Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Setiap perusahaan mempunyai dana atau modal yang bersumber dari internal perusahaan
dan eksternal perusahaan. Sumber dana yang berasal dari ekternal perusahaan dapat berasal
dari beberapa sumber, yaitu dari kreditur, pemilik saham, dan dengan menjual surat utang
obligasi. Perusahaan yang sudah go publik menjual sahamnya di bursa saham. Apalagi jika
sebuah perseroan terbatas terbuka yang menjual sahamnya bukan hanya kepada orang
tertentu saja, akan tetapi kepada masyarakat. Masyarakat dapat membeli saham suatu
perusahaan melalui bursa saham.
Perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat disebut emiten dan penjualan saham
ke masyarakat disebut emisi saham. Banyak perusahaan yang tertarik untuk menjual saham
ke masyarakat karena mereka dapat memperoleh dana segar (fresh money) yang murah dari
masyarakat. Disebut murah karena besarnya dividen yang dibagikan kepada para pemegang
saham tergantung besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan yang diusulkan oleh Direksi
untuk disahkan dalam rapat Umum Pemegang Saham.
Kebijakan right issue merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar,
guna menambah modal perusahaan. Sebab, dengan pengeluaran saham baru tersebut, berarti
pemodal harus mengeluarkan uang untuk membeli saham yang berasal dari right issue.
Kemudian uang ini akan masuk ke modal perusahaan. Akan tetapi kebijakan right issue ini
akan memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap perusahaan.
Oleh karena itu, makalah ini yang berjudul Audit Atas Proses Right Issue akan
memberikan paparan yang jelas mengenai judul di atas.

1
1.2 RUMUSAN PERMASALAHAN
Dari latar belakang, maka yang menjadi rumusan permasalahan yang akan dibahas di
dalam makalah ini adalah:
a) Bagaimana Pengertian dari Right Issue,
b) Bagaimana Ketentuan Mengenai Pre-Emptive Right,
c) Bagaimana Tujuan Pemeriksaan Atas Proses Right Issue,
d) Bagaimana Peraturan Peraturan Bapepam Yang Menyangkut Proses Right Issue,
e) Bagaimana Audit Prosedur Atas Proses Right Issue,
f) Bagaimana Bentuk Dari Laporan Audit Atas Proses Right Issue, dan
g) Bagaimana Penjelasan Audit Atas Proses Right Issue Dalam Sebuah Artikel
Mengenai Prosedur/Proses Right Issue.

1.3 TUJUAN
Dari penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan yakni:
a) Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengauditan Lanjutan I,
b) Mampu Menjelaskan Pengertian Dari Right Issue,
c) Mampu Menjelaskan Beberapa Ketentuan Mengenai Pre-Emptive Right,
d) Mampu Menjelaskan Tujuan Pemeriksaan Atas Proses Right Issue,
e) Mampu Menjelaskan Peraturan-Peraturan Bapepam Yang Menyangkut Proses
Right Issue,
f) Mampu Menjelaskan Bagaimana Audit Prosedur Atas Proses Right Issue,
g) Mampu Menjelaskan Bentuk Dari Laporan Audit Proses Right Issue, dan
h) Mampu Menjelaskan Audit Atas Proses Right Issue Dalam Sebuah Artikel
Mengenai Prosedur/Proses Right Issue.

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mata kuliah Pengauditan Lanjutan I
2. Sebagai bahan untuk menambah wawasan mengenai Audit Atas Proses Right
Issue.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN RIGHT ISSUE


Perusahaan yang membutuhkan tambahan dana yang besar untuk perluasaan usahanya,
bisa memilih beberapa kemungkinan:
Meminta kredit dari Bank
Menjual obligasi
Menjual sahamnya ke masyarakat
Jika perusahaan menjual sahamnya ke masyarakat maka dikatakan bahwa perusahaan
tersebut Go Public. Perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat disebut emiten dan
penjualan saham ke masyarakat disebut emisi saham. Banyak perusahaan yang tertarik untuk
menjual saham ke masyarakat karena mereka dapat memperoleh dana segar (fresh money)
yang murah dari masyarakat. Disebut murah karena besarnya dividen yang dibagikan kepada
para pemegang saham tergantung besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan yang
diusulkan oleh Direksi untuk disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Seringkali dividen yang dibagikan lebih kecil dari bunga deposito. Sebetulnya proses go
public memerlukan persiapan yang matang, memakan waktu yang cukup lama, karena
banyak persyaratan yang harus dipenuhi sebelum izin go public diperoleh dari menteri
keuangan RI cq Ketua Bapepam.

Persyaratan tersebut antara lain :


Perusahaan harus transparan, dalam arti harus ada keterbukaan mengenai keadaan
uangan perusahaan dan kegiatan operasinya.
Sistem akuntansi dan pengendalian intern perusahaan harus cukup baik.
Kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan beberapa tahun yang lalu, sekarang
dan beberapa tahun yang akan datang harus cukup baik.
Perusahaan harus menyiapkan prospektus.
Harus ada tax clearance dari Dirjen Pajak yang menyatakan tidak ada kewajiban
pajak perusahaan yang tertunggak.
Tidak ada masalah hukum yang menyangkut perusahaan di pengadilan.

3
Biaya yang harus dikeluarkan oleh calon emiten biasanya cukup besar karena dalam
proses go public diperlukan jasa dari lembaga Pendukung, seperti :
Financial Consultant, yang bertindak sebagai koordinator dalam
persiapan go public seperti penyusunan prospektus, perhitungan PER
(Price Earning Ratio) dan lain-lain.
Lead atau Main Underwriter (Penjamin Emisi Utama), yang
membantu emiten dalam menjual sahamnya ke masyarakat. Jika saham
tersebut tidak habis terjual maka underwriter harus membeli sendiri
saham tersebut. Karena resikonya lebih tinggi maka biasanya fee yang
diminta underwriter juga lebih besar.
Best Effort, dalam hal ini underwriter berjanji akan berusaha sebaik-
baiknya untuk menjual seluruh saham yang ditawarkan ke masyarakat.
Tetapi jika ada saham yang tak terjual, underwriter tidak diharuskan
untuk membeli sisa saham tersebut, karena resikonya lebih kecil maka
biasanya fee yang diminta underwriter juga lebih kecil.
Sub Underwriter (Penjamin Emisi Tambahan), yang membantu
Lead Underwriter dalam menjual saham emiten ke masyarakat.
Kantor Akuntan Publik, yang bertugas untuk mengaudit laporan
keuangan calon emiten untuk beberapa tahun yang lalu dan untuk
periode berjalan.
Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk haruslah menjadi anggota Forum
akuntan Pasar Modal dan terdaftar di Bapepam. Sebelum menjadi
anggota Forum akuntan Pasar Modal terlebih dahulu KAP tersebut
harus mengikuti training mengenai pasar modal dan setelah selesai
diberikan Certificate yang merupakan salah satu syarat untuk menjadi
anggota. Dalam menjalankan auditnya, KAP harus memperhatikan
ketaatan calon emiten terhadap Undang-undang No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal serta standart akuntansi, dan peraturan-peraturan
yang dikeluarkan Bapepam. Selain mengeluarkan audit report, KAP
juga harus mengeluarkan comfort Letter.
Legal Consultant, yang bertugas menangani masalah-masalah hukum
yang dihadapi perusahaan dan legal consultant harus membuat surat
pernyataan apakah ada atau tidak masalah-masalah hukum yang

4
dihadapi perusahaan, misalnya ada tuntutan dari pihak ketiga di
pengadilan, pada saat perusahaan akan go public.
Notaris, yang bertugas menangani perubahan dan pembuatan akte-akte
yang diperlukan perusahaan dalam rangka go public.
Tax Consultant, yang bertugas menangani masalah-masalah
perpajakan perusahaan, termasuk mengusahakan di perolehnya Tax
Clearance dari Dirjen Pajak.
Appraisal Company, yang bertugas melakukan penilaian kembali
(appraisal) terhadap asset perusahaan agar sesuai dengan harga pasar
yang wajar.

Jika ketentuan-ketentuan dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan semua
persyaratan yang ditentukan Bapepam sudah dipenuhi, barulah Ketua Bapepam
mengeluarkan izin untuk penjualan saham perusahaan ke masyarakat. Dalam hal ini Bapepam
berusaha untuk melindungi kepentingan (calon-calon) investor agar tidak dirugikan oleh
(calon) emiten.
Setelah proses emisi saham selesai, emiten harus melaporkan realisasi penggunaan dana
yang diperoleh dari emisi saham, kepada Bapepam. Bapepam akan memeriksa apakah
realisasi tersebut sesuai dengan rencana penggunaan dana yang dicantumkan dalam
prospectus.
Selain itu setiap enam bulan dan pada akhir tahun buku, emiten wajib mengirimkan
laporan keuangannya kepada Bapepam dan Bursa Efek Indonesia dan mengiklankan laporan
keuangan tersebut di dua surat kabar.
Laporan keuangan tahunan harus diaudit oleh KAP anggota Forum Akuntan Pasar
Modal. Sedangkan laporan keuangan tengah tahunan bisa diaudit atau di review terbatas oleh
KAP anggota Forum, atau disusun oleh manajemen tanpa review terbatas atau tanpa di audit.
Keterlambatan dalam memasukkan laporan keuangan ke Bapepam bisa dikenakan denda
Rp. 1.000.000,- per hari.
Jika di kemudian hari, emiten membutuhkan tambahan dana lagi, maka ia bisa
melakukan penawaran umum terbatas (right issue). Proses right issue harus dilakukan
sesuai dengan peraturan Ketua Bapepam No. Kep. 57/PM/1996 tanggal 17 januari 1996.
Sebelumnya perusahaan harus membuat prospectus yang diiklankan di surat kabar. Proses
right issue itu sendiri harus diaudit oleh KAP anggota Forum, yang bukan merupakan KAP
yang melakukan general audit atas laporan keuangan emiten, untuk meyakinkan bahwa

5
proses right issue tersebut tidak menyimpang dari peraturan-peraturan Bapepam yang
berlaku.
Maka, Right issue merupakan hak pembeli saham tambahan yang dilakukan oleh
perusahaan dengan cara memesan terlebih dahulu dengan harga yang telah ditentukan
sebelumnya untuk tanggal tertentu. Istilah right issue di Indonesia dikenal pula dengan istilah
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), karena emiten mengeluarkan saham baru
dalam rangka penambahan modal perusahaan dengan terlebih dahulu ditawarkan kepada
pemegang saham saat ini. Dengan demikian, pemegang saham memiliki preemptive right
atau hak memesan efek terlebih dahulu atas saham-saham baru tersebut. Misalnya PT.ABC
menawarkan kepada setiap pemegang satu lembar saham lama untuk membeli tiga lembar
saham baru. Berarti bila saudara Ali memiliki 500 lembar saham lama, ia berhak untuk
membeli 1500 lembar saham baru.
Right issue diterjemahkan sebagai bukti right. Alat investasi merupakan produk
turunan dari saham. Kebijakan right issue merupakan upaya emiten untuk menambah saham
yang beredar, guna menambah modal perusahaan. Sebab, dengan pengeluaran saham baru
tersebut, berarti pemodal harus mengeluarkan uang untuk membeli saham yang berasal dari
right issue. Kemudian uang ini akan masuk ke modal perusahaan.
Bagi investor, right issue berdampak positif kalau tidak berpengaruh terhadap harga
saham. Sebaliknya, berdampak negatif kalau menyebabkan menurunnya harga. Secara
umum, dampak right issue bisa dirasakan oleh semua pemodal. Right issue merupakan hak
bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh emiten. Karena merupakan
hak, maka investor tidak terikat harus membelinya. Investor boleh mengabaikan haknya
dengan konsekuensi berkurangnya kepemilikan saham atas emiten tersebut. Hal ini, karena
pada dasarnya perusahaan menawarkan right sama dengan mengeluarkan saham baru.
Akibatnya akan mempengaruhi presentase kepemilikan bila tidak membeli secara
proporsional.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam suatu penerbitan right, antara lain :
waktu, harga, dan rasio. Bagi investor informasi waktu penerbitan sangat penting untuk
mengambil keputusan. Apakah dia akan melaksanakan haknya membeli right atau tidak,
sebab right mempunyai masa berlaku yang sangat singkat.
Beberapa istilah yang terkait dengan right issue :
1) Cum Date, yaitu tanggal terakhir / batas akhir seorang investor mendapatkan
haknya untuk memesan efek terlebih dahulu.

6
2) Ex Date, yaitu batas dimana investor sudah tidak mempunyai hak lagi akan
suatu penawaran / corporate action (right issue).
3) Daftar Pemegang Saham (DPS), adalah daftar nama orang atau investor
yang berhak atas suatu corporate action, biasanya diumumkan dalam tanggal
yang dikenal dengan nama DPS Date.
4) Trading Period of Right Certificate, adalah periode pelaksanaan right tersebut
dicatatkan di bursa dan kapan berakhirnya.
5) Exercise Date, adalah tanggal jatuh tempo atas pelaksanaan right issue.
6) Allotment Date, adalah tanggal penentuan jatuh investor yang mendapatkan
right dan berapa besar tambahan saham baru akibat right issue.
7) Listing Date, adalah tanggal right itu pertama kalinya diperdagangkan di
bursa atau tanggal dimana penambahan saham akibat right tersebut
diperdagangkan di Bursa Efek.

Harga pelaksanaan right issue merupakan harga pelaksanaan yang harus dibayar
investor untuk mengkonversikan haknya tersebut ke dalam saham. Umumnya harga
pelaksanaan right issue di bawah harga saham yang berlaku. Hal ini, dimungkinkan sebagai
tarikan agar investor mau membelinya. Right itu sendiri mempunyai harga di pasar, harga
terbentuk dari penawaran yang terjadi.
Informasi penting lainnya adalah rasio dari pelaksanaan right issue, penentuan rasio
ini sangat ditentukan dari berapa besar dana yang dibutuhkan dan kemampuan investor lama
memenuhinya. Jadi, rasio ini merupakan komposisi berapa besar hak pemegang saham lama
mendapatkan kesempatan memesan efek terlebih dahulu. Right ratio yang biasanya
digunakan di Indonesia adalah 2 : 1 yang berarti bahwa dua saham lama mendapatkan hak
memesan satu saham baru.
Konsekuensi penambahan saham akibat kebijakan penerbitan right ini mempengaruhi
kepemilikan pemegang saham lama yang tidak melakukan konversi rightnya. Penurunan nilai
ini terjadi karena harga pasar biasanya terkoreksi dengan adanya kebijakan ini. Untuk
mengukur berapa besar koreksi yang timbul kita harus memperhatikan informasi waktu,
harga, dan rasio penerbitan right tersebut.

7
2.2 KETENTUAN MENGENAI PRE-EMPTIVE RIGHT

(Pasal 36 UU No.1/1995 tentang Perseroan Terbatas; Pasal 4 ayat (4) dan (5) Anggaran
Dasar Perseroan Terbatas).
o Saham yang dikeluarkan dalam rangka penambahan modal harus ditawarkan
terlebih dahulu kepada setiap pemegang saham seimbang dengan jumlah saham
yang dimilikinya (untuk klasifikasi saham yang sama).
o Jika pemegang saham tidak menggunakan haknya untuk mengambil saham baru
yang akan diterbitkan, maka saham-saham baru tersebut akan ditawarkan
kepada karyawan.
o Jika karyawan tidak menggunakan haknya untuk mengambil saham baru yang
akan diterbitkan, maka saham-saham baru tersebut akan ditawarkan kepada
pihak luar perusahaan (bukan pemegang saham dan juga bukan karyawan).
o Pelaksanaan Pre-Emptive Right pada PT. Tbk dilakukan melalui proses Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (Rights Issue). Dengan Rights Issue pemegang
saham yang tidak bersedia mengambil saham-saham baru ketika modal
ditingkatkan dapat memperoleh uang dengan jalan menjual haknya atas saham
baru tersebut.
o Dalam Pre-Emptive Right, pemilik 1 saham berhak atas sejumlah saham baru
yang jumlahnya merupakan pembagian dari jumlah saham baru yang akan di
keluarkan dengan seluruh jumlah saham yang ada (telah disetor dan di
tempatkan). Sedangkan dalam Rights Issue dapat ditentukan misalnya: setiap 5
saham memiliki 12 Rights, dimana 1 Right memberikan hak untuk mengambil 1
saham baru. Penyimpangan terhadap prinsip Pre-Emptive Right (1 saham lama
berhak atas 1 saham baru) dimungkinkan oleh pasal 127 UU No.1/1995 : lex
specialis derogat lex generalis.

Catatan: Pre-Emptive Rights berbeda dengan Right Of First Refusal yang diatur dalam
Pasal 50 UU No.1/1995 dan Pasal 9 Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.
Maka, Pre-Emptive Right adalah menawarkan saham baru yang akan dikeluarkan dari
portepel saham perusahaan. Dengan demikian terjadi peningkatan modal disetor.

8
2.3 TUJUAN PEMERIKSAAN ATAS PROSES RIGHT ISSUE
Pada umumnya tujuan dilakukannya right issue adalah untuk menghimpun dana segar
yang akan digunakan untuk ekspansi usaha, membayar pinjaman atau untuk modal kerja.
Beberapa tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan porsi kepemilikan pemegang saham atau
meningkatkan jumlah saham yang beredar. Jadi dengan adanya right issue, kapitalisasi pasar
saham akan meningkat dalam jumlah yang lebih kecil dari pada presentase jumlah lembar
saham yang beredar. Umumnya diharapkan penambahan jumlah lembar saham di pasar akan
meningkatkan frekuensi perdagangan saham tersebut atau dengan kata lain dapat
meningkatkan likuiditas saham.
Jenis audit yang dilakukan KAP atas proses right issue termasuk jenis special audit, atau
compliance audit. Tujuan pemeriksaannya adalah memeriksa kewajaran proses right issue,
dalam arti apakah dilakukan sesuai Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
KEP-57/PM/1996 tanggal 17 januari 1996.

2.4 PERATURAN PERATURAN BAPEPAM YANG MENYANGKUT PROSES


RIGHT ISSUE
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal telah mengeluarkan beberapa Surat Keputusan yang
berkaitan dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, antara lain :
a) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-57/PM/1996
Tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, dan lampirannya berupa Peraturan
Nomor IX.D.1 : Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
b) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-58/PM/1996
Tentang Pedoman Mengenai Bentuk Dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam
Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, dan lampirannya berupa
Peraturan Nomor IX.D.2 : Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan
Pendaftaran Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
c) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-59/PM/1996
Tentang Pedoman Mengenai Bentuk Dan Prosspektus. Dalam Rangka Penerbitan
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, dan lampirannya berupa Peraturan Nomor
IX.D.3 : Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Dalam Rangka
Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Dimana Para Pemegang Saham
menerima Efek Yang Sama dan Terdapat Penambahan Modal Disetor Kurang
dari 35% (tiga puluh lima persen), dan Peraturan Nomor.D.4 : Pedoman
Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan

9
Terlebih Dahulu, Dimana Para Pemegang Saham menerima Efek Tidak Yang
Sama atau Terdapat Penambahan Modal Disetor 35% (tiga puluh lima persen)
atau lebih.

2.5 AUDIT PROSEDUR ATAS PROSES RIGHT ISSUE


Karena audit ini merupakan special audit, maka prosedur audit yang dijalankan juga
tidak seluas prosedur audit dalam suatu general audit, tetapi terbatas pada hal-hal yang
berkaitan dengan proses right issue.
Prosedur audit tersebut antara lain :
a) Meminta copy, Pernyataan Pendaftaran dan memeriksa apakah pernyataan
pendaftaran tersebut sesuai dengan Peraturan Nomor IX.D.2.
b) Meminta copy, Prospektus dan iklan Prospektus tersebut memeriksa apakah
bentuk dan Isi Prospektus sesuai dengan Peraturan Nomor IX.D.3. atau IX.D.4.
c) Meminta Akte Notaris yanag berhubungan dengan Right Issue.
d) Membandingkan Laporan Hasil Penjatahan Saham dengan Daftar Hasil
Penjatahan Saham yang diterbitkan oleh Biro administrasi Efek yang mengelola
administrasi perusahaan.
e) Membandingkan Hak untuk memesan terlebih dahulu yang dimiliki oleh para
pemegang saham perusahaan dengan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa para
pemegang saham.
f) Memeriksa Formulir Konfirmasi penjatahan saham mengenai jumlah saham yang
dipesan oleh para pemegang saham dan jumlah yang seharusnya menjadi hak
mereka.
g) Memeriksa Formulir Konfirmasi Penjatahan untuk mengetahui kesesuaian hasil
penjatahan dengan keputusan Rapat Umum Luar Biasa para pemegang saham.
h) Meminta rekening Koran atau daftar pembayaran ataaas saham yang dibeli oleh
para pemegang saham.
i) Mengirim surat konfirmasi kepada pemegang saham utama perusahaan, bahwa
sisa saham yang tidak diambil oleh pemegang hak (pemegang saham lama) akan
dibeli oleh pemegang saham utama.

10
2.6 LAPORAN AUDIT ATAS PROSES RIGHT ISSUE
Laporan audit atas proses right issue terdiri dari :
Pernyataan Akuntan
Laporan Hasil Penjatahan Saham
Daftar Hasil Penjatahan Saham:
Masyarakat Perorangan Indonesia
Lembaga / Badan Usaha Indonesia
Dana Reksa
Perorangan Asing
Lembaga Asing
Akte Notaris Perjanjian Pengalokasian Sisa Saham

2.7 ARTIKEL MENGENAI PROSEDUR/PROSES RIGHT ISSUE


1. PT Tbk menyampaikan Pernyataan Pendaftaran (Regristration Statemant)
dalam Penawaran Umum kepada para pemegang saham/HMETD kepada
Regulator/Otoritas Pasar Modal, dengan menyampaikan Surat Pengantar
Pendaftaran dalam rangka right issue disertai dengan dokumen-dokumen
pendukung/penunjangnya. Pada saat yang sama PT Tbk juga wajib
mengumumkan keterbukaan informasi mengenai HMETD dalam sekurang-
kurangnya 1 surat kabar harian berbahasa Indonesia dan berperedaran nasional
disamping itu juga wajib menyediakan prospectus dalam rangka right issue bagi
masyarakat. Surat pengantar Pernyataan Pendaftaran dalam rangka right issue
tersebut disampaikan kepada Otoritas selambat-lambatnya 28 hari sebelum
RUPSLB dilaksanakan.
2. PT Tbk menunggu hasil penelaahan (re-view) dari Otoritas atas seluruh Surat
Pengantar Pernyataan Pendaftaran berikut dokumen pendukungnya, baik jenis
dokumen maupun materi yang dimuat dalam dokumen tersebut. Pada umumnya
hasil telaahan dari Otoritas atas Pernyataan Pendaftaran dikelompokan menjadi
3 aspek, yakni: Penelaahan dari aspek Keterbukaan Informasi, aspek Hukum
dan aspek Akuntansi. Tanggapan Otoritas atas Pernyataan Pendaftaran tersebut
disasmpaikan kepada PT Tbk sekitar 14 hari sejak Pernyataan Pendaftaran
diterima.
3. Setelah menerima surat tanggapan dari Otoritas, PT Tbk harus segera
menjawab/memenuhi semua hal yang disampaikan sesuai dengan ketentuan

11
yang berlaku. Surat jawaban dari PT Tbk tersebut harus segera disampaikan
kepada Otoritas, disamping itu apabila terdapat perubahan dan/atau tambahan
data atau informasi yang dimuat dalam keterbukaan informasi mengenai
HMETD maka perubahan dan/atau tambahan tersebut wajib pula diiklankan
dalam sekurang-kurangnya 1 surat kabar harian berbahasa Indonesia dan
berperedaran nasional, minimum 2 hari kerja sebelum RUPSLB dilaksanakan.
4. Setelah PT Tbk menyampaikan perubahan dan/atau tambahan informasi yang
diminta Otoritas, maka selanjutnya menunggu hasil telaahan kembali dari
Otoritas. Apabila jawaban PT Tbk sudah lengkap maka Otoritas akan
menyampaikan surat tanggapan yang menyatakan bahwa Otoritas tidak akan
meminta tanggapan lebih lanjut dan pernyataan pendaftaran menjadi efektif
setelah rencana tersebut mendapatkan persetujuan dari RUPSLB.
5. Penyelenggaraan RUPSLB dalam rangka right issue, termasuk meminta
persetujuan penambahan modal dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh lebih
dari setengah bagian (1/2+) saham yang memiliki suara sah dan disetujui oleh
lebih dari setengah bagian (1/2+) saham yang hadir. Apabila kuorum kehadiran
RUPSLB tersebut tidak dapat dipenuhi maka PT Tbk dapat menyelenggarakan
RUPSLB berikutnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun demikain
apabila dalam RFUPSLB tersebut juga terdapat agenda-agenda lain yang
dimintakan persetujuan dari pemegang saham, maka kuorum kehadiran dan
keputusan RUPSLB sesuai dengan peraturan yang berlaku.
6. Setelah rencana right issue termasuk agenda-agenda lain yang berkaitan
mendapatkan persetujuan dalam RUPSLB, maka langkah selanjutnya PT Tbk
menentukan tanggal Daftar Pemegang Saham yang akan mendapatkan right
(DPS Right), dengan kata lain setiap pemegang saham yang terdaftar pada
tanggal tersebut (recording date) akan mendapatkan right atau Sertifikat Bukti
Right (SBR) secara Cuma-Cuma dari PT Tbk sesuai dengan perbandingan/ratio
penambahan modal.
7. Tanggal DPS right ditentukan 8 hari kerja setelah pelaksanaan RUPSLB,
Penentuan Periode selama 8 hari tersebut dimaksudkan agar saham yang tercatat
di Bursa Efek (listed share) dapat ditentukan batasan masa perdagangan saham
yang akan mendapatkan right (cum-right) dan tanggal perdagangan dimana
pembeli saham tersebut tidak memperoleh right (Ex-right). Hal ini terjadi
karena penyelesaian (satlement) transaksi jual-beli saham di Bursa Efek dalam

12
Pasar Reguler ditentukan selama 3 hari bursa (T+3) dan satlement perdagangan
tunai diselesaikan pada hari itu juga (T+0). Disamping itu periode 8 hari
tersebut, disamping untuk menentukan cum dan ex right juga untuk
mengakomodir atau memberi kesempatan kepada para investor/pemegang
saham untuk melakukan transaksi jual-beli saham PT Tbk di Bursa Efek setelah
keputusan RUPSLB.
8. Setelah tanggal DPS right ditentukan maka hari berikutnya PT Tbk membagikan
SBR yang diterbitkan kepada seluruh pemegang saham sesuai dengan jumlah
saham lama dibandingkan dengan jumlah saham baru yang akan diterbitkan
ratio right issue.
9. Pada hari pelaksanaan distribusi SBR sekaligus masa penawaran umum/masa
perdagangan right dimulai dan ditentukan minimum 5 hari kerja dan maksimum
30 hari kerja. Para pemegang saham yang telah mendapatkan SBR dalam masa
perdagangan right memiliki beberapa alternative pilihan. Pilihan pertama
langsung menukarkan atau mengkonversikan sebagian atau seluruh SBRnya
menjadi saham baru sesuai dengan harga pelaksanaannya exercise price,
disamping itu setiap pemegang SBR dapat melaksanakan haknya secara
langsung dan melakukan pemesanan saham tambahan, kedua menjual sebagian
atau seluruhnya SBR tersebut kepada investor lain dengan harga sesuai dengan
kesepakatan atau berdasarkan mekanisme pasar, ketiga tidak menjual atau tidak
melaksanakan sebagian atau seluruh SBR yang dimilikinya. Pemegang SBR
disamping dapat melaksanakan haknya juga dapat melakukan pesanan saham
tambahan, hal tersebut dimaksudkan agar apabila terdapat pemegang saham
yang tidak melaksanakan haknya dialokasikan kepada investor/pemegang
saham yang melakukan pemesanan saham tambahan yang dialokasikan sesuai
dengan hak yang telah dilaksanakan. Pembayaran pemesanan saham tambahan
dapat dilakukan paling lama 2 hari kerja setelah masa perdagangan SBR
berakhir.
10. Setelah masa pembayaran saham tambahan berakhir, maka akan diketahui
jumlah SBR yang telah dikonversikan dan/atau jumlah SBR yang tidak
dikonversikan menjadi saham baru. Apabila jumlah saham yang dipesan oleh
pemegang SBR lebih kecil atau sama dengan jumlah sisa saham baru yang tidak
konversikan oleh pemegang SBR lainnya, maka semua pesanan saham
tambahan dapat dipenuhi. Namun apabila jumlah pemesanan saham tambahan

13
lebih besar dari sisa saham baru yang tidak dikonversikan oleh pemegang SBR
tersebut maka PT Tbk wajib melaksanakan penjatahan saham secara
proporsional sesuai dengan hak yang telah dilaksanakan dari masing-masing
pemegang SBR yang melakukan pemesanan saham tambahan. Pelaksanaan
penjatahan saham tambahan harus sudah diselesaikan paling lama 2 hari kerja
setelah masa pemesanan saham tambahan berakhir. Berikutnya pembayaran
uang pemesanan yang tidak mendapatkan/tidak memperoleh saham baru maka
PT Tbk wajib mengembalikan uang pemesanan (refan) tersebut, paling lama 2
hari kerja setelah masa pemesanan saham tambahan berakhir.
11. Selanjutnya setelah masa penjatahan berakhir PT Tbk wajib menunjuk Akuntan
Public untuk melakukan audit penjatahan termasuk pembagian SBR paling
lambat 30 hari setelah penjatahan berakhir.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Right issue merupakan hak pembeli saham tambahan yang dilakukan oleh perusahaan
dengan cara memesan terlebih dahulu dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya untuk
tanggal tertentu. Emiten mengeluarkan saham baru dalam rangka penambahan modal
perusahaan dengan terlebih dahulu ditawarkan kepada pemegang saham saat ini. Dengan
demikian, pemegang saham memiliki preemptive right atau hak memesan efek terlebih
dahulu atas saham-saham baru tersebut. Karena merupakan hak, maka investor tidak terikat
harus membelinya. Investor boleh mengabaikan haknya dengan konsekuensi berkurangnya
kepemilikan saham atas emiten tersebut.
Tujuan dilakukannya right issue adalah untuk menghimpun dana segar yang akan
digunakan untuk ekspansi usaha, membayar pinjaman atau untuk modal kerja. Beberapa
tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan porsi kepemilikan pemegang saham atau
meningkatkan jumlah saham yang beredar. Dan tujuan seorang auditor melakukan
pemeriksaan terhadap right issue adalah memeriksa kewajaran proses right issue, dalam arti
apakah dilakukan sesuai Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-
57/PM/1996 tanggal 17 januari 1996.

3.2 SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi
para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat
membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah
manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan
saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah ke depan
menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita
semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Accounting Media
Sumber: http://accounting-media.blogspot.com/2013/12/audit-atas-right-issue.html

Nanang Budianas
Sumber: http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengertian-right-issue.html

Pasar Modal Indonesia Konsultan Corporate Action PT Tbk


Sumber: http://konsultancorporateactionpttbk.blogspot.com/p/normal-0-false-false-
false-en-us-x-none_139.html

16

Anda mungkin juga menyukai