Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi

Disusun Oleh : Lian Purnama Dewi 2010061061

UNIVERSITAS KUNINGAN FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dengan lancar dan tepat pada waktunya. Sebagimana kita ketahui kasus perpajakan di Indonesia semakin lama kian banyak jumlahnya. Maka dari itu perlu adanya peninjauan dan pembahasan kembali atas kasus-kasus tersebut demi terpenuhinya pengetahuan kita semua. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua demi bertambahnya wawasan kita akan ilmu Perpajakan. Tak ada gading yang tak retak, taka ada manusia yang sempurna. Jika ada kritik membangun atau saran akan isi dari makalah ini silakan sampaikan dan Insha Allah akan kami perbaiki. Terima Kasih.

Kuningan, Mei 2013

Penyusun

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Auditing Mendefinisikan auditing sebagai suatu objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadiankejadian ekonomi untuk menyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Alvin A. Arens, Mark S. Beaslev (2003) mendefinisikan auditing sebagai proses pengumpulan dan pengawasan bahan bukti tentang informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria kriteria yang telah di tetapkan. Auditing harus dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen. Menurut Sukrisno Agoes (2004), auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. B. Jenis-jenis audit: Menurut (Sukrisno Agoes, 2004), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, maka jenisjenis audit dapat dibedakan atas: 1. Pemeriksaan Umum (General Audit), yaitu suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)

yang independen dengan maksud untuk memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. 2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit), yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang hanya terbatas pada permintaan auditee yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan memberikan opini terhadap bagian dari laporan keuangan yang diaudit, misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas perusahaan. Ditinjau dari jenis pemeriksaan maka jenis-jenis audit dapat dibedakan atas: 1. Audit Operasional (Management Audit), yaitu suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi kebijakan suatu operasional perusahaan, yang telah termasuk ditetapkan kebijakan akuntansi dan

oleh manajemen dengan maksud untuk mengetahui apakah kegiatan operasi telah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. 2. Pemeriksaan Ketaatan (Complience Audit), yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan. 3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan yang mencakup laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan serta ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. 4. Audit Komputer (Computer Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap perusahaan yang melakukan proses data akuntansi dengan menggunakan sistem Elektronic Data Processing (EDP). Berdasarkan kelompok atau pelaksana audit, maka jenis audit dibagi menjadi empat:

1.

Auditor

Ekstern

; Auditor

ekstern/

independent

bekerja

untuk

kantor akuntan publik yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit. 2. Auditor Intern ; Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit. Laporan audit manajemen umumnya berguna bagi manajemen perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu tugas internal auditor biasanya adalah audit manajemen yang termasuk jenis compliance audit. 3. 4. Auditor Pajak ; Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak yang diaudit terhadap undangundang perpajakan yang berlaku. Auditor Pemerintah ; Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan oleh yang dikeluarkan dapat pemerintah. Auditing yang dilaksanakan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). C. Standar Auditing Standar Umum 1. 2. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Dalam oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan pemerintahan

dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pemeriksa

Standar Pekerjaan Lapangan 1. 2. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Standar Pelaporan 1. 2. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan 3. 4. periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

D. Profesi Auditor Seorang Akuntan yang memiliki nomor register, bisa memilih profesi sebagai berikut : 1. Akuntan Publik (Public Accountant) 2. Akuntan internal (Internal Auditor) 3. Akuntan Keuangan ( Financial Accountant) 4. Cost Accountan 5. Akuntan Pajak (Tax Accountant) 6. Akuntan Pendidik (Lecturer) Ruang Lingkup Pada akhir pemeriksaan yang dilakukan oleh Auditor dalam General Audit KAP memberikan hasil pemeriksaan yang terdiri dari : a. Lembar opini (AuditOpini) Lembar opnini merupakan tanggung jawab Akuntan Publik, dimana Akuntan Publik akan memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen. b. Laporan Keuangan (Financial Statement) Laporan keuangan yang disampaikan dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh KAP terdiri dari : Balance sheet ncome statement. Equity of changes statement) Cash flow statement. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi : Bagian umum, menjelaskan latar belakang perusahaan. Kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan. Penjelasan atas pos-pos Neraca dan Laba Rugi

E. Jenis Pendapat Auditor Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508) ada 5 jenis pendapat akuntan, yaitu: 1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) , akan diberikan oleh akuntan publik jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh IAI (Standar Profesional Akuntan Publik), dan telah mengumpulkan bahan-bahan pembuktian yang cukup untuk mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya kesalahan material atau penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK). 2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku (Unqualified Opinion with Explanatory Language), diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan seorang auditor menambahkan penjelasan (bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. 3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion), Pendapat ini dinyatakan bilamana ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit, dan ia berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian, dan ia berkesimpulan tidak menyatakan untuk tidak memberikan pendapat. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari SAK, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar. 4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion), pendapat ini diberikan bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

5.

Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion). Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor tidak menyatakan pendapat bila ia tidak dapat merumuskan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan.

F. Tahapan Audit yang dilakukan oleh Pihak Auditor 1. KAP dihubungi oleh calon client yang membutuhkan jasa Audit. 2. KAP membuat perjanjian dengan calon client untuk membicarakan hal hal sbb : a. Alasan perusahaan untuk mengaudit laporan keuangannya. b. Apakah perusahaan telah di Audit oleh KAP lain. c. Untuk mengetahui jenis usaha dan gambaran umum perusahaan. d. Untuk mengetahui akuntansi perusahaan yang data akuntansinya diproses secara manual atau dengan bantuan komputer (menggunakan software). e. Bagaimana sistem penyimpanan bukti-bukti pembukuan perusahaan. 3. KAP mengajukan surat penawaran (audit porposal), yang berisi : a. Jenis jasa yang diberikan. b. Besarnya audit fee c. Waktu dimulai pemeriksaan dan waktu penyerahan hasil audit.

G. Tujuan Audit Tujuan Pemeriksaan umum terhadap laporan keuangan oleh auditor Independen adalah untuk menyatakan pendapat/opini mengenai kewajiban dalam penyajian posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan posisi keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku Umum (SAK) Langkah-langkah dalam menyusun Tujuan Audit adalah mengetahui : Laporan Keuangan ; Tanggung jawab Manajemen adalah u/ menentukan kebijakan yang sehat, menjalankan struktur pengendalian intern yang baik, dan mencantumkan angka-angka yang dapat dipertanggung jawabkan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen ? NERACA, LAPORAN LABA-RUGI, LAPORAN PERUBAHAN MODAL, LAPORAN ARUS KAS. Siklus Laporan Keuangan Karena perkiraan selalu berhubungan dengan perkiraan lainnya maka untuk memudahkan pemeriksaan perlu diketahui siklus laporan keuangan perusahaan yang diperiksa. Misalnya untuk memeriksa Perkiraan penjualan, retur penjualan, saldo piutang, serta kas sebaiknya digabung karena perkiraan tersebut merupakan bagian dari siklus penjualan dan penagihan. (lihat lampiran1) Dari lampiran 2) Pernyataan (Asersi) manajemen mengenai Komponen-komponen Laporan Keuangan Bagaimana manajemen memberikan pernyataan terhadap Lap. Keuangan yang merupakan tanggung jawabnya. (Terkait dengan cara mencatat dan mengungkapkan lap. Keuangan yang disesuaikan dengan SAK) Pernyataan Manajemen secara umum ada 5 yaitu : Laporan Keuangan , amati komponen (perkiraan) yang mempengaruhinya dan hubungkan dengan komponen (perkiraan) lainnya .(lihat

Keberadaan / Eksistensi / Keterjadian / Occurrence Aktiva, Hutang & Modal yang tercantum dalam Neraca benar-benar ada sampai dengan periode tersebut. Penjualan Kelengkapan Semua transaksi dalam periode yang bersangkutan telah dicatat. Hak dan Kewajiban Nilai akhiva dalam Neraca adalah kekayaan yang benar-benar hak perusahaan s/d periode tersebut. Sedangkan Hutang & Modal adalah Kewajiban perusahaan s/d periode Penilaian dan Alokasi Aktiva, Hutang, Modal , Pendapatan , dan Biaya telah dimasukkan dalam Lap. Keuangan dengan angka-angka yang sesuai (perhitungan benar) Penyajian dan pengungkapan Komponen-komponen dalam Lap. Keuangan telah diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan dengan benar. Misal : Komputer dimasukkan ke dalam Aktiva tetap karena umurnya ekonomisnya lebih dari satu tahun. Bagaimana Tujuan Audit dapat Dicapai ? Pada saat auditor memutuskan tujuan spesifik audit untuk setiap komponen laporan keuangan, proses pengumpulan bahan bukti dapat dimulai. Proses audit adalah metodologi penyelenggaraan audit yang jelas untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti pendukung yang kompeten. Ada empat tahap dalam proses audit : tersebut. dalam Lap. Laba-Rugi menujukkan telah adanya pertukaran barang/jasa pada periode tersebut.

TUJUAN SPESIFIK ATAS KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN (Contoh : Persediaan Barang & dihubungkan dengan asersi manajemen)

ASERSI MANAJEMEN

TUJUAN AUDIT

UMUMTUJUAN SPESIFIK AUDIT YANG DITERAPKAN PADA PERSEDIAAN BARANG Semua persediaan yang dicatat memang

Keberadaan/ eksistensi Kelengkapan Hak dan kewajiban Penilaian atau alokasi Penyajian pengungkapan

Keabsahan Kelengkapan Kepemilikan Penilaian Pisah batas Akurasi mekanis Penyajian Pengungkapan

terdapat pada tanggal neraca. Semua persediaan yang ada telah dihitung dan dicantumkan dalam ikhtisar persedian. Perusahaan berhak atas semua persediaan yang tercantum. Persediaan berhak digunakan sebagai jaminan barang-barang yang secara fisik ada di tangan. Harga yang digunakan untuk menilai persediaan sudah wajar. Perhitungan harga dikalikan jumlah sudah benar dan rincian ditambahkan secara benar. Persediaan telah diturunkan nilainya di mana ada pengurangan nilai bersih yang direalisasikan. Pos-pos persediaan telah diklasifikasikan dengan pantas menurut bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Pisah batas pembelian pada akhir tahun memang tepat. Pisah batas penjualan pada akhir tahun adalah tepat. Total persediaan sesuai dengan buku besar. Katagori utama persediaan dan basis penilaian danJumlah persediaan sesuai dengan setiap rincian

dan Alokasi

telah diungkapkan. Persediaan yang digadaikan atau diserahkan telah diungkapkan. Persediaan telah digolongkan dengan benar.

BAB III BUKTI PEMERIKSAAN

Bukti Pemeriksaan : digunakan sebagai dasar dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksanya. Bukti pemeriksaan harus dikumpulkan untuk menilai penyajian laporan keuangan sebagaimana dijelaskan dalam : Standar Auditing Laporan Audit ( Paragraf Ruang Lingkup ) Pengumpulan bukti dilakukan dengan : Pengujian terhadap catatan akuntansi kliennya. Melakukan prosedur pemeriksaan. Akuntan melakukan pengujian terhadap catatan akuntansi

Tujuan (SAK).

kliennya adalah untuk mengumpulkan : Bukti bahwa transaksi telah dianalisis dan dicatat. Bukti mengenai ketelitian perhitungan dalam catatan Bukti bahwa pekerjaan peringkasan rekening-rekening dan pembuatan telah dilakukan dengan teliti sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim

laporan

Tujuan akuntan melakukan prosedur pemeriksaan adalah untuk mengumpulkan : Bukti dengan pengamatan fisik guna membuktikan apakah aktiva benarBukti bahwa semua utang yang menjadi kewajiban klien telah dicantumkan Bukti dari Bank, pelanggan, dan sumber lain di luar perusahaan, yang benar ada. dalam laporan keuangan. menguatkan bukti yang dikumpulkan dari catatan akuntansi klien.

A. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAPAT DIPERCAYAINYA BAHAN BUKTI ADALAH : Sumber Bahan Bukti : Bukti yang tingkat kompetensinya tinggi adalah bukti yang berasal dari luar klien. Contoh : Konfirmasi Bank, Debitur, Kreditur dll. Struktur Pengendalian Intern. : Pengendalian Intern yang Kuat / baik menyebabkan dapat dipercayanya catatan akuntansi dan bukti lain dalam organisasi klien. Cara Untuk memperoleh Bahan Bukti ; Bukti yang diperoleh dengan cara pemeriksaan tangan pertama adalah relatif lebih tinggi tingkat kompetensinya bila dibandingkan pemeriksaan tangan ke dua . Kualifikasi orang yang memberikan informasi terhadap Bukti : Bukti yang diperoleh dari pihak spesialis ( Ahli Geologi, Ahli Elektro, Pengacara, dll) . Misalnya apabila kliennya adalah perusahaan Pengolahan Minyak maka dalam penilaian persediaan lebih baik diperoleh dari Ahli Geologi. B. TIPE / JENIS BUKTI PEMERIKSAAN 1 Struktur Pengawasan Intern/Pengendalian Intern (SPI ); SPI yang baik merupakan bukti yang kuat mengenai dapat dipercayainya informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Sedangkan SPI yang buruk/lemah menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan sebagai sumber bukti. 2 Bukti Fisik ; bukti yang dapat diperoleh dengan melakukan inspeksi/perhtungan Aktiva berwujud. Misalnya : Stok opname persediaan , kas opname, stok opname surat berharga. 3. Bukti Dokumenter ; terbuat dari kertas dengan informasi huruf, angka Bukti Dokumen terdiri dari 3 golongan : 1. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar perusahaan dan dikirim langsung kepada kantor Akuntan . Misalnya : surat konfirmasi 2. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien. Misalnya : Rekening koran Bank, Faktur dari penjual (transaksi pembelian), sertifikat saham, obligasi, sertifikat wesel tagih. atau simbol lain.

3. Bukti Dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien. Misalnya ; faktur penjualan, surat order pembelian, bukti pengiriman barang , surat representasi. 4 5 6 Catatan Akuntansi sebagai bukti . Misalnya ; Jurnal, Buku Besar, Perhitungan sebagai bukti (bersifat kuantitatif) Bukti Lisan : dengan mengajukan pertanyaan lisan kepada para Buku Pembantu.

manajer, atau bagian yang berkepentingan, tentang kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, dll. 7 Perbandingan / Analitis : melakukan perbandingan terhadap perkiraan tahun ini dengan tahun sebelumnya. Misalnya : menghitung kerugian piutang tahun ini dan dibandingkan dengan piutang tahun lalu. 8 Bukti dari Spesialis ; adalah orang yang mempunyai keahlian khusus dalam bidang selain bidang akuntansi dalam pemeriksaan (berada di tangan akuntan bukan dari klien). Misalnya ; menilai sumber daya alam yang terkandung dalam tahan maka akuntan harus berkonsultasi dengan ahli geologis C. HUBUNGAN ANTARA BAHAN BUKTI DENGAN KUALITAS BAHAN BUKTI Keputusan 1 yang harus diambil Akuntan berkaitan dengan Bukti

Pemeriksaan. Penentuan prosedur pemeriksaan yang akan digunakan Penentuan besarnya sampel untuk prosedur pemeriksaan tertentu Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur pemeriksaan tersebut. Apa definisi dari pengendalian intern

Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan

keyakinan (a)

memadai

tentang

pencapaian

tiga

golongan

tujuan

keandalan pelaporan keuangan

(b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

2. Apa tujuan dari pengendalian intern jelaskan masing2nya ( 3 tujuan) a). Tujuan Pelaporan Keuangan yaitu membuat laporan keuangan bagi pihak luar yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b). Tujuan Operasi yaitu berkaitan dengan data yang dievaluasi dan digunakan auditor dalam prosedur audit. Contoh : Data non-keuangan yang digunakan oleh auditor dalam prosedur analitik, seperti statistik, atau yang berkaitan dengan pendeteksian ketidakpatuhan dengan hukum dan peraturan yang kemungkinan mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan., seperti pengendalian atas kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan yang digunakan untuk menentukan utang pajak penghasilan c). Tujuan Kepatuhan yaitu pengendalian yang berkaitan dengan berkaitan dengan kepatuhan terhadap peraturan kesehatan dan keselamatan atau yang berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi proses pengambilan keputusan manajemen tertentu (seperti penentuan harga yang semestinya dibebankan untuk produk atau apakah perusahaan melakukan pengeluaran untuk riser dan pengemban tertentu atau aktivitas advertensi)

3. Apa saja komponen komponen dari pengendalian intern ( 5 komponen) dan jelaskan secara singkat dari masing-asing komponen. 1). Lingkungan pengendalian, menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Misalnya sbb : -Integritas dan nilai etika. - Komitmen terhadap kompetensi - Partisipasi dewan komisaris atau komite audit. - Filosofi dan gaya operasi manajemen. - Struktur organisasi. - Pemberian wewenang dan tanggung jawab. - Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. 2). Penaksiran resiko, identifikasi analisis manajemen terhadap risiko dalam penyusunan laporan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Misalnya sbb : - Perubahan dalam lingkungan operasi. - Personel baru. - Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki. - Teknologi baru. - Lini produk, produk, atau aktivitas baru. - Restrukturisasi korporasi. - Operasi luar negeri.

- Standar akuntansi baru. 3). Aktivitas pengendalian, kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen entitas. dilaksanakan. Biasanya Aktivitas tersebut dengan membantu hal sbb : memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan berkaitan - Review terhadap kinerja. - Pengolahan informasi. - Pengendalian fisik. - Pemisahan tugas

4). Informasi dan komunikasi, Sistem informasi yang terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolahan meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Diantaranya memahami hal sbb : - Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan. - Bagaimana transaksi tersebut dimulai. - Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan ke yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi. - Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik (seperti komputer danelectronic data interchange) yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi. 5). Pemantauan, untuk membangun dan memelihara pengendalian intern. Manajemen memantau pengendalian untuk mempertimbangkan apakah pengendalian tersebut beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan bahwa pengendalian tersebut dimodifikasi sebagaimana mestinya jika perubahan kondisi menghendakinya.

4. Pada standard auditing yang manakah pertimbangan pegendalian intern harus dilakukan. Pertimbangan atas pengendalian intern dalam Penaksiran Resiko Pengemdalian yang harus dilakukan. 5. Apa manfaatnya bagi auditor perlunya melakukan penilaian atas pemgendalian intern entitas yang diperiksa kaitkan dalam perencanaan pemeriksaan dan dalam pekerjaan lapangan 6. dalam kondisi yang bagaimana pengendalian intern telah dirancang sebaik dan sedemikian rupa tetapi korupsi dapat dilakukan oleh pejabat entitas dan terjadi fraud. 7. Apa yang dimakssud aktivitas pengendalian dan apa saja kegiatan yang masuk didalamnya jelaskan masing2nya.

8. Apa kaitan antara Asersi Management dengan Tujuan Audit. Asersi Management digunakan untuk merumuskan tujuan Audit dan dalam merancang pengujian substantif. Untuk memperoleh bukti audit yang mendukung asersi dalam laporan keuangan, auditor independen merumuskan tujuan audit spesifik ditinjau dari sudut asersi tersebut (mempertimbangkan kondisi khusus entitas, termasuk sifat aktivitas ekonomi dan praktik akuntansi yang khas dalam industrinya, risiko salah saji material dalam laporan keuangan, termasuk tingkat risiko pengendalian taksiran, serta efisiensi dan efektivitas pengujian yang diharapkan dari pengujian tersebut.).

Sebutkan jenis-jenis Bukti Audit. a). Bukti audit informasi tertulis Contoh : cek; catatan electronic fund transfers; faktur; surat kontrak; notulen rapat; konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik. b). Bukti Audit informasi elektronik Contoh : Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja (work sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi Dalam Program Akuntansi yang dipakai entitas. 6. Apa yang dimaksud dengan Kompetensi Bukti dan Bukti Yang Cukup

Kompetensi Bukti adalah Keabsahan dan sifat relevansi dari bukti yang

ada, sehingga bukti tersebut dapat dipercaya dan diyakini oleh auditor sebagai dasar dari penarikan kesimpulan secara umum yang akan diambil, sehingga dapat diandalkan. Bukti yang Cukup adalah Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya setelah mempelajari dengan meneliti keadaan dalam suatu entitas yang sedang diperiksanya. Sehingga Auditor dapat bekerja dalam batas-batas pertimbangan ekonomi; bermanfaat, dan dapat merumuskan dalam jangka waktu yang pantas dan dengan biaya yang masuk akal.

BAB IV LAPORAN AUDIT


A. Laporan Audit Standar Dengan Pendapat Wajar tanpa Pengeculian

Bentuk laporan audit yang paling umum adalah laporan audit standar dengan pendapatan wajar tanpa pengecualian. Lebih dari 90 persen laporan audit menggunakan bentuk ini. Laporan audit standar wajar tanpa pengecualian digunakan bila kondisi berikut terpenuhi. Kondisi Untuk Laporan Wajar Tanpa Pengecualian : 1. Semua Laporan keuangan neraca, laporan laba rugi, saldo laba dan laporan arus kas sudah tercakup didalam laporan keuangan. 2. 3. Ketiga strandar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan. Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor tesebut

telah melaksanakan penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangn telah dipenuhi. 4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum ini berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah disertakan dalam catatan kaki dan bagian-bagian lain laporan keuangan. Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan. B. Bagian-Bagian Dari Laporan Audit Bentuk Baku Terlepas dari siapa auditornya,ketujuh bagian laporan audit berikut ini akan tetap sama. 1. 2. 3. 4. 5. Judul laporan Alamat yang dituju laporan audit Pragraf pendahuluan Pragraf lingkup audit Pragraf pendapat

6. 7. C.

Tanda tangan dan nama akuntan publik Tanggal laporan audit

Keadaan Yang Menyebabkan Panyimpangan Pendapat Dari Wajar

Tanpa Pengecualian Dalam membahas laporan audit yang menyimpang dari laporan audit standar ada tiga topik yang berhubungan, yaitu : yang menyebabkan penyimpangn dari pendapat wajar tanpa pengecualian, jelas pendapat selain dari pendapat wajar tanpa pengecualian, dan materialitas. Kondisi 1. Pembatasan lingkup audit. Kondisi 2. Laporan keungan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum sebagai 1. Laporan Audit Selain Laporan Wajar Tanpa Pengecualian

Jika salah satu dari ketiga kondisi diatas, yang menuntut penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian, ditemukan dalam audit dan dampaknya material, auditor harus memberikan pendapat selain wajar tanpa pengecualian dalam laporannya. Pendapat tidak wajar ( adverse opinion), pernyataan tidak memberi pendapat (disclaimer of opinion), dan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion). 1. 2. 3. Pendapat Tidak Wajar Pernyataan Tudak Memberikan Pendapat Pendapat Wajar Dengan Pengecualian

D. MATERIALITAS Materialitas merupakan pertimbangan utana dalam menentukan laporan audit yang tepat untuk diterbitkan. FASB mendefinisikan materialitas yaitu besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapt mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.

Oleh karena auditor bertanggung jawab menentukan apakah terdapat salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adnaya penghilangan atau salah saji tersebut. Jika klien menolak untuk mengoreksi salah saji tersebut, maka auditor harus menerbitkan opini wajar dengan pengecualian atau tidak wajar, bergantung pada seberapa signifikan salah saji tersebut. Untuk menentukan hal tersebut, auditor sangat bergantung pada pengetahuan yang mendalam atas penerapan materialitas. E. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN MATERIALITAS Langkah 1 MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL PSA 25 (SA 312) menharuskan auditor untuk memutuskan jumlah gabungan salah saji dalam laporan yang akan mereka anggap material di awal pengauditan bersamaan dengan ketika mereka mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Dinamakanpertimbangan materialitas awal, karena meskipun merupakan opini professional, penilaian tersebut dapat berubah selama kontrak kerja. Penilaian tersebut harus didokumentasikan dalam arsip audit. Pertimbangan materialitas awal merupakan jumlah maksimal dimana auditor yakin terdapat salah saji dalam laporan keuangan namun tidak memengaruhi keputusan-keputusan para pengguna yang rasional. (secara konsep, ini adalah jumlah yang Rp 1 lebih kecil dari pada materialitas yang didefinisikan oleh FASB. Untuk kemudahan, kita mendefinisikan hal tersebut sebagai materialitas awal). Penilaian ini merupakan salah satu keputusan yang paling penting yang harus diambil oleh audior, dan sangat membutuhkan pemahaman dan pertimbangan professional yang tinggi. Auditor menetapkan pertimbangan materialitas awal untuk membantunya merencanakan pengumpulan bukti-bukti audit yang tepat. Selama melakukan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan awal yang diistilahkan sebagai penilaian materialitas yang direvisi

G.FACTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENILAIAN Beberapa factor yang memengaruhi auditor dalam melakukan pertimbangan materialitas awal dalam laporan keuangan. Hal-hal yang snagat penting untuk diperhatikan dalam konsep materialitas adalah sebagai berikut : 1. Materialitas Merupakan Konsep Relative, Bukan Absolute

Sebuah salah saji dengan besaran tertentu dapat menjadi material bagi suatu perusahaan kecil , sebaiknya dengan jumlah salah saji yang sama dapat menjadi tidak material bagi perusahaan yang besar. Sehingga tidak mungkin untuk menetukan acuan nilai nominal untuk pertimbangan materialitas awal yang dapat diterapkan untuk semua klien audit. 1. Dibutuhkan Dasar untuk Mengevaluasi Materialitas

Karena materialitas adalah konsep yang relative, sehingga sangat penting untuk memiliki dasar dalam menentukan apakah suatu jumlah tertentu material atau tidak.laba bersih sebelum pajak biasanya dijadikan sebagai dasar dalam menentukan materialitas bagi perusahaan yang berorientasi laba karena dianggap sebagai unsure yang sangat penting bagi para penggunanya. Beberapa perusahaan menggunakan dasar utama yang berbeda, karena laba bersih sering kali naik turun secara signifikan dari tahun ketahun, sehingga tidak dapat memberikas dasar secra stabil, atau ketika entitasnya adalah suatu perusahaan nirlaba. Sering kali dasar utama yang digunakan adalah penjualan bersih, laba kotor, dan total asset atau asset bersih. Setelah menetapkan dasar utama, auditorjuga harus memutuskan apakah salah saji tersebut secara signifikan berpengaruh pada kewajaran dasar lainnyaseperti asset lancar, total asset liabilitas lancar dan ekuitas pemilik. PSA 25 (SA 312) mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan dasar yang digunakan dalam melakukan pertimbangan materialitas awal kedalam prinsip audit. 1. Factor-Faktor Kualitatif Juga Memengaruhi Materialitas.

Langkah 2 MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL KESETIAP BAGIAN (SALAH SAJI YANG DAPAT DITERIMA)

Pengalokasian pertimbangan materialitas awal kesetiap bagian merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti audit per bagian dibandingkan dengan laporan keuangan secara keseluruhan. Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan materialitas awal pada saldo-saldo akun, materialitas yang dialokasikan setiapsaldo akun yang dimaksud dalam PSA 25 (SA 312) sebagai salah saji yang dapat diterima. Langkah 3 MEMPERKIRAKAN PENILAIAN AWAL Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk satu dari dua jenis ini, yaitu salah saji yang diketahui salah saji yang mungkin. Salah saji yang diketahui adalah salah saji dimana auditor dapat menetukan jumlah salah saji dalam akun tersebut. Salah saji yang mungkin terdapat dua jenis, pertama yaitu salah saji yang muncul karena adanya perbedaan antara penilaian manajemen dan penilaian auditor mengenai estimasi saldo akun. Yang kedua adalah proyeksi salah saji bedasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari populasi. Langkah 4 MENGERSTIMASIKAN SALAH SAJI GABUNGAN Langkah 5 MEMBANDINGKAN DIREVISI H. RISIKO Risiko (risk) penerimaan auditor bahwa terdapat beberapa tingkat ketidakpastian dalam menjalankan fungsi audit. Model risiko audit dan perencanaan Auditor menangani risiko dalam perencanaan bukti audit umumnya dengan menggunakan model risiko audit. Model risiko audit membantu auditor untuk menentukan seberapa banyak dan jenis bukti apakah yang harus dikumpulkan auditor untuk setiap siklusnya. ESTIMASI SALAH SAJI GABUNGAN DENGAN MATERIALITAS DALAM PENILAIAN AWAL ATAU PENILAIAN YANG SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKAN DENGAN

JENIS-JENIS RISIKO 1. Risiko Deteksi yang Direncanakan (Planned Detection Risk)

Risiko deteksi yang direncanakan merupakan risiko dimana bukti audit untuk suatu bagian tidak mampu mendeteksi salah saji yang melebihi salah saji yang dapat diterima. Risiko ini hanya dapat berubah jika auditor mengubah salah satu risiko dalam model risiko audit tersebut. 1. Risiko Bawaan (inherent risk)

Risiko bawaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya salah saji material (baik kecurangan maupun kesalahan) dalam sebuah bagian pengauditan sebelum mempertimbangkan efektifitas pengendalian internal klien. 1. Risiko Pengendalian (Control Risk)

Risiko pengendalian mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji melebihi jumlah yang dapat diterima di suatu bagian pengauditan akan dapat dicegah atau dideteksi dengan tepat waktu oleh pengendalian internal klien. 1. Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk)

Risiko audit yang dapat diterima mengukur tingkat kesediaan auditor untuk menerima kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan setelah audit telah selesai dijalankan dan opini wajar tanpa pengecualian telah diterbitkan. MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA Dalam sebuah pengauditan, auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima, lebih utama dilakukan selama masa perencanaan. Pertama, auditor menetapkan risiko kontrak kerja dan kemudian menggunakan risiko kontrak kerja tersebut untuk memodifikasi risiko audit yang dapat diterima. DAMPAK RISIKO KONTRAK KERJA TERHADAP RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA Risiko kontrak kerja (engagement risk) adalah risiko dimana auditor atau KAP akan mendapat masalah setelah audit diselesaikan, meskipun laporan audit sudah benar. Risiko kontrak kerja sangat terkait erat dengan risiko bisnis klien.

Sangat penting untuk dicatat bahwa auditor tidak menyetujui mengenai apakah risiko kontrak kerja harus dipertimbangkan dalam perencanaan audit. FACTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI RISIKO AUDIT 1. Tingkat Ketergantungan Pengguna Eksternal Laporan Keuangan

Factor-faktor yang merupakan indicator yang baik untuk menilai tingkat ketergantungan para pengguna terhadap laporan keuangan : a) Ukuran klien. Umumnya, makin besar kegiatan operasi klien, makin luas penggunaan laporan keuangan. Ukuran klien, yang diukur dengan asset total atau pendapatan total, akan berpengaruh terhadap risiko audit yang dapat diterima. b) Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan public umumnya diandalkan oleh lebih banyak pengguna dibandingkan dengan perusahaan tertutup lainnya. Untuk perusahaan public ini, pihak yang berkepentingan lainnya adalah SEC, analisis keuangan, dan masyarakat umum. c) Sifat dan jumlah liabilitas. Ketika laporan memiliki sejumlah besar liabilitas,besar kemungkinan laporan tersebut akan digunakan secara lebih luas oleh para kreditor yang ada ataupun para calon kreditor dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki lebih sedikit liabilitas. 1. Kemungkinan Klien Akan Mengalami Kesulitan Keuangan Setelah Laporan Audit Diterbitkan Sulit bagi auditor untuk memprediksi kegagalan keuangan sebelum hal itu terjadi, namun beberapa factor berikut dapat menjadi indicator yang baik atas meningkatnya kemungkinan kegagalan keuangan tersebut. a) Posisi likuiditas. Jika klien terus menerus kekurangan kas dan modal kerja, hal ini mengindikasikan adanya masalah dimasa mendatang dalam pembayaran utang-utangnya. Auditor harus menilai kemungkinan dan seberapa besar penurunan posisi likuiditas yang terjadi terus-menerus. b) Laba (rugi) ditahun-tahun sebelumnya. Sangat penting untuk mempertimbangkan perubahan laba relative terhadap saldo yang tersisa dalam saldo laba.

c)

Metode pertumbuhan pembiayaan . Auditor harus mengevaluasi apakah

asset tetap klien dibiayai oleh pinjaman jangka pendek atau jangka penjan, karena sejumlah besar kas keluar yang dibutuhkan dalam waktu yang singkat akan memaksa perusahaan untuk mengalami kebangkrutan. d) e) Sifat kegiatan operasi klien. Beberapa jenis bisnis secara alamiah lebih Kompetensi manajemen. Manajemen yang kompeten secara terus akan mewaspadai adanya potensi kesulitan keuangan dan berisiko dibandingkan dengan bisnis lainnya. menerus

memodifikasinya dengan berbagai metode operasi untuk meminimalkan pengaruh dari masalah jangka pendek. Auditor harus menilai kemampuan manajemen sebagai bagian dari evaluasi atas kemungkinan terjadinya kebangkrutan. 1. Evaluasi Auditor Terhadap Integritas Manajemen

Perusahan-perusahaan dengan integritas rendah sering kali menjalankan aktivitas bisnis mereka dengan cara-cara yang dapat menimbulkan konflik dengan para pemegang sahamnya, pemerintah dan pelanggannya. Pada akhirnya, konflik-konflik tersebut sering kali tercermin dalam persepsi pengguna terhadap kualitas audit dan dapat mengakibatkan adanya tuntutan hukum dan ketidaksetujuan lainnya. 1. Membuat Keputusan Risiko Audit yang Dapat Diterima

Evaluasi yang biasanya dilakukan untuk risiko audit yang dapat diterima adalah tinggi, sedang atau rendah, dimana risiko audit yang dapat diterima rendah berarti bagi klien yang berisiko harus mendapatkan bukti yang lebih banyak, penugasan staf audit yang lebih bepengalaman, dan/atau penelaahan yanag lebih mendalam atas dokumentasi audit. Sejalan dengan perkembangan kemajuan kontrak kerja, auditor mendapatkan informasi tambahan mengenai klien, sehingga risiko audit yang dapat diterima dapat dimodifikasi. MENILAI RISIKO BAWAAN Masuknya risiko bawaan dalam model risiko audit merupakan slah satu konsep penting dalam pengauditan. Hal ini mengimplikasikan bahwa auditor harus

mencoba untuk memprediksi bagian mana kemungkinan terdapat salah saji dalam laporan keuangan. Informasi ini memengaruhi jumlah bukti yang akan dikumpulkan auditor, penugasan staf dan penelaahan dokumentsi audit. 1. Factor-Faktor yang Memengaruhi Risiko Bawaan

Auditor harus menilai factor-faktor yang menyusun risiko dan memodifikasi bukti audit yang akan dijadikan bahan pertimbangan. Auditor harus mempertimbangkan pengendalian. a) b) c) d) e) f) g) h) i) Sifat bisnis klien Hasil pengauditan sebelumnya Kontrak kerja yang pertama atau kontrak kerja yang berulang Pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa Transaksi-transaksi yang tidak rutin Penilaian yang diperlukan untuk mencatat saldo-saldo akun dan transaksiMembuat populasi Factor-faktor yang terkait dengan kecurangan dalam laporan keuangan Factor-faktor yang terkait dengan penyalahgunaan asset 1. Membuat Keputusan Risiko Bawaan beberapa factor utama berikut ketika menilai risiko

transaksi dengan benar

Auditor harus mengevaluasi informasi yang dapat memengaruhi risiko bawaan dan memutuskan factor risiko bawaan yang tepat untuk setiap siklus, akun dan untuk setiap tujuan audit. Beberapa factor seperti kontrak kerja pertama atau kontrak kerja yang berulang, hanya akan memengaruhi akun-akun atau tujuan audit tertentu saja. 1. Mendapatkan Informasi Untuk Menilai Risiko Bawaan

Auditor mulai melakukan penilaian atas risiko bawaan selama fase perencanaan dan memperbarui penilaian tersebut disepanjang pengauditan. HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT Konsep materialitas dan risiko dalam audit sangat berkaitan erta dan tidak dapat dipisahkan. Risiko merupakan ukuran atas ketidakpastian, sedangkan

materialitas merupakan ukuran besaran atau tinggi rendanhnya. Bersama-sama keduanya mengukur jumlah ketidakpastian dalam suatu besaran tertentu. MERIVISI RISIKO DAN BUKTI Dalam merivisi risiko dan bukti audit, auditor sebaiknya mengikuti pendektan dua langkah berikut ini : 1. Auditor harus merivisi penilaian awal dari risiko yang wajar. Adalah pelanggaran jika membiarkan penilaian awal tidak diubah jika auditor tahu itu adalah tidak wahar 2. Auditor harus mempertimbangkan dampak dari rivisi terhadap bukti

yang diharuskan, tanpa penggunaan model risiko audit. Penelitian dalam bidang audit telah menunjukkan, jika risiko yang dirivisi digunakan dalam model risiko audit untuk menentukan risiko deteksi yang direncanakan yang juga telah direvisi, ada bahaya dari tidak meningkatkannya bukti secara memadai. Sebagai gantinya, auditor harus berhati-hati mengevaluasi implikasi dari revisi risiko dan memodifikasi dengan tepat, diluar dari model risiko audit.

Anda mungkin juga menyukai