Anda di halaman 1dari 22

AUDIT KEUANGAN

Audit Laporan Keuangan


Menurut Boynton dan Kell (2003:6), terdapat tiga tipe audit, yaitu:
1. Audit laporan keuangan (financial statement audit), berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan
mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat
apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
2. Audit kepatuhan (compliance audit), berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-
bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan
persyaratan ketentuan, atau peraturan tertentu.
3. Audit operasional (operational audit), berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-
bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian
tujuan tertentu.
Yusuf (2001:6) menyatakan audit atas laporan keuangan adalah salah satu bentuk jasa atestasi yang
dilakukan auditor. Dalam pemberian jasa ini, auditor menerbitkan laporan tertulis yang berisi pernyataan
pendapat apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum.
Dalam PSA No. 02 (IAI,2001:110.1) dinyatakan bahwa tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh
auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan
mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pandapat, ia harus menyatakan apakah auditnya
telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang telah ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Dalam pelaksanaannya, audit atas laporan keuangan melalui beberapa tahapan (Mulyadi dan
Puradiredja,1997:117), yaitu:
1. Penerimaan Penugasan Audit.
Di dalam memutuskan apakah suatu penugasan audit dapat diterima atau tidak, auditor menempuh
suatu proses yang terdiri dari 6 tahap, yaitu:
a. Mengevaluasi integritas manajemen.
b. Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa.
c. Menentukan kompensasi untuk melaksanakan audit.
d. Menilai independensi.
e. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kecermatan dan keseksamaan.
f. Membuat surat penugasan audit.
2. Perencanaan Audit.
Keberhasilan penyusunan penugasan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang
dibuat oleh auditor. Tujuh tahapan yang harus ditempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya,
yaitu:
a. Memahami bisnis dan industri klien
b. Melaksanakan prosedur analitik.
c. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal.
d. Mempertimbangkan risiko bawaan.
e. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika penugasan klien
berupa audit tahun pertama.
f. Mereview informasi yang berhubungan dengan kewajiban-kewajjiban legal klien.
g. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan.
h. Memahami struktur pengendalian intern klien.
3. Pelaksanaan PengujianAudit
Tahap ini disebut juga tahap pekerjaan lapangan. Tujuannya adalah untuk memperoleh bukti
auditing tentang efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien.
Tahap ini harus mengacu pada standar pekerjaan lapangan.
4. Pelaporan Audit.
Tahap ini harus mengacu pada standar pelaporan. Dua langkah penting yang dilakukan adalah
menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik kesimpulan serta
menerbitkan laporan audit yang melampiri laporan keuangan yang diterbitkan klien.
Dalam setiap tahap audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor independen harus
ditetapkan standar auditing. Standar auditing merupakan suatu kaidah agar mutu auditing dapat dicapai
sebagaimana mestinya. Secara lengkap, seperti yang tercantum di dalam Standar Profesional Akuntan
Publik, PSA No. 01 (IAI,2001:150.1) menyatakan bahwa standar auditing yang telah ditetapkan dan
disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Standar Umum
a. Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup
sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusuna laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat ataas laporan
keuangan auditan.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
b. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip
akuntansi yang diterpkan dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain
dalam laporan audit.
d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai
sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
Tahap akhir dari audit laporan keuangan adalah tahap pelaporan audit. Pada tahap ini seorang auditor
akan memberikan pendapatnya atas laporan keuangan yang telah diauditnya. Menurut Halim (2001:63)
dalam Sovie (2005), ada enam jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Pendapat ini dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan dengan standar
auditing, panyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan tidak
terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan
Pendapat ini dapat diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan dengan standar auditing,
panyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat kondisi
atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Menurut SA 508 paragraf 20 (IAI, 2001: 508.11), jenis pendapat ini diberikan apabila:
a. Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang material
tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku
umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam
prinsip akuntansi.
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secar wajar posisi keuangan, hasil
usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan
alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat
diberikan terhadap laporan keuangan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no opinion)
Pernyataan ini layak diberikan, apabila ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh
klien maupun karena kondisi tertentu dan auditor tidak independen terhadap klien.
6. Pendapat tidak penuh (piecemeal opinion)
Pendapat ini sebenarnya bukan merupakan suatu jeni pendapat tersendiri. Pendapat tidak penuh adalah
pendapat atas unsur tertentu dalam laporan keuangan. Pendapat ini tidak boleh dinyatakan jika auditor
menyatakan tidakmemberikan pendapat atau ia menyatakan pendapat tida wajar atas laporan keuangan
secara keseluruhan.
Bentuk Kepemilikan Akuntan Publik
Arens dan Loebbecke (1996: 11) membagi bentuk kepemilikan kantor akuntan publik ke dalam empat
kategori, terdiri dari:
1. Kantor Akuntan Publik Internasional
Sebelum tahun 1989 terdapat delapan KAP yang lazim disebut The Big Eight. Di tahun 1989, terjadi
dua merger antara dua perusahaan, sehingga menjadi The Big six. Tidak ada alasan untuk merger
ini, tetapi faktor utama adalah kebutuhan bagi kantor akuntan publik untuk melayani bisnis internasional
seiring dengan adanya globalisasi. Pada tahun 2001, terdapat KAP yang bertaraf internasional yang
menduduki lima besar dunia, yang lazim disebut The Big Five. The Big Five ini adalah KAP Arthur
Andersen (di Indonesia berafiliasi dengan KAP Prasetio Utomo & Co.), KAP Delloit Thouch Tohmatsu (di
Indonesia berafiliasi dengan KAP Hans Tuanakotta Mustofa), KAP Ernst and Young (di Indonesia
berafiliasi dengan KAP Hanadi, Sarwoko Dan Sandjaja), Kap Pricewaterhouse Coopers (di Indonesia
berafiliasi dengan KAP Drs. Hadi Susanto dan Rekan), dan KAP Klynveld Peat Marwick
Goerdeler/KPMG (di Indonesia berafiliasi dengan KAP Sidharta, Sidharta dan Harsono). Namun sekitar
tahun 2002, KAP Arthur Andersen mengalami kasus dan membubarkan diri (tanpa nama, 2003). Di
Indonesia, partner KAP yang berafiliasi dengan KAP Arthur Andersen kemudian bergabung dengan KAP
Ernst and Young, sehingga berganti nama menjadi KAP Prasetio, Sarwoko dan Sandjaja (Tanpa Nama,
2002).
2. Kantor Akuntan Publik Nasional
Beberapa KAP lainnya di Amerika Serikat yang dianggap sebagai kantor akuntan publik berukuran
nasional karena memiliki cabang-cabang di seluruh kota besar di Amerika Serikat. Mereka memiliki
hubungan dengan KAP di luar negeri sehingga memiliki juga potensi internasional. Pada masa
belakangan ini emakin banyak kantor akuntan publik jenis ini yang juga diwakili di Indonesia.
3. Kantor Akuntan Publik Lokal dan Regional
Sebagian kantor akuntan publik di Indonesia merupakan kantor akuntan publik lokal atau regional, dan
terutama sekali di Pulau Jawa. Banyak diantaranya yang berafiliasi dengan organisasi kantor akuntan
publik internasional dalam kelompok 30 besar untuk bertukar pandangan dan pengalaman mengenai hal-
hal seperti teknik informasi dan pendidikan lanjutan.
4. Kantor Akuntan Publik Lokal Kecil
Sebagian kantor akuntan publik di Indonesia mempunyai kurang dari 25 orang tenaga profesional pada
suatu KAP. Mereka memberikan jasa audit dan pelayanan yang berhubungan dengan badan-badan
usaha kecil dan organisasi nirlaba, meskipun ada diantaranya yang melayani satu dua perusahaan yang
go public.
Pelaporan Keuangan Bagi Perusahaan Publik
Sebelum tahun 2003, berdasrkan lampiran keputusan ketua BAPEPAM Nomor Keputusan 80/PM/1996
dalam Widiyanti (2003) tentang penyampaian laporan keuangan berkala, maka setiap emiten dan
perusahaan publik yang pernyataan pendaftarannya telah efektif wajib menyampaikan laporan keuangan
berkala dan laporan auditor independen kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal
laporan tahunan perusahaan. Namun sejak tanggal 30 September 2003, BAPEPAM merevisi peraturan
tersebut, dengan dikeluarkannya lampiran surat keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Keputusan
36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan
dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan
ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan (Sovie, 2005).
Setiap emiten dan perusahaan publik yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib
menyampaikan laporan keuangan berkala kepada BAPEPAM sebanyak 4 (empat) eksemplar, sekurang-
kurangnya 1 (satu) dalam bentuk asli. Laporan keuangan yang harus disampaikan ke BAPEPAM terdiri
dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan
keuangan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan jika dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan jenis industrinya.
Laporan keuangan tahunan wajib diumumkan kepada publik dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Perusahaan wajib mengumumkan neraca, laporan laba rugi dan laporan lain yang dipersyaratkan oleh
instansi yang berwenangsesuai dengan jenis industrinya dalam sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar
harian berbahasa Indonesia yang satu diantaranya mempunyai peredaran nasional dan lainnya yang
terbit di tempat kedudukan emiten atau perusahaan publik, selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga
setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
b. Bentuk dan isi neraca, laporan laba rugi, dan laporan lain yang dipersyaratkan oleh instansi yang
berwenang sesuai dengan jenis industri yang diumumkan tersebut harus sama dengan yang disajikan
dalam laporan keuangan tahunan yang disajikan kepada BAPEPAM.
c. Pengumuman tersebut harus memuat opini dari akuntan.
d. Bukti pengumuman tersebut harus disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 2 (dua) hari
kerja setelah tanggal pengumuman.
Jika emiten atau perusahaan publik yang laporan keuangannya mendapatkan opini selain wajar tanpa
pengecualian, maka ketika mengumumkan laporan keuangan auditannya, perusahaan publik wajib pula
memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Paragraf penjelasan akuntan atas opininya, antara lain menyangkut hal-hal sebagai berikut:
Pembatasan ruang lingkup pemeriksaan.
Penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Penjelasan ketidakpastian menyangkut kelangsungan usaha perusahaan dan kemungkinan adanya
kerugian.
Dampak utama penyimpangan terhadap laporan keuangan
b. Tanggapan manajemen terhadap opini akuntan tersebut
Dengan semakin diperketatnya peraturan BAPEPAM terbaru yang menjadikan batas waktu
penyampaian laporan keuangan auditan dari 120 hari menjadi 90 hari akan menjadikan tugas dari
akuntan publik semakin berat. Hal ini disebabkan karena pekerjaan audit merupakan aktivitas yang
membutuhkan waktu dikarenakan audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian.
Disamping itu, dalam standar pekerjaan lapangan disebutkan bahwa audit harus dilaksanakan melalui
pemahaman yang memadai dan pengumpulan bukti-bukti yang cukup melalui pengamatan, pengajuan
pertanyaan dan konfirmasi.
Audit Delay
Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan auditan merupakan hal yang sangat penting khususnya
untuk perusahan-perusahan publik yang menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber
pendanaan. Beaver (1968) dalam Givoly dan Palmon (1982) memberikan bukti empiris berkaitan dengan
isi informasi keuangan yang berupa pengumuman laba, dimana investor akan menunda pembelian atau
penjualan sekuritasnya sampai dengan diterbitkannya laporan keuangan auditan perusahaan. Manajer
perusahaan akan sangat menghargai jika auditor mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Namun
auditor memerlukan waktu yang cukup untuk dapat megumpulkan bukti-bukti kompeten yang dapat
mendukung opininya. Lamanya waktu penyelesaian audit diukur dari berakhirnya tahun fiskal sampai
dengan tanggal ditandatanganinya laporan audit (tanggal opini) selanjutnya disebut sebagai audit delay.
Audit delay atau dalam beberapa penelitian sebagai audit reporting lag didefinisikan sebagai selisih
waktu antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Definisi ini
digunakan oleh Casrlaw dan Kaplan (1991); Ansah (2000); Hossain dan Taylor (1998); Halim (2000);
serta Ahmad dan Kamarudin (2001). Dyer dan McHugh (1975) membagi keterlambatan atau lag menjadi:
1. preliminary lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya
laporan keuangan pendahulu oleh pasar modal.
2. auditors signature lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal yang
tercantum dalam laporan auditor.
3. total lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan
keuangan tahunan publikasi oleh pasar modal.
Di Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ) menetapkan
bahwa laporan keuangan tahunan harus teraudit dalam waktu 90 hari serta harus diserahkan ke
BAPEPAM dan BEJ untuk dipublikasikan. Hal ini dapat dijadikan pedoman oleh auditor dan pihak
manajemen perusahaan publik bahwa batas waktu minimal audit delay adalah 90 hari (3 bulan). Apabila
ketetapan ini dilanggar, maka BAPEPAM akan mengenakan sanksi bagi perusahaan yang tidak
mematuhinya.
FAKTOR PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT
Dalam semua audit, auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern yang memadai
untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang
relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut dioperasikan.
Setelah memperoleh pemahaman tersebut, auditor menaksir risiko pengendalian untuk asersi yang
terdapat dalam saldo akun, golongan transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan.
Auditor dapat menaksir risiko pengendalian pada tingkat maksimum (probabilitas tertinggi bahwa salah
saji material dapat terjadi dalam suatu asersi, tidak mungkin efektif, atau karena evaluasi terhadap
efektivitasnya tidak akan efisien. Sebagai alternatifnya, auditor dapat memperoleh bukti audit tentang
efektivitas baik desain maupun operasi suatu pengendalian yang mendukung risiko pengendalian
taksiran rendah.
Bukti audit semacam itu dapat diperoleh dari pengujian pengendalian yang direncanakan atau
dilaksanakan bersamaan dengan pemerolehan atau dari prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh
pemahaman yang tidak secara khusus direncanakan sebagai pengujian pengendalian.
SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit menyatakan bahwa hampir semua pekerjaan auditor independen
dalam membentuk pendapatnya atas laporan keuangan terdiri dari pemerolehan dan evaluasi bukti audit
tentang asersi dalam laporan keuangan. Asersi ini terkandung dalam saldo akun, golongan transaksi,
dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan dan digolongkan ke dalam lima golongan utama
berikut ini:
1.Keberadaan atau keterjadian
2.Kelengkapan
3.Hak dan kewajiban
4.Penilaian atau alokasi
5.Penyajian dan pengungkapan
Dalam perencanaan dan pelaksanaan audit, auditor mempertimbangkan asersi tersebut dalam
hubungannya dengan saldo akun atau golongan transaksi tertentu.
Pada waktu auditor memperoleh bukti audit mengenai desain dan operasi pengendalian selama masa
interim, ia harus menentukan bukti audit tambahan apa yang harus diperoleh untuk masa yang tersisa.
Dalam membuat keputusan tersebut, auditor harus mempertimbangkan pentingnya asersi yang
bersangkutan, pengendalian khusus yang dievaluasi selama masa interim, tingkat efektivitas desain dan
operasi pengendalian yang dievaluasi tersebut, hasil pengujian pengendalian yang digunakan dalam
membuat evaluasi terhadap lamanya waktu yang masih tersisa dan bukti audit mengenai desain dan
operasi yang mungkin diperoleh dari pengujian substantif yang dilakukan dalam masa yang tersisa.
Auditor harus mendapatkan bukti audit tentang sifat dan lingkup perubahan signifikan dalam
pengendalian intern, termasuk perubahan kebijakan, prosedur dan personel, yang terjadi setelah masa
interim.
Sumber : PSA No. 69 Pertimbangan Atas Pengendalian Intern Dalam Audit Laporan Keuangan, dapat
diunduh pada halaman Download kategori Audit.
Konsep Materialitas, Resiko Dalam Laporan Keuangan

Berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, auditor tidak mungkin melakukan pemeriksaan atas semua
transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan. Auditor harus menggunakan konsep materialitas
dan konsep risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Konsep
materialitas berkaitan dengan seberapa besar salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh
auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut. Konsep
risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan
keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
Materialitas dibagi menjadi dua golongan, yaitu materialitas pada tingkat laporan keuangan dan
materialitas pada tingkat saldo akun. Risiko audit juga digolongkan menjadi dua, yaitu risiko audit
keseluruhan dan risiko audit individual.
Penggunaan Materialitas dalam Mengevaluasi Bukti Audit
Risiko audit terdiri dari tiga unsur, yaitu risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Risiko
bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material,
dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait. Risiko
pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah
atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko deteksi adalah risiko sebagai
akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko
deteksi ditaksir oleh auditor pada tahap perencanaan audit sebagai salah satu dasar penentuan ukuran
sampel yang akan diperiksa.
Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor dapat memilih
strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau sekelompok asersi. Strategi audit
awal dibagi menjadi dua macam pendekatan, yaitu pendekatan substantif (primarily substantive
approach) dan pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran rendah (lower assessed level of control
risk approach).
Penaksiran Risiko Pengendalian dan Pendesainan Pengujian Pengendalian
Penaksiran risiko pengendalian untuk suatu asersi merupakan faktor penentu tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima untuk suatu asersi, yang pada gilirannya akan berdampak terhadap tingkat pengujian
substantif yang direncanakan (yang mencakup sifat, saat, dan lingkup pengujian substantif) yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan audit. Jika risiko pengendalian ditaksir terlalu rendah, risiko deteksi dapat
terlalu tinggi ditetapkan dan auditor dapat melaksanakan pengujian substantif yang tidak memadai
sehingga auditnya tidak efektif. Sebaliknya jika risiko pengendalian ditaksir terlalu tinggi, auditor dapat
melakukan pengujian substantif melebihi dari jumlah yang diperlukan sehingga auditor melakukan audit
yang tidak efisien.
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan efektivitas desain
dan/atau operasi kebijakan dan prosedur pengendalian intern. Berbagai pengujian pengendalian dapat
dipilih oleh auditor dalam pelaksanaan auditnya, yaitu sebagai berikut.
1.
Pengujian pengendalian bersamaan (concurrent tests of controls), yang terdiri dari prosedur untuk
memperoleh pemahaman dan sekaligus untuk mendapatkan bukti tentang efektivitas pengendalian
intern.
2.
Pengujian pengendalian tambahan, yang merupakan pengujian yang biasanya dilaksanakan oleh auditor
jika, berdasarkan hasil pengujian pengendalian bersamaan yang memperlihatkan pengendalian intern
yang efektif, auditor kemudian mengubah strategi auditnya dari pendekatan terutama substantif ke
pendekatan risiko pengendalian rendah.
3.
Pengujian pengendalian yang direncanakan, yang merupakan pengujian yang dilaksanakan untuk
menentukan taksiran awal risiko pengendalian moderat atau rendah sesuai dengan tingkat pengujian
substantif yang direncanakan.
4.
Pengujian dengan tujuan ganda (dual-purpose tests), yang merupakan pengujian yang desain
sedemikian rupa sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti tentang efektivitas pengendalian intern
sekaligus dapat mengumpulkan bukti tentang kekeliruan moneter dalam akun.
Penaksiran Risiko Deteksi dan Pendesainan Pengujian Substantif
Desain pengujian substantif sangat ditentukan oleh risiko deteksi yang ditetapkan oleh auditor. Desain
pengujian substantif mencakup penentuan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang diperlukan untuk
memenuhi tingkat risiko deteksi setiap asersi. Auditor dapat menggunakan jenis pengujian substantif
berikut, yaitu prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi terperinci, dan pengujian terhadap saldo
terperinci. Pengujian substantif dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca dan pada atau mendekati
tanggal neraca, tergantung risiko deteksi yang ditetapkan oleh auditor.
Rerangka umum pengembangan program audit untuk pengujian substantif adalah sebagai berikut, (1)
tentukan prosedur awal audit, (2) tentukan prosedur analitik yang perlu dilaksanakan, (3) tentukan
pengujian terhadap transaksi terperinci, (4) tentukan pengujian terhadap akun terperinci.
TUJUAN AUDITING

Tujuan dan Manfaat Audit
Audit dikembangkan dan dilaksanakan karena audit memberi
banyak manfaat bagi dunia bisnis. Pelaksaanaan audit mempunyai
tujuan yang berbeda, beberapa tujuan audit menurut adalah :
1. Penilaian Pengendalian ( Appraisal of Control )
Pemeriksaan operasional berhubungan dengan
pengendalian administratif pada seluruh tahap operasi
perusahaan yang bertujuan untuk menentukan apakah
pengendalian yang ada telah memadai dan terbukti
efektif serta mencapai tujuan perusahaan.
2. Penilaian Kinerja ( Appraisal of Performance )
Penilaian, Pelaksanaan dan Operasional serta hasilnya.
Penilaian diawali dengan mengumpulkan informasiinformasi
kuantitatif lalu melakukan penilaian efektifitas,
efisiensi dan ekonomisasi kinerja. Penilaian selanjutnya
menjadi informasi bagi manajemen untuk meningkatkan
kinerja perusahaan.
3. Membantu Manajemen ( Assistance to Manajement )
Dalam pemeriksaan operasional dan ketaatan maka
hasil audit lebih diarahkan bagi kepentingan manajemen
untuk performansinya. Dan hasilnya merupakan
rekomendasi-rekomendasi atas perbaikan-perbaikan
yang diperlukan pihak manajemen.
Manfaat audit dikelompokkan menjadi tiga kelompok dasar
yang menikmati manfaat audit, yaitu :
A. Bagi Pihak yang diaudit
1. Menambah Kredibilitas laporan keuangannya sehingga
laporan tersebut dapat dipercaya untuk kepentingan pihak
luar entitas seperti pemegang saham, kreditor, pemerintah,
dan lain-lain.
2. Mencegah dan menemukan fraud yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan yang diaudit.
3. Memberikan dasar yang dapat lebih dipercaya untuk
penyiapan Surat Pemberitahuan Pajak yang diserahkan
kepaada Pemerintah.
4. Membuka pintu bagi masuknya sumber- pembiayaan dari
luar.
5. Menyingkap kesalahan dan penyimpangan moneter dalam
catatan keuangan.
B. Bagi anggota lain dalam dunia usaha
1. Memberikan dasar yang lebih meyakinkan para kreditur atau
para rekanan untuk mengambil keputusan pemberian kredit.
2. Memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada
perusahaan asuransi untuk menyelesaikan klaim atas
kerugian yang diasuransikan.
3. Memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan
calon investor untuk menilai prestasi investasi dan
kepengurusan manajemen
4. Memberikan dasar yang objektif kepada serikat buruh dan
pihak yang diaudit untuk menyelesaikan sengketa mengenai
upah dan tunjangan.
5. Memberikan dasar yang independen kepada pembeli
maupun penjual untuk menentukan syarat penjualan,
pembelian atau penggabungan perusahaan.
6. Memberikan dasar yang lebih baik, meyakinkan kepada para
langganan atau klien untuk menilai profitabilitas atau
Audit Finansial, Audit Manajemen, Dan Sistem Pengendalian Intern 45
rentabilitas perusahaan itu, efisiensi operasionalnya, dan
keadaan keuangannya.
C. Bagi badan pemerintah dan orang-orang yang bergerak di
bidang hukum
1. Memberikan tambahan kepastian yang independen tentang
kecermatan dan keandalan laporan keuangan.
2. Memberikan dasar yang independen kepada mereka yang
bergerak di bidang hukum untuk mengurus harta warisan dan
harta titipan, menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan
dan insolvensi, dan menentukan pelaksanaan perjanjian
persekutuan dengan cara semestinya.
3. Memegang peranan yang menentukan dalam mencapai
tujuan Undang-Undang Keamanan Sosial.


MATERI AUDITING

Jasa yang Dihasilkan Oleh Akuntan Publik
1. Jasa atestasi
Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan seseorang yang independen dan
kompeten mengenai kesesuaian, dalam segala hal yang signifikan, asersi suatu entitas dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Auditor memberikan jasa atestasi dengan memberikan pendapat
tertulis yang berisi kesimpulan tentang keandalan asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab
pihak lain.
Audit
Pemeriksaan (examination)
Review
Prosedur yang disepakati bersama (agreed upon procedures)

2. Jasa Non Atestasi
Jasa non atestasi adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia tidak
memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan.
Jenis jasa non atestasi yang dihasilkan oleh akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa
perpajakan, jasa konsultasi manajemen.
Jasa akuntansi
Jasa perpajakan
Jasa konsultasi manajemen


Pengertian Audit
Auditing adalah Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak
yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai keawajaran laporan keuangan tersebut. (Sukrisno Agoes)
Auditing adalah proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai suatuinformasi untuk
menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriterianya.
Auditing hendaknya dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen. (Arens)
Definisi Auditing secara umum tersebut memiliki unsur-unsur penting
sebagai berikut :
1. Suatu Proses yang sistematik.
2. Untuk memperoleh dan mengealuasi bukti secara objektif.
3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi
4. Menetapkan tingkat kesesuaian
5. Kriteria yang ditetapkan
6. Penyampaian hasil
7. Pemakai yang berkepentingan


Jenis Audit dan Auditor
a. Audit Laporan Keuangan
Audit Laporan Keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan
keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.
b. Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuaannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai
dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada
pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerin
tahan.
c. Audit Operasional
Audit Operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian
daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu.


1. Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat
umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.
2. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas
pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit
organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada
pemerintah.
3. Auditor Internal
Auditor Internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun
perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan
organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian
organisasi.

Laporan Audit
Laporan Audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan
masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai
kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalan suatu laporan
tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku.
Laporan Audit Baku
A. Paragraf pengantar dicantumkan sebagai paragraf pertama laporan audit baku. Terdapat 3 fakta
yang diungkapkan oleh auditor dalam paragraf pengantar ;
1. Tipe jasa yang diberikan auditor
2. Objek yang diaudit
3. Pengungkapan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan tanggung jawab auditor
atas pendapat yang diberikan atas laporan keuangan berdasarkan hasil auditnya.
B. Paragraf lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang dilaksanakan auditor.
C. Paragraf pendapat berisi pernyataan ringkas mengenai pendapat auditor tentang kewajaran
laporan keuangan auditan.

5 (lima) Tipe Pokok Laporan Audit yang Diterbitkan oleh
Auditor:
1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian. (Unqualified Opinion)
2. Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian. (Qualified Opinion)
3. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan.(Unqualified
Opinion with explanatory language)
4. Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
5. Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat. (Disclamer Opinion)

Standar Auditing
A. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama.
B. Standar Pekerjaan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.
C. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan
prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersil bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang
jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab
yang dipikul oleh auditor.
Laporan Auditor Independen
[pihak yang dituju]
Kami telah mengaudit neraca perusahaan XYZ tanggal 31 Desember 2xx1 serta laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab
kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Iondonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk merencanakan dan melaksanakan audit
agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian. Audit juga meliputi penilaian
atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen,
serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa
audit kami memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan perushaan XYZ tanggal 31 Desember 2xx1,
dan hasil usaha serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, no izin KAP)
[tanggal]
Manfaat Audit Laporan Keuangan
Keterlibatan audit yang independen akan memberikan manfaat-manfaat antara lain, menambah
kredibilitas laporan keuangan, mengurangi kecurangan perusahaan, dan memberikan dasar yang
lebih dipercaya untuk pelaporan pajak dan laporan keuangan lain yang harus diserahkan kepada
pemerintah.

Kondisi yang menyebabkan perlunya auditing:
a) Ada potensi konflik antara penyedia informasi dan pemakai informasi.
b) Informasi kemungkinan mempunyai konsekuensi ekonomi yang substansial bagi pengambil
keputusan.
c) Para ahli sering diminta untuk menyiapkan dan mengklarifikasi informasi.
d) Para pengguna informasi sering mempertanyakan kualitas informasi.

Batasan Suatu Audit
1. Beberapa kesimpulan audit dibuat atas pemeriksaan atas contoh dari bukti yang ada. Biasanya
laporan keuangan didukung oleh ribuan bahkan jutaan dokumen. Proses audit biasanya terbentur
dengan biaya dan waktu dan membutuhkan sebuah pemeriksaan yang mendukung
pengungkapan laporan keuangan. Beberapa contoh dapat memberikan keterbatasan untuk
dipertimbangkan, meskipun demikian, kesimpulan dapat ditarik dari pemeriksaan contoh bukti
yang ada sebagai subjek ketidakpastian.
2. Beberapa bukti yang mendukung laporan keuangan harus didapatkan dari perwakilan
manajemen meskipun auditor dapat memperoleh bukti yang menguatkan atau bahkan tidak
menguatkan. Oleh sebab itu dibutuhkan kepercayaan penuh kepada perwakilan manajemen. Jika
integritas manajemen kurang, maka auditor dapat memberikan pendapat yang tidak benar atas
laporan keuangan
Kelemahan manusia seperti halnya kelelahan & kecerobohan dapat
menyebabkan auditor tidak melihat bukti-bukti yang berhubungan,
memeriksa jenis bukti yang salah atau menarik kesimpulan yang salah
atas laporan keuangan yang diaudit.

ETIKA PROFESIONAL
Etika dan Moralitas
Ethos (Yunani) = Karakter
Mores (Latin) = Kebiasaan
Seperangkat prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang berhubungan bagaimana seseorang bertindak
terhadap orang lain. Fokus kepada perilaku yang benar dan salah.

Perlunya Etika Profesional
Kebutuhan Etika dalam Profesi :
1. Kepentingan terhadap kepercayaan masyarakat
2. Eksistensi profesi sangat bergantung kepada kepercayaan publik terhadap mutu pekerjaan
profesi Akuntan Publik
3. Persaingan yang sangat ketat dapat mendorong seorang profesional berperilaku tidak etis dan
tidak profesional.

AKUNTAN PUBLIK DAN AUDITOR INDEPENDEN
Akuntan Publik
Akuntan yang berpraktik di KAP, yang menyediakan berbagai jasa yang diatur dalam SPAP
(auditing,atestasi ,akuntansi dan review , dan jasa konsultasi).
Auditor Independen
Akuntan publik yang menerima penugasan audit atas lap. Keuangan historis, yang
menyediakan jasa audit atas dasar Standar auditing yang tercantum dalam SPAP.

Kerangka Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia
1. Prinsip Etika
2. Aturan Etika
3. Interpretasi aturan etika
4. Tanya dan jawab

Prinsip etika mengikat seluruh anggota IAI, dan merupakan produk kongres.
Aturan etika mengikat kepada anggota kompatemen dan merupakan produk rapat
anggota kompartemen. Aturan Etika tidak boleh bertentangan dengan prinsip
etika.
Interpretasi aturan etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh badan
yang dibentuk oleh kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari anggota
dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan
aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Pernyataan etika profesi yang berlaku saat itu dapat dipakai sebagai interpretasi
dan atau aturan etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk
menggantikannya.




Kode Etik Akuntan
PRINSIP ETIKA
a. Tanggung jawab profesi
b. Kepentingan umum (Publik)
c. Integritas
d. Objektifitas
e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
f. Kerahasiaan
g. Perilaku profesional
h. Standar teknis
Tanggung jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota
juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan
tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.
Kepentingan umum (Publik)
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham
bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan
etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat
dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik
kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk
mencapai profesionalisme yang tinggi.
Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas
merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi
anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan
oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidakdisengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
Objektivitas
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas
mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi,
perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan
sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas
keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik
dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya,
anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan,
serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari
jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa
dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi
anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada
pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan
kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang
diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.
Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali
bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan
kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban
kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban
untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh
melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah
hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir
Perilaku profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi
oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
Standar teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
profesional yang relevan.
Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan
prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati
anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation
of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.
ATURAN ETIKA
1. Independensi, Integritas, Objektivitas
2. Standar Umum Prinsip Akuntansi
3. Tanggung Jawab Kepada Klien
4. Tanggung Jawab Kepada Rekan
5. Tanggung Jawab dan Praktik Lain
Independensi : cara pandang tidak memihak dalam pelaksanaan pengujian evaluasi hasil dan
penyusunan laporan audit , meliputi : independent in fact (dalam fakta) , independent in
appearance (dalam penampilan).
Integritas : bersikap jujur dan terbuka
Objektivitas : bebas dari conflict of interest
Standar Umum : Kompetensi Profesional, Kecermatan dan keseksamaan Propfesional,
Perencanaan dan Supervisi, Data relevan yang memadai.
Kapatuhan terhadap standar : Wajib mematuhi standar standar yang telah ditetapkan.
Prinsip-Prinsip Akuntansi : Tidak diperkenankan menyatakan pendapat atau
memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data keuangan lain suatu entitas
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau menyatakan bahwa tidak
ditemukan perlunya modifikasi material terhadap laporan tersebut agar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan material dari prinsip
akuntansi.
Tanggung Jawab Kepada klien : Kerahasiaan Informasi Klien ; tidak diperkenankan
mengungkapkan rahasia klien, kecuali atas ijin klien untuk mematuhi pereturan dan keperluan
review mutu atau penyidikan/penegakan disiplin oleh anggota IAI. Fee Profesional : Besaran
fee, ditentukan berdasarkan tingkat risiko,kompleksitas jasa,tingkat keahlian, struktur biaya
KAP dan lainnya serta tidak diperkenankanmendapatkan klien dengan cara menawarkan fee
yang dapat merusak citra profesi. Fee Kontinjen (yang ditetapkan): tidak diperkenankan bila
dapat mengganggu independensi.
Tanggung Jawab Kepada Rekan : Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi;
memelihara citra Profesi, Tidak merusak reputasi rekan seprofesi. Komunikasi Antar Akuntan
Publik ; wajib komunikasi dengan profesi dan auditor, Profesi wajib menanggapi secara tertulis
perikatan (penugasan) atestasi. Perikatan Atestasi ; tidak diperkenankan mengadakan
perikatan atestasi yang atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh
akuntan yang lebih dahulu ditunjuk oleh klien, kecuali karena peraturan.
Tanggung Jawab dan Praktik Lain : Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan
sesama profesi. Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya.Komisi dan Fee Refeal. Bentuk
Organisasi dan KAP.

TANGGUNG JAWAB HUKUM AUDITOR
A. Pelaporan Pelanggaran Kode Etik Sangsi yang diberikan atas pelanggaran kode etik oleh
Akuntan, berupa :
1. Peringatan tertulis
2. Teguran tertulis
3. Skorsing sementara waktu
4. Pemecatan.
B. Kegiatan Melanggar Hukum
1. Penyuapan kepada pejabat kantor Pajak
2. Dengan sengaja tidak menyerahkan SPT
3. Penentuan besarnya honorarium berdasarkan pada hasil audit (Contingent fee).
C. Publisitas dan Advertensi
Akuntan publik tidak diperkenankan dalam menjalankan profesisamengusahakan reklame atau
sengaja membiarkan reklame diusahakan untuk kepentingannya. Publisitas individual bisa
diterima selama tidak menyesatkan,disajikan dengan wajar, menjungjung tinggi nilai
profesinalisme, dan tidak dilakukan berulang-ulang.
D. Honorarium dan Renumerasi
Honorarium profesi harus mencerminkan nilai yang wajar, yang mencakup :
1. Keahlian dan pengetahuan
2. Pendidikan dan pengalaman
3. Waktu yang dibutuhkan
4. Tanggung jawab yang dipikul masing-masing anggota

Anda mungkin juga menyukai