Anda di halaman 1dari 31

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK


(SAK-ETAP)

MAKALAH
PELAPORAN KORPORAT
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
I. Ruang Lingkup ....................................................................................................................... 4
II. Konsep dan Prinsip Pervasif ................................................................................................. 5
III. Penyajian Laporan Keuangan .............................................................................................. 9
IV. Neraca ................................................................................................................................ 11
V. Laporan Laba Rugi.............................................................................................................. 12
VI. Laporan Perubahan Ekuitas Dan Laporan Laba Rugi Dan Saldo Laba............................. 12
VII. Laporan Arus Kas ............................................................................................................. 13
VIII. Catatan Atas Laporan Keuangan..................................................................................... 13
IX. Kebijakan Dan Estimasi Akuntansi Dan Kesalahan .......................................................... 14
X. Investasi Pada Efek Tertentu............................................................................................... 14
XI. Persediaan .......................................................................................................................... 15
XII. Investasi Pada Entitas Asosiasi Dan Entitas Anak ........................................................... 15
XIII. Investasi Pada Joint Venture ........................................................................................... 16
XIV. Properti Investasi ............................................................................................................ 16
XV. Aset Tetap ........................................................................................................................ 16
XVI. Aset Tidak Berwujud ...................................................................................................... 16
XVII. Sewa .............................................................................................................................. 17
XVIII. Kewajiban Diestimasi Dan Kontinjensi ....................................................................... 17
XIX. Ekuitas ............................................................................................................................ 18
XX. Pendapatan ....................................................................................................................... 18
XXI. Biaya Pinjaman ............................................................................................................... 19
XXII. Penurunan Nilai Aset ..................................................................................................... 19
XXIII. Imbalan Kerja ............................................................................................................... 19
XXIV. Pajak Penghasilan ........................................................................................................ 20
XXV. Mata Uang Pelaporan .................................................................................................... 20
XXVI. Transaksi Dalam Mata Uang Asing ............................................................................. 20
XXVII. Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan ................................................................ 21
XXVIII. Pengungkapan Pihak-Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa ....................... 21
XXIX Ketentuan Transisi ........................................................................................................ 22
XXX. Tanggal Efektif .............................................................................................................. 23
Perbandingan SAK dengan SAK-ETAP .................................................................................. 23

2
Pertanyaan dan Jawaban .......................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31

3
I. Ruang Lingkup

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas
publik adalah entitas yang memiliki dua kriteria yang menentukan apakah suatu entitas
tergolong entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP) yaitu:
1. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan
Suatu entitas dikatakan memiliki akuntabilitas yang signifikan jika:
a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau entitas dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal (BAPEPAM-LK) atau
regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal. Oleh sebab itu Bapepam
sendiri telah mengeluarkan surat edaran (SE) Bapepam-LK No. SE-06/BL/2010
tentang larangan penggunaan SAK ETAP bagi lembaga pasar modal, termasuk
emiten, perusahaan publik, manajer investasi, sekuritas, asuransi, reksa dana, dan
kontrak investasi kolektif.
b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang efek, dana
pensiun, reksa dana, dan bank investasi.
2. Tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statements) bagi pengguna eksternal.
Contoh pengguna eksternal adalah:
a. Pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha;
b. Kreditur;
c. Lembaga pemeringkat kredit.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifkan dapat menggunakan SAK ETAP
jika otoritas berwenang membuat regulasi yang mengizinkan penggunaan SAK ETAP.
Contohnya Bank Perkreditan Rakyat yang telah diijinkan oleh Bank Indonesia menggunakan
SAK ETAP mulai 1 Januari 2010 sesuai dengan SE No. 11/37/DKBU tanggal 31 Desember
2009. SAK-ETAP ini akan berlaku efektif per 1 January 2011 namun penerapan dini per 1
Januari 2010 diperbolehkan. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus
membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement)
atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh
menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK
ETAP. Apabila perusahaan memakai SAK-ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit

4
di perusahaan tersebut juga akan mengacu kepada SAK-ETAP. Mengingat kebijakan
akuntansi SAK-ETAP di beberapa aspek lebih ringan daripada PSAK, maka terdapat
beberapa ketentuan transisi dalam SAK-ETAP yang cukup ketat:
1. Pada BAB 29 misalnya disebutkan bahwa pada tahun awal penerapan SAK-ETAP, yakni
1 Januari 2011.
2. Entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP dapat menyusun
laporan keuangan tidak berdasarkan SAK-ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP
sepanjang diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk
kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan berikutnya.
3. Per 1 Januari 2011, perusahaan yang memenuhi definisi Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik harus memilih apakah akan tetap menyusun laporan keuangan menggunakan
PSAK atau beralih menggunakan SAK-ETAP.
4. Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak
memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka entitas
tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK-
ETAP. Hal ini misalnya ada perusahaan menengah yang memutuskan menggunakan
SAK-ETAP pada tahun 2011, namun kemudian mendaftar menjadi perusahaan public di
tahun berikutnya. Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan berdasarkan PSAK
non-ETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP ini kembali.
5. Entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun laporan
keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan
SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETAP ini dalam menyusun
laporan keuangan.

II. Konsep dan Prinsip Pervasif

1. Tujuan laporan keuangan


Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta
laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi
tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.

5
Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan
a. Dapat Dipahami. Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini,
pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi
dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi tersebut dengan
ketekunan yang wajar.
b. Relevan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa
lalu.
c. Materialitas. Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.
d. Keandalan. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias,
dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan. Substansi Mengungguli Bentuk Transaksi, peristiwa dan
kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan
bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini untuk meningkatkan keandalan laporan
keuangan.
e. Pertimbangan Sehat. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset
atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan
lebih rendah.
f. Kelengkapan. Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap
dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan
mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak
dapat diandalkan dan kurang mencukupi ditinjau dari segi relevansi.
g. Dapat Dibandingkan. Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
h. Tepat Waktu. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam
jangka waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya
dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.

6
i. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya
penyediannya.
2. Posisi keuangan
Posisi keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu
waktu tertentu. Unsur laporan keuangan yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran
posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas. Unsur-unsur ini didefinisikan sebagai
berikut:
a. Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas.
b. Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu,
yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas
yang mengandung manfaat ekonomi.
c. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban.
3. Kinerja keuangan
Kinerja keuangan adalah hubungan antara penghasilan dan beban dari entitas
sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi. Laba sering digunakan sebagai ukuran
kinerja atau sebagai dasar untuk pengukuran lain, seperti tingkat pengembalian investasi atau
laba per saham. Unsur-unsur laporan keuangan yang secara langsung terkait dengan
pengukuran laba adalah penghasilan dan beban. Penghasilan dan beban didefinisikan lebih
lanjut sebagai berikut:
a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode pelaporan dalam
bentuk arus masuk atau peningkatan aset, atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
b. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode pelaporan
dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan distribusi kepada penanam
modal.
Pengakuan penghasilan dan beban dalam laporan laba rugi dihasilkan secara langsung
dari pengakuan dan pengukuran aset dan kewajiban. Kriteria pengakuan penghasilan dan
beban dibahas lebih lanjut dalam paragraf
a. Pengakuan unsur-unsur laporan keuangan
Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu pos dalam
neraca atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan memenuhi kriteria
sebagai berikut:

7
 Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam entitas; dan
 Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Kegagalan untuk mengakui pos yang memenuhi kriteria tersebut tidak dapat digantikan
dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan atau catatan atau materi
penjelasan.
b. Pengukuran unsur-unsur laporan keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk
mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Proses ini
termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu. Dasar pengukuran yang umum adalah
biaya historis dan nilai wajar:
 Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima atau sebesar nilai wajar
dari aset non-kas yang diterima sebagai penukar dari kewajiban pada saat terjadinya
kewajiban.
 Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau
untuk menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang berkeinginan dan
memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.
 Prinsip pengakuan dan pengukuran berpengaruh luas (pervasif)
Persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, penghasilan dan beban
dalam SAK ETAP didasarkan pada prinsip pervasif dari Kerangka Dasar Penyajian dan
Pengukuran Laporan Keuangan.
c. Dasar akrual
Entitas harus menyusun laporan keuangan, kecuali laporan arus kas, dengan
menggunakan dasar akrual. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset, kewajiban,
ekuitas, penghasilan, dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika memenuhi
definisi dan kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut.
d. Pengakuan dalam laporan keuangan
 Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan
akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi
dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas

8
setelah periode pelaporan berjalan. Sebagai alternatif transaksi tersebut
menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi.
 Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
 Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan
kewajiban. Penghasilan diakui dalam Laporan laba rugi jika kenaikan manfaat
ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
 Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban.
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa depan
yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur secara andal.
 Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan beban. Hal
tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan, dan prinsip
pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.
 Saling hapus. Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban, atau
penghasilan dengan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh SAK ETAP.

III. Penyajian Laporan Keuangan


1. Penyajian wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus
kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi,
peristiwa dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset,
kewajiban, penghasilan dan beban yang dijelaskan dalam Bab 2 Konsep dan Prinsip
Pervasif.
2. Kepatuhan terhadap SAK ETAP
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu
pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan
tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan
mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP.
3. Kelangsungan usaha

9
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan SAK
ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan usaha.
Entitas mempunyai kelangsungan usaha kecuali jika manajemen bermaksud melikuidasi
entitas tersebut atau menghentikan operasi, atau tidak mempunyai alternatif realistis
kecuali melakukan hal-hal tersebut.
4. Frekuensi pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi komparatif)
minimum satu tahun sekali. Ketika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan
keuangan tahunan telah disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek
dari satu tahun, maka entitas mengungkapkan:
 Fakta tersebut;
 Alasan penggunaan untuk periode lebih panjang atau lebih pendek; dan
 Fakta bahwa jumlah komparatif untuk laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan
yang terkait adalah tidak dapat seluruhnya diperbandingkan.
 Penyajian yang konsisten
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten
kecuali:
 Terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau perubahan penyajian
atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian lebih baik sesuai kriteria
pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam Bab 9 Kebijakan Akuntansi,
Estimasi, dan Kesalahan; atau
 SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.
 Informasi komparatif
Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya kecuali
dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi dalam laporan keuangan dan
catatan atas laporan keuangan). Entitas memasukkan informasi komparatif untuk
informasi naratif dan deskriptif jika relevanuntuk pemahaman laporan keuangan periode
berjalan.
5. Materialitas dan agregasi
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan yang tidak
material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis.
Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos dianggap

10
material jika, baik secara individual maupun bersama-sama, dapat mempengaruhi
pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Besaran dan sifat unsur
tersebut dapat menjadi faktor penentu.
6. Laporan keuangan lengkap
Laporan keuangan entitas meliputi:
a. Neraca;
b. Laporan laba rugi;
c. Laporan perubahan ekuitas
d. Laporan arus kas; dan
e. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang
signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
f. Identifikasi laporan keuangan
Entitas harus mengidentifikasikan secara jelas setiap komponen laporan keuangan
termasuk catatan atas laporan keuangan. Jika laporan keuangan merupakan komponen
dari laporan lain, maka laporan keuangan harus dibedakan dari informasi lain dalam
laporan tersebut. Di samping itu, informasi berikut ini disajikan dan diulangi, bilamana
perlu, pada setiap halaman laporan keuangan:
a. Nama entitas pelapor dan perubahan dalam nama tersebut sejak laporan periode
terakhir;
b. Tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana yang lebih tepat
bagi setiap komponen laporan keuangan;
c. Mata uang pelaporan, seperti didefinisikan dalam bab 25 mata uang pelaporan;
d. Pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
Entitas harus mengungkapkan hal berikut ini dalam catatan atas laporan keuangan:
a. Domisili dan bentuk hukum entitas serta alamat kantornya yang terdaftar;
b. Penjelasan sifat operasi dan aktivitas utamanya

IV. Neraca

Informasi yang disajikan dalam neraca minimal mencakup pos-pos berikut:


1. Kas dan setara kas;
2. Piutang usaha dan piutang lainnya;
3. Persediaan;
4. Properti investasi;

11
5. Aset tetap;
6. Aset tidak berwujud;
7. Utang usaha dan utang lainnya;
8. Aset dan kewajiban pajak;
9. Kewajiban diestimasi;
10. Ekuitas.
Entitas menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya dalam neraca jika penyajian seperti
itu relevan dalam rangka pemahaman terhadap posisi keuangan entitas. SAK ETAP tidak
menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang disajikan.

V. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang diakui dalam
suatu periode kecuali SAK ETAP mensyaratkan lain. SAK ETAP mengatur perlakuan
berbeda terhadap dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang
disajikan sebagai penyesuaian terhadap periode yang lalu dan bukan sebagai bagian dari laba
atau rugi dalam periode terjadinya perubahan (lihat Bab 9 Kebijakan Akuntansi, Estimasi,
dan Kesalahan). Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:
1. Pendapatan;
2. Beban keuangan;
3. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas;
4. Beban pajak;
5. Laba atau rugi neto.
Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika
penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas. Entitas tidak boleh
menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai “pos luar biasa”, baik
dalam laporan laba rugi maupun dalam catatan atas laporan keuangan.

VI. Laporan Perubahan Ekuitas Dan Laporan Laba Rugi Dan Saldo Laba

Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode, pos
pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut,
pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode

12
tersebut, dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas)
jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama periode
tersebut.
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
1. Laba atau rugi untuk periode;
2. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
3. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi
kesalahan yang diakui sesuai bab 9kebijakan akuntansi, estimasi, dan kesalahan;
4. Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir
periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari:
a. Laba atau rugi;
b. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
c. Jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, yang
menunjukkan secara terpisah modal saham, transaksi saham treasuri, dan dividen
serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan
d. Perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan
pengendalian.
Laporan laba rugi dan saldo laba menyajikan laba atau rugi entitas dan perubahan saldo
laba untuk suatu periode pelaporan. Paragraf 3.13 mengijinkan entitas untuk menyajikan
laporan laba rugi dan saldo laba menggantikan laporan laba rugi dan laporan perubahan
ekuitas jika perubahan pada ekuitas hanya berasal dari laba atau rugi, pembayaran
dividen, koreksi kesalahan periode lalu, dan perubahan kebijakan akuntansi.

VII. Laporan Arus Kas

Bab ini mengatur informasi yang disajikan dalam laporan arus kas dan bagaimana
penyajiannya. Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara
kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode
dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

VIII. Catatan Atas Laporan Keuangan

Bab ini mengatur prinsip yang mendasari informasi yang disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan dan bagaimana penyajiannya. Catatan atas laporan keuangan berisi informasi

13
sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan
keuangan.
Catatan atas laporan keuangan harus:
1. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi tertentu yang digunakan sesuai dengan paragraf 8.5 dan 8.6;
2. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam sak etap tetapi tidak disajikan dalam
laporan keuangan; dan
3. Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi
relevan untuk memahami laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistematis sepanjang hal tersebut praktis.
Setiap pos dalam laporan keuangan merujuk-silang ke informasi terkait dalam catatan atas
laporan keuangan. Secara normal urutan penyajian catatan atas laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
1. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK ETAP.
2. Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan.
3. Informasi yang mendukung pos-pos laporan keuangan, sesuai dengan urutan penyajian
setiap komponen laporan keuangan dan urutan penyajian pos-pos tersebut.
4. Pengungkapan lain.

IX. Kebijakan Dan Estimasi Akuntansi Dan Kesalahan

Bab ini memberikan panduan untuk memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi yang
digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Bab ini juga mengatur perubahan estimasi
akuntansi dan koreksi kesalahan periode lalu.

X. Investasi Pada Efek Tertentu

Bab ini mengatur penerapan akuntansi nilai wajar untuk efek utang dan efek ekuitas baik
yang dimaksudkan oleh pemiliknya untuk diperdagangkan, efek utang yang dimaksudkan
untuk dimiliki hingga jatuh waktu maupun tidak untuk keduanya. Efek adalah surat berharga,
yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang,

14
unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif
dari efek.
1. Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan hutang piutang antara kreditor
dengan entitas yang menerbitkan efek.
2. Efek ekuitas adalah efek yang menunjukkan hak kepemilikan atas suatu ekuitas, atau hak
untuk memperoleh (misalnya: waran, opsi beli) atau hak untuk menjual (misalnya opsi
jual) kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan.
Bab ini harus diterapkan untuk akuntansi dan pelaporan investasi efek ekuitas yang nilai
wajarnya tersedia dan untuk semua investasi efek utang, kecuali investasi pada entitas
asosiasi, joint venture dan entitas ana

XI. Persediaan

Bab ini mengatur prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran persediaan. Persediaan adalah
aset:
1. Untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
2. Dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.
Bab ini diterapkan untuk semua jenis persediaan, kecuali:
1. Persediaan dalam proses (work in progress) dalam kontrak konstruksi termasuk kontrak
jasa yang terkait secara langsung (lihat Bab 20 Pendapatan);
2. Efek tertentu (lihat Bab 10 Investasi pada Efek Tertentu).

XII. Investasi Pada Entitas Asosiasi Dan Entitas Anak

Bab ini harus diterapkan untuk investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak. Bab ini tidak
mengatur:
1. Investasi pada joint venture;
2. Hak paten, merek dagang, dan aset yang serupa;
3. Sewa pembiayaan

15
XIII. Investasi Pada Joint Venture

Bab ini diterapkan untuk investasi pada joint venture. Joint venture adalah perjanjian
kontraktual dimana dua pihak atau lebih menjalankan aktivitas ekonomi yang menjadi subyek
dari pengendalian bersama. Joint venture dapat berbentuk pengendalian bersama operasi,
pengendalian bersama aset, dan pengendalian bersama entitas. Pengendalian bersama adalah
kesepakatan kontraktual berbagi pengendalian atas suatu aktivitas ekonomi, dan ada hanya
jika keputusan strategis keuangan dan operasi terkait dengan aktivitas tersebut mensyaratkan
persetujuan pihak-pihak yang berbagi pengendalian (venturer).

XIV. Properti Investasi

Bab ini diterapkan untuk akuntansi untuk investasi pada tanah dan bangunan yang memenuhi
definisi properti investasi dalam paragraf 14.2. Properti investasi adalah properti (tanah atau
bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik
atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan sewa atau untuk kenaikan nilai
atau kedua-duanya, dan tidak untuk:
1. Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif; atau
2. Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.

XV. Aset Tetap

Bab ini diterapkan untuk akuntansi atas aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
2. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. Aset tidak berwujud tidak termasuk
hak atas mineral dan cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam dan sumber daya
yang tidak dapat diperbarui lainnya.

XVI. Aset Tidak Berwujud

Bab ini diterapkan untuk akuntansi untuk semua aset tidak berwujud kecuali aset tidak
berwujud yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal (lihat Bab

16
11 Persediaan dan Bab 20 Pendapatan) Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang
dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Suatu aset dapat diidentifikasikan jika:
1. Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari entitas
dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak
terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama; atau
2. Muncul dari hak kontraktual atau hak hukumnya lainnya, terlepas apakah hak tersebut
dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban lainnya.
Aset tidak berwujud tidak termasuk:
1. Efek (surat berharga), atau
2. Hak atas mineral dan cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam dan sumber daya
yang tidak dapat diperbarui lainnya

XVII. Sewa

Bab ini mencakup akuntansi untuk semua sewa, kecuali:


1. Sewa untuk mengekplorasi atau menggunakan mineral, minyak bumi, gas alam dan
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui lainnya;
2. Perjanjian lisensi seperti film, rekaman video, karya panggung, manuskrip (karya tulis),
hak paten, dan hak cipta (lihat Bab 16Aset Tidak Berwujud);

XVIII. Kewajiban Diestimasi Dan Kontinjensi

Bab ini diterapkan untuk semua kewajiban diestimasi (kewajiban yang waktu atau jumlahnya
belum pasti), kewajiban kontijensi dan aset kontijensi, kecuali kewajiban estimasi yang diatur
dalam Bab lain, yaitu:
1. Sewa (Bab 17 Sewa);
2. Kontrak konstruksi (Bab 20 Pendapatan);
3. Kewajiban imbalan kerja (Bab 23 Imbalan Kerja);
4. Kewajiban pajak penghasilan (Bab 24 Pajak Penghasilan).
Persyaratan dalam Bab ini tidak berlaku untuk kontrak eksekutori kecuali kontrak tersebut
merupakan kontrak memberatkan. Kontrak eksekutori adalah kontrak dalam hal tidak ada
satu pihak telah melakukan kewajibannya atau kedua pihak secara sebagian telah melakukan
kewajibannya secara seimbang. Istilah “penyisihan” seringkali digunakan dalam konteks
seperti penyusutan, penurunan nilai aset, dan tagihan tidak tertagih. Hal tersebut merupakan

17
penyesuaian atas nilai tercatat aset, bukan pengakuan kewajiban, sehingga tidak diatur dalam
Bab ini.

XIX. Ekuitas

Bab ini mengatur akuntansi ekuitas untuk:


1. Entitas Perorangan;
2. Persekutuan Perdata;
3. Firma;
4. Commanditaire Vennootschap (CV);
5. Perseroan Terbatas;
6. Koperasi.
Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam entitas harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga
memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan
peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.

XX. Pendapatan

Bab ini diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang muncul sebagai akibat dari
transaksi atau kejadian berikut:
1. Penjualan barang (baik diproduksi oleh entitas untuk tujuan produksi atau dibeli untuk
dijual kembali);
2. Pemberian jasa;
3. Kontrak konstruksi;
4. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti atau dividen.
Pendapatan atau penghasilan lain yang muncul dari beberapa transaksi dan kejadian lain
berikut ini diatur dalam Bab lain:
1. Perjanjian sewa (lihat Bab 17 Sewa);
2. Dividen yang timbul dari investasi yang dihitung dengan menggunakan metode ekuitas
(lihat Bab 12 Investasi pada Entitas Asosiasi dan Entitas Anak);
3. Perubahan nilai wajar investasi pada efek tertentu, atau pelepasannya (lihat Bab
10 Investasi Pada Efek Tertentu).

18
XXI. Biaya Pinjaman

Bab ini mengatur akuntansi untuk biaya pinjaman. Biaya pinjaman adalah bunga dan biaya
lainnya yang timbul dari kewajiban keuangan suatu entitas. Biaya pinjaman mencakup:
1. Bunga untuk cerukan bank dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang;
2. Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman;
3. Amortisasi biaya tambahan yang timbul sehubungan dengan proses perjanjian
peminjaman;
4. Beban pembiayaan sesuai dengan sewa pembiayaan yang diakui sesuai dengan bab
17 sewa;
5. Perbedaan nilai tukar yang timbul dari pinjaman dalam mata uang asing dimana
perbedaan ini dianggap sebagai penyesuaian terhadap biaya bunga.

XXII. Penurunan Nilai Aset

Kerugian penurunan nilai terjadi ketika nilai tercatat aset melebihi jumlah yang dapat
diperoleh kembali. Bab ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk penurunan nilai semua
aset, kecuali aset yang muncul dari imbalan kerja (lihat Bab 23 Imbalan Kerja).

XXIII. Imbalan Kerja

Imbalan kerja adalah semua bentuk imbalan yang diberikan oleh entitas sebagai pertukaran
atas jasa yang diberikan oleh pekerja, termasuk direktur dan manajemen. Bab ini diterapkan
untuk empat jenis imbalan kerja:
1. Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan kerja)
yang jatuh tempo seluruhnya dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode pekerja
memberikan jasanya.
2. Imbalan pascakerja adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan kerja) yang
terutang setelah pekerja menyelesaikan masa kerjanya.
3. Imbalan kerja jangka panjang lainnya adalah imbalan kerja (selain imbalan pascakerja
dan pesangon pemutusan kerja) yang tidak seluruhnya jatuh tempo dalam waktu 12 bulan
setelah pekerja memberikan jasanya; dan
4. Pesangon pemutusan kerja adalah imbalan kerja yang terutang akibat:
a. Keputusan entitas untuk memberhentikan pekerja sebelum usia pensiun normal, atau

19
b. Keputusan pekerja menerima tawaran untuk mengundurkan diri secara sukarela
dengan imbalan tertentu.

XXIV. Pajak Penghasilan

Bab ini mengatur akuntansi untuk pajak penghasilan. Untuk tujuan ini, pajak penghasilan
termasuk seluruh pajak domestik dan luar negeri sebagai dasar penghasilan kena pajak. Pajak
penghasilan juga termasuk pajak, misalnya pemungutan dan pemotongan pajak, yang
terutang oleh entitas anak, entitas asosiasi atau joint venture atas distribusi ke entitas
pelaporan.

XXV. Mata Uang Pelaporan

Bab ini diterapkan untuk semua entitas yang akan atau telah menggunakan mata uang selain
rupiah sebagai mata uang pelaporan. Mata uang fungsional adalah mata uang utama dalam
arti substansi ekonomi, yaitu mata uang utama yang dicerminkan dalam kegiatan operasi
entitas. Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan
keuangan. Mata uang pencatatan adalah mata uang yang digunakan oleh entitas untuk
membukukan transaksi.

XXVI. Transaksi Dalam Mata Uang Asing

Bab ini diterapkan dalam akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing. Transaksi mata
uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau harus diselesaikan dalam mata uang
asing, yang meliputi transaksi yang timbul ketika entitas:
1. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam mata uang
asing;
2. Meminjam atau meminjamkan dana atas sejumlah utang atau piutang yang didenominasi
dalam mata uang asing;
3. Memperoleh atau melepas aset, atau terjadinya atau menyelesaikan kewajiban, yang
didenominasi dalam mata uang asing.

20
XXVII. Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan

Bab ini mendefinisikan peristiwa setelah akhir tanggal pelaporan dan menentukan prinsip-
prinsip pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan peristiwa tersebut.Peristiwa setelah akhir
periode pelaporan adalah peristiwa-peristiwa, baik menguntungkan maupun
tidak menguntungkan, yang terjadi setelah akhir periode pelaporan sampai dengan tanggal
penyelesaian laporan keuangan. Ada dua jenis peristiwa setelah akhir periode pelaporan,
yaitu:
1. Peristiwa yang memberikan bukti atas suatu kondisi yang telah terjadi pada akhir periode
pelaporan (peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang memerlukan penyesuaian).
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu kondisi setelah akhir periode pelaporan
(peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian).

XXVIII. Pengungkapan Pihak-Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa

Bab ini mensyaratkan entitas untuk memberikan pengungkapan yang diperlukan dalam
laporan keuangannya untuk memberi perhatian pada kemungkinan posisi keuangan dan laba
atau rugi entitas telah terpengaruh oleh adanya pihakpihak yang mempunyai hubungan
istimewa serta transaksi dan saldo dengan pihak-pihak tersebut. Dalam mempertimbangkan
setiap kemungkinan hubungan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, entitas
harus menilai dari substansi hubungan dan bukan semata-mata dari bentuk hukum.
Dalam konteks SAK ETAP, pihak-pihak berikut tidak dianggap sebagai pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa:
1. Dua entitas yang memiliki satu direktur atau anggota personel manajemen kunci secara
umum, tetapi tidak memenuhi ketentuan (d) dan (f) dalam definisi “pihak yang
mempunyai hubungan istimewa” (lihat daftar istilah).
2. Dua venturer karena mereka berbagi pengendalian bersama atas joint venture.
3. Pihak-pihak berikut dalam pelaksanaan urusan normal dengan entitas (meskipun pihak-
pihak tersebut dapat memengaruhi kebebasan entitas atau ikut serta dalam proses
pengambilan keputusan):
a. Penyandang dana;
b. Serikat dagang;
c. Entitas pelayanan umum; dan
d. Departemen dan instansi pemerintah.

21
e. Pelanggan, pemasok, pemilik hak waralaba (franchisor), distributor atau agen umum
yang mana entitas mengadakan transaksi usaha dengan volume signifikan, semata-
mata berdasar atas akibat ketergantungan ekonomi.

XXIX Ketentuan Transisi

Entitas menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak praktis, maka
entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara prospektif. Entitas yang
menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah menyusun laporan keuangan maka:
1. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan dalam SAK
ETAP;
2. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak mengijinkan
pengakuan tersebut;
3. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban atau
komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi merupakan jenis
aset, kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda berdasarkan SAK ETAP;
4. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang diakui.
Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pada saldo awal neracanya
berdasarkan SAK ETAP mungkin berbeda dari yang digunakan untuk tanggal yang sama
dengan menggunakan kerangka pelaporan keuangan sebelumnya. Hasil penyesuaian yang
muncul dari transaksi, kejadian atau kondisi lainnyasebelum tanggal efektif SAK ETAP
diakui secara langsung pada saldo laba pada tanggal penerapan SAK ETAP.
Pada tahun awal penerapan SAK ETAP, entitas yang memenuhi persyaratan untuk
menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK ETAP,
tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut
tidak diperkenankan untuk kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan
keuangan berikutnya. Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP
kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka
entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK
ETAP. Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan berdasarkan PSAK non- ETAP
dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP ini kembali sesuai dengan paragraf
29.4 di atas.
Entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun laporan
keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan SAK

22
ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETA ini dalam menyusun laporan
keuangan. Entitas tersebut menerapkan persyaratan dalam paragraf 29.1 – 29.3.

XXX. Tanggal Efektif

SAK ETAP diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1
Januari 2011. Penerapan dini diperkenankan. Jika SAK ETAP diterapkan dini, maka entitas
harus menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2010.

Perbandingan SAK dengan SAK-ETAP

Berikut ini adalah tabel perbandingan PSAK dengan SAK-ETAP yang dapat membantu
pembaca dalam mempelajari SAK-ETAP lebih jauh. Buku SAK-ETAP dapat diperoleh di
kantor pusat Ikatan Akuntan Indonesia dan kantor-kantor cabang IAI.
No Elemen PSAK SAK-ETAP
1 Penyajian Laporan  Laporan posisi keuangan Sama dengan PSAK, kecuali
Keuangan  Informasi yang disajikan informasi yang disajikan dalam
dalam laporan posisi neraca, yang menghilangkan
keuangan pos:
 Pembedaan asset lancar  Aset keuangan
dan tidak lancar dan  Properti investasi yang diukur
laibilitas jangka pendek pada nilai wajar (ED PSAK
dan jangka panjang 1)
 Aset lancar  Aset biolojik yang diukur
 Laibilitas jangka pendek pada biaya perolehan dan
 Informasi yang disajikan nilai wajar (ED PSAK 1)
dalam laporan posisi  Kewajiban berbunga jangka
keuangan atau catatan panjang
atas laporan keuangan  Aset dan kewajiban pajak
 (Perubahan istilah di ED tangguhan
PSAK 1: Neraca menjadi  Kepentingan
Laporan Posisi Keuangan, nonpengendalian
Kewajiban (liability)
menjadi laibilitas)
2 Laporan Laba Rugi  Laporan laba rugi Tidak sama dengan PSAK yang
komprehensif menggunakan istilah laporan
 Informasi yang disajikan laba rugi komprehensif, SAK
dalam laporan Laba Rugi ETAP menggunakan istilah
Komprehensif laporan laba rugi.
 Laba rugi selama periode
 Pendapatan komprehensif
lain selama periode

23
No Elemen PSAK SAK-ETAP
 Informasi yang disajikan
dalam laporan laba rugi
komprehensif atau catatan
atas laporan keuangan
3 Penyajian Perubahan Sama dengan PSAK, kecuali
Ekuitas untuk beberapa hal yang terkait
pendapatan komprehensif lain.
4 Catatan Atas  Catatan atas laporan Sama dengan PSAK, kecuali
Laporan Keuangan keuangan pengungkapan modal.
 Struktur
 Pengungkapan kebijakan
Akuntansi
 Sumber estimasi
ketidakpastian
 Modal (ED PSAK 1)
 Pengungkapan lain
5 Laporan Arus Kas  Arus kas aktivitas Sama dengan PSAK kecuali:
operasi: metode langsung  Arus kas aktivitas operasi:
dan tidak langsung metode tidak langsung
 Arus kas aktivitas  Arus kas mata uang asing,
investasi tidak diatur.
 Arus kas aktivitas
pendanaan
 Arus kas mata uang asing
 Arus kas bunga dan
dividen, pajak
penghasilan, transaksi
non-kas
6 Laporan  Persyaratan penyajian Tidak diatur (Lihat 1.13).
keuangan konsolidasi lapkeu konsolidasi
dan terpisah  Entitas bertujuan khusus
 Prosedur konsolidasi
 Lapkeu tersendiri
 Lapkeu gabungan
7 Kebijakan PSAK 25 (Laba atau Rugi SAK ETAP sudah maju satu
akuntansi, estimasi, Bersih untuk periode langkah dibandingkan PSAK
dan kesalahan Berjalan, Kesalahan (tidak ada “kesalahan mendasar”
Mendasar, dan Perubahan dan “laba atau rugi luar biasa”).
Kebijakan Akuntansi)
 Laba atau rugi bersih
untuk Periode berjalan
 Kesalahan Mendasar
 Perubahan kebijakan
Akuntansi
 Pemilihan dan penerapan
kebijakan akuntansi
 Konsistensi dan
perubahan kebijakan
akuntansi

24
No Elemen PSAK SAK-ETAP
 Perubahan Estimasi
akuntansi
 Kesalahan.
 Pos luar biasa
 Laba atau rugi dari
aktivitas normal
 Operasi yang tidak
dilanjutkan
 Perubahan estimasi
Akuntansi
 Penerapan suatu standar
Akuntansi keuangan
 Perubahan kebijakan
Akuntansi yang lain
8 Instrumen Keuangan  Ruang lingkup: aset dan PSAK 50 (1998).
Dasar kewajiban keuangan
 Instrumen keuangan
dasar:
 Diklasifikasikan pada
nilai wajar melalui
laporan laba rugi, dimiliki
hingga jatuh tempo,
tersedia untuk dijual,
pinjaman dan pinjaman
yang diberikan
 Impairment menggunakan
incurred loss concept
 Derecognition
 Hedging dan derivatif
 Ruang lingkup: investasi
pada efek tertentu
 Klasifikasi trading, held
to maturity, dan available
for sale. Hal tsb mengacu
ke
9 Persediaan  Pengukuran persediaan Sama dengan PSAK
 Biaya persediaan
 Biaya pembelian
 Biaya konversi
 Biaya lain-lain
 Biaya persediaan
pemberian jasa
 Teknik pengukuran biaya
 Rumus biaya
 Nilai realisasi bersih
 Pengakuan sebagai beban
 Pengungkapan
10 Investasi  Ruang lingkup: entitas metode ekuitas
pada perusahaan asosiasi

25
No Elemen PSAK SAK-ETAP
asosiasi dan entitas  Metode akuntansi
anak  Metode biaya
 Metode ekuitas
 Model nilai wajar (ED
PSAK 15)
 Ruang lingkup: entitas
asosiasi dan entitas anak
 Metode akuntansi
 Entitas asosiasi : metode
biaya
 Entitas anak :
11 Investasi  Jointly controlled Sama dengan PSAK kecuali
pada perusahaan operation, asset, and metode akuntansi hanya
asosiasi dan entitas entity menggunakan metode biaya.
anak  Metode akuntansi
 Metode konsolidasi
proporsional
 Metode ekuitas
 Model nilai wajar (ED
PSAK 12 :
PBA/PBO/PBE)
12 Property Investasi Metode akuntansi Metode akuntansi: model biaya
 Model nilai wajar
 Model biaya
13 Aset Tetap  Menggunakan pendekatan Sama dengan PSAK kecuali:
komponenisasi  Tidak menggunakan
 Pengukuran pendekatan komponenisasi.
menggunakan model  Revaluasi diijinkan jika
biaya atau model dilakukan berdasarkan
revaluasi Peraturan Pemerintah. Hal ini
 Pengukuran biaya mengacu ke PSAK 16 (1994)
perolehan  Tidak perlu review nilai
 Pengakuan pengeluaran residu.
selanjutnya
 Penyusutan
 Tidak perlu review nilai
residu, metode
penyusutan, dan umur
manfaat setiap akhir
periode pelaporan, tetapi
jika ada indikasi
perubahan saja
14 Asset Tidak  Prinsip umum untuk Sama dengan PSAK, kecuali aset
Berwujud pengakuan tidak berwujud yang diperoleh
 Pengakuan awal, dari penggabungan usaha.
pengukuran selanjutnya
 Amortisasi selama umur
manfaat atau 10 tahun

26
No Elemen PSAK SAK-ETAP
Penurunan nilai Tidak diatur
 Menggunakan metode
pembelian
 Goodwill dimaortisasi 5
tahun atau 20 tahun
dengan justifikasi
manajemen
15 Sewa  Mengatur perjanjian yang  Klasifikasi sewa: kombinasi
mengandung sewa IFRS for SMEs dan SFAS 13
 Klasifikasi  Laporan keuangan lessee dan
bersifat principle based lessor menggunakan PSAK
 Laporan keuangan lessee 30 (1990): Akuntansi
dan Sewa Guna Usaha
 Tidak mengatur  Kewajiban diestimasi
perjanjian yang  Kewajiban kontinjensi
mengandung sewa  Aset kontinjensi
(ISAK lessor)
16 Ekuitas  Penjelasan Sama dengan PSAK, kecuali :
 Akuntasi ekuitas untuk  Reorganisasi
badan usaha bukan PT  Selisih penilaian kembali
 Akuntansi ekuitas untuk
badan usaha berbentuk
PT
 Reorganisasi
 Selisih penilaian kembali
17 Pendapatan  Penjualan barang Sama dengan PSAK.
 Penjualan jasa
 Kontrak konstruksi
 Bunga, dividen dan
royalti
 Lampiran kasus
pengakuan pendapatan
(ED PSAK 23)
18 Biaya Pinjaman  Komponen biaya Biaya pinjaman langsung
pinjaman dibebankan
 Pengakuan dan
kapitalisasi biaya
pinjaman
19 Penurunan Nilai Aset  Penurunan nilai Sama dengan PSAK, kecuali:
persediaan  Ruang lingkup yang meliputi
 Penurunan nilai non- semua jenis aset.
persediaan  Tidak mengatur penurunan
 Penurunan nilai goodwill nilai goodwill
 Ada tambahan penurunan
nilai untuk pinjaman yang
diberikan dan piutang yang
menggunakan PSAK
31:Akuntansi Perbankanparag
raf 16 dan 17.

27
No Elemen PSAK SAK-ETAP
20 Imbalan Kerja  Imbalan kerja jangka Sama dengan PSAK, kecuali
pendek untuk manfaat pasti
 Imbalan pasca kerja, menggunakan PUC dan jika
untuk manfaat pasti tidak bisa, menggunakan metode
menggunakan PUC yang disederhanakan
 Imbalan jangka panjang
lainnya
 Pesangon pemutusan
kerja
21 Pajak Penghasilan  Menggunakan deferred
taxconcept
 Pengakuan dan
pengukuran pajakkini
 Pengakuan dan
pengukuran
pajaktangguhan
 Menggunakan tax payabl
e concept
 Tidak ada pengakuan
danpengukuran
pajak tangguhan
22 Mata Uang Pelaporan  Mata uang pencatatan dan Sama dengan PSAK Mata Uang
pelaporan Pelaporan
 Mata uang fungsional  Mata uang fungsional
 Penentuan saldo awal  Pelaporan transaksi mata uang
 Penyajian komparatif asing dalam mata uang
 Perubahan mata uang fungsional
pencatatan dan pelaporan  Perubahan mata uang
fungsional (Pada prinsipnya
sama)
23 Peristiwa setelah  Peristiwa yang Sama dengan PSAK
akhir periode memerlukan penyesuaian
pelaporan  Peristiwa yang tidak
memerlukan penyesuaian
24 Pengungkapan pihak-  Pengertian pihak-pihak Sama dengan PSAK 7
pihak yang yang mempunyai
mempunyai hubungan hubungan istimewa
istimewa  Pengungkapan
25 Aktivitas Khusus  Akuntansi perkoperasian Tidak diatur
 Akuntansi minyak dan
gas bumi
 Akuntansi pertambangan
umum
 Akuntansi perusahaan
efek
 Akuntansi reksa dana
 Akuntansi perbankan dan
asuransi

28
No Elemen PSAK SAK-ETAP
26 Ketentuan Transisi  Retrospektif atau prospektif
(jika tidak praktis) yang
diterapkan secara prospective
catchup (dampak ke saldo
laba)
 Perpindahan dari dan ke SAK
ETAP
27 Tanggal Efektif Berlaku efektif untuk laporan
keuangan yang dimulai pada
tanggal 1 Januari 2011,
penerapan dini 1 Januari 2010

29
Pertanyaan dan Jawaban

1. Jelaskan kriteria Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik!


Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang memiliki dua kriteria yang
menentukan apakah suatu entitas tergolong entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP)
yaitu:
a. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan
Suatu entitas dikatakan memiliki akuntabilitas yang signifikan jika:
1) Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau entitas dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal (BAPEPAM-LK) atau
regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal. Oleh sebab itu
Bapepam sendiri telah mengeluarkan surat edaran (SE) Bapepam-LK No. SE-
06/BL/2010 tentang larangan penggunaan SAK ETAP bagi lembaga pasar modal,
termasuk emiten, perusahaan publik, manajer investasi, sekuritas, asuransi, reksa
dana, dan kontrak investasi kolektif.
2) Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang efek, dana
pensiun, reksa dana, dan bank investasi.
b. Tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statements) bagi pengguna eksternal.
Contoh pengguna eksternal adalah:
a. Pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha;
b. Kreditur;
c. Lembaga pemeringkat kredit.
2. Jelaskan perbedaan PSAK dan SAK-ETAP terkait dengan Laporan Laba Rugi!
PSAK SAK-ETAP
 Laporan laba rugi komprehensif Tidak sama dengan PSAK yang
 Informasi yang disajikan dalam laporan menggunakan istilah laporan laba
Laba Rugi Komprehensif rugi komprehensif, SAK ETAP
 Laba rugi selama periode menggunakan istilah laporan laba rugi.
 Pendapatan komprehensif lain selama
periode
 Informasi yang disajikan dalam laporan
laba rugi komprehensif atau catatan atas
laporan keuangan

30
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia

31

Anda mungkin juga menyukai