Anda di halaman 1dari 1

Pengertian Yurisdiksi Pemajakan

Yurisdiksi pemajakan merupakan hak pemajakan suatu negara terhadap yang diterima
atau diperoleh oleh warga negaranya baik yang bersumber dari dalam negeri dan luar
negeri maupun oleh warga negara asing yang bersumber dari dalam negeri. Yurisdiksi
pemajakan ada 2, yaitu:

1. Yuridiksi Domisili : yaitu hak pemajakan yang didasarkan kepada siapa yang
memperoleh penghasilan (berorientasi hanya pada subjek pajak).

2. Yuridiksi Sumber : yaitu hak pemajakan yang didasarkan kepada objek penghasilan
tersebut berada atau diperoleh (sumber penghasilan berada/ terletak di Indonesia,
berorientasi kepada objek pajak).

Implementasi

Implementasi konsep yurisdiksi pemajakan dalam ketentuan domestik perpajakan di


Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan. Indonesia menganut kedua prinsip yurisdiksi tersebut, yaitu:

1. Prinsip yurisdiksi domisili sebagaimana dituangkan dalam Pasal 2 ayat (3) huruf
a Undang-undang Pajak Penghasilan.

2. Prinsip yurisdiksi negara sumber, diatur melalui Pasal 26 Undang-Undang Pajak


Penghasilan.

Hambatan

Dalam penerapan konsep yurisdiksi pemajakan diatur dalam Perjanjian Penghindaran


Pajak Berganda (P3B), dikenal dengan konsep Bentuk Usaha Tetap (BUT) / Permanent
Estabilishment. BUT dalam P3B dipakai untuk menentukan hak pemajakan negara sumber
atas penghasilan dari bisnis yang dijalankan oleh bukan WPDN.BUT lebih merupakan
kriteria yang memungkinkan suatu negara sumber untuk secara legal dapat memajaki
penghasilan dari bisnis internasional. Dengan demikian jika tidak ada BUT maka
tidak ada hak pemajakan di negara sumber.

Seiring berkembangnya teknologi informasi, konsep BUT yang ada sekarang masih
mengandalkan keberadaan entitas secara fisik, sehingga perusahaan dengan basis
operasi digital akan sulit untuk ditetapkan status subjek pajaknya. Contohnya
adalah Google. Hal ini mengakibatkan tidak ada hak pemajakan bagi negara sumber
untuk memungut pajak dari perusahaan multinasional yang tidak memiliki BUT.

Perbedaan asas pemajakan yang dianut oleh masing-masing negara juga dapat menjadi
hambatan dalam pengenaan pajak perusahaan multinasional. Alasannya hal ini
berpotensi dapat menjadi sarana untuk melakukan penghindaran pajak.

Kesimpulan

Masing-masing negara memiliki asas yurisdiksi pemajakan, bisa menganut salah satu
atau keduanya. Implementasi dari penerapan atas hak pemajakan ini akan tercantum
dalam P3B yang merupakan dokumen perjanjian antar negara yang bersifat lex
spesialis. Dalam penerapannya, konsep hak pemajakan kini mengalami hambatan akibat
perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat.

Demikian dan terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai