Anda di halaman 1dari 7

RESUME AUDITING KELOMPOK 3

 Evidia Prawisti (2032550120)


 Fahmi Lefi Mazid (2032550046)
 Febriani Gita Fadhilah (2032550115)
 Floransia Nora Katarina (2032550102)

2.1 PERKEMBANGAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


Pada tahun 1972, ikatan akuntan indonesia berhasil menerbitkan norma pemeriksaan akuntan,
yang disahkan dalam Kongres ketiga ikatan akuntan indonesia. Norma pemeriksaan akuntan
tersebut mencakup tanggung jawab akuntan publik, unsur-unsur norma pemeriksaan akuntan
yang antara lain meliputi: pengkajian dan penelitian pengendalian intern, bahan pembuktian
dan penjelasan informatif, serta pembahasan mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus
dan berkas pemeriksaan.
     Pada kongres keempat ikatan akuntan indonesia tanggal 25 sampai 26 oktober 1982,
dilakukan penyempurnaan buku norma pemeriksaan akuntan yang lama. Pada tanggal 19
April 1986, norma pemeriksaan akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan oleh tim
pengesahan, disahkan oleh pengurus pusat ikatan akuntan indonesia sebagai norma
pemeriksaan Yang berlaku efektif untuk penugasan pemeriksaan atas laporan keuangan yang
diterima setelah tanggal 31 Desember 1986.
Dalam Kongres ke-7 ikatan akuntan indonesia tahun 1994, disahkan standar profesional
akuntan publik yang secara garis besar berisi:
1. Uraian mengenai standar profesional akuntan publik
2. Berbagai pernyataan standar Auditing yang telah diklasifikasikan
3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan
4. Pernyataan jasa akuntansi dan review

Standar profesional akuntan publik per 1 Januari 2001 terdiri atas 5 standar, yaitu:
1. Pernyataan standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan interpretasi pernyataan standar
auditing (IPSA).
2. Pernyataan standar atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan interpretasi pernyataan standar
atestasi (IPSAT).
3. Pernyataan standar jasa akuntansi dan review (PSAR) yang dilengkapi dengan interpretasi
pernyataan standar jasa akuntansi dan review (IPSAR).
4. Pernyataan standar jasa konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan interpretasi pernyataan
standar jasa konsultasi (IPSJK).
5. Pernyataan standar pengendalian mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan interpretasi
pernyataan standar pengendalian mutu (IPSM).
2.2 SEPULUH STANDAR AUDITING
Menurut PSA No. 01 (SA Seksi 150)
Standar Auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut akuntan publik Indonesia
(2011: 150.1-150.2) terdiri atas 10 standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok
besar, yaitu:
a. Standar umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar pekerjaan lapangan


1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus di supervisi
dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun Sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan titik
dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor (IAPI, 2011: 150.1 & 150.2)
PSA No. 01 (SA Seksi 161) mengatur hubungan standar Auditing dengan standar
pengendalian mutu sebagai berikut:
01. Auditor independen bertanggung jawab untuk memenuhi standar Auditing yang
ditetapkan Institut akuntan publik Indonesia dalam penugasan audit.
02. Kantor akuntan publik juga harus mematuhi standar Auditing yang ditetapkan Institut
akuntan publik Indonesia dalam pelaksanaan audit.
03. Standar Auditing yang ditetapkan Institut akuntan publik Indonesia berkaitan dengan
pelaksanaan penugasan audit secara Individual; standar pengendalian mutu berkaitan dengan
pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara keseluruhan.
2.3 PENJELASAN MASING-MASING STANDAR AUDITING
Standar Umum
Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu
pekerjaannya, berbeda dengan standar yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
lapangan dan pelaporan. Standar pribadi atau standar umum ini berlaku sama dalam bidang
pelaksanaan pekerjaan lapangan dan pelaporan.

Standar Umum Pertama Berbunyi


" audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor"

Pada standar umum pertama ini menegaskan bahwa betapa pun tingginya kemampuan
seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk pada bidang bisnis ataupun keuangan ia tidak
dapat memenuhi persyaratan yang dimasukkan dalam standar Auditing ini, jika tidak
memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.
Pendidikan formal diperoleh melalui perguruan tinggi negeri maupun swasta ditambah ujian
UNA dasar dan UNA profesi. Selain itu seorang auditor harus mengikuti pendidikan profesi
berkelanjutan (continuing professional education)
1. Standar Umum Kedua
Standar umum kedua berbunyi:
“Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor”. Hal-hal berikut ini dimuat dalam PSA No.
04 (SA Seksi 220).
2. Standar Umum Ketiga
Standar umum ketiga berbunyi:
“Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama”. Hal-hal berikut dimuat dalam
PSA No. 04 (SA Seksi 230).
Standar Pekerjaan Lapangan
Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan akuntan di lapangan
(audit fielt work), mulai dari perencanaan audit dan supervise, pemahaman dan evaluasi
pengendalian intern, pengumpulan bukti bukti audit melalui compliance test, substantive test,
analytical review, sampai selesainya audit fielt work.
1. Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi:
“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya”. Standar ini berisi pedoman bagi auditor dalam
membuat perencanaan dan melakukan supervisi.
2. Standar pekerjaan lapangan kedua berbunyi:
“Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan”. Standar
ini menjelaskan mengenai unsur-unsur pengendalian intern dan bagaimana cara
auditor mempertimbangkan pengendalian intern tersebut dalam merencanakan dan
melaksanakan suatu audit.
3. Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi”
“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang audit”. Standar ini menjelaskan mengenai cara-
cara yang harus dilakukan oleh auditor dalam mengumpulkan bahan bukti yang cukup
dan kompeten untuk mendukung pendapat yang harus diberikan auditor terhadap
kewajaran laporan keuangan yang diauditnya.
Standar Pelaporan
4 standar pedoman dalam menyususn laporan auditing :
1. Standar pelaporan pertama menyatakan “Laporan audit harus menyatakan apakah
laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia”. Standar pelaporan pertama dimaksud meliputi tidak hanya prinsip dan
praktik akuntansi, tetapi juga metode penerapannya. (PSA No. 08 (SA Seksi 410))
2. Standar pelaporan kedua menyatakan “Laporan audit harus menunjukan , jika ada,
ketidak konsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi dalam
periode sebelumnya”. Tujuannya adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya
banding laporan keuangan diantara 2 periode dipengaruhi secara material oleh
perubahan standart akuntansi. (PSA No. 09 (SA Seksi 420))
3. Standar pelaporan ketiga menyatakan “Pengungkapan informatif dalam laporan
keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor”. Standar akuntansi mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang
memadai atas hal – hal material. (PSA No. 10 (SA Seksi 431))
4. Standar pelaporan keempat menyatakan “Laporan auditor harus memuat suatu
pernyataaan pendapat mengenai laporan kaungan secara keseluruhan atau suatu
asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor”
Kode Etik Profesi Akuntansi Publik
Kode etik akuntansi publik adalah pedoman bagi para anggota Institusi Akuntansi
Publik Indomesia Untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif. Ada 6 pernyataan
kode etik profesi; (1) Penyataan kode etik profesi No. 1 tentang “Integritas, Objektivitas, dan
Independensi”, (2) Pernyataan kode etik profesi No. 2 tentang “Kecakapan Profesional”, (3)
Pernyataan kode etik profesi No. 3 tentang “Pengungkapan Informasi Rahasia Klien”, (4)
Pernyataan kode etik profesi No. 4 tentang “Iklan Bagi Kantor Akuntansi Publik”, (5)
Pernyataan kode etik profesi No. 5 tentang “Komunikasi Antar Akuntan Publik”, dan (6)
Pernyataan kode etik profesi No. 6 tentang “Perpindahan Staf/Partner dari Satu Kantor
Akuntan ke Kantir Akuntan Lain”.

Anda mungkin juga menyukai