Anda di halaman 1dari 9

Tugas Pertemuan II

1. Apa yang dimasud dengan standar auditing dan sebutkan kegunaannya bagi auditor
independen
2. Standar auditing terdiri dari 3 standar dengan 10 PSA (pernyataan standar auditing).
Pertanyaannya adalah tentang apa yang diatur dalam norma umum dan sebutkan
bunyi ke 3 PSA standar umum tersebut;
3. Jelaskan apa yang anda ketahui mengenai PSA 1
4. Kapan auditor dikatakan independence
5. Apa yang perlu diperhatikan auditor independen dalam rangka menekan atau
menghindari kemungkinan ketidak independenan auditor. menurut Mautz dan
Sharaf
6. Auditor independen harus melaksanakan tugasnya dengan cermat dan seksama
(PSA3). Bagaimana auditor mewujudkan kecermatan dan leseksamaan
7. Apa yang dimaksud dengan Due Professional Care

JAWABAN
1) Auditing adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan asersi atau peryataan tentang
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk
memastikan derajat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Adanya tindakan audit sangat berguna untuk menambah
integritas laporan keuangan yang bisa dipercaya untuk kepentingan pihak luar
seperti pemegang saham, kreditor, pemerintah, dan lain-lain. Selain itu, audit
bisa mencegah fraud yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang
diaudit.
2) Pernyataan Standar Auditing (PSA)

Standar audit menurut PSA adalah ketentuan-ketentuan dan pedoman utama


yang harus diterapkan oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan audit
nantinya.

Kepatuhan terhadap PSA yang disahkan oleh IAPI bersifat wajib bagi seluruh
anggota IAPI.

Di dalam PSA terdapat Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) yang


merupakan interpretasi yang resmi dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan
yang ada di dalam PSA.

Standar audit terbagi menjadi 3 bagian diantaranya Standar Umum, Standar


Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan.

Baca Juga: Audit Manajemen


Daftar Standar Audit
Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang


mempunyai keahlian dan pelatihan teknis yang memadai sebagai
auditor.

Seorang auditor diharapkan senantiasa bertindak sebagai seorang yang ahli


dalam bidang akuntansi dan pada bidang audit.

Keahlian auditor bisa didapat melalui pendidikan formal ditambah dengan


pengalaman-pengalaman yang didapatkan saat mengikuti pelatihan teknis
yang cukup.

Auditor junior atau asisten auditor yang baru memasuki karir bidang auditing
harus mendapatkan pengalaman profesionalnya, dengan mendapatkan
pelatihan yang memadai serta review atas pekerjaan yang diterima dari
atasan yang lebih berpengalaman.

Mencakup pelatihan kesadaran, untuk secara terus menerus mengikuti


perkembangan yang terjadi pada bidang bisnis dan profesinya.

Auditor harus mempelajari memahami dan menerapkan ketentuan baru,


dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang telah ditetapkan oleh
Ikatan Akuntansi Indonesia.

2. Auditor harus mempertahankan mental dari segala hal yang


berhubungan dengan perikatan, independensi.

Auditor harus bersikap independen.

Auditor tidak boleh dipengaruhi oleh oknum tertentu, karena pekerjaannya


sangat berguna untuk kepentingan umum.

Masyarakat umum memberikan kepercayaan atas sikap independensi auditor,


yang sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.

Sikap intelektual dan jujur sangat dijunjung tinggi sebagai profesi auditor.

Profesi akuntan publik telah menetapkan aturan yang disebut sebagai Kode
Etik Akuntan Indonesia, agar setiap anggota menjaga diri dari kehilangan
kepercayaan dan persepsi independensi dari masyarakat.

Sebenarnya sikap independensi secara intristik adalah masalah mutu pribadi,


sehingga bukan merupakan aturan yang dirumuskan untuk diuji secara
objektif.
3. Auditor wajib menggunakan keahlian profesionalnya, dalam
melaksanakan pelaksanaan audit dan pelaporan dengan cermat
dan seksama.

Penggunaan keahlian profesional menekankan tanggung jawab setiap


professional yang bekerja dalam organisasi auditor.

Auditor harus memiliki tingkat keterampilan dan harus menggunakan


keterampilan yang dimiliki dengan kecermatan dan keseksamaan yang wajar.

Auditor dituntut untuk memiliki sikap professional dan keyakinan dalam


mengevaluasi bukti audit.

Baca Juga:
BERITA YANG DISARANKAN

Siapa yang Menderita Diabetes Baca Segera sebelum Dihapus


Herbal GlucoActive

Anda Wajib Minum Ini! Agar Tensi 120/80 dan Pembuluh Darah
Bersih
Tensilab
Tak Perlu Laser jika Mata Mulai Kabur! Ternyata Cukup Lakukan
Ini
Eyelab

Standar Akuntansi Keuangan

Standar Pekerjaan Lapangan

4. Sebagai tenaga professional, seluruh pekerjaan harus


direncanakan dengan sebaik-baiknya dan apabila menggunakan
asisten maka harus disupervisi dengan semestinya.

Penyerahan tanggungjawab dan penunjukkan secara dini auditor independen,


akan memberikan banyak sekali manfaat bagi auditor dan klien.

Semakin dini auditor ditunjuk, maka akan memberikan kemantapan bagi


auditor untuk merencanakan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan
sedemikian rupa.

Sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan cepat dan efisien,


bisa selesai tepat waktu.

5. Pemahaman yang memadai atas pengendalin intern

Pemahaman mendalam tentang pengendalian internal, harus dimiliki oleh


auditor.

Untuk merencanakan audit, dengan melaksanakan prosedur dan memahami


desain pengendalian yang relevan, dengan audit atas laporan keuangan.

Dapat mengetahui apakah pengendalian internal tersebut dapat dioperasikan.


6. Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi
pengamatan

Pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas


laporan keuangan adalah meliputi usaha untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti audit.

Bukti audit bersifat sangat variatif atas pengaruhnya terhadap kesimpulan


yang ditarik oleh auditor independen.

Guna memberikan pernyataan pendapat (opini) atas laporan keuangan yang


diaudit.

Objektivitas, relevansi, ketepatan waktu dan kelengkapan bukti lain, yang


dapat menguatkan kesimpulan seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi
bukti.

Standar Pelaporan

7. Laporan audit harus menyatakan bahwa, laporan keuangan telah


disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

Standar pelaporan yang pertama ini tidak mengharuskan auditor menyatakan


tentang fakta (statement of fact).

Standar tersebut mewajibkan auditor untuk memberikan pernyataan


(pendapat) mengenai, apakah penyusunan laporan keuangan sudah
dilaksanakan dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
secara umum.

Prinsip akuntansi yang berlaku umum (generally  accepted accounting


principles) ini mencakup konvensi, aturan dan prosedur yang dibutuhkan,
untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku secara umum pada wilayah
dan waktu tertentu.

8. Hasil laporan auditor harus menunjukkan, apabila ada


ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi, dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dengan penerapan
pada periode sebelumnya.

Standar ini disebut juga sebagai standar konsistensi, yang bertujuan menuntut
auditor independen untuk memahami antara konsistensi dengan daya
banding laporan keuangan.

Apabila terjadi kurangnya konsistensi maka penerapan prinsip akuntansi


dapat menyebabkan kurangnya  daya banding laporan keuangan.
Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika
daya banding laporan keuangan diantara kedua periode secara material oleh
perubahan prinsip akuntansi.

Maka auditor akan mengungkapkan perubahan yang terjadi dalam


laporannya.

Caranya dengan menambahkan di paragraph pendapat sebuah paragraph


penjelasan.

9. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan, harus


dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.

Penyajian laporan keuangan, yang berisi pengungkapan informasi yang


sesuai dengan prinsip akuntansi yang memadai atas hal material, yang
meliputi bentuk, susunan, isi laporan keuangan serta catatan atas laporan
keuangan.

Auditor harus dapat memastikan beberapa hal tertentu yang diungkapkan


sehubungan dengan keadaan serta fakta-fakta yang diketahui saat
dilaksanakan audit.

Auditor dapat mempertimbangkan pengungkapan melaui informasi yang


diterima oleh kliennya atas dasar kepercayaan bahwa seorang auditor akan
merahasiakan informasi tersebut.

Auditor harus dapat mempertanggungjawabkan dan mempertahankan


kepercayaan tersebut karena akan sulit untuk memperoleh informasi yang
diperlukan untuk menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan.

10. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat,


mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan yang demikian tidak bisa diberikan.

Apabila pendapat dari keseluruhan tidak bisa diberikan maka alasannya harus
ditanyakan, laporan auditor harus menyajikan petunjuk yang jelas tentang
pekerjaan audit yang berhasil dilaksanakan.

Standar pelaporan ini bertujuan untuk mencegah kesalahan penafsiran tingkat


tanggungjawab oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan
keuangan.

Disebut terkait dengan laporan keuangan adalah jika akuntan memberikan


izin namanya dalam suatu dokumen, laporan atau komunikasi tertulis.

Apabila seorang akuntan menyerahkan hasil laporan keuangan yang


dibuat/disusunnya kepada pihak lain maka akuntan tersebut dianggap terkait
dengan laporan keuangan meskipun akuntan tidak menuliskan namanya pada
dokumen/laporan tersebut.

3) PSAK No. 1 menetapkan seluruh persyaratan yang berguna untuk


menyajikan laporan keuangan untuk kebutuhan umum, yang
menguraikan pedoman untuk strukturnya, dan mendasari persyaratan
minimum atas isinya dan pengungkapannya. Tujuan PSAK No. 1
adalah untuk memastikan informasi yang dapat diperbandingkan
dengan menyajikan laporan keuangan entitas periode sebelumnya dan
dengan menyajikan laporan keuangan entitas lainnya.

4)  independensi merupakan sikap mental yang harus dipertahankan oleh


seorang auditor yang bebas dari  pengaruh pihak lain, dan tidak berpihak.
Akan tetapi, sikap mental yang dimaksudkan di sini adalah sikap yang tidak
mengandung arti bahwa seorang auditor harus bersikap seperti penuntut
umum. Maka jelas bahwa seorang auditor harus lurus tidak berpihak kepada
siapapun, selain memihak kepada kebenaran sesuai dengan pertimbangan
keahliannya. Dengan demikian seorang auditor dikatakan independen jika
dapat melaksanakan tugasnya dengan bebas (tanpa ada pengaruh) dan
objektif.

5) Mautz dan Sharaf dalam Sri Trisnaningsih (2007:10) mengemukakan


bahwa independensi akuntan publik juga meliputi independensi praktisi
(practitioner independence) dan independensi profesi (profession
independence). Independensi praktisi berhubungan dengan
kemampuan praktisi secara individual untuk mempertahankan sikap
yang wajar atau tidak memihak dalam perencanaan program,
pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil
pemeriksaan. Independensi ini mencakup tiga dimensi, yaitu:

1. Independensi program audit

2. Independensi investigatif

3. Independensi pelaporan

Adapun penjelasan dari dimensi independensi di atas adalah sebagai berikut:

1. Independensi Program Audit

Bebas dari kontrol atau pengaruh yang tidak semestinya dalam


pemilihan teknik dan prosedur audit dan sejauh mana penerapannya.
Ini mensyaratkan bahwa auditor memiliki kebebasan untuk
mengembangkan program sendiri, baik dalam menetapkan langkah-
langkah untuk dimasukkan dan jumlah pekerjaan yang harus dilakukan,
dalam batas-batas perikatan. Berikut indikator untuk mengukur
independensi program audit:
• Bebas dari intervensi manajerial dalam menentukan, mengeliminasi
atau memodifikasi bagian-bagian tertentu dalam audit.

• Bebas dari intervensi pihak lain untuk menyusun prosedur yang dipilih.

 Bebas dari usaha-usaha pihak lain untuk menentukan subjek


pemeriksaan

2. Independensi Investigatif

Bebas dari kontrol atau pengaruh yang tidak semestinya dalam


pemilihan daerah, aktivitas, hubungan pribadi, dan kebijakan manajerial
dalam pemeriksaan.

Berikut indikator untuk mengukur independensi investigatif:

• Dapat langsung dan bebas mengakses informasi yang berhubungan


dengan kegiatan, kewajiban, dan sumber-sumber bisnis auditee.

• Manajerial dapat bekerja sama secara aktif dalam proses


pemeriksaan.

• Bebas dari upaya manajerial perusahaan untuk menetapkan kegiatan


apa saja yang akan diperiksa.

• Bebas dari kepentingan pribadi maupun pihak lain yang dapat


membatasi kegiatan pemeriksaan.

3. Independensi Pelaporan

Bebas dari kontrol atau pengaruh yang tidak semestinya dalam


menyatakan fakta-fakta yang diungkapkan dalam pemeriksaan atau
dalam memberikan rekomendasi dan pendapat sebagai hasil dari
pemeriksaan. Berikut indikator untuk mengukur independensi
pelaporan:

• Bebas dari kepentingan pihak lain untuk memodifikasi pengaruh fakta-


fakta yang dilaporkan.

• Menghindari praktik yang dapat menghilangkan kejadian yang penting


dalam laporan formal.

• Pelaporan hasil audit bebas dari bahasa yang dapat menimbulkan


multi tafsir.

• Tidak ada usaha pihak lain yang dapat mempengaruhi pertimbangan


pemeriksaan terhadap isi laporan.
Berdasarkan dimensi independensi di atas dapat disimpulkan bahwa
auditor harus mempunyai sikap tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal
yang mengganggu dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya
dalam pemeriksaan. Auditor harus mempunyai sikap jujur tidak hanya
kepada manajemen dan pemilik perusahaan, agar masyarakat tidak
meragukan integritas, objektivitas, dan skeptisisme profesionalnya.

6) Auditor dalam melaksanakan tugas harus menggunakan keahliannya


dengan cermat, direncanakan dengan baik. Selain itu menggunakan
pendekatan yang sesuai, dan memberikan pendapat berdasarkan bukti
yang cukup dan dikaji secara mendalam. Institusi audit harus
melakukan pengendalian mutu yang memadai, organisasinya ditata
dengan baik. Selain itu juga, diikutsertakan dalam pelatihan yang
berkesinambungan, pelaksanaan kegiatannya disupervisi dengan baik,
dan hasil pekerjaannya direview secara memadai. Kecermatan adalah
hal yang harus diterapkan auditor dalam melaksanakan tugasnya.
Dikarenakan, hasil audit yang dilakukan akan berpengaruh pada sikap
yang akan menyandarkan keputusannya pada hasil audit yang
dilakukannya. Maka, auditor harus mempertimbangkan bahwa suatu
saat dia harus mempertanggung jawabkan hasil auditnya. Selain itu,
termasuk apabila dia tidak menemukan kesalahan yang sebenarnya
dalam laporan yang diauditnya, namun tidak berhasil
mengungkapkannya.

7) Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat


dan seksama, due professional care adalah kecermatan seorang
auditor dalam melakukan proses audit. Auditor yang cermat akan lebih
mudah dan cepat dalam mengungkap berbagai macam fraud dalam
penyajian laporan keuangan (Basit, 2013). PSA No.4 SA 201 SPAP
(2011) menjelaskan bahwa prinsip etika profesi prinsip kompetensi dan
kehati-hatian profesional. Prinsip tersebut menjelaskan bahwa, setiap
anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi
kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten
berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling
mutakhir.

Anda mungkin juga menyukai