Anda di halaman 1dari 11

PENGAUDITAN

Oleh:
Kelompok 6

Aplonia Monika Tu (1807341060)


Johanes C.R Kantur (1807341061)
I Putu Gede Bagas Pratama (1807341062)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
2020/2021
1.1 Perkembangan SPAP
Dalam tahun 1972, untuk pertama kalinya Ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan
Norma Pemeriksaan Akuntan, yang disahkan dalam kongres III Ikatan Akuntan
Indonesia. Norma Pemeriksaan Akuntan tersebut mencakup: tanggung jawab akuntan
publik, unsur-unsur norma pemeriksaan akuntan yang antara lai meliputi: pengkajian dan
penilaian pengendalian intern, bahan pembuktian dan penjelasan informatif, serta
pembahasan mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus dan berkas pemeriksaan.
Dalam kongres ke IV Ikatan Akuntan Indonesia tanggal 25-26 Oktober 1982, Komisi
Norma Pemeriksaan Akuntan mengusulkan agar segera di lakukan penyempurnaan atas
buku Norma Pemeriksaan Akuntan yang lama, dan melengkapinya dengan serangkaian
suplemen yang merupakan penjabaran lebih lanjut norma tersebut. Untuk melaksanakan
tugas tersebut, telah dibentuk Komite Norma Pemeriksaan Akuntan yang baru untuk
periode kepengurusan 1982-1986, yang anggotanya berasal dari unsur-unsur akuntan
pendidik, akuntan publik dan akuntan pemerintah. Komite ini telah menyelesaikan konsep
Norma Pemeriksaan Akuntan yang disempurnakan pada tanggal 11 Maret 1984.
Pada tanggal 19 April 1986, Norma Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan di
sempurnakan oleh Tim Pengesahan, disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan
Indonesia sebagai norma pemeriksaan yang berlaku efektif selambat-lambatnya untuk
penugasan pemeriksaan atas laporan keuangan yang di terima setelah tanggal 31
Desember 1986. Dalam tahun 1992, Ikatan Akuntan Indonesia menerbitkan Norma
Pemeriksaan Akuntan, Edisi revisi yang memasukan suplemen no.1 sampai dengan no. 2.
Dalam kongres ke VII Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994, disahkan Standar
Profesional Akuntan Publik yang secara garis besar berisi:
1. Uraian mengenai standar profesional akuntan public
2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah di klasifikasikan
3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah di klasifikasikan
4. Pernyataan jasa akuntansi dan review

Pertengahan tahun 1999 Ikatan Akuntansi Indonesia mengubah nama Komite Norma
Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Selama
tahun 1999 Dewan melakukan perubahan besar atas Standar Profesional Akuntan Publik
per 1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam buku yang di beri judul Standar
Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Standar Profesional Akuntan Publik per
1 Januari 2001 terdiri atas 5 standar yaitu:

1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi


Pernyataan Standar Auditing (IPSA).
2. Pernyataan Standar Astestasi (PSAT) yang dilengkap dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT).
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi
dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR).
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Perrnyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM)
1.2 Sepuluh Standar Auditing dan Penjelasannya
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (2011:150.1-150.2) terdiri atas sepuluh standar yang di kelompokan menjadi
tiga kelompok besar, yaitu:
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memeiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independesi dalam
sikap mental harus di pertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di
audit.
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Penjelasannya
a) Standar umum
Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan
mutu pekerjaannya, dan berbeda dengan standar yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan lapangan dan pelaporan. Standar pribadi atau standar
umum ini berlaku sama dalam bidang pelaksanaan pekerjaan lapangan dan
pelaporan.
1. Standar Umum Pertama Berbunyi:”Audit harus dilaksanakan oleh
seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor’’
Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya
kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam
bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan
yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika tidak memiliki
Pendidikan serta pengelaman memadai dalam bidang auditing.
2. Standar Umum Kedua Bebunyi:’’Dalam semua hal yang
berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus di pertahankan oleh auditor.”
Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya
tidak mudah di pengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya
untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia berpraktik
sebagai auditor intern).
3. Standar Umum Ketiga Berbunyi:’’Dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnnya dengan cermat dan saksama. Hal-hal berikut ini
dimuat dalam PSA No.04(SA Seksi 230). Standar ini menuntut
auditor independent untuk merancanakan dan melaksanakan
pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya
secara cermat dan saksama.
b) Standar Pekerjaan Lapangan
Standar Pekerjaan Lapangan berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan akuntan
di lapangan (audit field work), mulai dari perencanaan audit dan supervisi,
pemahaman dan evaluasi pengendalian intern, pengumpulan bukti-bukti audit
melalui compliance test, substantive test, analytical review, sampai selesainya
audit field work.
1. Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi: “Pekerjaan harus
direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika di gunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.” Standar ini berisi pedoman
bagi auditor dalam membuat perencanaan dan melakukan
supervisi.
2. Standar Pekerjaan Lapangan kedua berbunyi: “Pemahaman
memadai atas pengendalian intern harus di peroleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.” Standar ini menjelaskan
mengenai unsur-unsur pengendalian intern dan bagaimana cara
auditor mempertimbangkan pengendalian intern tersebut dalam
merencanakan dan melaksanakan suatu audit.
3. Standar Pekerjaan Lapangan ketiga berbunyi: “Bukti audit
kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.” Standar ini menjelaskan mengenai cara-cara yang harus
dilakukan oleh auditordalam mengumpulkan bahan bukti yang
cukup dan kompeten untuk mendukung pendapat yang harus
diberikan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan yang
diauditnya.
c) Standar pelaporan
1. Standar pelaporan pertama menyatakan: “Laporan audit harus menyatakan
apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.” Menurut PSA No. 08(SA Seksi 410):
istilah standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan
dalam standar pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak hanya
prinsip dan praktik akuntansi, tetapi juga metode penerapannya.
2. Standar pelaporan kedua (disebut sebagai standar konsistensi) berbunyi:
“Laporan auditor harus menunjukan, jika ada, ketidakonsistenan
penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam
periode sebelumnya.”
3. Standar laporan ketiga berbunyi: “Pengungkapan informatif dalam laporan
keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam
laporan auditor.”
4. Standar pelaporan keempat berbunyi: “Laporan auditor harus memuat
suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan
atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan,
maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab
yang dipikul oleh auditor.”
1.3 Kode Etik Akuntan Indonesia
Kode Etik Akuntan Indonesia terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Prinsip Etika Akuntan
Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika, yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip etika disahkan oleh
kongres IAI dan berlaku bagi seluruh anggota IAI. Ada 8 prinsip etika, yaitu:
 Tanggung Jawab Profesi
Dalam prinsip tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.
 Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme
 Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan
publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan
yang diambilnya.
 Objektivitas
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur, secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta
bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain.
 Kompetensi dan kehati-hatian professional
Kompetensi diperoleh melalui Pendidikan dan pengelaman. Anggota tidak
diperkenankan menggambarkan pengelaman kehandalan kompetensi atau
pengelaman yang belum anggota kuasai atau belum anggota alami.
Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 fase yang terpisah:
 Pencapaian kompetensi profesional. Pencapaian ini pada awalnya
memerlukan standar pendididkan umum yang tinggi, diikuti oleh
Pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subjek-
subjek yang relavan.
 Pemeliharaan Kompetensi Profesional. Kompetensi harus dipelihara
dan dijaga melalui komitmen, pemeliharaan kompetensi profesional
memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi
akuntansi, serta anggotanya harus menerapkan suatu program yang
dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas
pelaksanaan jasa profesional yang konsisiten.
 Kerahasiaan
Dalam kegiatan umum auditor memeriksa beberapa yang seharusnya tidak
boleh orang banyak tahu, namun demi keprofisionalitasnya, para auditor
wajib menjaga kerahasiaan para klien yang diauditnya.
 Perilaku Profesional
Kewajiban untuk menghindari perbuatan atau tingkah laku yang dapat
mendiskreditkan atau mengurangi tingkat profesi harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota yang lain, staff, pemberi kerja dan masayarakat umum.
 Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan profesionalitasnya sesuai dengan
satandar teknis dan standar profesional yang ditetapkan secara relavan.
2. Aturan Etika
Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen yang bersangkutan.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi
akuntan yang berpraktik sebagai akuntan publik Indonesia. Aturan Etika
Kompartemen akuntan publik bersumber dari prinsip etika yang ditetapkan oleh
IAI. Berikut ini Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik:
1. Independensi, integritas, dan objektivitas
 Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu
mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan
jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar professional
sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang
ditetapkan oleh IAI.
 Integritas dan Objektivitas
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan
integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan
dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material.
2. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
 Standar Umum
 Kompetensi Profesional
 Kecermatan dan Keseksamaan Profesional
 Perencanaan dan Supervise
 Data relavan yang memadai
 Kepatuhan Terhadap Standar
Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi,
review, kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa
profesional lainnya wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh
badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI.
 Prinsip-Prinsip Akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan:
 Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa
laporan keuangan atau dan keuangan lain suatu entitas disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
 Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi
material yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut
agar sesuai dwngan prinsip akuntansi yang berlaku.
3. Tanggung Jawab Kepada Klien
 Informasi klien yang rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien
yang rahasia tanpa persetujuan dari klien.
 Fee Profesional
 Besaran Fee
Besar fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko,
penugasan, komplektisitas, jasa yang diberikan, tingkat keahlian
yang diperlikan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya
KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
Setiap anggota tidak diperkenankan untuk menawarkan fee yang
dapat merusak citra profesi.
 Fee Kontijen
Merupakan Fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada
teman atau hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada
temuan atau hasil tertentu tersebut.
4. Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi
 Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak malakukan
perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi
 Komunikasi Antar Akuntan Publik
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik
pendahulu bila akan mengadakan perikatan audit menggantikan
akuntan public pendahulu atau untuk tahun buku yang sama
ditunjuk akuntan publik dengan jenis dan periode serta tujuan yang
berlainan.
 Perikatan Atetasi
Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi
yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang
dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu ditunjuk oleh klien.
5. Tanggung Jawab dan Praktik Lain
 Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau
mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.
 Iklan, promosi dan kegiatan pemasaran lainnya
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan
mencari klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi
pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak
merendahkan citra profesi
 Komisi dan Fee Referal
 Komisi
Merupakan imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk
lainnya yang kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk
memperoleh perikatan dari klien atau pihak lain. Anggota KAP
tidak diperkenankan untuk memberikan /menerima komisi
apabila dapat mengurangi independensi.
 Fee Referal (Rujukan)
Merupakan imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari
sesama penyedia jasa profesional akuntan publik. Hanya
diperkenankan bagi sesama profesi.
 Bentuk organisasi dan KAP
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk
organisasi yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan /atau tidak menyesatkan dan merendahkan citra profesi.

Anda mungkin juga menyukai