pernyataan standar teknis yang dikodifikasi dalam buku SPAP ini terdiri dari :
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
ada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Atestasi
diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah asersi
(assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah
suatu pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk digunakan oleh
pihak lain, contoh asersi dalam laporan keuangan historis adalah adanya pernyataan
manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
Selain itu, atestasi juga dapat diartikan sebagai komunikasi tertulis yang
mencerminkan suatu kesimpulan tentang keandalan dari suatu asersi yang menjadi
tanggungjawab pihak lain. Jasa Atestasi merupakan jasa yang mengeluarkan komunikasi
tertulis yang menyatakan suatu kesimpulan tentang keandalan asersi tertulis yang
Jasa Atestasi merupakan suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang
independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal
yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jasa atestasi profesi akuntan publik
a. Audit
Jasa Audit mencakup perolehan dan penilaian yang mendasari laporan keuangan
historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manejemen entitas tersebut.
Atas dasar audit yang dilaksanakan terhadap laporan keuangan historis suatu entitas,
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil
usaha entitas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Dalam menghasilkan
jasa audit ini, auditor memberikan keyakinan positif atas asensi yang dibuat oleh
manejemen dalam laporan kauangan historis. Keyakinan menunjukkan tingkat
kepastian yang dicapai dari yang ingin disampaikan oleh auditor bahwa simpulannya
yang dinyatakan dalam laporan keuangan adalah benar. Semakin banyak jumlah
bukti kompeten dan relevan yang dikumpulkan, semakin tinggi tingkat keyakinan
yang dicapai oleh auditor. Jasa ini merupakan jasa profesi akuntan pabrik yang paling
dikenal dalam masyarakat dan seringkali disebut sebagai jasa tradisional profesi
akuntan publik.
b. Pemeriksaan
Merupakan jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik yang berupa pernyataan
suatu pendapat atas kesesuaian asesi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang
bahwa tidak ada informasi yang menarik perhatiannnya yang menunjukan bahwa: (a)
subjek masalah tidak berdasarkan pada (atau sesuai dengan) kriteria dalam semua hal
yang bersifat material atau (b) asersi tidak disajikan (atau dinyatakan dengan wajar),
dalam semua hal yang bersifat material, berdasarkan pada kriteria.Distribusi laporan
review dapat berupa distribusi umum atau terbatas.Perikatan review harus memberi
disepakati.
2.1.2 Assurance
Assurance adalah jasa profesional yang diberikan oleh pihak independen yang
dapat memperbaiki kualitas informasi, atau suatu makna untuk pengambilan suatu
informasi.
menerapkan pertimbangan profesional pada informasi yang merupakan subjek dari jasa
evaluasi atas keberadaan sistem yang memadai agar dapat mengelola resiko tersebut
dengan efektif.
b. Pengukuran kinerja bisnis, bahwa sistem pengukuran kinerja entitas berisi ukuran-
ukuran yang relevan dan menilai sampai sejauh mana tujuan dan sasaran entitas telah
keandalan.
d. Keandalan sistem informasi, bahwa sistem informasi internal memberi informasi
2.1.3 Auditing
Auditing adalah suatu proses sistematik tentang pengumpulan dan evaluasi bukti
yang objektif dari suatu asertasi tentang kegiatan ekonomi dengan tujuan pelaporan
perbedaan antara asertasi dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan
tertentu. Mengacu pada pengertian audit di atas, adapun tujuan audit adalah sebagai
berikut:
sesuai dengan tanggal tertentu. Dengan kata lain, semua transaksi yang dicatat sesuai
dilakukan sesuai tanggal yang benar, rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-
Audit juga bertujuan untuk memasikan saldo akun dan persyaratan pengungkapan
yang berkaitan sudah disajikan dengan baik pada laporan keuangan serta terdapat
penjelasan yang wajar pada isi dan catatan kaki laporan yang dibuat.
2.2 Proses Audit
tahap-tahap audit. Adapun tahap-tahap audit menurut Arens dkk (2008) yaitu sebagai
berikut:
dan praktik yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan. Auditor
dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data
berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan dalam penyelesaian audit dalam
mengevaluasi temuan audit karena situasi yang ada disekitarnya mungkin akan
berubah dan informasi tambahan klien akan diperoleh selama masa pelaksanaan
audit. Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua
tingkat berikut :
keyakinan yang memadahi. Dalam tahap ini auditor harus membuat penilaian
megenai berbagai komponen risiko audit yaitu risiko bawaan, risiko pengendalian,
dan risiko deteksi. Hai ini diperlukan untuk mengarahkan keputusan tentang sifat,
waktu, dan luas prosedur audit dan keputusan mengenai penetapan staf audit.
Resiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material,
risiko bahwa salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak akan sapat
dicegah atau dideteksi dengan tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko
deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji material yang
ada dalam suatu asersi. Risiko deteksi dapat dinyatakan sebagai suatu kombinasi dari
risiko prosedur analitis dan risiko pengujian terinci. Dalam menentukan risiko deteksi
auditor juga harus mempertimbangkan kemungkinan akan membuat suatu
kekeliruan.
resiko audit dan mengembangkan strategi awal untuk mengumpulkan bukti – bukti.
lingkungan, dan menjalankan sedikit prosedur rencana audit awal, auditor mungkin
berfungsi sesuai yang diharapkan. Auditor mengembangkan strategi audit awal untuk
mengaudit asersi.
agar auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit dapat menurunkan risiko audit
Strategi ini biasa digunakan dalam audit klien yang pertama kali daripada
audit atas klien lama. Strategi ini lebih mengutamakan pengujian substantif dari
substantif.Tetapi auditor dalam hal ini auditor bukan berarti tidak melakukan
pengujian substantif tapi tidak se-ektensif pada pendekatan yang pertama.Auditor
struktur pengendalian intern klien. Strategi ini sering digunakan dalam audit klien
lama.
komisaris, manajemen, dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,dan efektivitas dan efisiensi operasi.
pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu asersi digunakan dalam kegiatan:
kemungkinan dapat atau tidaknya audit dilaksanakan, salah saji material yang
a. Pengujian pengendalian
Fungsi utama dari pemahaman auditor terhadap pengendalian intern adalah
untuk memperkirakan risiko pengendalian dalam setiap tujuan audit berkait transaksi.
dilakukan untuk menentukan kelayakan dari rancangan dan efektifitas operasi dari
pengendalian intern khusus. Pengendalian intern ini dapat dengan cara manual atau
ini:
b. Pengujian substantive
menguji kesalahan dalam nilai rupiah yang mempengaruhi langsung kebenaran dari
saldo-saldo dalam laporan keuangan. Salah saji (monetary misstatement) seperti itu
adalah indikasi yang jelas dari salah saji dari akunakun. Terdapat 3 (tiga) macam
objectives) telah terpenuhi untuk setiap kelas transaksi. Sebagai contoh auditor
melakukan pengujian substantif atas transaksi untuk menguji apakah transaksi yang
dicatat benar-benar ada dan transaksi yang ada semua telah dicatat.
belanja telah dicatat dengan benar, transaksi belanja telah dicatat pada periode laporan
yang tepat, belanja telah diklasifikasikan dengan benar dalam neraca, dan apakah
belanja telah diikhtisarkan dan diposting dengan benar ke buku besar. Jika auditor
merasa yakin bahwa transaksi-transaksi telah dicatat dan diposting dengan benar,
auditor dapat meyakini bahwa jumlah dalam buku besar juga benar.
a. Prosedur analitis
Prosedur analitis mencakup perbandingan-perbandingan dari jumlahjumlah
yang dicatat dengan jumlah yang diharapkan yang disusun oleh auditor. Biasanya
membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. Dua tujuan
utama prosedur analitis yang dilakukan pada tahap pelaksanaan audit atas saldo akun
adalah
1) Mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan
dan;
2) Mengurangi pengujian terinci atas saldo
3) Memahami bidang usaha klien
4) Menetapkan kelangsungan hidup suatu satuan usaha
Ada perbedaan mendasar dalam prosedur analitis yang dilakukan dalam tahap
perencanaan dan prosedur analitis yang dilakukan dalam tahap pengujian.Pada tahap
Sedangkan pada tahap pengujian saldo akhir, auditor akan menghitung kembali rasio
itu dengan menggunakan data setahun penuh. Jika auditor percaya bahwa prosedur
akhir akun tertentu auditan layak, maka pengujian rincian saldo tertentu mungkin
Pengujian terinci atas saldo memusatkan perhatian atas saldo-saldo akhir buku
besar untuk laporan realisasi pendapatan dan belanja serta neraca.Contoh dari
pengujian terinci atas saldo termasuk konfirmasi untuk saldo piutang, pemeriksaan
fisik persediaan, dan pemeriksaan kontrak utang dengan pihak lain. Pengujian terinci
atas saldo ini adalah penting karena bukti biasanya diperoleh dari sumber yang
Hampir sama halnya dengan pengujian atas transaksi, pengujian rincian saldo
harus dilakukan dengan memenuhi semua tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
bagi masing-masing akun yang signifikan. Pengujian atas saldo akun juga sangat
penting karena bukti-bukti biasanya diperoleh dari sumber independen dengan tingkat
Luas dari pengujian terinci atas saldo bergantung dari hasil pengujian
pengendalian intern, pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis untuk
pengujian atas salah saji adalah pengujian substantif dan penghitungan Kas juga
terutama ketika klien meminta dan berusahan mendapatkan tanggal yang cepat untuk
melakukan penerbitan laporan audit. Oleh karena itu auditor harus menggunakan waktu
yang tersedia untuk melakukan pertimbangan profesioanl yang baik dalam menyatakan
pendapat yang akan dikeluarkan dalam laporan audit serta menyatakan secara tepat dalam
laporan audit. Dalam menyelesaikan audit, auditor memiliki tanggung jawab yang terdiri
dari:
pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi
Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI). Tipe Standar Profesional ada
lima, yaitu:
a. Standar Auditing, adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan
pemeriksaan (examination), (2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-
upon procedures).
c. Standar Jasa Akuntansi dan Review, memberikan rerangka untuk fungsi non-
atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.
d. Standar Jasa Konsultansi, merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik) yang
menyediakan jasa konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam
dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika
badan yang dibentuk oleh International Federation of Accountants (IFAC) sebagai badan
pembuat standar auditing dan assurance. Standar yang diterbitkan oleh IAASB terbagi
International Standard on Related Services (ISRSs). Standar ini harus diterapkan pada
Asersi merupakan pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit
dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Laporan keuangan adalah
suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang
kewajiban suatu entitas pada saat tertentu, atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban
selama satu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Asersi-
aktiva atau utang satuan usaha ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang
dicantumkan di dalamnya.
merupakan hak perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal
tertentu.
diungkapkan semestinya.
Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak
mengandung salah saji material. Semakin besar keinginan auditor untuk menyatakan
pendapat yang benar, semakin rendah risiko audit yang akan bisa diterima. Auditor
memberikan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan atas dasar bukti yang ia
peroleh melalui pemeriksaan atas asersi-asersi yang berhubungan dengan setiap saldo
rekening atau kelompok transaksi. Risiko audit memiliki tiga komponen, yaitu:
transaksi terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Berbeda dengan risiko bawaan dan risiko
pengendalian, tingkat risiko deteksi sesungguhnya bisa diubah oleh auditor dengan
memodifikasi sifat, saat, dan luas pengujian substantif yang dilakukan untuk setiap
asersi.
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi.Kedua
risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya adit atas
laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan
dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri.Risiko deteksi mempunyai hubungan
yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian.Semakin kecil risiko
bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko
deteksi yang dapat diterima.Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan
risiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima. Komponen risiko audit ini dapat ditentukan secara kuantitatif, seperti
dalam bentuk persentase atau secara nonkuantitatif yang berkisar, misalnya, dari
2.7 MATERIALITAS
sebagai besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang
oleh orang yang mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh
minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat
laporan keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip
sebagai keseluruhan.
Materialitas saldo rekening adalah minimum salah saji yang bisa ada pada
suatu saldo rekening yang dipandang sebagai salah saji material.Auditor harus
pencatatan dari ayat-ayat jurnal, pencatatan debit kredit, pengikhtisaran proses dan hasil
laporan keuangan dimana dilakukan secara tidak sengaja. Apabila kesalahan dilakukan
adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam
laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti yang disajikan berikut ini:
adalah unsur tindakan pelanggaran yang dapat dihubungkan dengan entitas yang laporan
keuangannya diaudit, atau tindakan manajemen atau karyawan yang bertindak atas nama
entitas. Pengertian unsur tindakan pelanggaran hukum oleh klien tidak termasuk
pelanggaran perorangan yang dilakukan oleh manajemen dan karyawan entitas yang tidak
bervariasi.Pada umumnya semakin jauh unsur pelanggaran hukum terpisah dari kejadian
dan transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan, semakin kecil kemungkinan
sebagai hal yang memiliki pengaruh langsung dan material dalam penentuan jumlah-
jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan. Tanggung jawab auditor untuk
mendeteksi dan melaporkan salah saji sebagai akibat adanya unsur tindakan pelanggaran
hukum yang berdampak langsung dan material terhadap penentuan jumlah-jumlah yang
disajikan dalam laporan keuangan adalah sama dengan tanggung jawab auditor untuk
mendeteksi adanya salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
Jika auditor mengetahui akan adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggaran
hukum, maka ia harus berusaha memperoleh informasi tentang sifat pelanggaran, kondisi
terjadinya pelanggaran, dan informasi lain yang cukup mengevaluasi dampak unsur
keterangan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi daripada tingkat manajemen pelaku
informasi dan keterangan yang memuaskan tentang terjadi atau tidaknya unsur tindakan
1) Melakukan konsultasi dengan penasihat hukum klien atau ahli lain tentang penerapan
hukum dan peraturan relevan dengan kondisi yang dihadapi sekaligus mengantisipasi
diperolehnya dan dari konsultasi dengan penasihat hukum, bahwa unsur tindakan
KESIMPULAN
Sebuah proses audit akan terkait dengan laporan keuangan sebuah perusahaan. Untuk
mendapatkan sebuah hasil audit yang memuaskan dan layak, sebuah perusahaan harus
mempertimbangkan proses pencatatan dan penyajian laporan keuangan yang baik dan sesuai
dengan penggunaan akuntansi yang di terima secara umum. Adapun tujuan dari pengujian
pengujian yang dilakukan adalah diantaranya, pengujian pengendalian akan membantu auditor
dalam mengevaluasi apakah pengendalian atas transaksi sudah cukup efektif guna mendukung
menjadi dasar laporan auditor dalam hal penerapan pengendalian internal audit,
Pengujian substantif atas transaksi digunakan untuk memastikan bahwa transaksi yang
dicatat dalam jurnal telah sesuai dengan apa yang diposting di buku besar. Prosedur analitis
digunakan untuk meyakini kelayakan transaksi dan saldo buku besar secara keseluruhan dan
tererakhir, pengujian atas rincian saldo dilakukan untuk meyakini kebenaran atas saldo akun
memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi secara keseluruhan menyangkut transaksi dan
Prof.Dr.Abdul Halim, M.B.A., Akt. (2008). Auditing 1. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Messier, dkk.Auditing and Assurance Service.Edisi ke-4. Jakarta: PT Salemba Empat, 2005.
AUDIT