Yurisdiksi pemajakan merupakan hak pemajakan suatu negara terhadap yang diterima
atau diperoleh oleh warga negaranya baik yang bersumber dari dalam negeri dan luar
negeri maupun oleh warga negara asing yang bersumber dari dalam negeri. Yurisdiksi
pemajakan ada 2, yaitu:
1. Yuridiksi Domisili : yaitu hak pemajakan yang didasarkan kepada siapa yang
memperoleh penghasilan (berorientasi hanya pada subjek pajak).
2. Yuridiksi Sumber : yaitu hak pemajakan yang didasarkan kepada objek penghasilan
tersebut berada atau diperoleh (sumber penghasilan berada/ terletak di Indonesia,
berorientasi kepada objek pajak).
Implementasi
1. Prinsip yurisdiksi domisili sebagaimana dituangkan dalam Pasal 2 ayat (3) huruf
a Undang-undang Pajak Penghasilan.
Hambatan
Seiring berkembangnya teknologi informasi, konsep BUT yang ada sekarang masih
mengandalkan keberadaan entitas secara fisik, sehingga perusahaan dengan basis
operasi digital akan sulit untuk ditetapkan status subjek pajaknya. Contohnya
adalah Google. Hal ini mengakibatkan tidak ada hak pemajakan bagi negara sumber
untuk memungut pajak dari perusahaan multinasional yang tidak memiliki BUT.
Perbedaan asas pemajakan yang dianut oleh masing-masing negara juga dapat menjadi
hambatan dalam pengenaan pajak perusahaan multinasional. Alasannya hal ini
berpotensi dapat menjadi sarana untuk melakukan penghindaran pajak.
Kesimpulan
Masing-masing negara memiliki asas yurisdiksi pemajakan, bisa menganut salah satu
atau keduanya. Implementasi dari penerapan atas hak pemajakan ini akan tercantum
dalam P3B yang merupakan dokumen perjanjian antar negara yang bersifat lex
spesialis. Dalam penerapannya, konsep hak pemajakan kini mengalami hambatan akibat
perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat.