Laporan Standar
Sebagai dasar dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporan audit.
Memberi jaminan keyakinan akan kualitas jasa audit
yang dilakukan oleh auditor.
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau
lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.
Standar Umum 1 :Jadi dalam melaksanakan audit
sampai dengan memberikan pernyataan, harus
dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian di bidang
akuntansi dan bidang auditing. Maka dari itu tidak
dapat sembarang orang untuk melakukan tugas audit.
Untuk mencapai keahlian tersebut seorang auditor
harus menempuh pendidikan formal, selain itu juga
ditambah dengan pengalaman-pengalaman mengenai
praktik audit, dan juga menjalankan pelatihan teknis
yang cukup. Pendidikan formal ini sebagai contoh:
Pendidikan Akuntansi, Ujian Negara Akuntansi, dan
Bersertifikat. Selain dengan pendidikan formal juga
ada pelatihan, maksudnya itu adalah untuk
mengetahui perkembangan dunia bisnis (belajar peka
terhadap bisnis).
Dalam melaksanakan audit sampai pada suatu pernyataan
pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli
dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian
tersebut dimulai dari pendidikan formal ditambah dengan
pengalaman-pengalaman dalam praktik audit dan menjalani
pelatihan teknis yang cukup. Asisten junior yang baru masuk dalam
karir auditing harus memperoleh pengalaman profesionalnya
dengan mendapatkan supervisi yang memadai dan review atas
pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman.
Pelatihan yang dimaksudkan disini, mencakup pula pelatihan
kesadaran untuk secara terus-menerus mengikuti perkembangan
yang terjadi dalam bidang bisnis dan profesinya. Ia harus
mempelajari, memahami, dan menerapkan ketentuan-ketentuan
baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Standar Umum 2 :→ Seorang auditor itu harus
independen, tidak mempunyai hubungan
apapun dengan klien. Entah itu kekerabatan
atau hubungan spesial lainnya. Mengapa
demikian? Supaya auditor tersebut dapat
memberikan pendapatnya dengan semestinya.
Selain itu juga agar auditor tidak mudah
terpengaruh, karena pekerjaan sebagai auditor
itu untuk kepentingan umum. Dengan
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat
mengenai independensi auditor maka sangat
penting bagi pengembangan profesi akuntan
publik. Untuk menjadi independen, kuncinya
itu adalah harus secara intelektual jujur.
Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor,
yaitu sebagai berikut.
(1) Independence in fact (independensi dalam fakta)
Artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang
tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
(2) Independence in appearance (independensi dalam
penampilan)
Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor
sehubungan dengan pelaksanaan audit.
(3) Independence in competence (independensi dari
sudut keahliannya)
Independensi dari sudut pandang keahlian terkait erat
dengan kecakapan profesional auditor.
Standar Umum 3 : → Hal ini untuk
menekankan tanggung jawab setiap
profesional yang bekerja dalam suatu
organisasi auditor. Seorang auditor itu harus
memiliki ketrampilan yang umumnya itu
dimiliki oleh para auditor, dan juga auditor
harus menggunakan ketrampilan tersebut
dengan kecermatan dan keseksamaan yang
wajar. Oleh sebab itulah, seorang auditor
dituntut untuk memiliki sikap profesionalisme
dan keyakinan untuk mengevaluasi bukti audit.
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya
dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas Pengendalian Intern
harus diperoleh unutk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
3. Bukti Audit kompeten yang cukup harus
diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai
dasar memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keungan yang diaudit.
Standar Pekerjaan Lapangan 1 : → Supaya audit
tersebut dapat dikatakan efektif dan efisien, maka
audit tersebut harus direncanakan dengan baik. Dapat
berupa pengembangan dari strategi audit yang akan
digunakan, serta rancangannya apa yang akan
digunakan dalam melakukan audit tersebut. Dalam
melakukan supervisi juga harus dilakukan dengan
benar ini merupakan hal yang sangat penting, karena
tidak semua kegiatan program audit dapat dilakukan
sepenuhnya oleh auditor, dapat pula program audit
tersebut dilaksanakan oleh asisten staf yang memiliki
pengalaman yang terbatas. Namanya saja asisten staf,
pasti pengalaman yang dimiliki tidak sebanyak
pengalam auditor. Maka dari itulah diperlukan
supervisi yang tepat.
Standar Pekerjaan Lapangan 2 : →
Pengendalian intern ini sangat penting untuk
merencanakan audit. Karena pengendalian
intern yang dirancang oleh auditor dapat
melindungi aset klien dan tentu saja akan
menghasilkan informasi keuangan yang andal
terpercaya. Oleh sebab itulah, hal ini
merupakan yang sangat mendasar bagi seorang
auditor untuk memahami struktur
pengendalian intern, sehingga akan dihasilkan
sebuah rencana audit yang efektif dan efisien.
Standar Pekerjaan Lapangan 3 : → Hal ini
merupakan tujuan akhir dari standar pekerjaan
lapangan. Untuk memenuhi standar ini maka
diperlukan penggunaan pertimbangan
profesional dalam menemukan bukti audit
kompeten yang cukup. Bukti audit itu sangat
bervariasi yang akan berpengaruh dalam
penarikan kesimpulan yang ditarik oleh auditor
independen dalam memberikan pendapatnya
atas laporan keuangan yang telah diaudit oleh
auditor independen tersebut.
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor
Mengatur tentang persyaratan yang harus dipenuhi auditor
dalam menerbitkan laporan audit.
Kesesuaian dengan PABU
Tolok ukur kesesuaian:
Metode penilaian (valuation method)
Penjelasan (disclosures)
Pengklasifikasian (classification)
Inkonsistensi
Pengungkapan yang memadai
Pernyataan pendapat
Standar Pelaporan 1 : → Dalam standar
pelaporan yang pertama ini, jadi laporan
keuangan yang telah diaudit tidak
mengharuskan sesuai dengan faktanya. Namun,
apakah laporan keuangan yang telah diaudit
tersebut sesuai tidak dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
Standar Pelaporan 2 : → Jadi penerapan
prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan harus konsisten
dengan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode
sebelumnya. Standar ini, itu di susun untuk
meningkatkan daya banding laporan keuangan
dari satu periode ke periode yang lain.
Standar Pelaporan 3 : → Maksudnya yaitu
auditor harus mempertimbangkan kembali
apakah ada hal-hal tertentu yang masih harus
untuk diungkapkan yang berhubungan dengan
fakta yang diketahui oleh auditor pada saat
auditor tersebut melakukan audit terhadap
laporan keuangan klien. Dalam pertimbangan
ini apakah informasi yang diterima dari klien
itu cukup atau tidak. Ataukah memerlukan
informasi yang lebih. Maka dari itu diperlukan
suatu kepercayaan antara auditor dengan
klien.
Standar Pelaporan 4 : → Dalam standar
pelaporan yang terakhir ini, seorang auditor
harus memberikan pendapatnya mengenai
laporan keuangan klien. Kerena ini merupakan
tanggung jawab sebagai auditor.
Dalam poin standar 4, Tujuan standar pelaporan adalah untuk
mencegah salah tafsir tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan: