MAGISTER AKUNTANSI
MagisterMAGISTER
AKUNTANI
MODUL PERKULIAHAN
PokokBahasan
Menurut data Indonesia Institute for Corporate and Directorship (IICD,2010), lebih dari 95
persen bisnis di Indonesia merupakan perusahaan yang dimiliki maupun dikendalikan oleh
keluarga. Itu berarti bahwa kegiatan bisnis keluarga telah lama member sumbangsih
terbesar terhadap pembangunan ekonomi nasional. Bahkan saat krisis ekonomi di tahun
1997/1998 dan tahun 2008, bisnis keluarga terus menunjukan eksistensinya sebagai
Ada 2 jenis perusahaan keluarga antara lain, Family Owned Enterprise (FOE)Perusahaan
yang dimiliki oleh keluarga tetapi dikelola oleh eksekutif profesional yang berasal dari luar
lingkaran keluarga. Family Business Enterprise (FBE) Perusahaan yang dimiliki dan dikelola
Sebagai bisnis yang dimiliki dan dikendalikan oleh keluarga maka manajemen maupun
kinerja perusahaan, baik yang berskala kecil maupun besar , banyak dipengaruhi oleh visi
maupun misi keluarga. Namun, bisnis keluarga tentu tidak luput dari ragam persoalan yang
sesame anggota keluarga , konflik dalam suksesi kepemimpinan, konflik dalam pengambilan
kepututsan, isu putra mahkota (penerus tahta diperusahaan), perbedaan pola piker
tidak jarang bisnis keluarga mengalami kemerosotan, bahkan terpaksa tutup, akibat konflik
Jadi , ada tiga isu utama yang sering muncul dalam bisnis keluarga ialah kepemimpinan
dengan isu bisnis pada umumnya yang keanggotaanya tidak ada hubungan keluarga (non
family business). Sehingga tiga isu tersebut telah diatasi atau diantisipasi oleh pembuat
undang-undang dengan membuat penggoplongan tiga jenis badan usaha utama yang bias
dipakai para pebisnis yaitu: firma (Fa), Commanditaire Vennotshap (CV), dan Perseroan
Terbatas (PT).
Menurut John L. Ward dan Craig E. Aronoff Perusahaan keluarga terdiri dari dua atau lebih
apabila paling sedikit ada keterlibatan dua generasi dalam keluarga itu dan mereka
Menurut Price Waterhouse Cooper surver tentang “Bisnis keluarga” tahun 2014, sebuah
• Setidaknya ada satu perwakilan keluarga yang terlibat di dalam manajemen atau
administrasi perusahaan;
• Untuk perusahaan publik (tbk.), pendiri atau orang yang mengakuisisi perusahaan
(atau keluarganya) memiliki 25% hak atas perusahaan melalui penanaman modal dan
Industri Koran di Spanyol , perusahaan keluarga disebut sebagai perusahaan keluarga jika
nama belakang dari “CEO” atau editor di perusahaan Koran tersebut sama dengan pemilik.
Menurut Chua and Sharma (1999) dalam bukunya Entrepreneurship Theory and Practice ,
1. Menguasai kepemilikan (15 persen atau lebih) oleh 2 orang atau lebih anggota
keluarga
2. Keputusan strategi dipengaruhi oleh anggota keluarga dalam perusahaan, baik yang
3. Ikatan keluarga yang baik memiliki sumber keunggulan kompetitif yang unik yang
Keunikan perusahaan keluarga dalam tingkat rencana suksesi diasumsikan sebuah kunci dan
peran yang sangat strategic dalam kehidupan perusahaan. Karena sukses kompetitif ,
kerukunan keluarga dan penguasaan kepemilikan terbentuk dalam waktu yang bersamaan.
Ada banyak alasan mengapa perusahaan banyak gagal kecuali perusahaan yang dikuasai
oleh keluarga, tetapi alasan yang biasanya ditemukan adalah berhubungan kegegalan dalam
1. Konservatif (kolot) , walaupun peran orang tua sudah tidak ada tetapi bayang-
2. Pertentangan, Sering terjadi reaksi yang berlebihan dari generasi keluarga yang lebih
sebagai pendiri ( orang tua atau founder) berada disemua lingkup manajemen, ownership
dan family. No 6 digambarkan sebagai anggota keluarga yang tidak memiliki saham dan
tidak terlibat dalam perusahaan. Non Family manager, digambarkan dalam angka 7.
Kemudian ada pemegang saham yang merupakan bukan keluarga dan juga tidak terlibat
Tanpa adanya visi dan kepemimpinan dari anggota dari 2 generasi dan pemilihan keluarga,
manajemen dan penerapan tata kelola perusahaan maka masa depan perusahaan akan
suram. Ketidak mampuan perusahaan dalam beradaptasi dengan persaingan pasar dan
kegagalan dalam menjaga kepentingan keluarga dan bisnis merusak perushaan. Perusahaan
Hal ini terjadi jika keterunan dari pendiri ikut terjun kedalam perusahaan sebagai karyawan.
Bisnis keluarga banyak ditemukan dimana-mana. Di Amerika Serikat bisnis keluarga atau
perusahaan yang dikontrol oleh keluarga mencapai kurang lebih 90% dari bisnis yang ada.
Sepertiga perusahaan “Fortune 500” merupakan perusahaan yang dikuasai oleh keluarga
perusahaan “non family”. Padahal perusahaan keluarga terkenal dengan stigma nepotisme,
keluarga ( minimum 50%) unggul 16 persen setiap tahunnya di “Morgan Stanley Capital
International Index”. Selain unggul dalam keuangan, keluarga yang masuk dalam dunia
Sekitar 85 persen bisnis baru gagal dalam 5 tahun pertama operasional mereka. 30 persen
dari yang bisa bertahan bisa berlanjut ke generasi kedua. Kemudian hanya 12 persen yang
berlanjut ke generasi ke tiga dan hanya 4 persen yang berlanjut ke generasi ke empat.
Perencanaan suksesi merupakan sesuatu yang pelik dan membuat pendiri enggan untuk
hilangnya identitas diri, atau bahkan perasaan cemburu atau rivalry terhadap penerusnya.
Alasan lain tidak dipersiapkannya suksesi adalah pendiri merasa generasi muda tidak tertarik
untuk berpartisipasi di perusahaan, atau sulit untuk menentukan anak mana yang
berkompeten untuk meneruskan bisnisnya. Sementara si anak merasa memiliki beban untuk
memajukan perusahaan sebagaimana orang tuanya dengan kemampuan yang dia miliki atau
Berbicara tentang suksesi dalam perusahaan keluarga, semangat dan tongkat estafet
Charles yang sudah berusia 50 tahun masih tetap sebagai putera mahkota, dan kita tidak
tahu kapan dia akan menjadi raja. Sedangkan ibunya, Ratu Elizabeth, sudah berumur 70
tahun dan belum ada tanda-tanda turun dari tahta. Kalau, misalnya, ibunya meninggal pada
usia 100 tahun, apakah Pangeran Charles harus menunggu tiga puluh tahun lagi untuk
menjadi raja? Kedua, kalau generasi pertama pensiun atau menghadap Tuhan, perusahaan
diharapkan tetap bagus dan berjalan lancar. Alasan ketiga adalah untuk menjaga harmoni
keluarga.
Apabila benar-benar sudah waktunya bagi anak-anak untuk memegang peran utama dalam
perusahaan, sebaiknya pendiri atau pemilik mulai menulis buku untuk berbagi pengalaman
dan kebijaksanaan. Bisa juga dengan mendirikan yayasan dan mengajar dan tidak berkutat
Sindrom tadi jangan sampai terjadi di perusahaan keluarga. Kalau anak-anak sudah siap dan
mampu menjalankan perusahaan, maka orang tua harus mau meninggalkan perusahaan.
Kalau tidak, bisnis akan menjadi stagnan, tidak bisa meledak. Yang perlu dipikirkan adalah
bagaimana caranya agar generasi kedua dan ketiga bisa meneruskan perusahaan keluarga
dan proses perencanaan suksesi. Ward menyebutkan bahwa 40% dari seluruh perusahaan di
dunia mengantisipasi atau sedang menghadapi proses suksesi saat ini, yaitu pelimpahan
bisnis dari generasi senior yang sedang menguasai bisnis ke kepemimpinan dan kepemilikan
Masih menurut Ward, sekitar 25 tahun yang lalu, hanya 5-10% perusahaan keluarga di
Amerika Serikat yang dimiliki dan dijalankan oleh tim dari saudara-saudara sekandung.
Sisanya dipimpin oleh pemimpin-pemimpin tunggal, terutama laki-laki. Dewasa ini, 40-50%
perusahaan keluarga di Amerika Serikat akan dimiliki dan dipimpin oleh kelompok-kelompok
kakak beradik.
Rencana suksesi yang efektif dalam perusahaan keluarga antara lain merencanakannya
sedini mungkin dengan melibatkan anggota keluarga. Founder harus mulai mengambil dua
langkah ke belakang (to take two steps back) agar generasi penerus dan profesional baru
bisa mengambil satu langkah ke depan. Founder dianggap sebagai tokoh yang wibawanya
besar, tahu semua koneksi, dan bila ia mengambil satu langkah pun, yang lain tidak berani
maju. Apabila ini tidak dilakukan oleh founder, regenerasi tidak akan berjalan.
Sebaiknya ada pilihan bagi generasi berikutnya untuk bergabung atau tidak dalam
perusahaan. Pengalaman eksternal juga diperlukan agar dapat memberikan masukan buat
karyawan. Pendiri sedapat mungkin memilih penggantinya secepatnya. Jika suksesi dari
2. Mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiriserta memiliki pengalaman diluar bisnis
4. Sudah dibimbing oleh generasi sebelumnya baik oleh penasihat amaupun direktur.
5. Memiliki hubungan yang baik dan mampu mengakomodasi keinginan dari anggota keluarga
yang lain.
9. Menghormati senior dan bisa focus kemasa depan dari bisnis keluarga
Poza, E.J (2010). Family Business International Edition (edisi3e). South Western (USA):Wadsword
Cengage Center
Hisrich, R.D & Peters, M.P(2002). Entrepreneurship Fifth Edition. New York : Mc Graw Hill
http://jurnalmanajemen.petra.ac.id/index.php/man/article/viewFile/18169/18054.
http://www.pwc.com/id/en/publications/assets/indonesia-report-family-business-survey-2014.pdf.
http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/family-business/suksesi-dalam-perusahaan-
keluarga.