Anda di halaman 1dari 26

SEJARAH STANDAR AKUNTANSI DAN KERANGKA

KERJA KONSEPTUAL PELAPORAN KEUANGAN DI


INDONESIA
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar akuntansi keuangan
Semester ganjil

Disusun oleh :

SUSAN RENA 0116103050

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah


memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah
ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sejarah Standar Akuntansi dan Kerangka
Kerja Konseptual Pelaporan Keuangan Di Indonesia” tepat waktu.
Makalah “Sejarah Standar Akuntansi dan Kerangka Kerja Konseptual
Pelaporan Keuangan Di Indonesia” disusun guna memenuhi tugas pada
mata kuliah seminar akuntansi keuangan . Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang standar keuangan dan konsep kerja konseptual.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Bapak Muhammad Ali.,S.E.,M.T selaku dosen mata kuliah seminar
akuntansi keuangan. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 16 Oktober 2020


Susan Rena
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB 1..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................7
1.3. Tujuan Penulisan................................................................................................7
1.4. Sistematika Penulisan........................................................................................7
BAB II.................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.................................................................................................................8
2.1. Sejarah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia.................................8
2.1.1. Konvergensi SAK.................................................................................................8
2.1.2. Perbedaan Revisi, Amandemen, dan Penyesuaian Tahunan............................10
2.2. KERANGKA KERJA KONSEPTUAL...............................................................13
2.2.1. Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual....................................................14
2.2.2. Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual......................................................14
2.2.3. Tujuan Pelaporan Keuangan.............................................................................16
2.2.4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan........................................................17
2.2.5. Elemen Dasar Laporan Keuangan.....................................................................19
2.2.6. Asumsi-Asumsi Dasar Akuntansi.......................................................................21
2.2.7. Penerapan Prinsip Dasar Akuntansi..................................................................21
2.2.8. Kendala Pelaporan Informasi Akuntansi...........................................................22
BAB III.............................................................................................................................24
PENUTUP.........................................................................................................................24
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan


hampir seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang
dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang
semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang.
Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu
prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar
akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana
cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis
yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi
keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa
sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai
wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap
perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang
memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat
dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak
berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga
tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di
Indonesia.
Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal
di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama
kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang
berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia
(PAI).”
Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada
masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan
kemudian mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip Akuntansi
Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan
akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.
Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total
terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” Sejak tahun 1994,
IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan
standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi
ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi
dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Program
adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS
direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus
direvisi secara berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan
maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah
dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1
Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku
”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya
sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan
KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis
besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang
baik, maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan
disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan
penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan
dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973.
Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)
yang bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi
keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat periode
kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan
personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode
kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi
Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September
1998 di Jakarta, Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan diberikan otonomi untuk
menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah
dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif
Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah
(KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran
kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi
transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK
yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan,
yang mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam
merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia
Kerangka kerja konseptual memberikan adaptasi sistematik
dalam standar akuntansi bagi lingkungan bisnis yang terus berubah.
FASB menggunakan kerangka kerja konseptual untuk membekali
perkembangan standar akuntansi yang baru secara terorganisasi dan
konsisten. Disamping itu, mempelajari kerangka kerja konseptual
FASB akan memudahkan seseorang untuk mengerti dan
mengantisipasi standar masa depan. Kerangka kerja konseptual
menyebutkan tujuan dari pelaporan keuangan dan karakteristik dari
informasi akuntansi yang baik, mendefinisikan dengan tepat istilah-
istilah yang biasa digunakan seperti asset dan pendapatan serta
menyediakan petunjuk untuk pengakuan, pengukuran, dan pelaporan
keuangan yang tepat.
Dengan adanya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang baru,
memberikan petunjuk-petunjuk dan aturan-aturan pelaporan keuangan
yang berbeda dari sebelumnya, sehingga diperlukan adanya publikasi
kepada seluruh pelaku akuntansi di Indonesia agar menyesuaikan
dengan peraturan baru yang berlaku.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) merupakan suatu
sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang
saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta
batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Kerangka konseptual memiliki manfaat yang sangat besar bagi
pemakainnya. Manfaat dari kerangka konseptual antara lain adalah
untuk membangun dan menghubungkan badan pembuat konsep dengan
tujuannya, menyediakan kerangka kerja untuk memecahkan masalah-
masalah praktis baru yang muncul (masalah yang belum ada
standarnya), meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai
laporan keuangan tentang pelaporan keuangan, dan menaikkan daya
banding laporan keuangan antar perusahaan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah SAK dan perkembangannya ?


2. Apa yang dimaksud dengan kerangka kerja konseptual pelaporan
keuangan ?
3. Bagiaman perkembangan kerangka kerja konseptual ?
4. Apa ada kendala ?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Seminar Akuntansi Keuangan, penulis juga ingin manambah
wawasan tentang sejarah standar Akuntansi dan Kerangka Konseptual
untuk Pelaporan Keuangan khususnya, dan sebagai pengingat di kala
lupa bagi pembaca pada umumnya, serta untuk mengatasi masalah-
masalah yang terjadi disekitar  kita terkait pembahasan ini .

1.4. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan
BABII : Pembahasan
BAB III : Kesimpulan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia

Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia berkembang pertama


kali dimulai sejak tahun 1973. Pada saati itu telah dibentuk sebuah
panitia yang bernama Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur
GAAP dan GAAS. Apa itu GAAP dan GAAS? GAAP adalah
kependekan dari Generally Accepted Accounting Principles, sedangkan
GAAS adalah Generally Accepted Auditing Standards. Selanjutnya,
karena pasar modal di Indonesia akan segera diaktifkan kembali pad
atahun 1974, IAI kemudian membentuk sebuah komite yang bernama
Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite PAI) yang memilik tugas
untuk melakukan kodefikasi prinsip akuntansi yang berlaku di
Indonesia. Dengan berbagai macam pertimbangan, akhirnya Komite
PAI memilih US GAAP sebagai acuan untuk membuat prinsip
akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan industri di Indonesia, kebutuhan
akan standar akuntansi yang dapat mengakomodasi semua unsur
permasalahan dalam transaksi keuangan mulai juga berkembang.
Akhirnya pada tahun 1994, IAI melakukan perubahan total terhadap
PAI dan mulai membuat buku yang berisi standar akuntansi keuangan.
Filosofi penggunaan kata "standar" alih-alih "prinsip" adalah bahwa
kata "standar" lebih mencerminkan sesuatu yang berisifat baku tetapi
masih tetap fleksibel, sedangkan kata "prinsip" terkesan lebih kaku.
Komite PAI juga berubah nama menjadi Komite SAK yang pada
akhirnya berubah lagi menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK).

2.1.1. Konvergensi SAK


Penyempurnaan SAK telah dilakukan setidaknya sebanyak 7 kali
yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April
2002, 1 Oktober 2004, 1 September 2007, dan 1 Juli 2009. Kemudian,
sesuai dengan kesepakatan para anggota G-20, IAI melakukan
konvergensi SAK ke dalam International Financial Reporting
Standards (IFRS) yang lebih bersifat principle based, berorientasi pada
nilai wajar dan pertimbangan profesional (professional judgment), dan
memperbanyak pengungkapan dalam laporan keuangan.
Terdapat dua tahap konvergensi SAK ke IFRS. Tahap pertama
dilakukan pada tahun 2012 dan tahap kedua dilakukan pada tahun
2013-2014. Jadi, selama masa konvergensi tahap pertama terdapat jeda
jarak 3 tahun antara SAK dan IFRS. SAK yang efektif per tanggal 1
Juni 2012 merupakan hasil konvergensi dengan IFRS per 1 Januari 
2009. Sedangkan untuk konvergensi tahap kedua, jeda waktu antara
SAK dan IFRS dijaga hanya 1 tahun saja. SAK yang efektif per 1
Januari 2015 telah konvergen dengan IFRS yang efektif per 1 Januari
2014. Terakhir, SAK terbaru di Indonesia adalah SAK yang efektif per
tanggal 1 Januari 2017.

Kronologi konvergensi SAK ke IFRS adalah sebagai berikut:

 SAK per 1 Juni 2012 mengacu IFRS per 1 Januari 2009 yang
terdiri dari PSAK, Interpretasi SAK (ISAK), dan Pernyataan
Pencabutan SAK (PPSAK).
 SAK per 1 Januari 2015 mengacu IFRS per 1 Januari 2014  yang
juga memuat SAK non-IFRS seperti PSAK 28 Akuntansi Kontrak
Asuransi Kerugian, PSAK 36 Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa, PSAK
38 Kombinasi Bisini Entitas Sepengendali, PSAK 45 Pelaporan
Keuangan Entitas Nirlaba, dan ISAK 25 Hak atas Tanah.
 SAK efektif per 1 Januari 2017 menambahkan PSAK 70
Akuntansi  Aset dan Liabilitas Pengampunan Pajak, ISAK 30
Pungutan, dan ISAK 31 Interpretasi atas Ruang Lingkup PSAK 13
Properti Investasi.
Setiap tahun beberapa PSAK mengalami perubahan, amandemen, dan
penyesuaian. Berikut adalah beberapa PSAK yang diamandemen per 1
Januari 2017.

 PSAK 1 Penyajian dan Pelaporan Keuangan


 PSAK 3 Laporan Keuangan Interim
 PSAK 4 Laporan Keuangan Tersendiri
 PSAK 5 Segemen Operasi
 PSAK 7 Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi
 PSAK 13 Properti Investasi
 PSAK 15 Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama
 PSAK 16 Aset Tetap
 PSAK 19 Aset Takberwujud
 PSAK 22 Kombinasi Bisnis
 PSAK 24 Imbalan Kerja
 PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi,
dan Kesalahan
 PSAK 53 Pembayaran Berbasis Saham
 PSAK 58 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan
Operasi yang Dihentikan
 PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan
 PSAK 65 Laporan Keungan Konsolidasian
 PSAK 66 Pengaturan Bersama
 PSAK 67 Pengungkapan Kepentingan  dalam Entitas Lain
 PSAK 68 Pengukuran Nilai Wajar

2.1.2. Perbedaan Revisi, Amandemen, dan Penyesuaian Tahunan


 Revisi: Mengubah persyaratan secara signifikan dan memberikan
persyaratan baru. Hasil revisian akan menggantikan SAK sebelumnya.
 Amandemen: Mengklarifikasi prinsip dan persyaratan,
menambahkan pedoman pendukung.
 Penyesuaian tahunan: Fokus pada bagian yang tidak konsisten,
klarifikasi pilihan kata, tidak mengubah prinsip dan persyaratan, tidak
menambah prinsip dan persyaratan baru.
Perkembangan standar akuntansi di Indonesia tidak lepas dari
kontribusi para ahli akuntansi di negeri ini, sejak tahun 1973 sampai
dengan saat ini. Berikut adalah daftar tokoh yang memimpin badan
penyusun SAK di Indonesia:
 1973: Panitia Penghimpun Bahan-bahan dan Struktur Daripada
GAAP dan GAAS yang terdiri dari Radius Prawiro, Gandi, Joesoef
Soejoed, Soemardjo Tjitrosidojo, S. Hadibroto, Soedarsono sebagai
Dewan Penasihat. Sedangkan panitia kerjanya terdiri dari Soebagjo,
Moh Usman, Israwan, Djafar Mahfoed, Djokobirowo, Basuki
Siddharta, Soemantri, Utomo Jasodirdjo, B. Soenasto, Th. M.
Tuanakotta, Harun Kartawisastra, dan AKM. Husein
 1974-1984: Komite Prinsip Akuntansi Indonesia yang diketuai
oleh Basuki Siddharta
 1984-1986: Komite Prinsip Akuntansi Indonesia yang diketuai
oleh Wahjudi Prakarsa
 1986-1990: Komite Prinsip Akuntansi Indonesia yang diketuai
oleh Hans Kartikahadi
 1990-1994: Komite Prinsip Akuntansi Indonesia yang diketuai
oleh Hans Kartikahadi
 1994-1998: Komite Standar Akuntansi Indoneisa yang diketuai
oleh Jusuf Halim
 1998-2002: Dewan Standar Akuntansi Indoneisa yang diketuai
oleh Nur Indriantoro 
 2002-2008: Dewan Standar Akuntansi Indoneisa yang diketuai
oleh M. Jusuf Wibisana
 2009-2014: Dewan Standar Akuntansi Indoneisa yang diketuai
oleh Rosita Uli Sinaga
 2015-2016: Dewan Standar Akuntansi Indoneisa yang diketuai
oleh Djohan Pinnarwan

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka


dalam prosedur pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman
dalam penyajian laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akuntansi
Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia
tahun 1984. SAK di Indonesia merupakan terapan dari beberapa
standard akuntansi yang ada seperti, IAS,IFRS,ETAP,GAAP. Selain itu
ada juga PSAK syariah dan juga SAP.
Efektif 1 Januari 2015 yang berlaku di Indonesia secara garis
besar akan konvergen dengan International Financial Reporting
Standards (IFRS) yang berlaku efektif 1 Januari 2014. DSAK IAI telah
berhasil meminimalkan perbedaan antara kedua standar, dari tiga tahun
di 1 januari 2012 menjadi satu tahun di 1 Januari 2015. Ini merupakan
suatu bentuk komitmen Indonesia melalui DSAK IAI dalam
memainkan perannya selaku satu-satunya anggota G20 di kawasan
Asia Tenggara.
Selain SAK yang berbasis IFRS, DSAK IAI telah menerbitkan
PSAK dan ISAK yang merupakan produk non-IFRS antara lain, seperti
PSAK 28 dan PSAK 38, PSAK 45, ISAK 25 dan ISAK
31.Diharapakan dengan semakin sedikitnya perbedaan antara SAK dan
IFRS dapat memberikan manfaat bagi pemanggku kepentingan di
Indonesia. Perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik, regulator
yang berusaha menciptakan infrastruktur pengaturan yang dibutuhkan,
khususnya dalam transaksi pasar modal, serta pengguna informasi
laporan keuangan dapat menggunakan SAK sebagai suatu panduan
dalam meningkatkan kualitas informasi yang dihasilkan dalam laporan
keuangan.
Penyusunan dan pencabutan SAK wajib mengikuti due process
procedure yang telah ditetapkan dalam Peraturan Organisasi Ikatan
Akuntan Indonesia. Proses tersebut meliputi : identifikasi isu;
konsultasi isu dengan Dewan Konsultatif SAK (DKSAK) (jika
diperlukan); melakukan riset terbatas; pembahasan materi SAK;
pengesahan dan publikasi exposure draft; pelaksanaan public hearing;
pelaksanaan limited hearing (jika diperlukan); pembahasan masukan
publik; dan pengesahan SAK. Sedangkan penyusunan buletin teknis
dan annual improvements tidak wajib mengikuti keseluruhan tahapan
due process procedure.
Standar akuntansi diperlukan untuk memudahkan penyusunan
laporan keuangan, memudahkan auditor serta Memudahkan pembaca
laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan
laporan keuangan entitas yang berbeda. Di Indonesia SAK yang
diterapkan akan berdasarkan IFRS pada tahun 2012 mendatang. Pada
PSAK-IFRS, SAK ETAP ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK Syariah diterbitkan oleh
Dewan Akuntansi Syariah sedangkan SAP oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintah.

2.2. KERANGKA KERJA KONSEPTUAL
Konsep-konsep dasar yang mendasari kerangka kerja konseptual
adalah sebagai berikut:

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) serupa


dengan konstitusi (constitution): Suatu sistem koheren yang terdiri dari
tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi
landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat,
fungsi, serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan
(Kieso: 2013).
Conceptual Framework atau disebut dengan Kerangka
Konseptual dideskripsikan sebagai sebuah konstitusi, sistem yang
koheren dari objek-objek yang saling berhubungan dan mendasar yang
menuju kepada standar yang konsisten dan menentukan sifat dasar,
fungsi batas dari akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan. Dasar-
dasar ini mendasari konsep akuntansi, konsep yang menjadi petunjuk
dan prinsip bagi transaksi-transaksi akuntansi, pengukuran transaksi-
transaksi tersebut untuk sekelompok pengguna akuntansi.
Kerangka konseptual membahas laporan keuangan untuk tujuan
umum (general purpose financial statements, yang selanjutnya hanya
disebut "laporan keuangan"), termasuk laporan keuangan konsolidasi.
Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun
sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai. Beberapa
di antara pemakai ini memerlukan dan berhak untuk memperoleh
informasi tambahan di samping yang tercakup dalam laporan
keuangan. Namun demikian, banyak pemakai sangat tergantung pada
laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan dan
karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan
dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka.
Kerangka konseptual berlaku untuk laporan keuangan untuk
semua jenis perusahaan komersial, baik sektor publik maupun
sektor swasta. Perusahaan pelapor adalah perusahaan yang laporan
keuangannya digunakan oleh pemakai yang mengandalkan laporan
keuangan tersebut sebagai sumber utama informasi keuangan
perusahaan.

2.2.1. Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual

Pertama, agar bermanfaat, maka penetapan standar harus


berlandaskan dan berhubungan dengan serangkaian konsep serta tujuan
fundamental. Kerangka kerja konseptual yang baik akan
memungkinkan Financial Accounting Standards
Board (FASB) menerbitkan standar-standar yang lebih berguna dan
konsisten dari waktu ke waktu.
Kedua, masalah-masalah praktis yang baru akan dapat
dipecahkan secara cepat jika mengacu pada kerangka teori dasar yang
telah ada.

2.2.2. Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual

FASB pada tahun 1976 mulai mengembangkan


kerangka kerja konseptual yang akan menjadi dasar bagi
penetapan standar akuntansi dan pemecahan kontroversi pelaporan
keuangan. Sejak dokumen tersebut dipublikasikan, FASB telah
menerbitkan enam Statements of Financial Accounting Concepts yang
berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas bisnis, yaitu:
1.        SFAC No. 1, “Objectives of Financial Reporting by Business
Enterprises,” yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
2.        SFAC No. 2, “Qualitative Characteristic of Accounting
Information,” yang menjelaskan karakteristik yang membuat informasi
akuntansi bermanfaat.
3.        SFAC No. 3, “Elements of Financial Statements of Business
Enterprises,” yang memberikan definisi dan pos-pos yang terdapat
dalam lapora keuangan, seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, dan
beban.
4.        SFAC No. 5, “Recognition and Measurement in Financial
Statements of Business Enterprises” yang menetapkan kriteria
pengakuan dan pengukuran fundamental serta pedoman tentang
informasi apa yang biasanya harus dimasukkan dalam laporan
keuangan dan kapan waktunya.
5.        SFAC No. 6, “Elements of Financial Statements,” yang
menggantikan SFAC No. 3 dan memperluas lingkup SFAC No. 3
dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.
6.        SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in
Accounting Measurements,” yang memberikan kerangka kerja bagi
pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai sekarang
(present value) sebagai dasar pengukuran.
2.2.3. Tujuan Pelaporan Keuangan

Tujuan dari diadakannya pelaporan keuangan adalah sebagai berikut.


1. Menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan untuk pengambilan
keputusan ekonomi
2. Disusun untuk tujuan memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pemakainya, walau tidak menyediakan semua informasi
yang dibutuhkan pemakai tersebut.
3. Menyajikan informasi keuangan dan tidak diwajibkan
menyajikan informasi non keuangan.
4. Menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen
(stewardship) dan pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber
daya yang telah dipercayakan kepadanya.

Kerangka konseptual pelaporan keuangan dibagi ke dalam tiga level


yaitu,
1. First level :  Basic Objective
Menyediakan informasi tentang pelaporan yang berguna untuk
potensial investor, dan kreditur dalam membuat keputusan sebagai
penyedia modal.
2. Second level : Fundamental Concept
Menyediakan “bangunan” konseptual yang menjelaskan karakterisik
kualitatif  informasi akuntansi dan mendefinisikan elemen laporan
keuangan.Level kedua ini merupakan penghubung level pertama “why
accounting” (tujuan) dan level ketiga “how accounting” (pengakuan,
pengukuran, dan penyajian laporan keuangan).
3. Third Level : Recognition, Measurement, and Disclosure
Concept
            Konsep ini menjelaskan bagaimana perusahaan harus
mengakui, mengukur, dan melaporkan elemen finansial dan
kegiatannya.

2.2.4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyaratan
normatif yang diperlukan agar laporan keuangan dapat memenuhi
kualitas yang dikehendaki:
A. Relevan
                        Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi
yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa
kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi
hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi
laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud
penggunaannya. Informasi dapat dikatakan relevan jika memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), Informasi
memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi
ekspektasi mereka di masa lalu.
2. Memiliki manfaat prediktif (predictive value), Informasi dapat
membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang
berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
3. Tepat waktu, Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat
berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.
4. Lengkap, Informasi akuntansi keuangan disajikan selengkap
mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala
yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi
utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas
agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
Agar informasi yang disajikan dapat relevan maka informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan harus didasarkan pada
kebutuhan informasi para pengguna laporan keuangan.

B. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara
jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika
hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan
informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan dan merugikan
pengguna laporan keuangan. Informasi yang andal memenuhi
karakteristik:
1. Penyajian Jujur, Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
2. Dapat Diverifikasi (verifiability), Informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih
dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan
simpulan yang tidak berbeda jauh.
3. Netralitas, Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak
berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

C. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan
entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan
kinerja keuangan serta membandingkan laporan keuangan antar entitas
untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja dan perubahannya secara
relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan
dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa dilakukan secara
konsisten. Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih
berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada
umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke
tahun. Sedangkan perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila
entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang
sama. Apabila entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik
daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan
tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan. Agar
informasi yang disajikan dapat dibandingkan maka penyajian laporan
keuangan minimal harus disajikan dalam 2 (dua) periode atau 2 (dua)
tahun anggaran.

D. Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dikatakan
dapat dipahami jika pengguna mengerti dengan informasi-informasi
yang disajikan dan mampu menginterpretasikannya. Hal ini dapat
terlihat dari manfaat informasi yang disajikan tersebut terhadap
pengambilan keputusan. Untuk itu, penyajian informasi dalam laporan
keuangan pemerintah harus menggunakan format/bentuk serta istilah
yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.
2.2.5. Elemen Dasar Laporan Keuangan

          Elemen yang secara langsung berhubungan dengan penilaian


posisi finansial adalah:
1. Aset
Sebuah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai hasil dari
peristiwa masa lampau dan memiliki manfaat ekonomi masa depan
yang diharapkan mengalir ke entitas.
2. Kewajiban
Kemungkinan pengorbanan sumber daya ekonomi yang timbul dari
kewajiban saat ini dari entitas tertentu untuk mentranfer aktiva atau
menyediakan jasa ke entititas lain di masa depan sebagai hasil dari
kegiatan/transaksimasa lalu,
3. Ekuitas
Keuntungan atas aset suatu entitas yang tersisa setelah dikurangi
kewajibannya.
4. Investasi Pemilik
Peningkatan aset netto karena tranfer dari entitas lain untuk
meningkatkan kepentingan kepemilikan atau modal. Aset yang
diterima tidak hanya sebagai investasi pemilik tapi juga termasuk jasa 
atau konversi dari kewajiban perusahaan.

5. Distibusi ke Pemilik
Penurunan aset netto dari transfer aset, atau timbulnya kewajiban oleh
perusahaan kepada pemilik. Distribusi ke pemilik ini mengurangi
kepentingan pemilik atau modal di perusahaan.
6. Pendapatan Komprehensif
Perubahan ekuitas (aset netto) dari suatu entitas sepanjang satu periode
dari transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain dari pemilik.
Termasuk semua perubahan dalam ekuitas selama satu periode kecuali
yang dihasilkan dari investasi dari pemilik atau distribusi ke pemilik.
7. Pendapatan
Aliran masuk dari aset sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban atau
kombinasinya selama satu periode dari pengiriman atau produksi
barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan hasil
operasional perusahaan.
8. Beban
Aliran keluar dari penggunaan aset, atau muncunya kewajiban atau
kombinasi keduanya selama satu periode dari pengiriman atau produksi
barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan
operasional perusahaan.
9. Keuntungan
Peningkatan aset bersih dari transaksi insidental atau sampingan dari
suatu entitas dan dari semua transaksi dan kegiatan lain akibat entitas
selama satu periode kecuali yang dihasilkan dari pendapatan dan
investasi pemilik.
10.Kerugian
Penurunan aset bersih dari transaksi insidental atau sampingan dari
suatu entitas dan dari semua transaksi dan kegiatan lain akibat entitas
selama satu periode kecuali yang dihasilkan dari pendapatan dan
investasi pemilik.

2.2.6. Asumsi-Asumsi Dasar Akuntansi

Dalam penyusunan laporan keuangan digunakan lima asumsi


dasar akuntansi, yaitu:
1. Economic Entity
Asumsi ini menjelaskan bahwa kekayaan pemilik harus dipisahkan
dengan kekayaan perusahaan. Perusahaan memisahkan kegiatan
mereka dari pemilik dan unit bisnis lainnya.
2. Going Concern
Asumsi ini menjelaskan bahwa entitas didirikan untuk jangka waktu
yang tidak ditentukan untuk mencapai tujuan dan komitmennya.
3. Monetary Unit
Asumsi ini menjelaskan bahwa transaksi yang terjadi harus dapat
diukur dengan satuan uang
4. Periodicity
Asumsi ini menjelaskan bahwa laporan keuangan dilaporkan dalam
suatu jangka waktu tertentu
5. Accrual Basic
Asumsi ini menjelaskan bahwa segala transaksi yang terjadi harus
dicatat saat itu juga.

2.2.7. Penerapan Prinsip Dasar Akuntansi


Untuk mencatat dan melaporkan transaksi ada empat prinsip
dasar akuntansi, yaitu:
 Pengukuran
Ada dua jenis pengukuran yaitu cost principle, dimana aset dicatat pada
saat harga perolehan, dan fair value, yaitu aset dinilai sesuai nilai saat
ini yang berlaku. IASB memberikan opsi ke perusahaan untuk
menggunakan fair value untuk mengukur aset dan kewajiban finansial.
 Pengakuan pendapatan
Pendapatan diakui ketika keuntungan ekonomis mungkin masuk  ke
perusahaan dan pengukuran yang reliabel dari jumlah pendapatan dapat
diukur. Pengakuan pendapatan ketika direalisasikan dam ketika
diterima. Pengakuan pendapatan ketika proses produksi, pada saat
selesai produksi dan saat menerima uang tunai.
 Pengakuan beban
Pengakuan beban diklasifikasikan sebagai biaya produk, dan biaya
periode. Biaya produk yang berhubungan langsung dengan produksi,
seperti bahan baku, upah karyawan dan pemeliharaan. Biaya produk
berhubungan langsung dengan biaya dan pendapatan, pengakuannya
dalam satu periode. Biaya periode, yang tidak berhubungan langsung
dengan produksi, seperti gaji karyawan kantor dan biaya administratif
lainnya.
 Pengungkapan penuh
Segala informasi yang bersangkutan dengan laporan keuangan dan
dapat mempengaruhi keputusan harus diungkapkan. Penyediaan
informasi melalui laporan keuangan, catatan laporan keuangan, dan
informasi supplementary.

2.2.8. Kendala Pelaporan Informasi Akuntansi

Kendala yang terjadi dalam menyusun laporan keuangan adalah


sebagai berikut.
 Biaya
Biaya menyediakan informasi harus diukur dan dibandingkan dengan
keuntungan yang didapatkan dari penggunaan laporan
keuangan.Banyak orang mengira bahwa informasi akuntansi itu gratis,
mereka salah, karena dalam penyusunan laporan keuangan terdapat
biaya yang dikeluarkan agar menjadi informasi yang berguna, misal :
nilai aset harus diaudit terlebih dahulu agar nilainya sesuai, biaya yang
dikeluarkan untuk membayar auditor menjadi biaya untuk menyusun
laporan keuangan, sehingga entitas harus lebih selektif dalam
menyusun laporan keuangan, dan tidak sembarangan.
 Materialitas
Materialitas merupakan salah saji yang terjadi dalam penyusunan
laporan keuangan, sehingga dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan. Misal : nilai piutang yang tidak dapat ditagih sebesar 60%
dari total penjualan, hal ini tentu saja dapat mempengaruhi pengguna
dalam mengambil keputusan.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Standar akuntansi sebagai acuan penyusunan laporan keuangan


yang berlaku disuatu negara, akan berbeda dengan standar akuntansi di
negara lain. Perbedaan ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,
hukum, sosial, politik dan ekonomi di tiap-tiap negara. Masalah
keterbandingan (Comparability) laporan keuangan, tingkat keandalan
(reliability) dan peluang ketidakpastian menjadi konsekuensi dari
adanya perbedaan standar akuntansi ini. Konvergensi terhadap standar
internasional dilakukan oleh masing-masing negara dengan tingkat
yang berbeda-beda (Full Adoption, Adapted, Piecemeal, Referenced
dan Not Adoption at all) hal ini disesuaikan dengan kesiapan negara
masing-masing. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses
konvergensi standar akuntansi internasional, yaitu Penerjemahan
Standar Internasional, Ketidaksesuaian antara Standar Internasional dan
Hukum Nasional, Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional,
Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar
Internasional.Konvergensi Standar Akuntansi yang dilakukan di
Indonesia sendiri dirumuskan oleh IAI melalui Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) sejak konvensi nasional akuntansi V di
Yogyakarta. Keputusan yang diambil DSAK saat ini adalah
mendekatkan PSAK dengan IAS/IFRS melalui dua strategi. Strategi
pertama dilakukan secara selektif dengan tiga target yaitu
mengidentifikasi standar-standar yang paling penting untuk diadopsi
seluruhnya,melakukan adopsi standar-standar yang belum diadopsi
sambil merevisi standar yang telah ada dan target ketiga melakukan
konvergensi proses penyusunan standar dengan IASB. 
Strategi kedua DSAK adalah dengan melakukan dual standard. Strategi
kedua ini dilakukan dengan menerjemahkan seluruh IFRS secara
sekaligus dan menetapkan waktu penerapannya bagi listed companies.
Sedangkan bagi non listed companies tetap dengan PSAK yang ada.
Perumusan dari tujuan akuntansi memiliki suatu rangkaian
proses yang diawali dengan pengembangan tujuan-tujuan dari laporan
keuangan dan diakhiri dengan penurunan sebuah kerangka konseptual
atau konstituisi yang akan digunakan sebagai pedoman.
Kerangka konseptual merumuskan konsep yang mendasari penyusunan
dan penyajian laporan keuangan serta dijadikan acuan bagi:
1. Komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan
tugasnya; 
2. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah
akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan; 
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum;
dan 
4. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Abubakar. 2013. Akuntansi Keuangan Dasar 2. Jakarta: Cikal Sakti.

Ariyanti, Nur F. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta: UMB.

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. BPFE-Yogyakarta.

Faiz, Ihda A. 2014. Perekayasaan Kerangka Konseptual Akuntansi Dalam


Pandangan Islam. Jurnal ADDIN, Vol. 8, No. 1, Hal. 81-106.

http://www.e-akuntansi.com/2015/09/standar-akuntansi-keuangan-
sak.html
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/sak
JURNAL EKSIS Vol.7 No.2, Agustus 2011: 1816 2000

Anda mungkin juga menyukai