Anda di halaman 1dari 10

RANGKUMAN MATA KULIAH

SAP 2
MEMAHAMI STANDAR AUDITING

Dosen Pembimbing : Dr. Drs. I Dewa Gede Dharma Suputra, M.Si.,Ak


Mata Kuliah : Pengauditan I (EKA 439 AP)

Oleh :
KELOMPOK 5
Nama Anggota Kelompok :

Ni Luh Gede Dandy Adi Pratiwi 1607531011


Ni Putu Novia Triana Dewi 1607531022
A.A Sagung Intan Kusuma Dewi 1607531023
Pande Putu Gayatri Maharani 1607531027
Putu Adhisty Prajna Putri 1607531030

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN 2017/2018
1. Standar Auditing

Standar auditing merupakan standar atau aturan atau kriteria yang ditetapkan dan
disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), meliputi 10 standar audit yang
menjadi pedoman auditor dalam melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan yang
dikelompokkan dalam 3 standar. yaitu standar umum (general standards), standar pekerjaan
lapangan (standards of field work) dan standar pelaporan (standards of reporting). Secara
keseluruhan kesepuluh standar tersebut menetapkan kualitas pelaksanaan kerja dan tujuan
keseluruhan yang harus dicapai dalam suatu audit laporan keuangan. Oleh karena itu standar
auditing tersebut digunakan sebagai ukuran untuk menilai pekerjaan auditor.

Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar
auditing terdiri dari 10 standar yang dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing
(PSA). PSA memberikan penjelasan lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum
dalam standar auditing.

1.1 Pernyataan Standar Auditing (PSA)

Standar auditing dijelaskan di dalam PSA adalah ketentuan-ketentuan dan


pedoman utama yang harus diterapkan oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan
audit nantinya. Sebelum suatu PSA diterbitkan, terlebih dahulu disebarkan secara luas
naskah dari usulan pernyataan yang diterbitkan (exposure draft). Naskah tersebut
dikirimkan ke kantor – kantor akuntan publik, badan – badan seperti Bapepam, para
akuntan pendidik, dan pihak – pihak lainnya, untuk mendapat tanggapan. Naskah
beserta semua tanggapan yang masuk, oleh Dewan Standar Audit selanjutnya dibawa
pada diskusi terbuka yang diselenggarakan sebelum usulan pernyataan disahkan.
Setelah disahkan, PSA beserta interpretasinya dikodifikasikan dan diberi nomor
dengan singkatan SA.

Di dalam PSA terdapat Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) yang


merupakan interpretasi yang resmi dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan yang
ada di dalam PSA. IPSA dapat memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan
dari penafsiran ketentuan yang dimuat dalam PSA yang artinya interpretasi ini lebih
lanjut dan luas dari berbagai ketentuan di dalam PSA. Kepatuhan terhadap PSA yang
disahkan oleh IAPI bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI.
1.2 Standar Umum (general standards)

Standar umum berhubungan dengan kualifikasi auditor dan kualifikasi pekerjaan


auditor. Standar umum terdiri atas tiga buah standar :

a. Keahlian dan Pelatihan Cukup Sebagai Auditor (Competence)

Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapa,


seorang auditor diharapkan senantiasa bertindak sebagai seorang yang ahli dalam
bidang akuntansi dan pada bidang audit. Keahlian auditor bisa didapat melalui
pendidikan formal ditambah dengan pengalaman-pengalaman yang didapatkan saat
mengikuti pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan ini harus cukup mencakup aspek
teknis maupun pendidikan teknis yang cukup.

Auditor junior atau asisten auditor yang baru memasuki karir bidang auditing
harus mendapatkan pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi
yang memadai serta review atas pekerjaan yang diterima dari atasan yang lebih
berpengalaman. Akuntan publik yang bertanggung jawab atas suatu penugasan,
harus menggunakan pertimbangan matang dalam setiap tahap pelaksanaan
supervise dan dalam review terhadap hasil pekerjaan dan pertimbangan –
pertimbangan yang dibuat asistennya.

Pelatihan yang didapatkan mencakup pelatihan kesadaran untuk secara terus


menerus mengikuti perkembangan yang terjadi pada bidang bisnis dan profesinya.
Auditor harus mempelajari, memahami dan menerapkan ketentuan baru dalam
prinsip akuntansi dan standar auditing yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia. Standar ini dapat disederhanakan menjadi berikut, audit harus
dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
cukup sebagai auditor.

b.Independensi dalam Sikap Mental (Independence)

Pada standar ini mewajibkan bagi auditor bersikap independen dalam arti
seorang auditor tidak boleh dipengaruhi oleh oknum tertentu karena pekerjaannya
sangat berguna untuk kepentingan umum (berbeda dalam hal ia berpraktik sebagai
auditor intern).
Masyarakat umum pun memberikan kepercayaan atas sikap independensi auditor
yang sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Namun
independensi dalam hal ini tidak berarti sebagaimana sikap seoarang penuntut
dalam perkara pengadilan, tetapi lebih dapat disamakan dengan sikap tidak
memihaknya seorang hakim. Auditor mengakui kewajaran tidak hanya dari sudut
pandang manajemen dan pemilik perusahaan, tetapi juga dari sudut kreditur dan
pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan
auditor, seperti calon – calon pemilik dan calon kreditur.

Sikap intelektual dan jujur sangat dijunjung tinggi sebagai profesi auditor.
Profesi akuntan publik telah menetapkan aturan yang disebut sebagai Kode Etik
Akuntan Indonesia agar setiap anggota menjaga diri dari kehilangan kepercayaan
dan persepsi independensi dari masyarakat. Sebenarnya sikap independensi secara
intristik adalah masalah mutu pribadi, sehingga bukan merupakan aturan yang
dirumuskan untuk diuji secara objektif.

c. Menggunakan keahlian profesionalnya dalam melaksanakan pelaksanaan audit


dan pelaporan dengan cermat dan seksama (Due Professional Care)

Penggunaan keahlian profesional menekankan tanggung jawab setiap


professional yang bekerja dalam kantor akuntan publik untuk mendalami standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan dengan sebaik - baiknya. Seorang
auditor juga harus memiliki tingkat keterampilan yang dimiliki oleh setiap auditor
pada umumnya dan diharuskan menggunakan keterampilan yang dimiliki dengan
kecermatan dan keseksamaan yang wajar. Misalnya, kecermatan dan keseksamaan
dalam hal kertas kerja audit mengharuskan bahwa isinya cukup menunjang
pendapat yang diberikan oleh auditor dan penyajiannya harus mengikuti pedoman
yang tercantum dalam standar auditing. Oleh karena itu auditor dituntut untuk
memiliki sikap professional dan keyakinan dalam mengevaluasi bukti audit.

2. Standar Pekerjaan Lapangan


Seperti tersirat dari namanya, stndar ini terutama berhubungan dengan pelaksanaan audit
di tempat bisnis klien atau di lapangan. Standar ini juga terdiri dari 3 butir standar yang
intinya adalah sebagai berikut :
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
Agar audit dapat berjalan dengan efisien dan efektif, maka audit harus direncanakan
dengan sebaik-baiknya. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh
pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas, dan saat perencanaan
bervariasi sesuai dengan ukuran dan kompleksitas satuan dan saat perencanaan bervariasi
sesuai dengan ukuran dan kompleksitas satuan usaha, pengalaman mengenai satuan
usaha, dan pengetahuan tentang bisnis satuan usaha.
Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian tujuan
audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervise adalah memberikan
instruksi kepada asisten, mereview pekerjaan yang dilaksanakan, dan menyelesaikan
perbedaan pendapat di antara staf audit kantor akuntan. Luasnya supervise yang memadai
bagi suatu keadaan tergantung pada banyak faktor, termasuk kompleksitas masalah dan
kualifikasi orang yang melaksanakan audit.

b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh


untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
akan dilaksanakan.
Struktur pengendalian intern merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
audit. Keandalan data keuangan yang dihasilkan sistem akuntansi dan terjaga tidaknya
keamanan aset sangat ditentukan rancangan dan keefektifan struktur pengendalian
internal. Oleh karena itu, auditor harus mempunyai pemahaman yang memadai mengenai
struktur pengendalian intern klien untuk merencanakan audit. Pemahaman mengenai
struktur pengendalian intern klien akan digunakan untuk:
 Mengidentifikasi salah saji yang potensial.
 Mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material.
 Merancang pengujian substantif.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Audit harus menghimpun evidential matter (hal-hal yang bersifat membuktikan) dan
tidak sekedar evident atau bukti konkrit sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan klien. Yang dimaksud dengan evidential matter misalnya pengetahuan
yang ada di pikiran auditor mengenai uang yang sebenarnya dikeluarkan untuk membeli
suatu aktiva. Ukuran keabsahan (validitas) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung
pada pertimbangan auditor. Dalam hal ini bukti audit berbeda dengan bukti hukum yang
diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya
terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas
laporan keuangan yang diauditnya. Ketepatan sasaran, obyektif, ketepatan waktu, dan
keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh
terhadap kompetensi bukti.

3. Standar Pelaporan
Terdapat empat buah standar pelaporan yang harus dipenuhi oleh auditor dalam
melaporkan hasil audit. Pernyataan standar audit (PSA) tersebut telah diterbitkan IAI
untuk membantu para auditor dalam memenuhi standar-standar tersebut. Adapun standar
pelaporan yang harus dipenuhi oleh auditor adalah sebagai berikut :

a. Laporan Keuangan Disusun Sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum


Standar pelaporan yang pertama adalah seorang auditor diharuskan untuk
menggunakan prinsip akuntansi yang berlaku umum sebagai kriteria untuk
mengevaluasi asersi-asersi dalam laporan keuangan manajemen. Prinsip akuntansi
yang berlaku umum yang dimaksudkan disini tidak hanya meliputi prinsip dan
praktik akuntansi, melainkan juga metode penerapannya.

b. Konsistensi dalam Penerapan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum


Standar selanjutnya adalah seorang auditor diharuskan secara eksplisit
menyebutkan dalam laporannya keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak
diterapkan secara konsisten dalam laporan keuangan periode sekarang dalam
hubungannya dengan periode sebelumnya. Penerapan standar ini nantinya
diharapkan m dapat memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan
di antara dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi,
dan auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya.

c. Pengungkapan Memadai dalam Laporan Keuangan


Standar pengungkapan ini menyangkut pengungkapan informative yang memadai
dalam laporan keuangan atas hal-hal material. Hal-hal material disini mencakup
bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan, serta catatan atas laporan keuangan yang
meliputi; istilah yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsur dalam
laporan keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan untuk menghasilkan jumlah yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.

d. Pernyataan Pendapat
Standar yang terakhir ini mengharuskan auditor untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan sebagai keseluruhan, atau pernyataan bahwa pendapat demikian
tidak dapat diberikan.

4. Hubungan Antara Standar Auditing dengan Prosedur Auditing

Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “Prosedur” menyangkut langkah


yang harus dilaksanakan selama audit berlangsung. Prosedur auditing penerapannya berbeda-
beda pada klien yang satu dengan klien lainnya, karena adanya perbedaan dalam besar
kecilnya perusahaan yang diaudit, karakteristik, dan sifat kompleksitas operasinya.
Sedangkan “standar” berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan serta dikaitkan
dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang bersangkutan.
Standar auditing mencakup mutu profesional (professional qualities) akuntan publik dan
pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan
auditor. Standar auditing berlaku sama pada setiap audit laporan keuangan. Jadi standar
auditing berbeda dengan prosedur auditing.

Institut Akuntansi Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi profesi berkewajiban


untuk menetapkan standar auditing. Untuk melaksanakan tugas tersebut IAPI membentuk
Dewan Standar yang ditetapkan sebagai badan teknis senior dari IAPI untuk menerbitkan
pernyataan-pernyataan tentang standar auditing.

Laporan auditor merupakan alat formal yang digunakan auditor dalam


mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Di dalam menerbitkan suatu laporan audit, auditor harus mematuhi
keempat standar pelaporan dalam standar auditing.
Laporan audit bentuk baku merupakan laporan yang paling sering diterbitkan oleh
akuntan publik. Laporan ini memuat pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion) yang mengandung arti bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam
semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas suatu satuan usaha semua
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kesimpulan ini dibuat hanya bilamana auditor
telah merumuskan pendapat demikian berdasarkan suatu audit yang dilaksanakan sesuai
dengan standar auditing.
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, AI. Haryono. 2001. Auditing. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN: Yogyakarta.

Makruf, Sandy. Standar Umum Audit (3 Point Penjelasan). 11 Februari 2018.


http://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/standar-umum-audit-3-point-penjelasan/.

Anda mungkin juga menyukai