Auditing adalah Suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi secara
obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi–asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
TIPE AUDITOR
A. Audit Independen
Auditor independn adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat
umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit
tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan.
Profesi auditor independen memperoleh honorarium dari kliennya dalam menjalankan
keahliannya, namun auditor independen harus independen, tidak memihak kepada kliennya.
B. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintaha yang
tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit
– unit organisai atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan
kepada pemerintah. Umumnya yang disebut dengan auditor pemerintah adalah auditor yang
bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan ( BPKP) dan Badan Pemeriksa
Keuangan ( BPK, serta instasi pajak.
C. Auditor intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah
menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah
dipatuhi, menentkan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan
efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi
yang dihasilkan oleh berbagai badan organisasi.
Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA). Dengan demikian, PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing
standar yang tercantum dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan
utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit. Termasuk
dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang merupakan
interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang
diterbitkan oleh Dewan dalam PSA. Standar Atestasi Standar atestasi memberikan rerangka
untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi
yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis, pemeriksaan atas laporan
keuangan prospektif, serta tipe perikatan atestasi lain yang memberikan keyakinan yang lebih
rendah (review, pemeriksaan, dan prosedur yang disepakati).
Standar Umum
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor. Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan
pendapat, auditor harus senatiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan
bidang auditing. Setiap auditor independen yang menjadi penanggungjawab suatu perikatan
harus menilai dengan baik kedua persyaratan tentang pendidikan formal auditor independen
dan pengalaman profesioanl di dalam menentukan luasnya supervisi dan review terhadap
hasil kerja para asistennya.
Standar Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya”. Sebelum menerima perikatan auditor harus yakin apakah kondisi
dimana perikatan pada saat mendekati atau setelah tanggal neraca dapat memungkinkan
auditor untuk melaksanakan audit secara memadai dan memberi pendapat wajar tanpa
pengecualian. Jika kondisi tersebut tidak memungkinkan auditor untuk melakukan audit secar
memadai dan untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian maka ia harus
membahas dengan klien tentang kemungkinan dalam memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian atau tidak memberikan pendapat.
Standar Pelaporan
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Istilah prisnsip akuntansi yang berlaku
umum adalah padanan kata dari frasa generally accepted accounting principle dimana suatu
istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk
membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu pada saat tertentu.
Untuk laporan keuangan yang didistribusikan kepada umum di Indonesia harus disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Tujuan Audit
1. Kelengkapan (Completeness)
2. Ketepatan (Accuracy)
3. Eksistensi (Existence)
4. Penilaian (Valuation)
5. Klasifikasi (Classification)
6. Ketepatan (Accuracy)
7. Pisah Batas (Cut-Off)
8. Pengungkapan (Disclosure)
Manfaat Audit
Bagi Pihak Yang Diaudit
1. Menambah integritas suatu laporan keuangannya sehingga laporan tersebut bisa
dipercaya untuk kepentingan pihak luar entitas seperti pemegang saham, kreditor,
pemerintah dan sebagainya.
2. Mencegah dan menemukan fraud yang dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan
yang diaudit.
3. Memberikan dasar yang dapat lebih dipercaya untuk penyiapan suatu surat
pemberitahuan pajak yang diserahkan kepada pemerintah.
Bagi Anggota Lain Dalam Dunia Usaha
1. Memberikan dasar yang lebih menyakinkan para kreditur atau para rekanan untuk
dapat mengambil keputusan pemberian kredit.
2. Memberikan sebuah dasar yang lebih meyakinkan kepada perusahaan asuransi untuk
dapat menyelesaikan klaim atas kerugian diasuransikan.
3. Memberikan suatu dasar yang terpercaya kepada para investor dan calon investor
untuk bisa menilai prestasi investasi dan kepengurusan manajemen.
Bagi Badan Pemerintah Dan Orang-Orang Yang Bergerak Di Bidang Hukum
1. Memberikan tambahan kejelasan yang sangat independen tentang ketelitian dan
jaminan suatu laporan keuangan.
2. Memberikan sebuah dasar yang independen kepada mereka yang bergerak di bidang
hukum untuk dapat mengurus harta warisan dan harta titipan, menyelesaikan suatu
masalah dalam kebangkrutan dan insolvensi dan menentukan suatu pelaksanaan
perjanjian persekutuan dengan cara semestinya.
3. Memegang peranan yang sangat menentukan dalam mencapai tujuan undang-undang
keamanan sosial.
Tujuan audit dari laporan keuangan yaitu untuk menilai kewajaran atau kelayakan
penyajian laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan. Adapun kelayakan dan kewajaran
ini mengacu pada prinsip akuntansi yang berterima umum dan selanjutnya atas penilaian
tersebut akan tercermin pada opini audit.
Opini audit laporan keuangan ada empat macam, yaitu:
1. Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion), artinya laporan keuangan disajikan
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
2. Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion), artinya laporan keuangan dapat
diandalkan tetapi masih ada beberapa masalah atau pos yang dikecualikan agar tidak
salah dalam mengambil keputusan.
3. Tidak Wajar (Adversed), artinya laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan
standar akuntansi atau ada kesalahan material dalam laporan keuangan tersebut.
4. Tidak Memberikan Pendapatan (Disclaimer), artinya laporan keuangan memiliki
kesalahan yang material dan manajemen membatasi lingkup pemeriksaan sehingga
auditor tidak menemukan bukti yang cukup.
Pemisahan Tanggung Jawab Manajemen dan Auditor
Ada perbedaan tanggung jawab antara auditor independen dengan manajemen:
1. Manajemen bertanggung jawab atas pembuatan dan isi laporan keuangan yang dimuat
dalam asersi atau pernyataan manajemen.
2. Auditor independen bertanggung jawab untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan yang di hasilkan manajemen.
cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas manajemen adalah :
a.Komunikasi dengan auditor pendahulu.
b.Meminta keterangan kepada pihak ketiga.
Informasi tentang integritas manajemen dapat diperoleh dengan meminta keterangan kepada
penasihat hukum, pejabat bank, dan pihak lain dalam masyarakat keuangan dan bisnis yang
mempunyai hubungan bisnis dengan calon klien. Kamar Dagang Indonesia (KADIN) dapat
juga dipakai sebagai sumber informasi untuk mengevaluasi integritas manajemen.
Dalam melakukan audit, auditor menghadapi kemungkinan disajikannya dengan sengaja
laporan keuangan yang tidak benar untuk kepentingan pribadi berbagai anggota manajemen.
c.Melakukan review terhadap pengalaman auditor di masa lalu dalam berhubungan dengan
klien yang bersangkutan.
Mengidentifikasi kondisi khusus dan resiko luar biasa
Elemen penting dari audit melibatkan penilaian risiko salah saji material dalam laporan
keuangan. Akuntan publik juga menaruh perhatian terhadap resiko bisnis auditor (auditor’s
business risk) jika dihubungkan dengan perusahaan yang memiliki masalah keuangan atau
kelangsungan usaha, pihak yang dirugikan dapat menuntut keandalan laporan keuangan.
Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan resiko
luar biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit dari calon klien
dapat diketahui dengan cara :
a.Mengidentifikasi pemakai laporan audit
b.Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien dimasa depan
c.Mengevaluasi kemungkinan dapat/tidaknya laporan keuangan calon klien diaudit
Dalam memperoleh pemahaman atas pengendalian intern auditor menggunakan tiga macam
prosedur audit yakni:
(1) mewawancarai karyawan perusahaan yang berkaitan dengan unsur pengendalian,
(2) melakukan inspeksi terhadap dokumen dan catatan,
(3) melakukan pengamatan atas kegiatan perusahaan. Informasi yang dikumpulkan oleh
auditor dalam melaksanakan prosedur audit tersebut adalah rancangan berbagai kebijakan dan
prosedur dalam tiap – tiap unsur pengendalian dan apakah kebijakan dan prosedur tersebut
benar – benar dilaksanakan. Terdapat lima unsur pokok pengendalian intern yaitu:
lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas
pengendalian, serta pemantauan.
Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang akan
dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa prosedur
audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan audit.
Program audit juga mendokumentasikan strategi audit.
MATERIALITAS, RISIKO AUDIT DAN STRATEGI AUDIT
Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu
dalam pelaksanaan audit. Risiko audit yaitu risiko bahwa auditor secara tidak sadar gagal
untuk menyesuaikan pendapatnya atas laporan keuangan yang salah saji secara material.
Strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau sekelompok asersi.
Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam: pendekatan terutama substantif (primarily
substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran rendah (lower
assessed level of control risk approach).
Unsur Strategi Audit Awal
Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat
unsur berikut ini:
Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.
Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.
Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian.
Tingkat pengujian substantif yang direncakan untuk mengurangi risiko audit ke
tingkat yang cukup rendah
Dalam menentukan strategi audit awal, auditor pada dasarnya menentukan titik berat
pengujian yang akan dilaksanakan oleh auditor: terutama pada pengujian substantif atau
terutama pada pengujian pengendalian.
Jenis – Jenis Strategi Audit
Dua alternatif strategi audit mungkin dikembangkan untuk asersi terkait saldo akun yang
signifikan atau penggolongan transaksi.
1. Primarily substantive approach ( Pendekatan Terutama Substantif )
Auditor mengumpulkan hampir semua bukti audit, dan hampir atau sama sekali tidak
mempercayai Internal Control. Pada dasarnya ada tiga alasan auditor menggunakan
pendekatan ini :
1. Hanya ada sedikit (jika ada) kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang
relevan dengan perikatan audit atas Laporan Keuangan.
2. Kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang berkaitan dengan asersi untuk
akun dan golongan transaksi signifikan tidak efektif.
3. Peletakan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk asersi
tertentu.
2. Lower control risk approach (pengendalian taksiran rendah)
Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau tingkat kepercayaan penuh terhadap
pengendalian internal, akibatnya audit hanya sedikit melaksanakan pengujian substantif.
Dalam memilih alternatif strategi audit tersebut, auditor mempertimbangkan faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Planned assessed level of control risk
2. Luas pemahaman auditor terhadap struktur pengendalian interaln yang dihimpun
3. Test of control yang dilaksanakan dalam menentukan risiko pengendalian
4. Planned assessed level of substantive test yang dilaksanakan auditor untuk
mengurangi risiko audit pada tingkat serendah mungkin.
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam pembuatan
kesimpulan (opini) dibuat. Bukti audit termasuk di dalamnya adalah:
(1). catatan akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan, dan
(2). Informasi lainnya yang berhubungan/terkait dengan catatan akuntansi dan pendukung
alasan logis dari auditor tentang laporan keuangan yang layak.
Jenis Bukti Audit
Menurut Konrath (2002), bukti audit terdiri atas bermacam fakta dan inferensi yang
mempengaruhi pemikiran seorang auditor atas sebuah penyajian laporan keuangan. Sehingga,
berdasarkan karakteristiknya, terdapat 2 (dua) bentuk bukti audit yakni faktual dan inferensal.
Bukti faktual merupakan bukti yang daripadanya dapat ditarik kesimpulan secara langsung.
Secara umum bukti faktual dianggap lebih kuat dibandingkan bukti inferensial. Berbeda
halnya dengan bukti inferensial, yang tidak secara langsung menghasilkan suatu kesimpulan
bagi auditor. Meski begitu, bukti inferensial memiliki peranan yang cukup penting dan tidak
dapat diabaikan sebab mampu memberikan sinyalemen yang mengarah kepada suatu hal
yang seharusnya menjadi perhatian auditor.
Konrath (2002) juga membagi bukti audit ke dalam 6 (enam) jenis, yakni:
1. Bukti Fisik (Physical Evidence)
2. Bukti Konfirmasi (Evidence Obtained through Confirmation)
3. Bukti Dokumen (Documentary Evidence)
4. Bukti Matematik (Mathematical Evidence)
5. Bukti Analitik (Analytical Evidence)
6. Bukti Keterangan (Hearsay or Oral Evidence)
Berikut ini adalah sepuluh jenis prosedur audit yang akan dibahas kemudian:
1. Prosedur analitis (analytical procedures)
2. Inspeksi (inspecting)
3. Konfirmasi (confirming)
4. Permintaan keterangan (inquiring)
5. Perhitungan (counting)
6. Penelusuran (tracing)
7. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
8. Pengamatan (observing)
9. Pelaksanaan ulang (reperforming)
10. Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)
Mengevaluasi bukti-bukti yang pada akhirnya untuk mendukung judgment dan kesimpulan
mereka terkait dengan tujuan pemeriksaan. Dalam mengevaluasi bukti, pemeriksa
mempertimbangkan apakah mereka telah memperoleh bukti-bukti yang diperlukan untuk
mencapai tujuan pemeriksaan.
“Kertas kerja adalah berbagai catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur
audit yang ditempuh-nya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan
kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan audit-nya.”
Audit Berkomputer
Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) adalah penggunaan komputer dalam kegiatan
pemeriksaan. TABK merupakan alat yang membantu Auditor dalam mencapai tujuan
pemeriksaan yang mengacu pada prosedur pemeriksaan (audit) yang mengkhusukan untuk
pengujian Data dan Perangkat Lunak. TABK secara sederhana adalah penggunaan komputer
dalam kegiatan audit yang berguna untuk mengumpulkan dan mengevaluasi data berbentuk
elektronik untuk menjadi bukti audit. Untuk dapat memperoleh dan mengevaluasi data dalam
bentuk elektronik, seorang auditor harus mengetahui teknik-teknik untuk mengakses dan
menganalisa data elektronik yang disebut dengan Teknik Audit Berbantuan Komputer.
Manfaat TABK (IAPI, 2011) adalah:
1. Pengujian rincian transaksi dan saldo-seperti, penggunaan perangkat lunak audit untuk
menguji semua (suatu sampel) transaksi dalam file komputer;
2. Prosedur review analitik-seperti, penggunaan perangkat lunak audit untuk
mengidentifikasi unsur atau fluktuasi yang tidak biasa;
3. Pengujian pengendalian (test of control) atas pengendalian umum sistem informasi
komputer-seperti, penggunaan data uji untuk menguji prosedur akses ke perpustakaan
program (program libraries);
4. Pengujian pengendalian atas pengendalian aplikasi sistem informasi komputer -seperti,
penggunaan data uji untuk menguji berfungsinya prosedur yang telah diprogram;
5. Mengakses file, yaitu kemampuan untuk membaca file yang berbeda record-nya dan
berbeda formatnya;
6. Mengelompokkan data berdasarkan kriteria tertentu;
7. Mengorganisasi file, seperti menyortasi dan menggabungkan;
8. Membuat laporan, mengedit dan memformat keluaran;
9. Membuat persamaan dengan operasi rasional logika (contoh:AND; OR; =; < >; <; >; IF).
Definisi SPI
“Struktur Pengendalian Intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b)
efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku.”
Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap rancangan
pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian internal. Pengujian
pengendalian ini, dilaksanakan auditor untuk menilai efektifitas kebijakan atau prosedur
pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan
keuangan.
Pengujian Substantif
Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pengujian substantif menyediakan bukti
mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan.
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur
dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
ATTRIBUTE SAMPLING
Tehnik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaannya adalah untuk
memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam
populasi.
Sampling atribut untuk pengujian pengendalian, meliputi tahap berikut :
1. Menentukan tujuan pengujian audit
2. Menspesifikasi atribut yang akan diperiksa dan kondisi penyimpangan
3. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
4. Menspesifikasikan tingkat penyimpangan yang dapat diterima
5. Menspesifikasikan risk of assessing control risk too low yang dapat diterima
atau acceptable risk of over reliance
6. Mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
7. Menentukan ukuran sampel
8. Menentukan metode pemilihan sampel
9. Melaksanakan prosedur audit
10. Mengevaluasi hasil sampel
VARIABLE SAMPLING
Variable sampling tepat untuk diterapkan auditor, antara lain pada :
a. Observasi dan penilaian persediaan
b. Konfirmasi piutang dagang
c. Cadangan untuk piutang tak tertagih
d. Cadangan persediaan yang rusak
e. Menilai persediaan dalam proses
f. Menilai aktiva tetap dalam public utility company
g. Penilaian umur piutang
PENGERTIAN PDE
Sistem PDE (pemrosesan data elektronik) atau EDP (electronic data processing) adalah
sistem pemrosesan data yang menggunakan teknologi telekomunikasi dan komputer. Sistem
PDE merupakan salah satu hasil pengembangan teknologi yang penting.