yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi secara
objektif untuk menentukan tingkat kepatuhan asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Adapun hasil dari audit yakni berupa opini dari auditor atas
laporan keuangan yang diperiksa. Opini audit inilah yang mengungkapkan apakah
laporan keuangan wajar atau tidak. Opini audit terdiri dari 4 (empat) jenis, yaitu
sebagai berikut:
Penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian bisa diberikan karena beberapa
kondisi tertentu. Misalnya, dalam hal pendapat Wajar dengan Pengecualian. Kondisi tertentu
mungkin memerlukan pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified), dan atau Tidak
Memberikan Pendapat (Disclaimer). Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,
dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali
untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan
bilamana :
a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit
yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat
wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan
pendapat;
b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia
berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
Dengan ungkapan lain, terdapat lima kondisi yang membutuhkan adanya penyimpangan
dari laporan yang tanpa pengecualian (unqualified opinion), yaitu Kondisi :
1. Ruang Lingkup Audit Dibatasi. Jika auditor tidak berhasil mengumpulkan bukti-bukti
audit yang mencukupi untuk mempertimbangkan apakah laporan keuangan yang
diperiksanya disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum di Indonesia
berarti bahwa ruang lingkup auditnya terbatas. Ada dua penyebab utama, yaitu pembatasan
yang dipaksakan oleh klien dan yang disebabkan oleh keadaan di luar kekuasaan auditor
maupun klien. Contoh pembatasan oleh klien adalah auditor tidak diperbolehkan melakukan
konfirmasi utang piutang, atau tidak diperbolehkan memeriksa aset-aset tertentu yang
dimiliki oleh klien. Sedangkan contoh pembatasan yang disebabkan oleh keadaan di luar
kekuasaan auditor maupun klien adalah sulit melakukan pemeriksaan fisik aset karena
lokasi tidak bisa dijangkau akibat banjir atau bencana lainnya;
2. Laporan keuangan yang diperiksa tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima
umum di Indonesia. Contoh kondisi ini adalah jika klien tidak bersedia mengubah kebijakan
mencatat nilai aset tetap berdasarkan harga penggantian (replacement cost) dan bukannya
harga historis (historical cost) yang dipersyaratkan oleh prinsip akuntansi yang umum
berlaku di Indonesia. Atau, klien menilai persediaan yang dimilikinya berdasarkan harga jual
(selling price) dan bukannya harga historis atau harga yang terendah antara harga historis
dan harga pasar (cost or market which is lower).
3. Prinsip akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan tidak diterapkan secara
konsisten. Jika klien mengganti suatu perlakuan prinsip akuntansi dengan prinsip akuntansi
yang lain misalnya mengganti metode pencatatan persediaan dari First In First Out (FIFO)
menjadi Last In first Out (LIFO), maka perubahan tersebut harus dinyatakan dalam laporan
audit. Bahkan, jika penggunaan perubahan tersebut disetujui oleh auditor, pendapat
unqualified tetap tidak dapat dibenarkan
4. Ada beberapa ketidakpastian yang material yang mempengaruhi laporan keuangan
yang tidak dapat diperkirakan kelanjutannya pada saat laporan audit dibuat. Contoh kondisi
ini adalah kemungkinan adanya tuntutan hukum kepada klien yang belum terselesaikan
sampai dengan selesainya pekerjaan lapangan oleh auditor
Berikut penjelasannya :
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau Unqualified Opinion
WTP artinya Laporan Keuangan (LK) telah menyajikan secara wajar dalam semua
hal yg material, posisi keuangan (neraca), hasil usaha atau Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Arus Kas, sesuai dengan prinsip akuntansi yg berlaku umum. Penjelasan
laporan kauangan juga telah disajikan secara memadai, informatif dan tidak menimbulkan
penafsiran yang menyesatkan.
Wajar di sini dimaksudkan bahwa LK bebas dari keraguan dan ketidakjujuran serta
lengkap informasinya. Pengertian wajar tidak hanya terbatas pada jumlah-jumlah dan
pengungkapan yang tercantum dalam LK, namun meliputi pula ketepatan pengklasifikkasian
aktiva dan kewajiban.
Pendapat WTP diberikan oleh pemeriksa, apabila :
a. tidak ada pembatasan lingkup pemeriksaan sehingga pemeriksa dapat menerapkan
semua prosedur pemeriksaan yang dipandang perlu untuk meyakini kewajaran LK; atau
ada pembatasan lingkup pemeriksaan tetapi tidak material dan dapat diatasi dengan
prosesur pemeriksaan alternatif;
b. tidak ada tekanan dari pihak lain kepada pemeriksa,
c. tidak ada penyimpangan terhadap standar akuntansi, atau ada penyimpangan dari
standar akuntansi
Selain itu pendapat Diberikan karena : Terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan
auditor menambahkan paragraf penjelasan, namun tidak mempengaruhi pendapat wajar
tanpa
pengecualian.
Penjelasan yang dimaksud :
o Pendapat wajar didasarkan atas laporan auditor lain
o Mencegah laporan keuangan yang menyesatkan karena keadaan luar biasa
o Keyakinan auditor dengan kesangsian kelangsungan hidup entitas, namun auditor juga
mempertimbangkan rencana manajemen
o Perubahan penerapan PABU dan metode penerapan yang material diantara dua periode
akuntansi
o Berhubungan dengan laporan keuangan komparatif
o Data keuangan kuartalan tertentu tidak disajikan atau tidak direview
o Informasi tambahan yang penyajiannya menyimpang jauh dari pedoman dihilangkan, dan
auditor tidak melengkapi dengan prosedur audit yang terkait atau auditor tidak dapat
menghilangkan keraguan atas informasi tambahan tsb
o Informasi lain secara material tidak konsisten dengan laporan keuangan
Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atau Qualified Opinion
WDP artinya laporan keuangan telah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang
material, posisi keuangan (neraca), hasil usaha atau Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Arus Kas, sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP) atau sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal yang
berhubungan dengan yang dikecualikan.Pendapat WDP diberikan oleh pemeriksa, apabila :
a. tidak ada pembatasan lingkup pemeriksaan; sehingga pemeriksa dapat menerapkan
semua prosedur pemeriksaan yang dipandang perlu untuk meyakini kewajaran laporan
keuangan; atau ada pembatasan lingkup pemeriksaan tetapi tidak material dan dapat
diatasi dengan prosesur pemeriksaan alternatif;
b. tidak ada tekanan dari pihak lain kepada pemeriksa.
c. ada penyimpangan terhadap standar akuntansi, yang menurut pendapat pemeriksa
dampaknya cukup material; atau ada ketidakkonsistenan dalam penerapan prinsip
akuntansi.
Selain itu pendapat ini Diberikan karena : Penyajian laporan keuangan telah wajar (dalam
semua hal yang material laporan keuangan telah sesuai dengan PABU) kecuali untuk hal
yang dikecualikan. Pengecualian yang dimaksud :
a. Tidak ada bukti kompeten yang cukup
b. Adanya pembatasan lingkup audit
c. Auditor tidak dapat memberikan ‘unqualified’
d. Auditor yakin, laporan keuangan menyimpang dari PABU secara material, namun tidak
dapat memberikan ‘Adverse’
e. Auditor harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih
paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat
f. Auditor harus mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke
paragraf penjelasan didalam paragraf pendapat
g. Harus berisi kata ’kecuali ntuk’ atau ’pengecualian untuk’
Tidak Wajar (TW) atau Adverse Opinion
Pendapat TW artinya LK tdk menyajikan secara wajar posisi keuangan (neraca),
hasil usaha atau Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas, sesuai dengan
standar akuntansi pemerintahan atau sesuai dengan prinsip akuntansi yg berlaku umum.
Pendapat Tidak Wajar diberikan oleh pemeriksa, apabila tidak ada pembatasan
lingkup pemeriksaan, tidak ada tekanan kepada pemeriksa, tetapi ada penyimpangan
terhadap standar akuntansi, yang sangat material atau LK tidak disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Selain itu pendapat ini Diberikan karena : menurut pertimbangan auditor laporan
keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan PABU dan Harus
dijelaskan dalam paragraf yang terpisah sebelum paragraf pendapat, alasan yang
mendukung pendapat tidak wajar dan dampaknya terhadap laporan keuangan
6. Nama KAP. Nama tersebut akan mengidentifikasikan kantor akuntan publik atau praktisi
mana yang telah melaksanakan proses audit. umumnya yang dituliskan adalah nama kantor
akuntan publik karena seluruh bagian dari kantor akuntan publik tersebut bertanggung
jawab, baik secara hukum maupun secara profesi, dalam memastikan agar kualitas
pekerjaan audit memenuhi standar profesi.
7. tanggal laporan audit. tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit adalah
tanggal pada saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting di lokasi pemerikasaan.
Tanggal ini merupakan tanggal yang penting pula bagi para pengguna laporan karena
tanggal tersebut menunjukan kapan terakhir sang auditor masih bertanggung jawab atas
peristiwa-peristiwa penting yang terjadi setelah laporan keuangan.
Laporan audit bentuk baku diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi:
1. seluruh laporan keuangan (neraca, laporan laba-rugi, laporan laba ditahan, dan laporan
arus kas telah lengkap)
2. semua aspek dari ketiga standard umum GAAS atau SPAP telah dipatuhi dalam
penugasan audit tersebu.
3. bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan sang auditor telah melaksanakan
penugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga membuatnya mampu menyimpulkan
bahwa ketiga standard pekerjaan lapangan telah dipatuhi.
4. laporan keungan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Hal tersebut berarti pula bahwa pengungkapan informatif yang cukup tela tercantum
dalam catatan atas laporan keuangan serta bagian-bagian lainnya dari laporan keuangan
tersebut.
5. tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah
paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat dalam laporan audit.
Ketika auditor menyandarkan dirinya pada sebuah kantor akuntan publik lain untuk
melaksanakan sebagian proses audit, yang biasa terjadi bila klien memiliki sejumlah cabang
atau sub-divisi yang tersebar letaknya, maka kantor akuntan publik utama memiliki 3
alternatif pilihan; a. Tidak memberikan referensi dalam laporan audit, ketika tidak ada
referensi yang dibuat untuk auditor lainnya, maka suatu pendapat wajar tanpa syarat
diberikan kecuali terdapat kondisi lain yang mengharuskan dikeluarkannya pendaat lain
diluar pendapat wajar tanpa syarat. b memberikan referensi dalam laporan (modfikasi
kalimat). Jenis laporan ini disebut pula sebagai suatu laporan atau pendapat bersama, suatu
laporan bersama wajar tanpa syarat merupakan laporan yang tepat untuk diterbitkan bila
merupakan hal yang tidak praktis untuk mereview kembali pekerjaan auditor lain atau ketika
proporsi laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain material terhadap keseluruhan
laporan keuangan. c. Mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian, auditor utama
dapat menyimpulkan bahwa perlu diterbitkan suatu pendapat wajar dengan pengecualian.
Suatu pendapat wajar tanpa syarat atau tidak memberikan pendapat, tergantung pada
materialitasnya, diperlukan jiak auditor utama tidak menginginkan untuk mengambil
tanggung jawab apapun atas pekerjaan auditor lainnya.
Kondisi yang menyebabkan penyimpangan dari laporan audit bentuk baku:
1. ruang lingkup audit dibatasi, ketika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti audit yang
memadai untuk menyimpulkan apakah laporan keungan telah disajikan sesuai dengan
GAAP atau PSAK, maka terdapat suatu pembatasan atas lingkup audit. terdapat 2
penyebab utama atas pembatasan lingkup audit yaitu pembatasan oleh klien dan
pembatasan yang disebabkan oleh kondisi-kondisi diluar kendali klien atau auditor.
2. penyajian laporan keuangan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum (penyimpangan dari GAAP atau PSAK)
3. auditor independent. Independensi umumnya ditentukan berdasarkan aturan 101 dari
Aturan Kode Etik Profesional.
PENUTUP
Sebagaimana telah diketahui, jenis-jenis opini yang lazim diberikan oleh auditor ketika
mengaudit laporan keuangan adalah Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion),
Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion), Tidak Wajar (Adverse Opinion), dan Tidak
Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion). Masing-masing opini diberikan sesuai dengan
kriteria tertentu yang diketemukan selama proses audit.
Pendapat auditor yang dituangkan dalam laporan audit paling umum adalah laporan audit
standar yang unqualified, yang biasa juga disebut laporan standar bentuk pendek.
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A. Arens, 2003, Auditing dan Pelayanan Verifikasi. PT INDEKS, Jakarta
Harahap Sofyan, 2002, Auditing dalam Perspektif Islam. PT Pustaka Quantum, Jakarta
dppkad.gorontalokab.go.id/index2.php?option=com_content...
www.auditor-rohil.net/web/index.php?option=com
://renny.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7037/BAB_2+Laporan_Akuntan.ppt
Sumber: http://jibonk168.blogspot.com/2013/05/pengertian-wajar-tanpa-pengecualian.html