Anda di halaman 1dari 38

Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Dan Daerah

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH MENURUT SAP

Pengguna Laporan Keuangan

Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun


tidak terbatas pada:

1. Masyarakat;
2. Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman;
4. Pemerintah.
Entitas Akuntansi Dan Pelaporan

Entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yangmengelola anggaran,


kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan
keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya. Entitas pelaporan merupakan unit
pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan
peraturan perundang undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa
laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:

1. Pemerintah pusat;
2. Pemerintah daerah;
3. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintahpusat;
4. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasilainnya, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib
menyajikan laporan keuangan.
Peranan Pelaporan Keuangan

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai


posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama
satu periode pelaporan.Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber
daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan,
menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang undangan. Setiap entitas
pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta
hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu
periode pelaporan untuk kepentingan:

1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaankebijakan
yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara periodik.

2. Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatuentitas
pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan
dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan
masyarakat.

3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakatberdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan
sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-
undangan.

4. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)


Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaanpemerintah pada
periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaranyang dialokasikan dan apakah
generasi yang akan datang diasumsikanakan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

5. Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaansumber daya
ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

Tujuan Pelaporan keuangan

Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat


bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan
ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

1. menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumberdaya


keuangan;
2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalanuntuk
membiayai seluruh pengeluaran;
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan
dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telahdicapai;
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanaiseluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitaspelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangkapendek maupun jangka
panjang, termasuk yang berasal dari pungutanpajak dan pinjaman;
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitaspelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibatkegiatan yang dilakukan
selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi
mengenai sumber dan penggunaan sumber dayakeuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan,
sisa lebih/kurang pelaksanaananggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan
Operasional (LO), aset,kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.

Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan pokok terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);


2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
3. Neraca;
4. Laporan Operasional (LO);
5. Laporan Arus Kas (LAK);
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Dasar Hukum Pelaporan Keuangan

Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-


undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnyabagian


yang mengatur keuangan negara;
2. Undang-Undang di bidang keuangan negara;
3. Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara danperaturan
daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
4. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah, khususnya
yang mengatur keuangan daerah;
5. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangankeuangan pusat
dan daerah;
6. Peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan AnggaranPendapatan dan
Belanja Negara/Daerah; dan
7. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat dan
daerah.
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu


diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat
karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan
keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:

1. Relevan;
2. Andal;
3. Dapat dibandingkan;
4. Dapat dipahami.
Prinsip Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan

Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang


dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam menyusun standar, penyelenggara akuntansi
dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta pengguna laporan keuangan
dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Berikut ini adalah delapan prinsip yang
digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah:

1. Basis akuntansi;
2. Prinsip nilai historis;
3. Prinsip realisasi;
4. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal;
5. Prinsip periodisitas;
6. Prinsip konsistensi;
7. Prinsip pengungkapan lengkap; dan
8. Prinsip penyajian wajar.
B. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
Definisi :

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (disingkat LKPP) adalah laporan pertanggung-


jawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang terdiri dari Laporan
realisasi anggaran, Neraca, Laporan arus kas dan Catatan atas laporan keuangan yang disusun
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. LKPP Merupakan konsolidasi laporan
keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang disusun dengan berdasarkan praktik terbaik
internasional (best practice) dalam pengelolaan keuangan Negara. LKPP diterbitkan setiap
tahun, dan pertama kali diterbitkan pada tahun 2004 sejak Indonesia merdeka sebagai bentuk
pertanggungjawaban keuangan pemerintah. LKPP disusun oleh Direktorat Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Kementerian Keuangan Indonesia.

Komponen LKPP

Saat ini laporan keuangan pemerintah pusat disusun berdasarkan penerapan akuntansi basis
kas menuju akrual. Pada tahun 2015 penerapan basis akrual akan diberlakukan di Indonesia
sehingga laporan keuangan yang diberi opini oleh Badan Pemeriksa Keuangan adalah yang
berbasis akrual. Komponen laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:

1. Laporan Pelaksanaan Anggaran, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih
2. Laporan Finansial, yang terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi
pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan LO, Laporan Perubahan
Ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Catatan Atas Laporan Keuangan

C. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH


Definisi :

Laporan keuangan pemerintah daerah itu sendiri adalah gambaran mengenai kondisi
dan kinerja keuangan entitas tersebut. Salah satu pengguna laporan keuangan pemerintah
daerah adalah pemerintah pusat. Pemerintah pusat berkepentingan dengan laporan keuangan
pemerintah daerah karena pemerintah pusat telah menyerahkan sumber daya keuangan
kepada daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.

Komponen LKPD :

Komponen dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut :

1. Laporan Realisasi APBD (LRA)


2. Neraca
3. Laporan Arus Kas (LAK)
4. Catatan Atas Laporan Keuangan (komite standar akuntasi pemerintah pusat dan
daerah).
5. Selain empat bentuk unsur laporan keuangan yang dikemukakan di atas, masing-
masing daerah diharuskan menyampaikan informasi yang berkaitan dengan keuangan
daerah, yaitu laporan keuangan badan usaha milik daerah dan data yang berkaitan
dengan kebutuhan dan potensi ekonomi daerah.
Sistem akuntansi pemerintah daerah

Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka


pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),
kemudian daerah-daerah tersebut menyampaikan laporannya ke Pemerintah Pusat. Oleh
pemerintah pusat dibuatkan menjadi Laporan Konsolidasi yang merupakan Laporan
Keuangan Pemerintah Ri.

Akuntansi keuangan daerah adalah suatu sistem informasi pengidentifikasian,


pencatatan, pengklasifikasian, mengikhtisarkan dan mengkomunikasikan kegiatan suatu
daerah berupa pelaporan untuk pengambilan keputusan. Akuntansi keuangan daerah terdiri
atas:

1. Akuntansi keuangan pemerintahan Provinsi,


2. Akuntansi keuangan pemerintahan Kabupaten.
Untuk perlakuan akuntansi keuangan daerah penyusunannya harus mengikuti PSAP
yang telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tanggal 13 juni 2005, yaitu PSAP
Nomor 1 sampai dengan Nomor 11.

Tiap-tiap daerah merupakan satu entitas-entitas yang akan membuat laporan


keuangannya dan akan diserahkan ke Pemerintah Pusat. Pemerintah pusat yang juga sebagai
suatu entitas akan menggabungkan laporan keuangan daerah-daerah tersebut kemudian
membuat laporan keuangan Negara RI yang telah dikonsolidasikan sesuai dengan PSAP
Nomor 11.

Akuntansi PPKD adalah sebuah entitas akuntansi yang dijalankan oleh fungsi
akuntansi di SKPKD, yang mencatat transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD dalam
kapasitas sebagai pemda. Sistem akuntansi PPKD ini meliputi:

1. Akuntansi Pendapatan PPKD


Akuntansi pendapatan PPKD adalah langkah-langkah teknis yang harus dilakukan
dalam perlakuan akuntansi untuk pendapatan pada level pemda seperti Dana Perimbangan.
Dokumen sumber untuk penjurnalannya adalah Laporan Posisi Kas Harian yang dibuat oleh
BUD. Dari Laporan Posisi Kas Harian tersebut, PPKD dapat mengidentifikasi penerimaan
kas yang berasal dari dana perimbangan.

2. Akuntansi Belanja PPKD


Akuntansi Belanja PPKD adalah langkah-langkah teknis yang harus dilakukan dalam
perlakuan akuntansi untuk belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil,
bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

3. Akuntansi Pembiayaan PPKD


Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus. Jika APBD mengalami defisit, pemerintah dapat menganggarkan
penerimaan- pembiayaan, di antaranya dapat bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran
(SiLPA) tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekaya-an
daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman
atau penerimaan piutang.

4. Akuntansi Aset PPKD


Prosedur akuntansi aset pada PPKD merupakan pencatatan atas pengakuan aset yang
muncul dari transaksi pembiayaan yang dilakukan oleh pemda, misalnya peng- akuan atas
Investasi Jangka Panjang dan Dana Cadangan. PPKD akan mencatat transaksi perolehan
maupun pelepasan aset ini dalam jurnal umum berdasarkan bukti memorial. Bukti memorial
dibuat oleh PPKD sesuai dengan bukti transaksi yang ada

5. Akuntansi Utang PPKD


Seperti halnya aset, utang atau kewajiban pemda muncul sebagai akibat dari transaksi
pembiayaan yang dilakukan oleh pemda. Prosedur akuntansi utang PPKD merupakan
pencatatan atas pengakuan utang jangka panjang yang muncul dari transaksi penerimaan
pembiayaan serta pelunasan/pembayaran utang (pengeluaran pembiayaan).

6. Akuntansi Selain Kas PPKD Prosedur akuntansi selain kas pada PKPD meliputi:
a. Koreksi kesalahan pencatatan
b. Pengakuan aset, utang, dan ekuitas
c. Jurnal terkait transaksi yang bersifat accrual dan prepayment

D. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah


Dalam pelaksanaan Akuntansi Pemerintah, untuk menciptakan kondisi ideal dalam
menghasilkan laporan keuangan dibutuhkan adanya Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
dan Sistem Akuntansi Pemerintah (Pusat dan Daerah), lalu juga Proses Akuntansi yang baik,
sehingga terciptalah Laporan Keuangan yang baik, untuk dapat digunakan oleh pemerintah,
pemeriksa, DPR, dan masyarakat (yang mempunyai kemampuan membaca laporan
keuangan).

Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang


diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) yang diatur dalam PP 24 Tahun 2005 ini selanjutnya akan
dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat ataupun
Daerah, dan keluaran dari sistem akuntansi itu pun nantinya harus sesuai dengan standar
akuntansi. Singkatnya, SAP mengatur mengenai keluaran yang diharapkan, sedangkan Sistem
Akuntansi Pemerintah merupakan gabungan dari langkah-langkah untuk menghasilkan
keluaran yang sesuai dengan SAP. Jadi antara SAP dan Sistem Akuntansi Pemerintah
merupakan satu kesatuan yang padu dan utuh.

Dalam hal Sistem Akuntansi, Sistem Akuntansi Pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
(SAPD). SAPP adalah serangkaian prosedur manual ataupun terkomputerisasi mulai dari
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan
operasi keuangan Pemerintah Pusat. SAPD pun mempunyai pengertian yang sama dengan
SAPP, namun apabila di SAPP mengurus operasi keuangan Pemerintah Pusat, maka SAPD
mengurus operasi Pemerintah Daerah. Lebih lanjut lagi, akan dibahas secara lebih jauh
mengenai perbedaan antara SAPP dan SAPD dilihat dari segi peraturan yang mengaturnya,
konstruksi sistem akuntansinya, dan entitas akuntansinya.

Dari segi peraturan yang mengaturnya, pada dasarnya peraturan yang mengatur
mengenai SAPP dan SAPD, mengacu pada PP 24 Tahun 2005 mengenai Standar Akuntansi
Pemerintahan, karena dari standar itu lahirlah sistem. Untuk SAPP sendiri, secara detail
dijelaskan didalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK), yaitu PMK 59 Tahun 2005 yang
kemudian direvisi menjadi PMK 171 Tahun 2007. Sedangkan mengenai SAPD, tertuang di
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri), yaitu Permendagri 13 Tahun 2006.
Dalam peraturan yang mengatur mengenai SAPP dan SAPD ini sebenarnya terdapat suatu
pertanyaan “lucu” yang muncul. Mengapa peraturan mengenai SAPD dibuat oleh Mendagri,
bukannya Menkeu yang seharusnya mengatur masalah sistem akuntansi? Jawabannya adalah
semua itu karena Undang-Undang yang mengaturnya. Dalam UU 17 Tahun 2003 mengenai
pengelolaan Keuangan Negara, dikatakan bahwa pengelolaan Keuangan Negara juga
mengatur mengenai penerimaan dan pengeluaran daerah, dengan kata lain seharusnya SAPP
dan SAPD keduanya mengacu pada UU 17 Tahun 2003 tersebut, sehingga penjelasan detail
mengenai SAPP dan SAPD dituangkan dalam PMK. Namun, kenyataannya hanya SAPP lah
yang tertuang ke dalam PMK, dan justru SAPD tertuang dalam Permendagri. Hal ini
dikarenakan oleh munculnya UU 32 Tahun 2004 mengenai pemerintah daerah, sehingga
kuasa mengenai SAPD jatuh ke tangan Permendagri. Itulah mengapa SAPD yang merupakan
sistem akuntansi diatur dalam Permendagri.

Dari segi konstruksi sistem akuntansi, pada SAPP terdapat Sistem Akuntansi
Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Sedangkan pada
SAPD terdapat Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (SA-PPKD) yang
dapat dianggap seperti SA-BUN dalam pemerintah pusat, dan Sistem Akuntansi Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (SA-SKPD) yang setara dengan SAI dalam pemerintah pusat.

Dari segi entitas akuntansi, dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat, Presiden
berperan sebagai pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara (PKN), lalu Bendahara
Umum Negara (BUN) dipegang oleh Menteri Keuangan, dan Menteri K/L lainnya bertindak
sebagai pengguna anggaran. Sedangkan dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah,
pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah (PKD) adalah kepala daerah, lalu
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah
(BUD), dan pengguna anggarannya adalah Satuan Kerja Pemerintahan Daerah (SKPD).
Diatas merupakan beberapa hal yang dapat diperbandingkan antara Sistem Akuntansi
Pemerintah Pusat (SAPP) dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD). Bila ditelaah
lebih lanjut mengenai PMK 171 Tahun 2007 tentang SAPP dan Permendagri 13 Tahun 2006
tentang SAPD, mungkin saja masih dapat lagi ditemukan perbedaan-perbedaan antara SAPP
dan SAPD yang lainnya selain dari segi peraturan yang mengaturnya, konstruksi sistem
akuntansinya, ataupun dari segi entitas akuntansinya.
Daftar Pustaka

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan. (SAP) 



Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di daerah termasuk dalam
pengelolaan keuangan daerah. Prinsip desentralisasi fiskal dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia memberikan kebebasan bagi Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan tugas-tugas
desentralisasi melalui anggaran yang disusun dan dikelola dalam APBD. Kewenangan sebagai akibat
desentralisasi tersebut pada prinsipnya harus tetap mengutamakan pelayanan kepada masyarakat
yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan dan mengurangi disparitas
pembangunan antar daerah.
Salah satu isu yang kemudian menjadi permasalahan adalah dengan desentralisasi fiscal tersebut,
daerah justru menjadi tergantung pada kucuran dana Pemerintah Pusat. Tidak jarang ditemui
eksternalitas negatif yang disebabkan karena penggunaan dana transfer dari Pemerintah Pusat yang
tidak sesuai dengan alokasinya. Kebebasan penuh yang dimiliki Pemerintah Daerah dalam
membelanjakan dana sesuai lokalitas dan kebutuhan daerah belum secara efektif dan efisien
dilaksanakan sehingga kemandirian daerah dan pemerataan pembangunan masih jauh dari tujuan
yang diinginkan. Banyak daerah yang terlena dengan aliran dana pusat, membelanjakan tidak sesuai
prosedur dan perencanaan serta mengabaikan kondisi kesehatan finansialnya sendiri.
Melihat fenomena tersebut, menjadi tantangan yang sangat besar bagi Pemerintah Pusat untuk
kemudian mencari solusi bagaimana menghindari eksternalitas negatif dalam rangka meningkatkan
kapasitas fiskal Pemerintah Daerah yang lebih akuntabel, efektif, efisien dan sehat secara
berkelanjutan. Monitoring tingkat kesehatan keuangan Pemerintah Daerah merupakan hal yang mau
tidak mau menjadi wajib dilakukan mengingat sampai saat ini awareness masing-masing daerah
terhadap kondisi finansialnya masih sangat rendah. Buruknya kondisi kesehatan yang terindikasi dari
ketidakmampuan daerah dalam memenuhi kewajibannya baik secara likuiditas, solvabilitas dan
layanan secara perlahan tapi pasti akan menuju pada kondisi financial distress jika tidak termonitor
dan diantisipasi dengan baik. Maka Irwan Taufik Ritonga, Akt.,PGDipl,M.Bus.,Ph.D Dosen Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan Pemda,
memberikan enam dimensi atau acuan tentang bagaimana tata pengelolaan keuangan daerah yang
baik.
Keenam dimesi tersebut adalah solvabilitas jangka pendek, solvabilitas jangka panjang, solvabilitas
anggaran, kemandirian keuangan, fleksibilitas keuangan, solvabilitas layanan.

Solvabilitas Jangka Pendek


Solvabilitas jangka pendek adalah kemampuan Pemda untuk memenuhi kewajiban keuangan yang
jatuh tempo dalam waktu 30 sampai 60 hari (Nollenberger et al, 2003 dalam Ritonga, 2014).
Indikator kemampuan ini ditentukan berdasar rasio sebagai berikut:
Rasio A = (Kas dan Setara Kas + Investasi Jangka Pendek) / Kewajiban Lancar
Rasio B = (Kas dan Setara Kas + Investasi Jangka Pendek + Piutang) / Kewajiban Lancar
Rasio C = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar
Rasio A adalah rasio yang paling konservatif dalam mengukur solvabilitas jangka pendek, diikuti
berturut-turut oleh Rasio B dan Rasio C. Secara umum, semakin tinggi nilai ketiga indikator tersebut
maka semakin banyak pula aktiva lancar yang tersedia untuk menjamin kewajiban lancar sebuah
Pemda. Namun, nilai rasio yang terlalu tinggi dapat mengindikasikan bahwa suatu Pemda memiliki
aktiva lancar yang berlebihan sehingga pelayanan kepada masyarakat tidak optimal (Ritonga, 2014).

Solvabilitas Jangka Panjang


Solvabilitas Jangka Panjang adalah kemampuan Pemda untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka
pangjangnya (Nollenberger et al, 2003; CICA, 1997 dalam Ritonga, 2014). Indikator kemampuan ini
ditentukan berdasar rasio sebagai berikut:
Rasio A = Total Aset / Kewajiban Jangka Panjang
Rasio B = Total Aset / Total Kewajiban
Rasio C = Ekuitas Dana Investasi / Total Kewajiban
Dimensi ini menunjukkan tingkat keberlanjutan Pemda. Kewajiban jangka panjang hanya dapat
dipenuhi oleh Pemda jika mereka memiliki aset yang cukup yang didanai dari sumber daya mereka
sendiri (Ritonga, 2014). Semakin besar nilai rasio maka dapat diartikan bahwa semakin banyak aset
yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka panjang suatu Pemda.

Solvabilitas Anggaran
Solvabilitas anggaran adalah kemampuan Pemda untuk memenuhi kewajiban operasionalnya
(Ritonga, 2014). Indikator kemampuan ini ditentukan berdasar rasio sebagai berikut:
Rasio A = (Total Pendapatan – Pendapatan DAK) / (Total Belanja – Belanja Modal)
Rasio B = (Total Pendapatan – Pendapatan DAK) / Belanja Operasional
Rasio C = (Total Pendapatan – Pendapatan DAK) / Belanja Pegawai
Rasio D = Total Pendapatan / Total Belanja

Pengurangan pendapatan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari total pendapatan disebabkan karena
pendapatan DAK bukan merupakan pendapatan yang bersifat rutin dan berada diluar kendali Pemda.
Pada Rasio A, Belanja Modal dikurangkan dari Total Belanja karena Belanja Modal bukan merupakan
bagian dari kegiatan operasional. Sedangkan pada Rasio C, penempatan Belanja Pegawai sebagai
penyebut karena Belanja Pegawai memiliki porsi terbesar dalam postur Belanja Operasional Pemda.
Semakin tinggi nilai rasio-rasio tersebut menunjukkan semakin banyak pendapatan Pemda yang
tersedia untuk membiayai belanja operasionalnya.

Kemandirian Keuangan
Kemandirian keuangan adalah kemampuan Pemda untuk mengeksekusi hak-hak keuangannya
secara efektif dan efisien (Ritonga, 2014). Indikator tingkat kemandirian ditentukan berdasar rasio
sebagai berikut:
Rasio A = Total PAD / Total Pendapatan
Rasio B = Total PAD / Total Belanja
PAD merupakan variabel yang penting dalam pembiayaan daerah. Pemda dengan perolehan PAD
yang tinggi akan mampu mendukung kapasitas pembangunan sehingga mampu meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi daerah. Semakin besar rasio PAD terhadap pendapatan dana atau belanja
menunjukkan bahwa semakin kecil ketergantungan Pemda terhadap sumber pendanaan
pusat/provinsi.

Fleksibilitas Keuangan
Fleksibilitas keuangan adalah kemampuan Pemda untuk mengatasi kejadian yang tak terduga di
masa yang akan datang (Ritonga, 2014). Indikator kemampuan ini ditentukan berdasar rasio sebagai
berikut:
Rasio A = (Total Pendapatan – DAK – Belanja Pegawai) / (Pembayaran Pokok Pinjaman + Belanja
Bunga)
Rasio B = (Total Pendapatan – DAK – Belanja Pegawai) / Jumlah Kewajiban
Rasio C = (Total Pendapatan – DAK – Belanja Pegawai) / Kewajiban Jangka Panjang
Rasio D = (Total Pendapatan – DAK) / Jumlah Kewajiban

Semakin tinggi nilai keempat rasio diatas menunjukkan semakin baik fleksibilitas keuangan
pemerintah daerah untuk menghadapi peristiwa luar biasa, yang dapat berasal dari internal atau
eksternal organisasi pemerintah daerah (Ritonga, 2014).

Solvabilitas Layanan
Solvabilitas layanan menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah untuk memenuhi kewajiban
publik dan memeliharanya pada tingkatan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat (Wang
et al, 2007 dalam Ritonga, 2014). Formulasi untuk rasio-rasio dimensi ini sebagai berikut:
Rasio A = Total Ekuitas / Jumlah Penduduk
Rasio B = Total Aset / Jumlah Penduduk
Rasio C = Total Aset Tetap / Jumlah Penduduk
Rasio D = Total Belanja (harga konstan) / Jumlah Penduduk
Rasio E = Total Belanja Publik / Jumlah Penduduk
Rasio F = Total Belanja Modal (harga konstan) / Jumlah Penduduk

Kemampuan pelayanan ini tergantung pada jumlah penduduk dan perkembangan tingkat inflasi
pada masing-masing daerah.
Pelaporan keuangan menjadi suatu keharusan bagi Pemda untuk mengevaluasi kinerja
pembangunan dari sisi fiskal yang dilaksanakan dalam periode tertentu. Dengan komitmen tersebut
maka fungsi perencanaan dan pendanaan di masing-masing Pemda dapat secara efektif dan efisien
dilaksanakan. Hal tersebut akan mendorong terciptanya pembangunan daerah yang berkualitas
secara berkesinambungan menuju terwujudnya masyarakat yang sejahtera sesuai dengan tujuan
makro pembangunan nasional.

Penulis : Fahry Zulkhalid Turua, SE


Mahasiswa Magister Ekonomika Pembangunan
Jurusan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN
DAERAH (SAP)

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH MENURUT SAP


 SAP Terdiri atas :
PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan
PSAP 02 : Laporan Realisasi Anggaran
PSAP 03 : Laporan Arus Kas
PSAP 04 : Catatan Atas Laporan Keuangan
PSAP 05 : Akuntansi Persediaan
PSAP 06 : Akuntansi Investasi
PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap
PSAP 08 : Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban
PSAP10 : Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Peristiwa Luar Biasa
PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsolidasian
PSAP 12 : Laporan Operasional

 Pengguna Laporan Keuangan


Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun
tidak terbatas pada:
a. Masyarakat;
b. Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; dan
d. Pemerintah.

 Kebutuhan Informasi Para Pengguna Laporan Keuangan


Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi
kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan demikian, laporan keuangan
pemerintah tidak dirancang untuk memenuhikebutuhan spesifik dari masing-masing
kelompok pengguna. Namun demikian,berhubung laporan keuangan pemerintah berperan
sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, maka komponen laporan yang
disajikan setidak-tidaknya mencakup jenis laporan dan elemen informasi yang diharuskan
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports).Selain itu, karena pajak
merupakan sumber utama pendapatan pemerintah, maka ketentuanlaporan keuangan yang
memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajakperlu mendapat perhatian.Kebutuhan
informasi tentang kegiatan operasional pemerintahanserta posisi kekayaan dan kewajiban
dapat dipenuhi dengan lebih baik danmemadai apabila didasarkan pada basis akrual, yakni
berdasarkan pengakuanmunculnya hak dan kewajiban, bukan berdasarkan pada arus kas
semata.Namun, apabila terdapat ketentuan peraturan perundang-undangan
yangmengharuskan penyajian suatu laporan keuangan dengan basis kas, maka laporan
keuangan dimaksud wajib disajikan demikian.
Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum di dalam laporan
keuangan, pemerintah wajib memperhatikan informasi yangdisajikan dalam laporan
keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian,dan pengambilan keputusan.
Selanjutnya, pemerintah dapat menentukan bentukdan jenis informasi tambahan untuk
kebutuhan sendiri di luar jenis informasi yangdiatur dalam kerangka konseptual ini maupun
standar-standar akuntansi yangdinyatakan lebih lanjut.

 Entitas Akuntansi Dan Pelaporan


Entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yangmengelola anggaran,
kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan
keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya. Entitas pelaporan merupakan unit
pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan
peraturan perundang undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa
laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:
a. Pemerintah pusat;
b. Pemerintah daerah;
c. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintahpusat;
d. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasilainnya, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keuangan.
Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syaratpengelolaan,
pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan
misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas
pelaporan lainnya.

 Peranan Pelaporan Keuangan


Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama
satu periode pelaporan.Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber
daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan,
menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang undangan. Setiap entitas
pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta
hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu
periode pelaporan untuk kepentingan:
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaankebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik.
b. Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatuentitas
pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan
dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan
masyarakat.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakatberdasarkan
pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan
menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

d. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)


Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaanpemerintah pada
periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaranyang dialokasikan dan apakah
generasi yang akan datang diasumsikanakan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
e. Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaansumber daya
ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

 Tujuan Pelaporan keuangan


Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat
bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan
ekonomi, sosial, maupun politik dengan:
a. menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumberdaya keuangan;
b. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalanuntuk membiayai
seluruh pengeluaran;
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telahdicapai;
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanaiseluruh kegiatannya
dan mencukupi kebutuhan kasnya;
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitaspelaporan berkaitan
dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangkapendek maupun jangka panjang,
termasuk yang berasal dari pungutanpajak dan pinjaman;
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitaspelaporan, apakah
mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibatkegiatan yang dilakukan selama periode
pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi
mengenai sumber dan penggunaan sumber dayakeuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan,
sisa lebih/kurang pelaksanaananggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan
Operasional (LO), aset,kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.
 Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan pokok terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
c. Neraca;
d. Laporan Operasional (LO);
e. Laporan Arus Kas (LAK);
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Selain laporan keuangan pokok seperti disebut,entitas pelaporan wajib menyajikan
laporan lain dan/atau elemen informasi akuntansi yang diwajibkan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan (statutory reports).

 Dasar Hukum Pelaporan Keuangan


Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnyabagian yang
mengatur keuangan negara;
b. Undang-Undang di bidang keuangan negara;
c. Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara danperaturan daerah
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
d. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah, khususnya yang
mengatur keuangan daerah;
e. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangankeuangan pusat dan
daerah;
f. Peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja
Negara/Daerah; dan
g. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat dan daerah.
 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat
karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan
keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:
1. Relevan;
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya
dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa
masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi
hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang
relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.Informasi yang relevan:
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksiekspektasi mereka di
masa lalu.
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akandatang berdasarkan
hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c. Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan bergunadalam pengambilan
keputusan.
d. Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin,mencakup semua
informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dengan
memperhatikan kendala yang ada.Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi
utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan
dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
2. Andal;
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yangmenyesatkan dan
kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi.Informasi
mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka
penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal
memenuhi karakteristik:
a. Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnyayang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
b. Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabilapengujian
dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan
yang tidak berbeda jauh.
c. Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak padakebutuhan pihak tertentu.

3. Dapat dibandingkan; dan


Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih bergunajika dapat dibandingkan
dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain
pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan
secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama
dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang
diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah
menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang
diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

4. Dapat dipahami.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahamioleh pengguna dan
dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para
pengguna.Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas
kegiatan dan lingkungan operasientitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk
mempelajari informasiyang dimaksud.

 Prinsip Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan


Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang
dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam menyusun standar, penyelenggara akuntansi
dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta pengguna laporan keuangan
dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Berikut ini adalah delapan prinsip yang
digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah:
a. Basis akuntansi;
b. Prinsip nilai historis;
c. Prinsip realisasi;
d. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal;
e. Prinsip periodisitas;
f. Prinsip konsistensi;
g. Prinsip pengungkapan lengkap; dan
h. Prinsip penyajian wajar.

 Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuanganpemerintah adalah basis
akrual, untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas.Dalam hal
peraturan perundangan mewajibkan disajikannya laporan keuangan dengan basis kas, maka
entitas wajib menyajikan laporan demikian.Basis akrual untuk LO berarti bahwa pendapatan
diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum
diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui
pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi
walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas
pelaporan. Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula pada
LO.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas,maka LRA disusun
berdasarkan basis kas, berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada
saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan; serta
belanja, transfer dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening
KasUmum Negara/Daerah. Namun demikian, bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan
berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual.Basis akrual untuk
Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya
transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
 Nilai Historis (Historical Cost)
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayaratau sebesar nilai
wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk
memenuhi kewajiban di masa yangakan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah.
Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lainkarena lebih obyektif dan
dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar aset
atau kewajiban terkait.

 Realisasi (Realization)
Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang tersedia yang telahdiotorisasikan melalui
anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akandigunakan untuk membayar utang dan
belanja dalam periode tersebut. Mengingat LRA masih merupakan laporan yang wajib
disusun, maka pendapatan atau belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui anggaran
dan telah menambah atau mengurangi kas.Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching-
cost againstrevenue principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan
sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial.

 Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)


Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksiserta peristiwa lain
yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan
disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya.
Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek
formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.

 Periodisitas (Periodicity)
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perludibagi menjadi
periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang
dimilikinya dapat ditentukan.Periode utama yang digunakan adalah tahunan.Namun, periode
bulanan, triwulanan, dan semesteran juga dianjurkan.

 Konsistensi (Consistency)
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke
periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa
tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain.
Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru
diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama.Pengaruh
atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

 Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)


Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yangdibutuhkan oleh
pengguna.Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan
pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.

 Penyajian Wajar (Fair Presentation)


Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan RealisasiAnggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Dalam rangka penyajian wajar,
faktor pertimbangan sehat diperlukan bagi penyusun laporan keuangan ketika menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu.Ketidakpastian seperti itu diakui dengan
mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam
penyusunan laporan keuangan.Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak
dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah.Namun demikian,
penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan
tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja
mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi
tidak netral dan tidak andal.

 Unsur Laporan Keuangan


Laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaananggaran (budgetary
reports), laporan finansial, dan CaLK.Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari LRA dan
Laporan Perubahan SAL.Laporan finansial terdiri dari Neraca, LO, LPE, dan LAK. CaLK
merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan
pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak
terpisahkan dari laporanpelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi,dan pemakaian
sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.Unsur yang
dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan-LRA,
belanja, transfer, dan pembiayaan.Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara UmumNegara/Bendahara Umum
Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnyayang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam
periode tahun anggaranyang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu
dibayarkembali oleh pemerintah.
b. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara UmumNegara/Bendahara Umum Daerah
yang mengurangi Saldo Anggaran Lebihdalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperolehpembayarannya kembali oleh pemerintah.
c. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitaspelaporan dari/kepada
entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidakberpengaruh pada
kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembalidan/atau akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran bersangkutanmaupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaranpemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit ataumemanfaatkan
surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara laindapat berasal dari pinjaman dan hasil
divestasi. Pengeluaran pembiayaanantara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman,pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal olehpemerintah.
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja,
transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggarannya dalam satu periode.
Dalam Laporan Realisasi Anggaran harus diidentifikasikan secara jelas, dan diulang pada
setiap halaman laporan, jika dianggap perlu, informasi berikut:
a. Nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;
b. Cakupan entitas pelaporan;
c. Periode yang dicakup;
d. Mata uang pelaporan; dan
e. Satuan angka yang digunakan.
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasikenaikan atau
penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

3. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporanmengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset,
kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki olehpemerintah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaatekonomi dan/atau sosial di masa depan
diharapkan dapat diperoleh, baikoleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuanuang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untukpenyediaan
jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yangdipelihara karena alasan sejarah
dan budaya.
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yangpenyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomipemerintah.
c. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antaraaset dan kewajiban
pemerintah.

Aset
Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalahpotensi aset tersebut
untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan
operasional pemerintah, berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah.
Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar.Suatu aset diklasifikasikan sebagai
aset lancar jika diharapkan segera untuk dapatdirealisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau
dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.Aset yang tidak dapat
dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai aset nonlancar.Aset lancar
meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan.Aset nonlancar
mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset tak berwujud yang digunakan baik
langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat
umum.
Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana
cadangan, dan aset lainnya. Investasi jangka panjang merupakan investasi yang diadakan
dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial dalam jangka waktu
lebih dari satu periode akuntansi.Investasi jangka panjang meliputi investasi nonpermanen
dan permanen. Investasi nonpermanen antara laininvestasi dalam Surat Utang Negara,
penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan investasi nonpermanen lainnya. Investasi
permanen antara lain penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen lainnya. Aset
tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan,
aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan.Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan
sebagai aset lainnya.Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset kerja
sama(kemitraan).

Kewajiban
Karakteristik esensial kewajiban adalah bahwa pemerintahmempunyai kewajiban
masa kini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di
masa yang akan datang. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas
atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban
muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat,
lembaga keuangan, entitas pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban
pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah atau
dengan pemberi jasa lainnya.Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.Kewajiban
dikelompokkan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.Kewajiban
jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang diselesaikan dalam waktu kurang dari
dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.Kewajiban jangka panjang adalah kelompok
kewajiban yang penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
pelaporan.

Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisihantara aset dan
kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir
ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.

4. Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomiyang menambah
ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.Unsur yang dicakup secara
langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-
pos luar biasa. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
b. Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilaikekayaan bersih.
c. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/olehsuatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk danaperimbangan dan dana bagi hasil.
d. Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yangterjadi karena
kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau
rutin terjadi, dan berada di luar kendali ataupengaruh entitas bersangkutan.

5. Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan denganaktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkansaldo awal, penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.Unsur yang
dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-
masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara UmumNegara/Daerah.
b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari BendaharaUmum Negara/Daerah.

6. Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan ataupenurunan ekuitas
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

7. Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif ataurincian dari angka
yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas
Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan
oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan
di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.Catatan atas Laporan Keuangan
mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengungkapkan informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan EntitasAkuntansi;
b. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomimakro;
c. Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporanberikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dankebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi transaksi dan kejadian-kejadian penting
lainnya;
e. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka
laporan keuangan;
f. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan StandarAkuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporankeuangan;
g. Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

 Pengakuan Unsur Laporan Keuangan


Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinyakriteria pencatatan
suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang
melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LRA, belanja, pembiayaan,
pendapatan-LO, dan beban, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas
pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang
terhadap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa
terkait.Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui
yaitu:
a. Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengankejadian atau
peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke dalam entitas pelaporan yang
bersangkutan;
b. Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapatdiukur atau dapat
diestimasi dengan andal.
Dalam menentukan apakah suatu kejadian/peristiwa memenuhikriteria pengakuan, perlu
dipertimbangkan aspek materialitas.

 Pengukuran Unsur Laporan Keuangan


Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakuidan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan
menggunakan nilai perolehan historis.Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber
daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset
tersebut.Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan
pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.
Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uangrupiah.Transaksi yang
menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah.

B. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT


Definisi :
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (disingkat LKPP) adalah laporan pertanggung-
jawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang terdiri dari Laporan
realisasi anggaran, Neraca, Laporan arus kas dan Catatan atas laporan keuangan yang disusun
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. LKPP Merupakan konsolidasi laporan
keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang disusun dengan berdasarkan praktik terbaik
internasional (best practice) dalam pengelolaan keuangan Negara. LKPP diterbitkan setiap
tahun, dan pertama kali diterbitkan pada tahun 2004 sejak Indonesia merdeka sebagai bentuk
pertanggungjawaban keuangan pemerintah. LKPP disusun oleh Direktorat Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Kementerian Keuangan Indonesia.

Komponen LKPP :
Saat ini laporan keuangan pemerintah pusat disusun berdasarkan penerapan akuntansi
basis kas menuju akrual. Pada tahun 2015 penerapan basis akrual akan diberlakukan di
Indonesia sehingga laporan keuangan yang diberi opini oleh Badan Pemeriksa
Keuangan adalah yang berbasis akrual. Komponen laporan keuangan pemerintah berbasis
akrual terdiri dari:
1. Laporan Pelaksanaan Anggaran, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan keuangan
pemerintah yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya keuangan
yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara
anggaran dan realisasinya dalam suatu periode tertentu.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan SAL tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan hanya disajikan
oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasi.
2. Laporan Finansial, yang terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi
pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan LO, Laporan Perubahan
Ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Neraca
Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Laporan Operasional
Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis
akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas
pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional
dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.

Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas (LAK) adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Tujuan LAK untuk memberikan
informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. LAK wajib disusun dan
disajikan hanya oleh unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. LPE menyediakan informasi
mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau
penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
3. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
Laporan Keuangan dan oleh karenanya setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan
Catatan atas Laporan Keuangan. CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis
atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan
Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian
informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas
laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya. CaLK
bertujuan untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan dan penyediaan pemahaman
yang lebih baik atas informasi keuangan pemerintah

C. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH


Definisi :
Laporan keuangan pemerintah daerah itu sendiri adalah gambaran mengenai kondisi
dan kinerja keuangan entitas tersebut. Salah satu pengguna laporan keuangan pemerintah
daerah adalah pemerintah pusat. Pemerintah pusat berkepentingan dengan laporan keuangan
pemerintah daerah karena pemerintah pusat telah menyerahkan sumber daya keuangan
kepada daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.

Komponen LKPD :
Komponen dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut :
1. Laporan Realisasi APBD (LRA)
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas (LAK)
4. Catatan Atas Laporan Keuangan (komite standar akuntasi pemerintah pusat dan daerah).
5. Selain empat bentuk unsur laporan keuangan yang dikemukakan di atas, masing-masing
daerah diharuskan menyampaikan informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah, yaitu
laporan keuangan badan usaha milik daerah dan data yang berkaitan dengan kebutuhan dan
potensi ekonomi daerah.

Pengguna LKPD :
1. Pemerintahan daerah (internal)
2. Pemerintahan daerah (eksternal) seperti:
 DPRD
 Badan pengawas keuangan
 Investor, kreditur, dan donator
 Analis ekonomi dan pemerhati pemda
 Pemerintahan provinsi
 Pemerintah pusat
 Masyarakat
 SA-PPKD sebagai pengguna anggaran (entitas akuntansi) yang akan menghasilkan laporan
keuangan PPKD yang terdiri dari LRA PPKD, Neraca PPKD, dan CaLK PPKD.
 SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan mencatat transaksi
resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD) dan melakukan proses konsolidasi lapkeu
(lapkeu dari seluruh SKPD dan PPKD menjadi lapkeu pemda yang terdiri dari Laporan
Realisai APBD (LRA), Neraca Pemda, LAK, dan CaLK Pemda).

Sistem akuntansi pemerintah daerah


Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka
pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),
kemudian daerah-daerah tersebut menyampaikan laporannya ke Pemerintah Pusat. Oleh
pemerintah pusat dibuatkan menjadi Laporan Konsolidasi yang merupakan Laporan
Keuangan Pemerintah Ri.
Akuntansi keuangan daerah adalah suatu sistem informasi pengidentifikasian,
pencatatan, pengklasifikasian, mengikhtisarkan dan mengkomunikasikan kegiatan suatu
daerah berupa pelaporan untuk pengambilan keputusan.
Akuntansi keuangan daerah terdiri atas:

1. Akuntansi keuangan pemerintahan Provinsi,

2. Akuntansi keuangan pemerintahan Kabupaten.

Untuk perlakuan akuntansi keuangan daerah penyusunannya harus mengikuti PSAP


yang telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tanggal 13 juni 2005, yaitu PSAP
Nomor 1 sampai dengan Nomor 11, dimana hasil proses akuntansinya adalah:

1. Neraca
2. Laporan Realisasi Anggaran

3. Laporan Arus Kas

4. Catatan Atas Laporan Keuangan

Tiap-tiap daerah merupakan satu entitas-entitas yang akan membuat laporan


keuangannya dan akan diserahkan ke Pemerintah Pusat. Pemerintah pusat yang juga sebagai
suatu entitas akan menggabungkan laporan keuangan daerah-daerah tersebut kemudian
membuat laporan keuangan Negara RI yang telah dikonsolidasikan sesuai dengan PSAP
Nomor 11.

Akuntansi PPKD adalah sebuah entitas akuntansi yang dijalankan oleh fungsi akuntansi
di SKPKD, yang mencatat transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD dalam kapasitas
sebagai pemda. Sistem akuntansi PPKD ini meliputi:
1. Akuntansi Pendapatan PPKD
Akuntansi pendapatan PPKD adalah langkah-langkah teknis yang harus dilakukan dalam
perlakuan akuntansi untuk pendapatan pada level pemda seperti Dana Perimbangan.
Dokumen sumber untuk penjurnalannya adalah Laporan Posisi Kas Harian yang dibuat oleh
BUD. Dari Laporan Posisi Kas Harian tersebut, PPKD dapat mengidentifikasi penerimaan
kas yang berasal dari dana perimbangan.
2. Akuntansi Belanja PPKD
Akuntansi Belanja PPKD adalah langkah-langkah teknis yang harus dilakukan dalam
perlakuan akuntansi untuk belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil,
bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.
3. Akuntansi Pembiayaan PPKD
Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus. Jika APBD mengalami defisit, pemerintah dapat menganggarkan
penerimaan- pembiayaan, di antaranya dapat bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran
(SiLPA) tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekaya-an
daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman
atau penerimaan piutang.
4. Akuntansi Aset PPKD
Prosedur akuntansi aset pada PPKD merupakan pencatatan atas pengakuan aset yang muncul
dari transaksi pembiayaan yang dilakukan oleh pemda, misalnya peng- akuan atas Investasi
Jangka Panjang dan Dana Cadangan. PPKD akan mencatat transaksi perolehan maupun
pelepasan aset ini dalam jurnal umum berdasarkan bukti memorial. Bukti memorial dibuat
oleh PPKD sesuai dengan bukti transaksi yang ada
5. Akuntansi Utang PPKD
Seperti halnya aset, utang atau kewajiban pemda muncul sebagai akibat dari transaksi
pembiayaan yang dilakukan oleh pemda. Prosedur akuntansi utang PPKD merupakan
pencatatan atas pengakuan utang jangka panjang yang muncul dari transaksi penerimaan
pembiayaan serta pelunasan/pembayaran utang (pengeluaran pembiayaan).
6. Akuntansi Selain Kas PPKD Prosedur akuntansi selain kas pada PKPD meliputi:
a. Koreksi kesalahan pencatatan
Merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam membuat jurnal dan telah dipindahkan ke buku
besar
b. Pengakuan aset, utang, dan ekuitas
c. Jurnal terkait transaksi yang bersifat accrual dan prepayment
Merupakan jurnal yang dilakukan dikarenakan adanya transaksi yang sudah di- lakukan
PPKD namun pengeluaran kas belum dilakukan (accrual) atau terjadi transaksi pengeluaran
kas untuk belanja di masa yang akan datang (prepayment).

Kerangka umum sistem akuntansi pemerintah daerah


1. Satuan kerja memberikan dokumen-dokumen sumber (ds) seperti surat perintah membayar
uang (spmu) dan surat tanda setoran (sts) dari transaksi keuangannya kepada unit keuangan
pemerintah daerah.
2. Unit pembukuan dan unit perhitungan melakuan pembukuan bulanan (ds) tersebut dengan
menggunakan komputer akuntansi (komputer yang telah disiapkan untuk keperluan
akuntansi) termasuk perangkat lunak (software) akuntansi.
3. Dari proses akuntansi tersebut dihasilkan jurnal yang sekaligus diposting ke dalam buku
besar dan buku pembantu secara otomatis untuk setiap satuan kerja.
- Bila dokumen di atas telah di verifikasi dan benar maka dilanjutkan dengan proses komputer
untuk pembuatan laporan pertanggungjawaban (lpj).
- Lpj dikirimkan kepada kepala daerah sebagai pertanggungjawaban satuan kerja atas
pelaksanaan anggaran, satu copy dikirim kepada satuan kerja yang bersangkutan untuk
kebutuhan pertanggungjawaban dan manajemen. Satu copy untuk arsip unit perhitungan.
- Lpj konsolidasi juga harus diberikan kepada kepala daerah agar dapat mengetahui
keseluruhan realisasi apbd pada suatu periode.
D. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah
Dalam pelaksanaan Akuntansi Pemerintah, untuk menciptakan kondisi ideal dalam
menghasilkan laporan keuangan dibutuhkan adanya Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
dan Sistem Akuntansi Pemerintah (Pusat dan Daerah), lalu juga Proses Akuntansi yang baik,
sehingga terciptalah Laporan Keuangan yang baik, untuk dapat digunakan oleh pemerintah,
pemeriksa, DPR, dan masyarakat (yang mempunyai kemampuan membaca laporan
keuangan).
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) yang diatur dalam PP 24 Tahun 2005 ini selanjutnya akan dijadikan
sebagai acuan dalam penyusunan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat ataupun Daerah, dan
keluaran dari sistem akuntansi itu pun nantinya harus sesuai dengan standar akuntansi.
Singkatnya, SAP mengatur mengenai keluaran yang diharapkan, sedangkan Sistem
Akuntansi Pemerintah merupakan gabungan dari langkah-langkah untuk menghasilkan
keluaran yang sesuai dengan SAP. Jadi antara SAP dan Sistem Akuntansi Pemerintah
merupakan satu kesatuan yang padu dan utuh.
Dalam hal Sistem Akuntansi, Sistem Akuntansi Pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
(SAPD). SAPP adalah serangkaian prosedur manual ataupun terkomputerisasi mulai dari
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan
operasi keuangan Pemerintah Pusat. SAPD pun mempunyai pengertian yang sama dengan
SAPP, namun apabila di SAPP mengurus operasi keuangan Pemerintah Pusat, maka SAPD
mengurus operasi Pemerintah Daerah. Lebih lanjut lagi, akan dibahas secara lebih jauh
mengenai perbedaan antara SAPP dan SAPD dilihat dari segi peraturan yang mengaturnya,
konstruksi sistem akuntansinya, dan entitas akuntansinya.
Dari segi peraturan yang mengaturnya, pada dasarnya peraturan yang mengatur
mengenai SAPP dan SAPD, mengacu pada PP 24 Tahun 2005 mengenai Standar Akuntansi
Pemerintahan, karena dari standar itu lahirlah sistem. Untuk SAPP sendiri, secara detail
dijelaskan didalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK), yaitu PMK 59 Tahun 2005 yang
kemudian direvisi menjadi PMK 171 Tahun 2007. Sedangkan mengenai SAPD, tertuang di
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri), yaitu Permendagri 13 Tahun 2006.
Dalam peraturan yang mengatur mengenai SAPP dan SAPD ini sebenarnya terdapat suatu
pertanyaan “lucu” yang muncul. Mengapa peraturan mengenai SAPD dibuat oleh Mendagri,
bukannya Menkeu yang seharusnya mengatur masalah sistem akuntansi? Jawabannya adalah
semua itu karena Undang-Undang yang mengaturnya. Dalam UU 17 Tahun 2003 mengenai
pengelolaan Keuangan Negara, dikatakan bahwa pengelolaan Keuangan Negara juga
mengatur mengenai penerimaan dan pengeluaran daerah, dengan kata lain seharusnya SAPP
dan SAPD keduanya mengacu pada UU 17 Tahun 2003 tersebut, sehingga penjelasan detail
mengenai SAPP dan SAPD dituangkan dalam PMK. Namun, kenyataannya hanya SAPP lah
yang tertuang ke dalam PMK, dan justru SAPD tertuang dalam Permendagri. Hal ini
dikarenakan oleh munculnya UU 32 Tahun 2004 mengenai pemerintah daerah, sehingga
kuasa mengenai SAPD jatuh ke tangan Permendagri. Itulah mengapa SAPD yang merupakan
sistem akuntansi diatur dalam Permendagri.
Dari segi konstruksi sistem akuntansi, pada SAPP terdapat Sistem Akuntansi
Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Sedangkan pada
SAPD terdapat Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (SA-PPKD) yang
dapat dianggap seperti SA-BUN dalam pemerintah pusat, dan Sistem Akuntansi Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (SA-SKPD) yang setara dengan SAI dalam pemerintah pusat.
Dari segi entitas akuntansi, dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat, Presiden
berperan sebagai pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara (PKN), lalu Bendahara
Umum Negara (BUN) dipegang oleh Menteri Keuangan, dan Menteri K/L lainnya bertindak
sebagai pengguna anggaran. Sedangkan dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah,
pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah (PKD) adalah kepala daerah, lalu
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah
(BUD), dan pengguna anggarannya adalah Satuan Kerja Pemerintahan Daerah (SKPD).

Diatas merupakan beberapa hal yang dapat diperbandingkan antara Sistem Akuntansi
Pemerintah Pusat (SAPP) dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD). Bila ditelaah
lebih lanjut mengenai PMK 171 Tahun 2007 tentang SAPP dan Permendagri 13 Tahun 2006
tentang SAPD, mungkin saja masih dapat lagi ditemukan perbedaan-perbedaan antara SAPP
dan SAPD yang lainnya selain dari segi peraturan yang mengaturnya, konstruksi sistem
akuntansinya, ataupun dari segi entitas akuntansinya.

Anda mungkin juga menyukai