Anda di halaman 1dari 1

Perkembangan Bisnis Internasional

Berbicara tentang bisnis internasional atau perdagangan lintas negara telah ada sejak lama,
bahkan sudah dimulai sejak sebelum masehi ketika para pedagang Venezia dan Yunani
mengirim wakil-wakil ke luar negeri untuk menjual barang-barang mereka. Pada mulanya
bisnis yang melibatkan entitas antar negara mengandalkan keberadaan entitas secara fisik
dalam arus penyerahan barang dan jasa. Namun demikian seiring dengan perkembangan
zaman dan diikuti perkembangan teknologi yang sangat pesat keberadaan entitas secara fisik
menjadi semakin tidak efisien dan tidak relevan.

Perkembangan dari Aspek Perpajakan Internasional

Dari sisi perpajakan, bisnis yang melibatkan entitas yang berada di wilayah yurisdiksi
berbeda berpotensi akan mengalami pemajakan berganda akibat penerapan ketentuan
perpajakan domestik di masing-masing negara. Untuk mengatasi hal tersebut muncullah
perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) atau dikenal dengan tax treaty.

Perkembangan tax treaty telah dimulai sebelum terjadinya perang dunia I, pada saat itu
Jerman merupakan negara pertama yang mengadakan P3B, yaitu dengan dihasilkannya P3B
Saxony dan Prusia di tahun 1869/1870 yang merupakan P3B (domestik) pertama antara
negara-negara bagian di Jerman. P3B tersebut kemudian disusul dengan munculnya P3B
dalam konteks internasional dipertengahan abad ke-19, yaitu P3B Austria/Hungaria dan
Prussia pada tahun 1899. P3B ini dikenal sebagai P3B internasional pertama. Dalam
perkembangannyaa, model tax treaty yang umum digunakan oleh banyak negara adalah
OECD Model dan UN Model. Di luar OECD Model dan UN Model, terdapat pula model
P3B seperti US Model, ASEAN Model, serta model P3B lainnya yang dikembangkan oleh
beberapa kawasan regional negara. Namun, sebagian besar P3B yang ada pada saat ini,
penyusunannya mengacu pada model P3B yang disarankan oleh OECD Model maupun oleh
UN Model.

Model P3B yang ada sampai dengan saat ini masih mengandalkan keberadaan entitas secara
fisik, dimana contohnya dalam konsep BUT / Permanent Estabilishment, syarat untuk adanya
BUT adalah keberadaan kantor, aset, manajemen efektif, dsb yang kesemuanya masih
mengandalkan keberadaan fisik. Hal ini menjadi celah untuk melakukan penghindaran pajak.
Contoh nyata adalah kasus Google yang sulit untuk menentukan status subjek pajaknya
berada di negara mana, sehingga keberadaan P3B yang semula bertujuan untuk menghindari
pemajakan berganda justru sekarang menjadi berbalik menjadi tidak dipajaki dimana-mana
(double taxation menjadi double no taxation).

Kesimpulan

Perlu adanya upaya bersama negara-negara di seluruh dunia untuk mulai mereformasi
ketentuan perpajakan internasional yaitu dengan merevisi tax treaty, termasuk salah satunya
adalah merevisi konsep BUT sesuai dengan perkembangan dunia bisnis yang telah banyak
memanfaatkan teknologi informasi.

Demikian dan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai