Anda di halaman 1dari 27

Konsep Dasar Dan Pengertian Atestasi, Assurance dan Audit

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Audit dan

Atestasi

Disusun Oleh:

Asep Triadi (16181030013)

Eduar Suhadi (161810300)

Juliani Cahya Kartika (1618103007)

FAKULTAS SEKOLAH PASCASARJANA

MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS WIDYATAMA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai

pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi

Akuntan Publik di Indonesia.SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan

PublikInstitut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI).

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah merupakan hasil

pengembangan berkelanjutan standar profesional akuntan publik yang dimulai sejak

tahun 1973. Pada tahap awal perkembangannya, standar ini disusun oleh suatu komite

dalam organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama Komite Norma

Pemeriksaan Akuntan.

Standar yang dihasilkan oleh komite tersebut diberi nama Norma Pemeriksaan

Akuntan. Sebagaimana tercermin dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan

pada saat itu lebih berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis.Perubahan pesat

yang terjadi di lingkungan bisnis di awal dekade tahun sembilan puluhan kemudian

menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan mutu jasa audit atas laporan

keuangan historis, jasa atestasi, dan jasa akuntansi dan review.Di samping itu, tuntutan

kebutuhan untuk menjadikan organisasi profesi akuntan publik lebih mandiri dalam

mengelola mutu jasa yang dihasilkan bagi masyarakat juga terus meningkat.Respon

profesi akuntan publik terhadap berbagai tuntutan tersebut diwujudkan dalam dua
keputusan penting yang dibuat oleh IAI pada pertengahan tahun 1994 : (1) perubahan

nama dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke Dewan Standar Profesional Akuntan

Publik dan (2) perubahan nama standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan

Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik.

SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan etika.

Pernyataan standar teknis yang dikodifikasi dalam buku SPAP ini terdiri dari :

1. Pernyataan Standar Auditing


2. Pernyataan Standar Atestasi
3. Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review
4. Pernyataan Jasa Konsultansi
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu

1.2 Rumusan Masalah

1. Overview tentang fungsi atestasi, assurance, dan audit ?


2. Bagaimana proses audit ?
3. Bagaimana standard professional akuntan public ?
4. Bagaimana intenational standard on auditing ?
5. Bagaimana resiko audit ?
6. Bagaimana matrealitas ?
7. Bagaimana kesalahan dan fraud ?
8. Bagaimana bentuk tindakan melawan hukum ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan

pengetahuan serta memperdalam pemahaman mengenai rumusan rumusan masalah yang

ada.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Atestasi, Assurance, dan Audit

2.1.1 Atestasi

Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang

diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah asersi
(assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah

suatu pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk digunakan oleh

pihak lain, contoh asersi dalam laporan keuangan historis adalah adanya pernyataan

manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum.

Selain itu, atestasi juga dapat diartikan sebagai komunikasi tertulis yang

mencerminkan suatu kesimpulan tentang keandalan dari suatu asersi yang menjadi

tanggungjawab pihak lain. Jasa Atestasi merupakan jasa yang mengeluarkan komunikasi

tertulis yang menyatakan suatu kesimpulan tentang keandalan asersi tertulis yang

menjadi tanggungjawab manajemen.

Jasa Atestasi merupakan suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang

independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal

yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jasa atestasi profesi akuntan publik

dapat dibagi lebih lanjut menjadi 4 jenis, yaitu:

a. Audit
Jasa Audit mencakup perolehan dan penilaian yang mendasari laporan keuangan

historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manejemen entitas tersebut.

Atas dasar audit yang dilaksanakan terhadap laporan keuangan historis suatu entitas,

editor menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan tersebut

menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil

usaha entitas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Dalam menghasilkan

jasa audit ini, auditor memberikan keyakinan positif atas asensi yang dibuat oleh
manejemen dalam laporan kauangan historis. Keyakinan menunjukkan tingkat

kepastian yang dicapai dari yang ingin disampaikan oleh auditor bahwa simpulannya

yang dinyatakan dalam laporan keuangan adalah benar. Semakin banyak jumlah

bukti kompeten dan relevan yang dikumpulkan, semakin tinggi tingkat keyakinan

yang dicapai oleh auditor. Jasa ini merupakan jasa profesi akuntan pabrik yang paling

dikenal dalam masyarakat dan seringkali disebut sebagai jasa tradisional profesi

akuntan publik.
b. Pemeriksaan
Merupakan jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik yang berupa pernyataan

suatu pendapat atas kesesuaian asesi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang

telah ditetapkan. Dalam menghasilkan jasa pemeriksaan, akuntan publik memberikan

keyakinan positif atas asensi yang dibuat oleh manejemen.


c. Review
Jasa Review, praktisi menyatakankeyakinan negatif.Ini artinya akuntan menyatakan

bahwa tidak ada informasi yang menarik perhatiannnya yang menunjukan bahwa: (a)

subjek masalah tidak berdasarkan pada (atau sesuai dengan) kriteria dalam semua hal

yang bersifat material atau (b) asersi tidak disajikan (atau dinyatakan dengan wajar),

dalam semua hal yang bersifat material, berdasarkan pada kriteria.Distribusi laporan

review dapat berupa distribusi umum atau terbatas.Perikatan review harus memberi

bukti memadai untuk membatasi resiko atestasi ke tingkat menengah.


d. Prosedur yang Disepakati
Perikatan prosedur yang disepakati adalah prosedur dimana praktisi ditugaskan oleh

klien untuk menerbitkan laporan temuan berdasarkan prosedur tertentu yang

dilakukan atas subjek masalah.Distribusi laporan berdasarkan pada perikatan seperti

itu terbatas pada pengguna yyang disebutkan.Laporan mengenai prosedur yang


disepakati mengikhtisarkan temuan yang dihasilkan dari penerapan prosedur yang

disepakati.

2.1.2 Assurance

Assurance adalah jasa profesional yang diberikan oleh pihak independen yang

dapat memperbaiki kualitas informasi, atau suatu makna untuk pengambilan suatu

keputusan.Dari definisi tersebut,terdapat beberapa konsep penting.Pertama,berfokus pada

pengambilan keputusan.Membuat keputusan yang baik memerlukan informasi

berkualitas,yang dapat berupa informasi keuangan ataupun nonkeuangan.Kedua,terkait

dengan meningkatkan kualitas informasi.Perikatan jasa assurance dapat meningkatkan

kualitas keputusan dengan meningkatkan keyakinan mengenai keandalan dan relevansi

informasi.

Konteks dapat ditingkatkan melalui format penyajian informasi.Ketiga,berfokus

pada indenpendensi.Sebagaimana halnya pembahasan terdahulu mengenai audit laporan

keuangan,indenpendensi adalah tanda pengenal bagi profesi.Keempat adalah jasa

profesional,yang mencerminkan penerapan pertimbangan profesional.Praktisi yang

menerapkan pertimbangan profesional pada informasi yang merupakan subjek dari jasa

assurance.Singkatnya,jasa assurance dapat memperoleh informasi, meningkatkan

kualitasnya, dan menambah manfaatnya bagi pembuat keputusan.

AICPA melalui Komite Eksekutif Jasa Assurance, menyebutkan dan

mengembangkan enam kategori umum dari jasa assurance, yaitu :


a. Penentuan resiko, bahwa profil resiko bisnis entitas sudah komprehensif serta

evaluasi atas keberadaan sistem yang memadai agar dapat mengelola resiko tersebut

dengan efektif.
b. Pengukuran kinerja bisnis, bahwa sistem pengukuran kinerja entitas berisi ukuran-

ukuran yang relevan dan menilai sampai sejauh mana tujuan dan sasaran entitas telah

dicapai dan bagaimana kinerjanya dibandingkan dengan pesaing.


c. Perdagangan elektronik, bahwa sistem dan alat-alat yang digunakan dalam e-

commerce memberikan integritas data yang memadai, keamanan, privasi, dan

keandalan.
d. Keandalan sistem informasi, bahwa sistem informasi internal memberi informasi

yang andal bagi keputusan operasi dan keuangan.


e. Pengukuran kinerja perawatan kesehatan, bahwa mengenai efektifitas dari jasa

perawatan kesehatan yang diberikan oleh perusahaan asuransi kesehatan, rumah

sakit, dokter,dan pemberi jasa lain.


f. Prime Plus, bahwa berbagai tujuan tertentu yang terkait dengan orang lanjut usia

telah dipenuhi oleh para penyedia jasa perawatan.

2.1.3 Auditing

Auditing adalah suatu proses sistematik tentang pengumpulan dan evaluasi bukti

yang objektif dari suatu asertasi tentang kegiatan ekonomi dengan tujuan pelaporan

perbedaan antara asertasi dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan

hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.Audit dilakukan tentunya memiliki tujuan

tertentu. Mengacu pada pengertian audit di atas, adapun tujuan audit adalah sebagai

berikut:

a. Memastikan Kelengkapan (Completeness)


Audit dilakukan untuk memastikan bahwa semua transaksi yang terjadi telah dicatat

atau dimasukkan ke dalam jurnal dengan segala kelengkapannya.

b. Memastikan Ketepatan (Accuracy)


Kegiatan audit juga bertujuan untuk memastikan semua transaksi dan saldo perkiraan

telah didokumentasikan dengan baik, perhitungannya benar, jumlahnya tepat, dan

diklasifikasikan berdasarkan jenis transaksi.


c. Memastikan Eksistensi (Existence)
Dengan adanya audit maka pencatatan semua harta dan kewajiban memiliki eksistensi

sesuai dengan tanggal tertentu. Dengan kata lain, semua transaksi yang dicatat sesuai

dengan kejadian yang sebenarnya.

d. Membuat Penilaian (Valuation)


Kegiatan audit juga bertujuan untuk memastikan bahwa semua prinsip akuntansi yang

berlaku umum telah diaplikasikan dengan benar.


e. Membuat Klasifikasi (Classification)
Audit bertujuan untuk memastikan bahwa semua transaksi yang dicatat dalam jurnal

diklasifikasikan sesuai jenis transaksinya.


f. Memastikan Ketepatan (Accuracy)
Kegiatan audit juga bertujuan Untuk memastikan bahwa pencatatan transaksi

dilakukan sesuai tanggal yang benar, rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-

angka buku besar, dan penjumlahan saldo dilakukan dengan benar.


g. Membuat Pisah Batas (Cut-Off)
Audit bertujuan untuk memastikan bahwa semua transaksi yang dekat tanggal neraca

dicatat dalam periode yang sesuai.Pencatatan transaksi di akhir periode akuntansi

sangat mungkin terjadi salah saji.


h. Membuat Pengungkapan (Disclosure)

Audit juga bertujuan untuk memasikan saldo akun dan persyaratan pengungkapan

yang berkaitan sudah disajikan dengan baik pada laporan keuangan serta terdapat

penjelasan yang wajar pada isi dan catatan kaki laporan yang dibuat.
2.2 Proses Audit

Sebelum auditor memberikan pendapat (opininya), mereka harus melaksanakan

tahap-tahap audit. Adapun tahap-tahap audit menurut Arens dkk (2008) yaitu sebagai

berikut:

2.2.1 Perencanaan dan perancangan pendekatan Audit

a. Mendapatkan Pemahaman Tentang Bisnis dan Bidang Usaha Klien

Agar dapat membuat perencanaan audit secara memadai, auditor harus

memiliki pengetahuan tentang bisnis kliennya agar memahami kejadian, transaksi,

dan praktik yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan. Auditor

harus mengetahui hal – hal berikut :

1) Siklus Bisnis Klien.


2) Manajemen Senior.
3) Tujuan dan Sasaran Manajemen.
4) Sumber Daya Organisasi.
5) Produk dan Jasa, Pasar, Pelanggan dan Pesaing.
6) Proses Inti Entitas dan Siklus Operasional.
7) Keputusan Investasi dan Financing Entitas

b. Melaksanakan prosedur analitis

Prosedur analitis merupakan evaluasi informasi keuangan yang dilakukan

dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data

nonkeuangan.Dengan melakukan analisis ini sangat penting karena dengan

melakukan prosedur analitis seluruh kegiatan pemeriksaan dapat tergambar.

c. Membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas

Tahap ini sering disebut dengan materialitas perencanaan dimana sedikit

berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan dalam penyelesaian audit dalam
mengevaluasi temuan audit karena situasi yang ada disekitarnya mungkin akan

berubah dan informasi tambahan klien akan diperoleh selama masa pelaksanaan

audit. Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua

tingkat berikut :

1) Tingkat laporan keuangan kerena pendapat auditor mengenai kewajaran meluas

sampai laporan keuangan secara keseluruhan.


2) Tingkat saldo akun karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh

kesimpulan keseluruhan atas kewajaran laporan keuangan.

d. Mempertimbangkan risiko audit

Konsep risiko audit sangat penting sebagai dasar mengekspresikan konsep

keyakinan yang memadahi. Dalam tahap ini auditor harus membuat penilaian

megenai berbagai komponen risiko audit yaitu risiko bawaan, risiko pengendalian,

dan risiko deteksi. Hai ini diperlukan untuk mengarahkan keputusan tentang sifat,

waktu, dan luas prosedur audit dan keputusan mengenai penetapan staf audit.

Resiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material,

dengan mengasumsikan tidak terdapat pengendalian.Prosedur yang dilaksanakan

untuk mendukung penilaian risiko bawaan biasanya serupa dengan untuk

memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan industri. Risiko pengendalian adalah

risiko bahwa salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak akan sapat

dicegah atau dideteksi dengan tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko

deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji material yang

ada dalam suatu asersi. Risiko deteksi dapat dinyatakan sebagai suatu kombinasi dari

risiko prosedur analitis dan risiko pengujian terinci. Dalam menentukan risiko deteksi
auditor juga harus mempertimbangkan kemungkinan akan membuat suatu

kekeliruan.

e. Mengembangkan Strategi Audit Awal Untuk Asersi yang Signifikan

Auditor kadang membuat keputusan pendahuluan tentang komponen model

resiko audit dan mengembangkan strategi awal untuk mengumpulkan bukti – bukti.

Setelah memperbaharui pengetahuan perubahan – perubahan dalam entitas dan

lingkungan, dan menjalankan sedikit prosedur rencana audit awal, auditor mungkin

harus memulai untuk mengembangkan harapan apakah pengendalian internal

berfungsi sesuai yang diharapkan. Auditor mengembangkan strategi audit awal untuk

mengaudit asersi.

Mengembangkan strategi audit awal untuk asersi yang signifikan bertujuan

agar auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit dapat menurunkan risiko audit

pada tingkat serendah mungkin untuk mendukung pendapat auditor mengenai

kewajaran laporan keuangan. Terdapat dua alternatif strategi audit yaitu:

1) Primarily Substantive Approach

Strategi ini biasa digunakan dalam audit klien yang pertama kali daripada

audit atas klien lama. Strategi ini lebih mengutamakan pengujian substantif dari

pada pengujian pengendalian.Auditor relatif lebih sedikit melakukan prosedur

untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien.

2) Lower Assessed of Control Risk Approach


Ini merupakan kebalikan dari strategi yang pertama, dimana yang lebih

diutamakan dalam strategi ini adalah pengujian pengendalian daripada pengujian

substantif.Tetapi auditor dalam hal ini auditor bukan berarti tidak melakukan
pengujian substantif tapi tidak se-ektensif pada pendekatan yang pertama.Auditor

lebih banyak melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai

struktur pengendalian intern klien. Strategi ini sering digunakan dalam audit klien

lama.

f. Pemahaman Atas Pengendalian Intern

Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan

komisaris, manajemen, dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan

memadai tentang pencapaian tujuan yaitu keandalan pelaporan keuangan,kepatuhan

terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,dan efektivitas dan efisiensi operasi.

Secara umum, auditor perlu memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern

kliennya untuk perencanaan auditnya. Secara khusus pemahaman auditor tentang

pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu asersi digunakan dalam kegiatan:

kemungkinan dapat atau tidaknya audit dilaksanakan, salah saji material yang

potensialdapat terjadi, risiko deteksi, dan perancangan pengujian substantive.

2.2.2 Pengujian atas pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi

Ada dua pengujian utama, yakni pengujian pengendalian, dan pengujian

substantif.Pengujian pengendalian merupakan pengujian terhadap struktur pengendalian

intern.Pengujian substantif merupakan pengujian terhadap saldo akun dari laporan

keuangan.Ada dua pengujian yang dapat dipilih auditor yaitu :

a. Pengujian pengendalian
Fungsi utama dari pemahaman auditor terhadap pengendalian intern adalah

untuk memperkirakan risiko pengendalian dalam setiap tujuan audit berkait transaksi.

Contohnya adalah memperkirakan tujuan ketepatan untuk transaksi pendapatan

adalah lemah dan untuk tujuan eksistensi adalah sedang.Pengujian pengendalian

dilakukan untuk menentukan kelayakan dari rancangan dan efektifitas operasi dari

pengendalian intern khusus. Pengendalian intern ini dapat dengan cara manual atau

terotomatisasi. Pengujian pengendalian mencakup prosedur-prosedur audit dibawah

ini:

1) Melakukan wawancara dengan pegawai yang tepat


2) Memeriksa dokumen, catatan-catatan, dan laporan-laporan
3) Mengamati kegiatan-kegiatan pengendalian
4) Melaksanakan kembali prosedur auditan

b. Pengujian substantive

Pengujian substantif adalah prosedur-prosedur audit yang didesain untuk

menguji kesalahan dalam nilai rupiah yang mempengaruhi langsung kebenaran dari

saldo-saldo dalam laporan keuangan. Salah saji (monetary misstatement) seperti itu

adalah indikasi yang jelas dari salah saji dari akunakun. Terdapat 3 (tiga) macam

pengujian substantif yaitu :

1) pengujian substantif atas transaksi,


2) prosedur analitis,
3) pengujian terinci atas saldo

Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan

apakah semua tujuan audit berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit

objectives) telah terpenuhi untuk setiap kelas transaksi. Sebagai contoh auditor
melakukan pengujian substantif atas transaksi untuk menguji apakah transaksi yang

dicatat benar-benar ada dan transaksi yang ada semua telah dicatat.

Auditor juga melakukan pengujian ini untuk menentukan apakah transaksi

belanja telah dicatat dengan benar, transaksi belanja telah dicatat pada periode laporan

yang tepat, belanja telah diklasifikasikan dengan benar dalam neraca, dan apakah

belanja telah diikhtisarkan dan diposting dengan benar ke buku besar. Jika auditor

merasa yakin bahwa transaksi-transaksi telah dicatat dan diposting dengan benar,

auditor dapat meyakini bahwa jumlah dalam buku besar juga benar.

2.2.3 Pelaksanaan prosedur analisis dan pengujian terinci atas saldo

a. Prosedur analitis
Prosedur analitis mencakup perbandingan-perbandingan dari jumlahjumlah

yang dicatat dengan jumlah yang diharapkan yang disusun oleh auditor. Biasanya

juga prosedur analitis mencakup perhitungan rasio-rasio oleh auditor untuk

membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. Dua tujuan

utama prosedur analitis yang dilakukan pada tahap pelaksanaan audit atas saldo akun

adalah
1) Mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan

dan;
2) Mengurangi pengujian terinci atas saldo
3) Memahami bidang usaha klien
4) Menetapkan kelangsungan hidup suatu satuan usaha

Ada perbedaan mendasar dalam prosedur analitis yang dilakukan dalam tahap

perencanaan dan prosedur analitis yang dilakukan dalam tahap pengujian.Pada tahap

perencanaan, auditor mungkin menghitung rasio dengan menggunakan data interim.

Sedangkan pada tahap pengujian saldo akhir, auditor akan menghitung kembali rasio
itu dengan menggunakan data setahun penuh. Jika auditor percaya bahwa prosedur

analitis yang dilakukan mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji, maka

prosedur analitis tambahan dapat dilakukan atau auditor memutuskan untuk

memodifikasi pengujian terinci atas saldo. Sedangkan jika auditor mengembangkan

ekspektasi dengan menggunakan prosedur analitis dan menyimpulkan bahwa saldo

akhir akun tertentu auditan layak, maka pengujian rincian saldo tertentu mungkin

diabaikan atau mengurangi ukuran sampel yang dibutuhkan.

b. Pengujian terinci atas saldo

Pengujian terinci atas saldo memusatkan perhatian atas saldo-saldo akhir buku

besar untuk laporan realisasi pendapatan dan belanja serta neraca.Contoh dari

pengujian terinci atas saldo termasuk konfirmasi untuk saldo piutang, pemeriksaan

fisik persediaan, dan pemeriksaan kontrak utang dengan pihak lain. Pengujian terinci

atas saldo ini adalah penting karena bukti biasanya diperoleh dari sumber yang

independen sehingga dapat diandalkan.

Hampir sama halnya dengan pengujian atas transaksi, pengujian rincian saldo

harus dilakukan dengan memenuhi semua tujuan audit yang berkaitan dengan saldo

bagi masing-masing akun yang signifikan. Pengujian atas saldo akun juga sangat

penting karena bukti-bukti biasanya diperoleh dari sumber independen dengan tingkat

keyakinan yang lebih tinggi.

Luas dari pengujian terinci atas saldo bergantung dari hasil pengujian

pengendalian intern, pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis untuk

akun tersebut.Pengujian terinci atas saldo memiliki tujuan untuk menetapkan


kebenaran jumlah uang (monetary correctness) dari akun-akun yang berhubungan

sehingga dapat dikatakan sebagai pengujian substantif.Pengujian rincian saldo juga

dapat membantu dalam menetapkan kebenaran moneter akun-akun yang berhubungan

sehingga dianggap sebagai pengujian substantif.Sebagai contoh, konfirmasi untuk

pengujian atas salah saji adalah pengujian substantif dan penghitungan Kas juga

adalah pengujian substantif.

2.2.4 Penyelesaian audit dan penerbitan laporan audit

Dalam menyelesaikan audit, auditor seringkali dihadapkan pada kendala waktu,

terutama ketika klien meminta dan berusahan mendapatkan tanggal yang cepat untuk

melakukan penerbitan laporan audit. Oleh karena itu auditor harus menggunakan waktu

yang tersedia untuk melakukan pertimbangan profesioanl yang baik dalam menyatakan

pendapat yang akan dikeluarkan dalam laporan audit serta menyatakan secara tepat dalam

laporan audit. Dalam menyelesaikan audit, auditor memiliki tanggung jawab yang terdiri

dari:

1. Menyelesaikan pekerjaan lapangan


2. Mengevaluasi temuan
3. Berkomunikasi dengan perusahaan/klien

2.3 Standar Profesional Akuntan Publik

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah kodifikasi berbagai

pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi

Akuntan Publik di Indonesia.SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan

Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI). Tipe Standar Profesional ada

lima, yaitu:
a. Standar Auditing, adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut

Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan

lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan

pedoman audit atas laporan keuangan historis.


b. Standar Atestasi. Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1)

pemeriksaan (examination), (2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-

upon procedures).
c. Standar Jasa Akuntansi dan Review, memberikan rerangka untuk fungsi non-

atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.
d. Standar Jasa Konsultansi, merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik) yang

menyediakan jasa konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam

jasa konsultansi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi.


e. Standar Pengendalian Mutu, memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di

dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya

dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional

Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika

Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI.

2.4 International Standards On Auditing

International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB) merupakan

badan yang dibentuk oleh International Federation of Accountants (IFAC) sebagai badan

pembuat standar auditing dan assurance. Standar yang diterbitkan oleh IAASB terbagi

dalam tiga kategori, yaitu:


a. Standar audit dan review informasi keuangan historis. Standar ini terdiri dari dua

standar yaitu : International Standard on Auditings (ISAs), dan International Standard

on Review Engagement (ISREs).


b. Standar untuk penugasan assurance selain audit atau review laporan keuangan

historis. Untuk kategori kedua ini, IAASB mengeluarkan International Standard

Assurance Engagements (ISAEs). Dan untuk penerapan lebih praktisnya, IAASB

telah menerbitkan International Assurance Engagement Practice Statements (IAEPS).


c. Standar untuk jasa lainnya. Untuk kategori ketiga ini, IAASB menerbitkan

International Standard on Related Services (ISRSs). Standar ini harus diterapkan pada

penugasan kompilasi, pengolahan informasi, dan jasa penugasan lain.

2.5 ASERSI LAPORAN KEUANGAN

Asersi merupakan pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit

dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Laporan keuangan adalah

suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang

dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau

kewajiban suatu entitas pada saat tertentu, atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban

selama satu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Asersi-

asersi laporan keuangan di bagi menjadi lima yaitu:

a. Asersi Keberadaan atau Keterjadian

Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah

aktiva atau utang satuan usaha ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang

dicatat telah terjadi selama periode tertentu.


b. Asersi Kelengkapan

Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi atau

semua rekening yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah

dicantumkan di dalamnya.

c. Asersi Hak dan Kewajiban

Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva

merupakan hak perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal

tertentu.

d. Asersi Penilaian dan Pengalokasian

Asersi tentang penilaian dan pengalokasian berhubungan dengan apakah

komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan

dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.

e. Asersi Penyajian dan Pengungkapan

Asersi tentang penilaian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah

komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan

diungkapkan semestinya.

2.6 Risiko Audit

Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak

memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang

mengandung salah saji material. Semakin besar keinginan auditor untuk menyatakan

pendapat yang benar, semakin rendah risiko audit yang akan bisa diterima. Auditor

memberikan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan atas dasar bukti yang ia
peroleh melalui pemeriksaan atas asersi-asersi yang berhubungan dengan setiap saldo

rekening atau kelompok transaksi. Risiko audit memiliki tiga komponen, yaitu:

a. Risiko Bawaan (Inherent Risk)

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan

transaksi terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat

kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.

b. Risiko Pengendalian (Control Risk)

Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat

terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh

struktur pengendalian intern satuan usaha.Risiko ini merupakan fungsi efektivitas

desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan

dengan penyusunan laporan keuangan entitas. Beberapa risiko pengendalian akan

selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern.

c. Risiko Deteksi (Detection Risk)

Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji

material yang terdapat dalam suatu asersi. Berbeda dengan risiko bawaan dan risiko

pengendalian, tingkat risiko deteksi sesungguhnya bisa diubah oleh auditor dengan

memodifikasi sifat, saat, dan luas pengujian substantif yang dilakukan untuk setiap

asersi.
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi.Kedua

risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya adit atas

laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan

dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri.Risiko deteksi mempunyai hubungan

yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian.Semakin kecil risiko

bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko

deteksi yang dapat diterima.Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan

risiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang

dapat diterima. Komponen risiko audit ini dapat ditentukan secara kuantitatif, seperti

dalam bentuk persentase atau secara nonkuantitatif yang berkisar, misalnya, dari

minimum sampai dengan maksimum.

2.7 MATERIALITAS

Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas

sebagai besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang

dari keadaan-keadaan yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang dilakukan

oleh orang yang mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh

penghilangan atau salah saji tersebut.

Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus mempertimbangkan materialitas

pada dua tingkatan, yaitu:

a. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan

Materialitas laporan keuangan adalah besarnya keseluruhan salah saji

minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat
laporan keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip

akuntansi yang berlaku umum.Auditor harus mempertimbangkan tingkat laporan

keuangan karena pendapat auditor mengenai kewajaran mencakup laporan keuangan

sebagai keseluruhan.

b. Materialitas pada Tingkat Saldo Rekening

Materialitas saldo rekening adalah minimum salah saji yang bisa ada pada

suatu saldo rekening yang dipandang sebagai salah saji material.Auditor harus

mempertimbangkan tingkat saldo rekening karena auditor melakukan verifikasi atas

saldo-saldo rekening untuk dapat memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai

kewajaran laporan keuangan.

2.8 KESALAHAN DAN FRAUD

Kecurangan (fraud) berbeda dengan kesalahan (error). Kesalahan dapat terjadi

pada setiap tahapan dalam pengelolaan transaksi terjadinya transaksi, dokumentasi,

pencatatan dari ayat-ayat jurnal, pencatatan debit kredit, pengikhtisaran proses dan hasil

laporan keuangan dimana dilakukan secara tidak sengaja. Apabila kesalahan dilakukan

dengan sengaja, maka kesalahan tersebut merupakan kecurangan (fraud).Kecurangan

adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam

laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan. Kecurangan dalam

laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti yang disajikan berikut ini:

1) Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen

pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan


2) Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa,

transaksi, atau informasi signifikan


3) Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,

klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

2.9 TINDAKAN MELAWAN HUKUM

Tindakan pelanggaran hukum berarti pelanggaran terhadap hukum atau peraturan

perundang-undangan Republik Indonesia. Unsur tindakan melanggar hukum oleh klien

adalah unsur tindakan pelanggaran yang dapat dihubungkan dengan entitas yang laporan

keuangannya diaudit, atau tindakan manajemen atau karyawan yang bertindak atas nama

entitas. Pengertian unsur tindakan pelanggaran hukum oleh klien tidak termasuk

pelanggaran perorangan yang dilakukan oleh manajemen dan karyawan entitas yang tidak

berkaitan dengan kegiatan bisnis entitas.

Tindakan melanggar hukum yang dikaitan dengan laporan keuangan sangat

bervariasi.Pada umumnya semakin jauh unsur pelanggaran hukum terpisah dari kejadian

dan transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan, semakin kecil kemungkinan

auditor menyadari atau mengenali adanya unsur tindakan pelanggaran hukum

tersebut.Auditor biasanya mempertimbangkan hukum dan peraturan yang dipahaminya

sebagai hal yang memiliki pengaruh langsung dan material dalam penentuan jumlah-

jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan. Tanggung jawab auditor untuk

mendeteksi dan melaporkan salah saji sebagai akibat adanya unsur tindakan pelanggaran

hukum yang berdampak langsung dan material terhadap penentuan jumlah-jumlah yang

disajikan dalam laporan keuangan adalah sama dengan tanggung jawab auditor untuk

mendeteksi adanya salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
Jika auditor mengetahui akan adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggaran

hukum, maka ia harus berusaha memperoleh informasi tentang sifat pelanggaran, kondisi

terjadinya pelanggaran, dan informasi lain yang cukup mengevaluasi dampak unsur

pelanggaran terhadap laporan keuangan. Jika dimungkinkan, auditor harus memperoleh

keterangan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi daripada tingkat manajemen pelaku

unsur tindakan pelanggaran hukum. Jika manajemen tidak berhasil memberikan

informasi dan keterangan yang memuaskan tentang terjadi atau tidaknya unsur tindakan

pelanggaran hukum, maka auditor harus:

1) Melakukan konsultasi dengan penasihat hukum klien atau ahli lain tentang penerapan

hukum dan peraturan relevan dengan kondisi yang dihadapi sekaligus mengantisipasi

dampaknya terhadap laporan keuangan. Pertemuan konsultasi dengan penasihat

hukum klien harus dengan sepengetahuan dan persetujuan klien.

2) Menerapkan prosedur tambahan, jika diperlakukan, untuk memperoleh pemahaman

lebih baik tentang sifat pelanggaran.

Jika auditor berhasil menyimpulkan, yang didasarkan atas informasi yang

diperolehnya dan dari konsultasi dengan penasihat hukum, bahwa unsur tindakan

pelanggaran hukum mungkin telah terjadi, maka auditor harus mempertimbangkan

dampak pelanggaran tersebut terhadap laporan keuangan demikian juga implikasinya

terhadap aspek-aspek audit yang lain.


BAB III

KESIMPULAN

Sebuah proses audit akan terkait dengan laporan keuangan sebuah perusahaan. Untuk

mendapatkan sebuah hasil audit yang memuaskan dan layak, sebuah perusahaan harus

mempertimbangkan proses pencatatan dan penyajian laporan keuangan yang baik dan sesuai

dengan penggunaan akuntansi yang di terima secara umum. Adapun tujuan dari pengujian

pengujian yang dilakukan adalah diantaranya, pengujian pengendalian akan membantu auditor

dalam mengevaluasi apakah pengendalian atas transaksi sudah cukup efektif guna mendukung

pengurangan penilaian risiko pengendalian, sehingga mengurangi pengujian substantif, serta

menjadi dasar laporan auditor dalam hal penerapan pengendalian internal audit,

Pengujian substantif atas transaksi digunakan untuk memastikan bahwa transaksi yang

dicatat dalam jurnal telah sesuai dengan apa yang diposting di buku besar. Prosedur analitis

digunakan untuk meyakini kelayakan transaksi dan saldo buku besar secara keseluruhan dan

tererakhir, pengujian atas rincian saldo dilakukan untuk meyakini kebenaran atas saldo akun

yang diperiksa dengan menggabungkan keseluruhan pengujian tersebut, auditor akan

memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi secara keseluruhan menyangkut transaksi dan

akun-akun dalam suatu siklus tertentu.


DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.Abdul Halim, M.B.A., Akt. (2008). Auditing 1. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Mulyadi.Auditing. Edisi ke-6 Jakarta: PT Salemba Empat, 2010.

Messier, dkk.Auditing and Assurance Service.Edisi ke-4. Jakarta: PT Salemba Empat, 2005.

AUDIT

Anda mungkin juga menyukai