Anda di halaman 1dari 25

A.

Substansi dalam Standart Umum


Menurut Mulyadi (2010:9) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan
Menurut Miller dan Bailley (dalam Abdul Halim), definisi audit adalah tinjauan metode
dan pemeriksaan objektif atas suatu item." Pada referensi yang lain, Abdul Halim mengatakan
bahwa audit adalah suatu proses sistematis yang bertujuan menghimpun dan mengevaluasi
bahan-bahan kegiatan ekonomi yang dijalankan untuk nantinya digunakan sebagai bukti-bukti
objektif mengenai asersi-asersi tindakan dan kejadian ekonomi." Pada proses pelaksanaan ada
verifikasi terkait informasi spesifik yang diperlukan auditor ketika melaksanakan tugasnya, selain
menyocokkan opini yang dicantumkan dalam kesimpulan hasil audit." Sementara itu menurut
Hery, audit adalah suatu proses sistematisasi yang diawali dengan mendapatkan informasi-
informasi yang terkait, lalu secara objektif mengevaluasinya
Menurut Mulyadi (2002) kertas kerja dan standar auditing, berhubungan erat dengan tiga
kelompok yaitu:
1. Kertas kerja audit dan standar umum, standar umum yang menyatakan tentang kompentensi,
independensi, dan kecermatan dan keseksamaan pelaksanaan tugas.
2. Keras kerja audit dan standar pekerjaan lapangan, hal ini ber- hubungan dengan perencanaan
dan pengawasan stuktur pengen- dalian internal bukti audit kompeten yang memadai.
3. Kertas kerja dan standar pelaporan. Kertas kerja juga berhubungan erat dengan standar
pelaporan.
Abdul Halim (2008:174) menjelaskan bahwa auditor melakukan prosedur audit dengan tujuan:
1. Mendapatkan pemahaman entitas lingkungannya termasuk pengendalian internal untuk
menilai risiko salah saji material pada level laporan keuangan dan asersi (prosedur penilaian
risiko).
2. Menguji keefektifan operasi dari pengendalian dalam mencegah dan mendeteksi salah saji
material pada level asersi (tes pengendalian).
3. Mendukung asersi atau mendeteksi salah saji yang material pada level asersi (tes substansial)
Prosedur audit meliputi:
1. Inspeksi terhadap dokumen dan catatan Dalam melakukan inspeksi terhadap dokumen dan
catatan baik dari sumber internal maupun eksternal entitas, auditor memeriksa dan
membuktikan keaslian dokumen dengan tracing (pengusutan). Pengusutan didukung oleh
bukti pendukung (vouching).
2. Inspeksi terhadap aktiva berwujud Pemeriksaan terhadap aktiva berwujud meliputi
pemeriksaan fisik aset, pemeriksaan berupa perhitungan fisik (counting).
3. Observasi Mencakup kegiatan mengamati pelaksanaan sejumlah proses atau prosedur yang
dilakukian oleh karyawan klien. Berdasarkan kegiatan observasi ini auditor mendapatkan
pemahaman langsung mengenai bukti audit.
4. Pengajuan pertanyaan (wawancara) Pengajuan permintaan keterangan secara lisan (enquiry)
atau tertulis (tracing) kepada manajemen atau karyawan klien, guna mendapatkan keterangan
keuangan maupun non keuangan.
5. Konfirmasi Konfirmasi bertujuan memungkinkan auditor dalam mendapatkan informasi
langsung dari sumber independen di luar organisasi klien (pihak ketiga).
Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia berkaitan dengan pelaksanaan
penugasan audit secara individual yaitu standar pengendalian mutu berkaitan dengan pelaksanaan
praktik audit kantor akuntan publik secara keseluruhan. Oleh karena itu, standar auditing
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan Standar Pengendalian Mutu berhubungan satu sama
lain, dan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang diterapkan oleh kantor akuntan publik
berpengaruh terhadap pelaksanaan penugasan audit secara individual dan pelaksanaan praktik
audit kantor akuntan publik secara keseluruhan
Menurut Pernyataan Standar Auditing No. 01, menyatakan bahwa sebagai berikut :
“Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah
sebagai berikut :
 Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
 Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya
c. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor”.
(2001:150.1-150.2)

 Standar Pekerjaan Lapangan


Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Menurut Mulyadi (2002) dalam
Pradika (2017)
Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika
dalam kondisi sebagai berikut :
1) Semua laporan neraca, laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas terdapat
dalam laporan keuangan,
2) Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar yang berlaku dapat dipahami oleh auditor,
3) Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah melaksanakan perikatan
sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melakukan tiga standar pekerjaan lapangan,
4) Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip standar akuntansi di Indonesia
5) Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelas atau
modifikasi kata-kata dalam laporan keuangan.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas Pendapat ini diberikan ketika
terdapat suatu keadaan tertentu yang tidak berpengaruh langsung terhadap pendapat wajar.
Keadaan tersebut meliputi :
a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.
b. Karena belum adanya aturan yang jelas maka laporan keuangan dibuat menyimpang dari SAK
c. Laporan dipengaruhi oleh ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang hasilnya belum
dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit.
d. Terdapat keraguan yang besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
e. Diantara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinisip
akuntansi.
f. Data keuangan tertentu yang diharuskan oleh BAPEPAM namun tidak disajikan.
o Pendapat wajar dengan pengecualian
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan ketika laporan keuangan dikatakan wajar dalam
hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan.
Pendapat ini dinyatakan bilamana:
a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit
yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar
tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.
b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk
tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
o Pendapat tidak wajar
Merupakan pendapat yang diberikan ketika laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Menurut Mulyadi
(2014), jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang
disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak
dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
Pernyataan tidak memberikan pendapat Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan
bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Menurut Mulyadi (2014), jika
auditor tidak menyatakan atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut dengan
laporan tanpa pendapat. Kondisi ini menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan
pendapat adalah :
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Independensi menurut Arens dkk. (2008:111) dapat diartikan mengambil sudut pandang yang
tidak bias.
Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam
penampilan. Independensi dalam fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar
mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam
penampilan (independent in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi ini.
Independensi.
Menurut Mulyadi (2002:26-27) dapat diartikan sikap mental yang bebas dari pengaruh,
tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti
adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan
yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya. Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan
sikap mental independen.
Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai
berikut (Mulyadi, 2002:27) :
1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya
atas jasanya tersebut.
2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan
keinginan kliennya.
3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien.
Standar umum audit yang kedua menyatakan bahwa “dalam semua hal yang berhubungan
dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”.
Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi,
karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (IAI, 2001:220.1).
Sesuai dengan standar umum bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja
yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan
berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya (Arens dan Loebbecke, 1997).
Pengalaman juga akan memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam
pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil adalah merupakan
keputusan yang tepat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja yang
dimiliki auditor maka auditor akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan (Alim,
2007:16).
Menurut Mulyadi (1998), faktor yang dapat mempengaruhi independensi akuntan publik
beberapa diantaranya adalah hubungan keuangan dengan klien, kedudukan dalam perusahaan,
keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai dengan klien dan tidak konsisten, pelaksanaan jasa
lain untuk klien audit, hubungan keluarga dan pribadi, imbalan atas jasa profesional, penerimaan
barang atau jasa dari klien, pemberian barang atau jasa kepada klien. Penelitian Shockley (1981)
menemukan empat faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik yang meliputi:
persaingan antar akuntan publik, pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien, ukuran
kantor akuntan publik, hubungan yang lama antara kantor akuntan publik dengan klien.
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang berarti: tempat tinggal,
kebiasaan, watak, adat, perasaan sikap dan cara berfikir. Menurut Agoes dan Ardana
(2014) etika secara praktis diartikan sebagai moral atau moralitas yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau
masyarakat.
Menurut Herawati dan Susanto (2009) yang menyatakan bahwa Etika adalah norma
perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan publik dengan kliennya, antara akuntan
publik dengan rekan sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat. Selanjutnya
menurut Arumsari (2014) etika profesi merupakan perangkat kaidah perilaku sebagai
pedoman yang harus dipenuhi dalam mengemban profesi. Sehingga berdasarkan pengertian-
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan suatu nilai-nilai yang menjadi
pedoman bagi manusia dalam bertindak. Terdapat 8 prinsip kode etik yang berlaku bagi
akuntan yaitu:
1) Tanggung Jawab Profesi,
2) Kepentingan Publik,
3) Integritas,
4) Objektivitas,
5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional,
6) Kerahasiaan,
7) Prilaku Profesional,
8) Standar Teknis.Kualitas
AuditStandar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa audit
yangdilaksanakan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar
pengauditan. Standar pengauditan mencakup mutu profesional, auditor independen,
pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporan audit. Menurut Agusti dan pertiwi (2013) mendefinisikan kualitas audit sebagai
segala kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat
menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya
dalam bentuk laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut
auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah kemungkinan
auditor menemukan berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh klien dalam menyajikan
laporan keuangan dan pelanggaran tersebut dilaporkan oleh auditor dalam laporan
keuangan auditan dengan berpedoman pada prinsip etika.

B. Substansi Pekerjaan Lapangan


Menurut Pernyataan Standar Auditing No. 02, menyatakan bahwa auditor independen
bertujuan sebagai berikut :
“Auditor independen bertujuan untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.
Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan akuntan di
lapangan (audit field work), mulai dari perencanaan audit dan supervisi, pemahaman dan evaluasi
pengendalian intern, pengumpulan bukti-bukti audit melalui compliance test, substantive test,
analytical review, sampai selesainya audit field work.
Mulyadi dalam bukunya "Auditing" menguraikan berbagai substansi pekerjaan lapangan
yang dilakukan oleh seorang auditor dalam proses audit. Berikut adalah beberapa poin penting
yang dapat dianggap sebagai substansi pekerjaan lapangan auditor menurut Mulyadi:
Auditor harus melakukan pemeriksaan dokumen dan catatan keuangan perusahaan untuk
memverifikasi keakuratan informasi yang dicatat. Ini termasuk memeriksa faktur, bukti
pembayaran, laporan keuangan, dan catatan-catatan transaksi.
Auditor dapat melakukan pemeriksaan fisik terhadap aset fisik perusahaan, seperti
inventaris barang atau perlengkapan. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah memastikan bahwa aset
tersebut ada dan dalam kondisi baik.
Auditor mungkin perlu mengonfirmasi informasi dengan pihak ketiga, seperti bank,
pelanggan, atau pemasok, untuk memastikan bahwa transaksi dan saldo yang dilaporkan adalah
akurat.
Pemeriksaan persediaan dapat mencakup penghitungan fisik persediaan dan perbandingan
dengan catatan persediaan yang ada dalam buku-buku perusahaan. auditor harus melakukan
pengujian terhadap prosedur internal perusahaan untuk memastikan bahwa kontrol internal
berfungsi dengan baik. Ini termasuk pengujian terhadap prosedur pembelian, penjualan, dan
pengeluaran.
Auditor harus memeriksa kepatuhan perusahaan terhadap peraturan dan hukum yang berlaku. Ini
termasuk peraturan perpajakan, hukum ketenagakerjaan, dan regulasi lainnya.
Auditor harus memeriksa pengungkapan yang terdapat dalam laporan keuangan
perusahaan untuk memastikan bahwa informasi yang diberikan adalah transparan dan sesuai
dengan standar pelaporan yang berlaku.
Auditor harus mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung transaksi yang tercatat dalam
catatan keuangan. Ini termasuk faktur, kwitansi, dan kontrak. auditor harus melakukan penilaian
risiko terhadap entitas yang diaudit. Ini mencakup mengidentifikasi potensi risiko atas penyajian
informasi keuangan yang salah.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan adalah
akurat dan dapat dipercaya, dan untuk memberikan keyakinan kepada pemangku kepentingan
bahwa entitas yang diaudit telah mematuhi standar dan regulasi yang berlaku.
Pekerjaan lapangan auditor mencakup serangkaian tugas yang dilakukan oleh seorang
auditor selama proses audit. Auditor adalah profesional yang bertanggung jawab untuk
mengevaluasi catatan keuangan dan proses bisnis suatu entitas untuk memastikan bahwa laporan
keuangan yang dihasilkan akurat dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Berikut
adalah beberapa pekerjaan lapangan auditor:
1. Pengumpulan Bukti: Auditor mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung transaksi dan
saldo dalam laporan keuangan. Ini termasuk faktur, kwitansi, kontrak, dan catatan lain yang
dapat digunakan untuk memverifikasi keakuratan laporan.
2. Pemeriksaan Fisik: Auditor dapat melakukan pemeriksaan fisik terhadap aset-aset fisik,
seperti inventaris atau peralatan, untuk memastikan bahwa aset tersebut ada dan dalam
kondisi baik.
3. Verifikasi Transaksi: Auditor memverifikasi transaksi keuangan, termasuk pembelian,
penjualan, dan pengeluaran. Ini melibatkan memeriksa apakah transaksi tersebut sesuai
dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku.
4. Pemeriksaan Proses Internal: Auditor menguji efektivitas kontrol internal yang telah
ditetapkan oleh entitas. Ini mencakup pengujian prosedur yang digunakan dalam proses
bisnis untuk memastikan bahwa kontrol dan prosedur internal berfungsi dengan baik.
5. Konfirmasi dengan Pihak Ketiga: Auditor dapat mengonfirmasi informasi dengan pihak
ketiga seperti bank, pelanggan, atau pemasok untuk memastikan bahwa transaksi dan saldo
yang dilaporkan adalah akurat.
6. Pengujian Pengungkapan: Auditor memeriksa pengungkapan dalam laporan keuangan,
termasuk catatan atas laporan keuangan, untuk memastikan bahwa informasi yang diberikan
adalah transparan dan sesuai dengan standar pelaporan yang berlaku.
7. Penilaian Risiko: Auditor melakukan penilaian risiko terhadap entitas yang diaudit untuk
mengidentifikasi potensi risiko atas penyajian informasi keuangan yang salah.
8. Evaluasi Kepatuhan Hukum: Auditor memeriksa kepatuhan perusahaan dengan peraturan
dan hukum yang berlaku, seperti peraturan perpajakan dan hukum ketenagakerjaan.
9. Pemeriksaan Legalitas: Auditor harus memeriksa kepatuhan perusahaan terhadap peraturan
dan hukum yang berlaku. Ini termasuk peraturan perpajakan, hukum ketenagakerjaan, dan
regulasi lainnya.
10. Laporan dan Rekomendasi: Setelah selesai dengan pekerjaan lapangan, auditor menyusun
laporan audit yang mencakup temuan dan rekomendasi mereka. Laporan ini dapat membantu
manajemen atau pemegang saham dalam membuat keputusan yang informasi.
Pekerjaan lapangan auditor penting dalam menjaga integritas dan keandalan laporan
keuangan sebuah entitas. Hasil audit dapat digunakan oleh pihak-pihak eksternal, seperti
pemegang saham, kreditur, dan regulator, untuk mengukur kesehatan keuangan dan kepatuhan
entitas terhadap regulasi.

Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi :


“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya”.
Standar ini berisi panduan bagi auditor yang melaksanakan audit berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia di dalam mempertimbangkan dan
menerapkan prosedur perencanaan dan supervisi, termasuk penyiapan program audit,
pengumpulan informasi tentang bisnis entitas, penyelesaian perbedaan pendapat di antara
personel kantor akuntan.

Standar pekerjaan lapangan kedua berbunyi :


“Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan”.
Standar ini menjelaskan mengenai unsur-unsur pengendalian intern dan bagaimana cara
auditor mempertimbangkan pengendalian intern tersebut dalam merencanakan dan
melaksanakan suatu audit.
Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi :
“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit”.
Standar ini menjelasakan mengenai cara-cara yang harus dilakukan oleh auditor dalam
mengumpulkan bahan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung pendapat yang harus
diberikan auditor terhadap kewajaran keuangan yang diauditnnya.
Berikut ini dikutip beberapa hal mengenai asersi dari PSA No. 07 (SA Seleksi 326) :
Asersi (assertions) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen
laporan keuangan. Pernyataan tersebut bersifat implisit atau eksplisit serta dapat
diklasifikasikan berdasarkan penggolongan dasar sebagai berikut ini :
 Keberadaan atau keterjadian (existence oroccurance)
 Kelengkapan (completeness).
 Hak dan kewajiban (right and obligation)
 Penilaian (evaluation) atau alokasi
 Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
o Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang
satuan usaha ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi
selama periode tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa persediaan
produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual.
o Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang
seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai
contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat
dalam laporan keuangan.
o Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak
perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai
contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (lease) yang
dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai perolehan hak perusahaan atas kekayaan yang
disewa guna usahakan (leased) dan utang sewa guna usaha yang bersangkutan
mencerminkan suatu kewajiban perusahaan.
o Di dalam memperoleh bukti audit yang mendukung asersi dalam laporan keuangan,
auditor independen merumuskan tujuan audit spesifik ditinjau dari sudut asersi tersebut.
Dalam merumuskan tujuan audit, auditor independen hendaknya mempertimbangkan
kondisi khusus dalam perusahaan tersebut. Misalnya, salah satu tujuan audit yang
berhubungan dengan asersi tentang kelengkapan saldo persediaan yang dapat dirumuskan
oleh auditor bahwa kuantitas persediaan mencakup seluruh produk jadi, bahan baku, dan
bahan pembantu yang ada di tangan klien.
Auditor independen tidak perlu secara satu per satu menghubungkan tujuan audit
dengan prosedur audit. Beberapa prosedur audit dapat dikaitkan dengan lebih dari satu
tujuan audit. Di lain pihak, kombinasi berbagai prosedur audit dibutuhkan untuk
mencapai satu tujuan audit.

Menurut Abdul Halim, menyatakan bahwa tujuan audit adalah :


“Untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum”.
Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam
mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap
mental independen auditor adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2002:27) :
1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh
kliennya atas jasanya tersebut.
2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan
keinginan kliennya.
3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya
klien.
Standar umum audit yang kedua menyatakan bahwa “dalam semua hal yang
berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan
oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak
mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (IAI,
2001:220.1).
Standar pekerjaan lapangan
a. Seluruh pekerjaan audit harus dilaksanakan sebaik-baiknya, direncanakan dengan
sebaik-baiknya dan apabila menggunakan asisten maka harus disupensi dengan
semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang dilakukan.
c. Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk dapat memberikan
pernyataan pendapat atas laporan keuangna yang diaudit. Standar pekerjaan lapangan
berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan di lapangan, mulai dari perencanaan,
superivisi, pemahaman dan pengevaluasian pengendalian intern, pengumpulan bukti
sampai dengan selesainya pemeriksaan dilapangan.
Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pemeriksa harus mengomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat, saat,
lingkup pengujian, pelaporan yang direncanakan dan tingkat keyakinan kepada
manajemen entitas yang diperiksa atau pihak yang meminta pemeriksaan.
2) Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebe- lumnya, serta tindak
lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang
sedang dilaksanakan.
3) Pemeriksa harus merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan memadai guna
mendeteksi salah saji material, yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material
terhadap penyajian laporan keuangan. Jika informasi tertentu menjadi perhatian
pemeriksa dan memberikan bukti berkaitan dengan penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang- undangan yang berpengaruh material, tetapi tidak langsung.
4) Pemeriksa harus waspada pada kemungkinan adanya situasi yang merupakan indikasi
kecurangan atau ketidakpatutan, dan apabila timbul indikasi tersebut serta berpengaruh
signifikan terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan maka pemeriksa harus
menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan
atau ketidakpatutan telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap kewajaran
penyajian laporan keuangan.

5) Pemeriksa harus merencanakan dan melaksanakan prosedur pe- meriksaan untuk


mengembangkan unsur-unsur temuan peme- riksaan.
6) Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan dalam
bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan harus mendukung opini,
temuan, simpulan, dan rekomendasi pemeriksaan.
Selain standar umum, standar lain yang dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan audit
juga dikenal standar pekerjaan lapangan. Standar ini sifatnya lebih khusus yang mencangkup
hal-hal mengenai kinerja audit di lapangan. Adapun standar-standar tersebut, yaitu:
 Kinerja lapangan pada dasarnya dapat tergantung dari perencanaan yang dilakukan. Oleh
sebab itu, sebagai tenaga profesional, seluruh pekerjaan harus direncanakan dengan baik
dan matang, jika perlu menggunakan asisten yang telah disupervisi sebelumnya dengan
cara semestinya.
 Pemahaman yang memadai atas pengendalin intern
 Bukti audit yang diperoleh melalui inspeksi pengamatan harus bersifat kompeten

C. Substansi Standart Pelaporan


Standar akuntansi bergunabagi penyusun laporan keuangan dalam menentukan
informasi yang harus disajikan kepada pihak-pihak diluar organisasi. Para pengguna
laporan keuangan diluar organisasiakan dapat memahami Informasi yang disajikan jika
disajikan dengan criteria atau persepsi yang dipahami secara sama dengan penyusun
laporan keuangan.(Abdul Halim, 2012: 225).
Deinisi Standar Akuntansi menurut Sinaga dalam Abdul Halim (2012:
225),yaitu:“Standar akuntansi merupakan aturan utama yang harus diacu dalam penyajian
laporan keuangan dalam kerangka prinsip akuntansi berlaku umum.Standar tersebut
penting agar laporan keuangan lebih berguna,dapat dimengerti dan dapat
diperbandingkan serta tidak menyesatkan.“
Menurut AbdulHalim (2012: 244),yaitu:“SAP (StandarAkuntansi Pemerintah)
meru-pakanregulasi yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatur sistem pelaporan
keuangan dan akuntansi pemerintah,yang terdiri atas pemerintah pusat,pemerintah
daerah,masing-masing kementrian Negara ataulem-baga di lingkungan pemerintah
pusat/daerah yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan untuk menyusun
laporan.
Definisi laporan keuangan secara umum adalah dokumen atau rangkuman
informasi keuangan suatu entitas yang mencakup neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan memberikan gambaran tentang
posisi keuangan entitas, kinerja keuangan, serta informasi tambahan yang relevan.n
keuangan.
Pelaporan keuangan audit adalah proses penyampaian hasil audit oleh seorang
auditor independen kepada klien atau entitas yang diaudit. Tujuannya adalah untuk
memberikan pandangan yang obyektif dan independen tentang keadaan keuangan dan
laporan keuangan entitas tersebut.
Standar pelaporan yang terdiri dari empat standar merupakan pedoman bagi auditor

independen dalam menyusun laporan auditnya.

Standar pelaporan pertama berbunyi :

“Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.

Menurut PSA No. 08 (SA Seleksi 410) :

1. Istilah prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam standar

pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak hanya prinsip dan praktik akuntansi, tetapi

juga metode penerapannya. Standar pelaporan pertama tidak mengharuskan auditor untuk

menyatakan fakta, namun mengharuskan auditor untuk menyatakan pendapat mengenai

apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia. Jika auditor melaporkan suatu laporan keuangan yang disusun sesuai

dengan basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia, maka standar pelaporan pertama akan terpenuhi dengan cara mengungkapkan

dalam laporan auditor bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan basis

akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan

dengan menyatakan pendapat (atau pernyataan tidak memberikan pendapat) apakah


laporan keuangan tersebut disajikan sesuai basis akuntansi komprehensif yang digunakan.

Jika pembatasan terhadap lingkup audit tidak memungkinkan auditor untuk memberikan

pendapat mengenai kesesuaian tersebut, maka pengecualian semestinya diperlukan dalam

laporan auditnya.

2. Istilah “Prinsip akuntansi yang berlaku umum” adalah pandangan frasa “generally

accepted accounting principles” dan adalah suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup

konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk membatasi praktik akuntansi yang

berlaku umum di suatu wilayah tertentu mungkin berbeda dari prinsip akuntansi yang

berlaku di wilayah lain. Oleh karena itu, untuk laporan keuangan yang akan

didistribusikan kepada umum di Indonesia. Standar pelaporan pertama akan dipenuhi

dengan cara mengungkapkan dalam laporan auditor apakah laporan keuangan telah

disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Standar pelaporan kedua (disebut sebagai standar konsistensi) berbunyi :

“Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip

akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan

penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya”.

Menurut PSA No. 09 (SA Seleksi 420) :

o Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya banding

laporan keuangan di antara dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan

prinsip akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya.

Juga dinyatakan secara tersirat dalam tujuan standar tersebut bahwa prinsip akuntansi

tersebut telah diamati konsistensi penerapannya dalam setiap periode akuntansi yang

bersangkutan. Standar tersebut secara tersirat mengandung arti bahwa auditor puas bahwa
daya banding laporan keuangan diantara dua periode akuntansi tidak dipengaruhi secara

material oleh perubahan prinsip akuntansi dan bahwa prinsip akuntansi tersebut telah

diterapkan secara konsisten di antara dua atau lebih periode akuntansi baik karena (1)

tidak terjadi perubahan prinsip akuntansi atau (2) terdapat perubahan prinsip atau metode

penerapannya, namun dampak perubahan prinsip akuntansi terhadap daya banding

laporan keuangan tidak material. Dalam keadaan-keadaan tersebut auditor tidak perlu

membuat pengungkapan mengenai konsistensi dalam laporan auditnya.

o Di dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengungkapan dan dalam segala aspek

lain auditnya, auditor menggunakan informasi yang diterima dari kliennya atas dasar

keperacayaan yang diberikan oleh kliennya, bahwa auditor akan merahasiakan informasi

tersebut. Tanpa kepercayaan demikian, auditor akan sulit untuk memperoleh informasi

yang diperlukan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Oleh karena itu,

tanpa izin kliennya, auditor tidak boleh mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan

untuk mengungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia.

Standar pelaporan keempat berbunyi :

“Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara

keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat

secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama

auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk

yang mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab

yang dipikul oleh auditor”.


Tujuan standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah salah tafsir tentang tingkat

tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.

o Seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan jika ia mengizinkan namanya

dicantumkan dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan

tersebut. Bila seorang akuntan menyerahkan kepada kliennya atau pihak lain suatu

laporan keuangan yang disusunnya atau dibantu penyusunannya, ia juga dianggap

berkaitan dengan laporan keuangan tersebut. Meskipun akuntan dapat berpartisipasi

dalam penyusunan laporan keuangan, laporan keuangan merupakan representasi

manajemen, dan kewajaran penyajiannya sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum merupakan tanggung jawab manajemen.

o Akuntan dapat dikaitkan dengan laporan keuangan yang diaudit atau yang tidak diaudit.

Laporan keuangan disebut telah diaudit bila akuntan telah menerapkan prosedur auditing

yang cukup memungkinkannya melaporkan laporan tersebut. Laporan keuangan

(informasi keuangan) interim entitas publik yang tidak diaudit disebut sebagai di review

bila akuntan menerapkan prosedur yang memungkinkannya untuk menyatakan pendapat

atas laporan (informasi) tersebut.

Menurut Mulyadi dalam (Saragih, 2017) manfaat kinerja keuangan adalah:

1. Mengolah operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan

secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk

menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.


Menurut Abdul Halim (2008:5) jenis audit terbagi menjadi duatipe/klasifikasi,

yaitu klasifikasi berdasarkan tujuan audit dan klasifikasi berdasarkan pelaksana audit:

1. Klasifikasi Berdasarkan Tujuan Audit

a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai

laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah

laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan

b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan

untuk menentukan apakah kegiatan finansial maupun operasional tertentu dari suatu

entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan, dan regulasi yang telah ditentukan.

c. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan

operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi,

efektivitas, maupun kehematan (ekonomis) operasional. Tujuan audit operasional adalah

menilai prestasi, mengidentifikasikan kesempatan untuk perbaikan, serta membuat

rekomendasi untuk pengembangan dan perbaikan, dan tindakan lebih lanjut.

Standar Pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip

akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan

dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.


3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali

dinyatakan lain dalam laporan audit.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan

keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak

diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak diberikan, maka alasannya harus

dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka

laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit

yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor.

 Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai

dengan prinsip akuntansi berterima umum.

 Laporan audit harus menunjukkan keadaan, jika ada, prinsip akuntansi yang tidak

secara konsisten diterapkan dalam laporan keuangan periode yang diaudit

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

 Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali

dinyatakan lain dalam laporan audit.

 Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan

secara keseluruhan, atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat

diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya

harus dinyatakan. Jika nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan maka

laporan audit harus memuat penjelasan mengenai sifat pekerjaan auditor dan tingkat

tanggung jawab yang diperlukan

g. Standar Pelaporan
1. Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan tersebut

dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan.

2. Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus meng ungkapkan bahwa

pemeriksa telah melakukan pengujian ke- patuhan, terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian

laporan keuangan

3. Laporan atas pengendalian intern harus mengungkapkan kelemah an dalam

pengendalian intern atas pelaporan keuangan yang dianggap sebagai "kondisi yang

dapat dilaporkan"

4. Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian

intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan,

dan ketidakpatutan harus di lengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang

bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa Tanggapan tersebut mengenai

temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan

5. Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan per undang-undangan

untuk diungkapkan kepada umum tidak di ungkapkan dalam laporan hasil

pemeriksaan

6. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang

diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang

diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil

pemeriksaan dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima

laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.
Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan

1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan di- sajikan sesuai dengan

prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

2) Laporan auditor independen harus menunjukkan jika ada ketidak konsistenan penerapan

prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan, dibandingkan

dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali

dinyatakan lain dalam laporan audit.

4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat me- ngenai laporan keuangan

secara keseluruhan, atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan.

Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan maka laporan auditor harus

memuat petunjuk yang jelas

Standar laporan keuangan yang mengacu pada Panduan Praktis Pelaporan

Keuangan (PPPK) yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Mulyadi, SE., Ak., MM., CPA,

CMA, adalah suatu panduan praktis yang umumnya digunakan dalam lingkungan

akademik di Indonesia dan bertujuan untuk memberikan pedoman mengenai penyusunan

laporan keuangan bagi perusahaan. Namun, perlu diingat bahwa standar laporan keuangan

yang diakui secara internasional biasanya mengacu pada standar yang dikembangkan oleh

badan pengatur keuangan internasional seperti IFRS (International Financial Reporting

Standards) atau standar yang sesuai dengan regulasi nasional.

Berikut adalah beberapa poin penting yang mungkin terdapat dalam standar laporan

keuangan menurut Panduan Praktis Pelaporan Keuangan (PPPK) oleh Mulyadi:


1. Identifikasi Entitas: Laporan keuangan harus mencantumkan nama lengkap entitas,

alamat, dan keterangan mengenai bidang usaha.

2. Periode Pelaporan: Laporan keuangan harus mencakup periode yang spesifik, seperti

tahun fiskal yang berakhir pada tanggal tertentu.

3. Kerangka Penyusunan Laporan Keuangan: Laporan keuangan harus disusun

berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku, yang mungkin mengacu pada Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia atau IFRS.

4. Struktur Laporan Keuangan: Laporan keuangan harus mencakup bagian-bagian utama

seperti neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.

5. Penyajian Informasi:

 Laporan keuangan harus disajikan dengan jelas dan transparan.

 Informasi harus disajikan dengan cara yang konsisten dengan periode sebelumnya untuk

memungkinkan perbandingan.

6. Nilai Historis: Laporan keuangan harus mencerminkan nilai historis aset, kewajiban, dan

ekuitas.

7. Nilai Wajar (Jika Diperlukan): Jika ada aset atau kewajiban yang dinilai dengan nilai

wajar, informasi mengenai nilai wajar harus disertakan.

8. Prinsip Kewajaran dan Kepentingan: Laporan keuangan harus disusun berdasarkan

prinsip kewajaran (fairness) dan kepentingan (materiality).

9. Catatan Atas Laporan Keuangan: Laporan keuangan harus disertai dengan catatan atas

laporan keuangan yang menjelaskan dan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai

pos-pos laporan keuangan.


10. Ketidakpastian: Jika ada ketidakpastian yang signifikan yang dapat memengaruhi

kemampuan entitas untuk melanjutkan sebagai entitas yang berkelanjutan (going

concern), informasi mengenai ketidakpastian tersebut harus disertakan.

Penting untuk dicatat bahwa standar laporan keuangan dapat berbeda-beda tergantung

pada negara, regulasi, dan praktik akuntansi yang berlaku. Jika Anda ingin mengikuti

standar tertentu, pastikan untuk merujuk pada standar yang relevan dan sesuai dengan

regulasi yang berlaku di wilayah Anda

DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. (2014). Auditing. Jakarta: Salemba Empat

Mulyadi.(2002) Auditing.Jakarta: Salemba Empat

Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. 1998. Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta. Salemba Empat.

Abdul Halim danSyam Kusui.2012.AkuntansiSektor Publik.Jakarta:Salemba Empat.

Alim, M.N.; Hapsari, T.; dan Purwanti, L. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap
Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi
X. Unhas Makassar, 26-28 Juli 2007.

Anda mungkin juga menyukai