Anda di halaman 1dari 12

Tugas Mata Kuliah Audit dan Assurances

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN STANDAR AUDITING

Dosen: Dr. R. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si., Ak., CA.

Kelompok 2 :

1. Hamdan Hudana (1620104036)


2. Nilta Zahratal Husna (1620104039)
3. Namirah Sukmawaty (1620104044)

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2021
DAFTAR ISI

i
BAB I
PEMBAHASAN
A. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

• Mampu menerapkan prinsip-prinsip etika berupa integritas, obyektivitas,


kompetensi dan kehatihatian profesional, kerahasiaan, dan perilaku profesional
dalam suatu dilema etika dan menentukan pendekatan yang tepat

• Mampu menjelaskan keuntungan dan kekurangan pendekatan etika


berdasarkan principles-based dan rules-based

• Mampu mengidentifikasi isu etika dan menentukan kapan prinsip etika


diterapkan

• Mampu menganalisis alternatif tindakan yang dapat dilakukan dan


menentukan konsekuensi etika

• Mampu menerapkan persyaratan etika relevan dalam perilaku profesionalisme


yang sesuai dengan standar

• Mampu menjelaskan peran etika dalam profesi dan hubungannya dengan


konsep tanggung jawab social

• Mampu menganalisis keterkaitan antara etika dan ketentuan


perundangundangan yang berlaku, termasuk hubungan antara hukum,
ketentuan peraturan, dan kepentingan public

• Mampu menganalisis konsekuensi perilaku tidak etis terhadap individu,


profesi, dan public

•Kode Etik Profesional Akuntan Publik


• SA 250: Pertimbangan atas Perturan Perundang-Undangan Dalam Audit Atas
Laporan Keuangan;

B. STANDAR AUDITING
• Mampu menjelaskan tujuan dan tahapan dalam suatu audit atas laporan
keuangan sesuai SPAP yang berlaku

Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan

1
lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan
pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh
standar dan dirinci dalam bentuk Standar Perikatan Audit (SPA). Standar Perikatan
Audit (SPA) merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang
tercantum di dalam standar auditing. SPA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama
yang harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan
terhadap SPA yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI.
Termasuk di dalam SPA adalah Interpretasi Standar Perikatan Audit (ISPA), yang
merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan
yang diterbitkan oleh IAPI dalam SPA. Dengan demikian, ISPA memberikan jawaban
atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam
SPA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam SPA. Di
Amerika Serikat, standar auditing semacam ini disebut Generally Accepted Auditing
Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA).

Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.

Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus


disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

2
Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang
dipikul oleh auditor.

C. Harmonisasi dengan standar global

• Mampu menerapkan standar auditing yang relevan, SPAP atau ISA, dan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku dalam suatu audit atas laporan keuangan
Adopsi ISA melalui revisi SPAP oleh IAPI adalah dalam rangka menjalankan amanah
UU No 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Adopsi ISA ini juga untuk merespon
rekomendasi dari World Bank, sekaligus sebagai wujud pelaksanaan komitmen Indonesia
sebagai salah satu anggota dari G-20 yang mendorong setiap anggotanya untuk menggunakan
standar profesi internasional. Adopsi ISA dilakukan dengan melakukan revisi terhadap
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang selama ini digunakan acuan Akuntan
Publik dalam memberikan jasanya. Harapan penerapan ISA ini melalui profesi Akuntan
Publik di Indonesia pada saat memberikan jasa asurans maupun non asurans akan
meningkatkan kepercayaan investor global terhadap kualitas informasi keuangan di
Indonesia. Adopsi ISA merupakan bagian dari globalisasi perekonomian, termasuk
globalisasi pasar uang dan pasar modal.

3
International Standards on Audit (ISA) atau Standar Audit

• SA 200: Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit


Berdasarkan Standar Audit;
Tujuan Audit adalah untuk meningkatkan keyakinan pengguna laporan keuangan
yang dituju. Hal itu dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah
laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
ISA/SA 200

No. Deskripsi SA baru SA yang ada


1. Tujuan Memperoleh keyakinan Untuk menyatakan pendapat
Audit memadai tentang apakah tentang kewajaran, dalam semua
laporan keuangan sebagai hal yang material, posisi
suatu keseluruhan bebas dari keuangan, hasil usaha, perubahan
salah saji material, baik yang ekuitas, dan arus kas sesuai
disebabkan oleh kecurangan dengan Standar Akuntansi
maupun kesalahan, dan oleh Keuangan di Indonesia.
karena itu memungkinkan
auditor untuk menyatakan
opini atas apakah laporan
keuangan disusun, dalam
semua hal yang material,
seusai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang
berlaku; dan menerbitkan
laporan tentang laporan

4
keuangan dan
mengkomunikasikannya
berdasarkan temuan auditor.

• SA 240: Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit
atas Laporan Keuangan;
Tanggungjawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada
dua pihak yaitu yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas dan manajemen. Merupakan
hal penting bahwa manajemen, dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggungjawab atas
tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan yang dapat mengurangi peluang terjadinya
kecurangan, dan pencegahan kecurangan (Fraud Deferrence), yang dapat membujuk
individu-individu agar tidak melakukan kecurangan karena kemungkinan akan terdeteksi dan
terkena hukuman.

• SA 220: Pengendalian Mutu Untuk Audit Atas Laporan Keuangan


Tujuan auditor adalah mengimplementasi prosedur pengendalian mutu pada tingkat
penugasan yang memberikan asurans yang layak bahwa:

 Auditnya mematuhi Standart Profesional serta kewajiban hukum/ketentuan


perundang-undangan yang berlaku dan kewajiban yang ditetapkan regulator.

 Laporan auditor yang diterbitkan, sudah tepat dalam situasi (yang dihadapi).
ISA/SA 220

No. Deskripsi SA baru SA yang ada


1. Tujuan Auditor Mengatur tanggung jawab Diterapkan oleh setiap KAP
tertentu auditor dalam pada semua jasa audit, atestasi,
memperhatikan Prosedur akuntansi dan revivu, dan
Pengendalian Mutu untuk konsultasi yang standarnya
audit atas laporan keuangan telah ditetapkan oleh IAPI
dalam SPAP
2. Tanggung SPM 1 mengatur tanggung KAP dapat menetapkan
jawab atas mutu jawab firm untuk menetapkan tanggung jawab kepada
audit dan memelihara sistem personelnya agar dapat
pengendalian mutu perikatan melaksanakan kebijakan dan
audit prosedur pengendalian
mutunya secara efektif
3. Tanggung Rekan perikatan harus Tidak diatur secara detail
jawab bertanggung jawab atas
kepemimpinan keseluruhan mutu setiap
atas mutu audit perikatan audit yang
ditugaskan kepada rekan ybs
4. Konsultasi Auditor harus memasukkan Tidak diatur secara jelas
dalam dokumentasi audit: keharusan dokumentasi atas

5
sifat dan ruang lingkup, serta konsultasi. SPM menyatakan:
kesimpulan yang ditarik dari, KAP harus merumuskan
konsultasi yang dilakukan kebijakan dan prosedur
selama pelaksanaan perikatan pengendalian mutu mengenai
audit konsultasi

D. Kegagalan audit dan ekspektasi pengguna laporan keuangan yang diaudit


Ikhtisar:
1. Kesenjangan ekspektasi adalah kesenjangan antara pengguna dari laporan asurans
dan perusahaan yang bertanggung jawab perihal laporan tersebut.
2. Terdapat berbagai kesalahpahaman mengenai sifat dari pekerjaan asurans.
3. Kesenjangan ekspektasi telah dipersempit dengan:
a. Meningkatkan laporan audit yang disyaratkan
b. Memasukkan paragraf terkait dengan tanggung jawab direksi/auditor dalam
surat perikatan
c. Peran komite audit, yang bekerja sama dengan auditor

Kesenjangan Ekspektasi
‘Kesenjangan’ yang disebut ini yaitu antara ekspektasi pengguna dari laporan asurans,
terutama laporan audit, dan tanggung jawab legal perusahaan asurans. Sebagai contoh,
pengguna dari laporan keuangan mungkin berekspektasi bahwa perikatan asurans melibatkan
pemeriksaan atas setiap transaksi, sementara perusahaan asurans menilai bahwa pemeriksaan
berdasarkan pengujian sudah cukup.Ini semakin diperparah oleh kebingungan tentang makna
laporan yang diberikan auditor.
Kesalahpahaman yang dibuat oleh pengguna laporan keuangan awam dapat diringkas
sebagai berikut:
a. Banyak yang meyakini bahwa tanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan terletak
pada auditor, bukan pada manajemen.
b. Secara luas dipercaya oleh masyarakat umum bahwa tugas utama auditor yakni untuk
mendeteksi kecurangan, padahal sebenarnya tugasnya yakni untuk membuat sebuah laporan
mengenai apakah laporan keuangan salah saji secara material atau tidak, terlepas dari apakah
salah saji tersebut muncul sebagai akibat dari kecurangan.

6
c. Umumnya para pengguna laporan keuangan juga kurang memiliki persepsi mengenai
konsep materialitas dan meyakini bahwa auditor memeriksa seluruh transaksi yang dilakukan
oleh perusahaan.
d. Publik pada umumnya menganggap bahwa laporan audit yang dilampirkan pada laporan
keuangan berarti bahwa laporan keuangan tersebut ‘benar’, dan bukan hanya berarti bahwa
terdapat keyakinan yang memadai bahwa laporan tersebut memberikan pandangan yang
benar dan wajar.
Mempersempit Kesenjangan Ekspektasi
Berbagai langkah telah diambil untuk mencoba mengurangi kesenjangan ekspektasi:
1. Perluasan laporan audit
SA 700 revisi menyaratkan auditor untuk melaporkan risiko salah saji material yang
diidentifikasi oleh auditor, dan bagaimana auditor telah mengaplikasikan konsep
materialitas. Auditor juga diharuskan untuk memberikan ikhtisar atas ruang lingkup
audit, menunjukkan bagaimana risiko yang diidentifikasikan telah ditangani.
2. Surat perikatan
Ketika perusahaan mengeluarkan surat perikatan, surat tersebut mencakup sebuah
paragraf yang mengingatkan direksi atas tanggung jawab mereka dan menetapkan
tanggung jawab perusahaan (asurans).
3. Tanggung jawab direksi
Persyaratan pelaporan diperluas dengan panduan atas penyusunan laporan audit,
untuk memasukkan pernyataan atas tanggung jawab direksi. Ini berfungsi untuk
membuat tanggung jawab masing-masing dari manajemen dan auditor lebih jelas bagi
pengguna laporan keuangan.
4. Komite audit
Berbagai pernyataan pada prinsip atas tata kelola yang dikembangkan untuk
perusahaan terbuka telah menganjurkan bahwa perusahaan harus membangun komite
audit untuk bekerja sama dengan dan menerima laporan dari baik auditor eksternal
maupun internal. (‘Auditor Internal’ adalah orang-orang yang bekerja untuk
perusahaan dan membantu direksi untuk memastikan bahwa risiko bisnis
diminimalisir. ‘Auditor Eksternal’ adalah frasa yang digunakan untuk
mendeskripsikan mereka yang terlibat di dalam audit independen.) Keberadaan dari
komite audit berfungsi sebagai pengingat atas pembagian tanggung jawab antara
auditor dan manajemen. Pengungkapan yang dibuat di laporan tahunan perusahaan

7
mengenai praktik tata kelolanya harus memuat ulasan mengenai pekerjaan dari komite
auditnya.

Kegagalan audit
Jadi Mengapa Hal-Hal Tersebut Masih Salah?
Terkadang perusahaan gagal. Terkadang orang-orang melakukan kecurangan. Terkadang
orang-orang membuat kesalahan ketika laporan keuangan sedang disusun. Peristiwa-
peristiwa ini tidak pernah menjadi kesalahan auditor – meskipun seperti yang telah kita lihat,
kesenjangan ekspektasi berarti bahwa pengguna dari laporan keuangan tidak harus
memahami hal ini. Terkadang – dan ini cenderung menjadi kasus yang paling sulit –
peristiwa-peristiwa
seperti ini terjadi, auditor tidak mendeteksinya, namun tidak terjadi kegagalan audit.
Bagaimana ini dapat terjadi?
Auditor mungkin tidak bersalah apabila:
a. Dampaknya tidak material; atau
b. Laporan keuangan, meskipun peristiwa tersebut terjadi, masih memberikan
pandangan yang benar dan wajar; atau
c. Prosedur auditor telah secara sesuai direncanakan, dilaksanakan dan
didokumentasikan namun peristiwa tersebut tidak dapat dideteksi untuk beberapa
alasan, mungkin kecurangan yang dilakukan dengan hati-hati atau perubahan yang
mendadak dan dahsyat yang menyebabkan kehancuran perusahaan.
Namun demikian, kehancuran perusahaan memang terjadi dan auditor ternyata lalai
dalam beberapa hal. Jelas, dalam kasus ini, pasti ada yang salah dalam:
a. Merencanakan audit
b. Melakukan audit
c. Menarik kesimpulan dari pekerjaan yang dilakukan
Kegagalan ini biasanya dapat ditelusuri ke satu dari empat penyebab utama:
a. Kegagalan untuk secara tepat menilai risiko audit
b. Kegagalan untuk merespon risiko audit dengan sesuai
b. Kegagalan untuk mengenali dan merespon situasi dimana obyektivitas
auditorterancam
c. Kegagalan untuk mengenali dan merespon situasi di luar area kompetensi auditor

E. Isu hukum

8
Profesi akuntan publik pasti bersinggungan dengan aspek hukum. Dalam kaitannya
dengan aktivitas profesi akuntan publik aspek hukum yang terkait dan kemungkinan
dapat dituntutkan terhadap akuntan publik adalah sebagai berikut:
a. Kelalaian dan Penipuan
Terdapat empat tingkatan kelalaian atau penipuan dalam audit. Perbedaan ini
bermanfaat dalam penjelasan terhadap tuntutan hukum yaitu:
(1) Kelalaian biasa (ordinary negligence), berupa kekurangtelitian atau kurangnya
kesungguhan/keseriusan profesional dari seorang auditor dalam keadaan tertentu.
Kelalaian seorang auditor dapat dievaluasi dengan membandingkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh auditor lain yang kompeten dalam situasi yang sama;
(2) Kelalaian kontribusi (contribution negligence), berupa kekurangtelitian dari pihak
yang dirugikan karena kelalaiannya sendiri. Contoh umum, kegagalan dalam
memberikan informasi yang diperlukan akuntan publik dalam penghitungan SPT
(data yang diberikan klien salah/kurang/tidak relevan). Klien kemudian menggugat
akuntan publik karena penghitungan SPT pajaknya tidak benar. Dalam kasus tersebut
terdapat kelalaian kontribusi dari pihak klien;
(3) Kelalaian kotor (gross negligence), berupa kekurangtelitian dan perilaku ceroboh
yang dilakukan oleh seseorang yang menyebabkan kerugian orang lain; dan
(4) Kecurangan (fraud), berupa kesalahan yang disengaja untuk menipu atau
merugikan pihak lain. Ciri penting dari penipuan adalah niat dari si pelaku. Contoh,
auditor memberikan opini audit tanpa syarat (unqualified opinion) atas laporan
keuangan yang digunakan untuk memperoleh pinjaman, sedangkan auditor
mengetahui bahwa laporan tersebut secara material tidak benar.
b. Kecurangan Konstruktif (constructive fraud).
Kecurangan ini merupakan kelalaian yang sangat ekstrim atau luar biasa meskipun
tidak ada niat untuk menipu atau merugikan orang lain. Contoh, seorang akuntan
gagal mengikuti standar audit GAAS/ SPAP, maka auditor dapat dituduh melakukan
penipuan kontruktif meskipun tidak ada niat untuk menipu para pemakai laporan
keuangan.
c. Kesalahan Karena Kelalaian (tort action for negligence)
Kesalahan jenis ini merupakan kegagalan salah satu pihak untuk memenuhi
kewajibannya, sehingga merugikan pihak yang dijanjikan. Contoh, kesalahan umum
yang dilakukan auditor, pihak bank mengklaim bahwa auditor mempunyai

9
tanggungjawab atas kesalahan material dalam laporan keuangan yang tidak
ditemukan, dan berpengaruh terhadap pemberian pinjaman.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/15042592/SPAP_Standar_Professional_Akuntan_Publik
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/aa/files/basic-html/page52.html
https://iapi.or.id/Iapi/detail/362
Wijayanto, Wisnu. 2008. Aspek Hukum Pada Profesi Akuntan Publik. Jurnal Wahana AA
YKPN. 11(1): 41-56.

10

Anda mungkin juga menyukai