MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Seminar Akuntansi yang dibimbing oleh Bapak R.
Wedi Rusmawan K, DR., S.E., M.Si., AK., C.A
Disusun oleh:
Kelompok 6 :
Ismi Tri Pamungkas (06 / 0113U077)
Gema Muhamad
(13 / 0113U482)
Riska Trisantika
(20 / 0113U542)
Kelas U1
PRODI AKUNTANSI S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL..
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
A. SAK ETAP......................................................................................................................
1.
2.
3.
2.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli lalu telah meluncurkan standar
akuntansi ETAP (SAK-ETAP) bertepatan dalam acara Seminar Nasional Akuntansi
Tiga pilar Standar Akuntansi Indonesia yang dilaksanakan oleh Universitas
Brawijaya dan Ikatan Akuntan Indonesia. Nama standard ini sedikit unik karena
exposure draftnya diberi nama Standar Akuntansi UKM (Usaha Kecil dan
Menengah), namun mengingat definisi UKM sendiri sering berubah, maka untuk
menghindari kerancuan, standard ini diberi nama SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik.
Masalah utama yang terjadi dalam UMKM selain modal adalah pengelolaan
keuangan. Sistem pembukuan UMKM selama ini digunakan sederhana dan
cenderung mengabaikan standar yang berlaku. Laporan keuangan yang akurat dan
baku akan banyak membantu mereka dalam pengembangan bisnisnya secara nyata.
Oleh karena itu, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), menyiapkan SAK (Standar
Akuntansi Keuangan) yang dapat digunakan juga bagi UMKM dan dinamakan
dengan SAK-ETAP (Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik).
Pada saat diluncurkanya standar akuntansi ETAP (SAK-ETAP) bertepatan dalam
acara Seminar Nasional Akuntansi Tiga pilar Standar Akuntansi Indonesia yang
dilaksanakan oleh Universitas Brawijaya dan Ikatan Akuntan Indonesia. Nama
standard ini sedikit unik karena exposure draftnya diberi nama Standar Akuntansi
UKM (Usaha Kecil dan Menengah), namun mengingat definisi UKM sendiri sering
berubah, maka untuk menghindari kerancuan, standard ini diberi nama SAK Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik. Apabila SAK-ETAP ini telah berlaku efektif, maka
perusahaan kecil seperti UKM tidak perlu membuat laporan keuangan dengan
menggunakan PSAK umum yang berlaku. Di dalam beberapa hal SAK-ETAP
memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan dengan PSAK
dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaan secara kasat mata dapat
dilihat dari ketebalan SAK-ETAP yang hanya sekitar seratus halaman dengan
menyajikan 30 bab.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SAK ETAP
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
adalah standar akuntansi yang disusun sebagai acuan dan dimaksudkan untuk digunakan
entitas tanpa akuntabilitas publik.
1. Manfaat dan Tujuan
SAK ETAP dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Setiap perusahaan memiliki prinsip going concern
yakni menginginkan usahanya terus berkembang. Untuk mengembangkan usaha perlu banyak
upaya yang harus dilakukan. Salah satu upaya itu adalah perlunya meyakinkan publik bahwa
usaha
yang
dilakukan
dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam
akuntansi
wujud
c. Hanya mengatur transaksi yang umum dilakukan Usaha Kecil dan Menengah
d. Pengaturan lebih sederhana dibandingkan SAK Umum
1) Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang paling sederhana
2) Penyerdehanaan pengakuan dan pengukuran
3) Pengurangan pengungkapan
e. Tidak akan berubah selama beberapa tahun
3. Pengguna SAK ETAP
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas
publik adalah entitas yang:
a. tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
b. menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement)
bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat
langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
a. entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan
penerbitan efek di pasar modal; atau
b. entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun,
reksa dana dan bank investasi
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP
jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.
B. Penerapan SAK ETAP
PSAK ETAP mulai diberlakukan pada akhir tahun 2011. Penggunaan PSAK ini harus
konsisten untuk tahun-tahun berikutnya. Apalagi yang sudah memutuskan untuk
menggunakan PSAK umum dalam penyajian laporan keuangan, maka untuk selanjutnya
tidak boleh merevisi kebijakannya ke PSAK ETAP.
Entitas dapat menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak praktis, maka
entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara prospektif. Entitas yang
menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah menyusun laporan keuangan maka:
a. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan dalam SAK
ETAP;
b. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak mengijinkan
pengakuan tersebut
c. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban atau
komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi merupakan jenis
aset, kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda berdasarkan SAK ETAP;
d. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang diakui.
Penerapan secara retrospektif artinya bahwa kebijakan akuntansi yang baru diterapkan
seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah digunakan sebelumnya. Oleh karena itu,
kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan pada kejadian atau transaksi sejak tanggal
terjadinya kejadian atau transaksi tersebut. Sedangkan penerapan secara prospektif artinya
kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan pada kejadian atau transaksi yang terjadi setelah
tanggal perubahan. Tidak ada penyesuaian yang dilakukan terhadap periode sebelumnya.
Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pada saldo awal neracanya berdasarkan
SAK ETAP mungkin berbeda dari yang digunakan untuk tanggal yang sama dengan
menggunakan kerangka pelaporan keuangan sebelumnya. Hasil penyesuaian yang muncul
dari transaksi, kejadian atau kondisi lainnyasebelum tanggal efektif SAK ETAP diakui secara
langsung pada saldo laba pada tanggal penerapan SAK ETAP.
Pada tahun awal penerapan SAK ETAP, entitas yang memenuhi persyaratan untuk
menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK ETAP,
tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut
tidak diperkenankan untuk kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan
keuangan berikutnya. Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP
kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka
entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK
ETAP. Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan berdasarkan PSAK non- ETAP dan
tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP ini kembali sesuai dengan paragraf 29.4
di atas.
Entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun laporan
keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan SAK
ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETA ini dalam menyusun laporan
keuangan. Entitas tersebut menerapkan persyaratan dalam paragraf 29.1 29.3.
10
11
b. Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan penghasilan dan beban dalam laporan laba rugi dihasilkan secara langsung
dari pengakuan dan pengukuran aset dan kewajiban. Kriteria pengakuan penghasilan dan
beban dibahas lebih lanjut dalam paragraf
1) Pengakuan unsur-unsur laporan keuangan
a) Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan
akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi
dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas
setelah periode pelaporan berjalan. Sebagai alternatif transaksi tersebut
menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi.
b) Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
c) Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan
kewajiban. Penghasilan diakui dalam Laporan laba rugi jika kenaikan manfaat
ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
d) Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban.
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa
depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah
terjadi dan dapat diukur secara andal
e) Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan beban. Hal
tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan, dan
prinsip pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.
Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban, atau penghasilan dengan
beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh SAK ETAP.
12
a) Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima atau sebesar nilai wajar
dari aset non-kas yang diterima sebagai penukar dari kewajiban pada saat terjadinya
kewajiban.
b) Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau untuk
menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.
c) Prinsip pengakuan dan pengukuran berpengaruh luas (pervasif)
Persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, penghasilan dan beban
dalam SAK ETAP didasarkan pada prinsip pervasif dari Kerangka Dasar Penyajian dan
Pengukuran Laporan Keuangan.
2. Pelaporan Keuangan Nirlaba
Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang
mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari
sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apa
pun dari organisasi tersebut. Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi
nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam
organisasi bisnis
Pernyataan dalam SAK 45 ini bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan organisasi
nirlaba. Dengan adanya standar pelaporan, diharapkan laporan keuangan organisasi nirlaba
dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.
Pernyataan ini berlaku bagi laporan keuangan yang disajikan oleh organisasi nirlaba yang
memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
b. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para
pendiri atau pemilik entitas tersebut.
c. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus
13
PSAK
SAK ETAP
Sama dengan
Aset keuangan
Properti investasi
panjang
14
Aset lancar
perolehan dan
nilai wajar (ED
PSAK 1)
laporan keuangan
berbunga jangka
panjang
Kewajiban
Aset dan
kewajiban pajak
menjadi laibilitas)
tangguhan
Kepentingan
nonpengendalian
PSAK yang
komprehensif
menggunakan
o Informasi yang
disajikan dalam
laporan Laba Rugi
Komprehensif
o Laba rugi selama
periode
o Pendapatan
komprehensif lain
selama periode
o Informasi yang
disajikan dalam
15
Penyajian Perubahan
Sama dengan
Ekuitas
lain.
Sama dengan
Catatan Atas
Laporan Keuangan
Struktur
Pengungkapan kebijakan
pengungkapan modal.
Akuntansi
Sumber estimasi
ketidakpastian
Pengungkapan lain
Sama dengan
PSAK kecuali:
tidak langsung
16
Laporan
keuangan konsolidasi
Prosedur konsolidasi
Lapkeu tersendiri
Lapkeu gabungan
dan terpisah
Kebijakan
Kesalahan Mendasar
Perubahan kebijakan
Akuntansi
17
Kesalahan.
Perubahan kebijakan
Akuntansi yang lain
Instrumen Keuangan
Dasar
PSAK 50 (1998).
Impairment menggunakan
incurred loss concept
18
Derecognition
Persediaan
Pengukuran persediaan
Biaya persediaan
Biaya pembelian
Biaya konversi
Biaya lain-lain
Rumus biaya
Pengungkapan
10 Investasi
metode ekuitas
19
pada perusahaan
asosiasi
Metode akuntansi
Metode biaya
Metode ekuitas
Metode akuntansi
Entitas anak :
11 Investasi
pada perusahaan
hanya menggunakan
Metode akuntansi
Metode konsolidasi
metode biaya.
proporsional
Metode ekuitas
12 Property Investasi
Metode akuntansi
20
biaya
Model biaya
13 Aset Tetap
Sama dengan
Menggunakan pendekatan
PSAK kecuali:
komponenisasi
Pengukuran menggunakan
menggunakan
pendekatan
revaluasi
komponenisasi.
Pengakuan pengeluaran
Revaluasi
diijinkan jika
dilakukan
selanjutnya
Tidak
berdasarkan
Peraturan
Penyusutan
Pemerintah. Hal
ini mengacu ke
PSAK 16 (1994)
Tidak perlu
review nilai
residu.
Sama dengan
pengakuan
21
Penurunan nilai
Tidak diatur
Menggunakan metode
pembelian
15 Sewa
lessor
Klasifikasi sewa:
kombinasi IFRS
for SMEs dan
SFAS 13
Laporan keuangan
lessee dan lessor
menggunakan
PSAK 30 (1990):
Akuntansi Sewa
Guna Usaha
22
Kewajiban diestimasi
Kewajiban kontinjensi
Aset kontinjensi
16 Ekuitas
Sama dengan
Penjelasan
PSAK, kecuali :
Reorganisasi
Selisih
usaha bukan PT
penilaian kembali
Reorganisasi
17 Pendapatan
Penjualan barang
Penjualan jasa
Kontrak konstruksi
Lampiran kasus
pengakuan pendapatan (ED
PSAK 23)
18 Biaya Pinjaman
dibebankan
23
biaya pinjaman
19 Penurunan Nilai Aset
Sama dengan
PSAK, kecuali:
persediaan
Ruang lingkup
yang meliputi
semua jenis aset.
Tidak mengatur
penurunan nilai
goodwill
Ada tambahan
penurunan nilai
untuk pinjaman
yang diberikan
dan piutang yang
menggunakan
PSAK 31:
Akuntansi
Perbankan
paragraf 16 dan
17.
20 Imbalan Kerja
Sama dengan
manfaat pasti
menggunakan PUC dan
jika tidak bisa,
menggunakan metode
yang disederhanakan
24
Menggunakan deferred
taxconcept
Menggunakan taxpayable
concept
Tidak adapengakuan
danpengukuran
pajaktangguhan
Sama dengan
pelaporan
Pelaporan
Penyajian komparatif
Mata uang
fungsional
Pelaporan
transaksi mata
uang asing dalam
mata uang
fungsional
Perubahan mata
uang fungsional
(Pada prinsipnya
25
sama)
23 Peristiwa setelah
akhir periode pelaporan
mempunyai hubungan
mempunyai hubungan
istimewa
istimewa
Pengungkapan
Akuntansi perkoperasian
25 Aktivitas Khusus
Tidak diatur
bumi
Akuntansi pertambangan
umum
26 Ketentuan Transisi
Retrospektif atau
prospektif (jika
tidak praktis)
yang diterapkan
26
secara prospective
catchup (dampak
ke saldo laba)
Perpindahan dari
dan ke SAK
ETAP
27 Tanggal Efektif
Berlaku efektif
untuk laporan keuangan
yang dimulai pada
tanggal 1 Januari 2011,
penerapan dini 1 Januari
2010
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
adalah standar akuntansi yang disusun sebagai acuan dan dimaksudkan untuk digunakan
entitas tanpa akuntabilitas publik. SAK ETAP dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun
laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Setiap perusahaan memiliki
prinsip
going
concern
yakni
menginginkan
usahanya
terus
berkembang.
Untuk
mengembangkan usaha perlu banyak upaya yang harus dilakukan. Salah satu upaya itu
adalah
perlunya
meyakinkan
publik
bahwa
usaha
yang
dilakukan
dapat
27
DAFTAR PUSTAKA
Jan.
Akuntansi
Organisasi
Nirlaba.
Jakarta
Dwi.
2011.
PSAK
45
Organisasi
Nir
Laba.
Jakarta:
FEUI.
http://dinapramudianti.blogspot.co.id/2015/01/psak-45-revisi-2010-pelaporan-keuangan.html
http://keuanganlsm.com/perbedaan-sak-etap-dengan-psak/
28
LAMPIRAN
A. Jurnal
Jupe UNS, Vol 2, No 2, Hal 135 s/d 147
Arri Alfitri, Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK-ETAP) Pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Perajin Mebel Desa
Gondangsari Kecamatan Juwiring Kabuaten Klaten. Juni, 2014.
PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA
AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK-ETAP) PADA USAHA MIKRO KECIL
MENENGAH (UMKM) PERAJIN MEBEL DESA GONDANGSARI KECAMATAN
JUWIRING KABUPATEN KLATEN
Arri Alfitri, Ngadiman, Sohidin
Jurusan Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Akuntansi
Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutarmi 28, Surakarta
Email: arrialfitri29@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana pemahaman Perajin mebel
di UMKM Desa Gondangsari tentang SAK-ETAP (2) Bagaimana pencatatan dan penyusunan
laporan keuangan yang dilakukan Perajin mebel Desa Gondangsari, dan untuk mengetahui
apakah pencatatan dan penyusunan laporan keuangan sudah mengacu pada SAK-ETAP (3)
Kendala-kendala yang dihadapi Perajin mebel dalam melakukan pencatatan dan penyusunan
laporan keuangan yang mengacu pada SAK-ETAP.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik sampling
yang digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik validitas data yang
digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. Analisis data yang digunakan
adalah model analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pemahaman perajin mebel tentang Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) masih rendah (2a)
Pencatatan keuangan yang dilakukan perajin mebel hanya sebatas laporan bisnis yang dibuat
sesuai dengan pemahaman dan kebutuhan masing-masing perajin mebel. (2b) Perajin mebel
tidak menerapkan SAK-ETAP dalam menyusun laporan keuangan, karena perajin mebel
kurang memahami SAK-ETAP. (3) Kendala-kendala perajin mebel dalam menerapkan SAKETAP, sebagai berikut: kurangnya pengetahuan perajin mebel tentang SAK-ETAP, belum
adanya tenaga akuntansi yang profesional pada perajin mebel, perajin mebel kurang
29
memahami pentingnya pencatatan dan penyusunan laporan keuangan, dan kurang efektifnya
sosialisasi dari pihak yang berkompeten tentang SAK-ETAP.
Kata kunci : Akuntansi Keuangan, SAK-ETAP, UMKM
Abstract
This research aimed to find out (1) How the understanding of UMKM Furniture
craftsmen in Gondangsari village about SAK - ETAP (2) How the recording and the
arranging of financial reports conducted by furniture craftsmen, and to find out whether the
recording and the arranging of financial reports has been referring to the SAK - ETAP (3)
The obstacles faced by furniture craftsmen in the recording and the arranging of financial
reports which refers to the SAK ETAP.
This research uses qualitative descriptive method. The sampling technique that is used
is purposive sampling and snowball sampling, where the samples were taken were not
emphasized in the amount of information, but the depth of the sample as a data source. the
data collection techniques that was used were interviews, observation, and documentation.
The data validity technique which were source triangulation and method triangulation. The
data analysis used interactive model.
The results of the research showed: (1) The understanding of the furniture craftsman
Financial Accounting Standards Entities Without Public Accountability (SAK - ETAP) is still
low (2a) The recording that is conducted by furniture craftsmen is only limited to the business
report which is appropriate with the understanding and the requirement of each of furniture
craftsmen. The recording that was conducted by the furniture craftsman is not appropriate
with the accounting cycle (2b) the furniture craftsman did not apply SAK-ETAP in arranging
financial report, because the furniture craftsman less in understanding SAK-ETAP. (3) The
obstacles for the furniture craftsman in applying SAK-ETAP are: lack of furniture craftsmans
knowledge about SAK-ETAP, there is no accountant staff on craftsman furniture, lack of
understanding the importance of the recording the arranging financial report, and the
socialization was not effective enough to improve of the competent authoritiesof about SAKETAP.
Keyword: Financial Accounting, SAK-ETAP, UMKM
PENDAHULUAN
30
krisis
pemerintah
pem-bangunan
Indonesia.
industri
dilanda
moneter
tidak
1998,
di
terlepas
dari
peranan
krisis
moneter,
banyak
perusahaan-perusahaan
Indonesia.
di
Perusahaan-perusahaan
mengembangkan
Namun
berkembang
yang
moneter.
tumbuh
besar
demikian,
UMKM
sebelum
masalah
Mikro
Kecil
Menengah.
Dengan
yang
penyusunan
maka
Pencatatan
usaha
mikro
kecil
menengah
dihadapi
oleh
laporan
dan
pelaku
keuang-an.
penyusunan
laporan
UMKM
potensi
UMKM
dalam
mewujudkan
dengan
untuk
menyusun
mengetahui
laporan
posisi
keuangan
31
penyusunan
laporan
perusahaan,
maka
keuangan
IAI
untuk
mengeluarkan
memahami
keuangan
laporan
yang
akurat
dan
relevan.
pentingnya
keuangan
penyusunan
dan
melakukan
nama
SAK-ETAP
dan
kepada
merupakan
SAK-ETAP.
telah
masyarakat.
Standar
disosialisasikan
SAK-ETAP
Akuntansi
Keuangan
Entitas
SAK-ETAP
mencakup
beberapa
(2009)
yang
keandalan,
menjelaskan
entitas
kelengkapan,
materialitas,
tepat
substansi
waktu,
dan
masih
dari
suatu
rangkaian
proses
suatu
belum
melakukan
pencatatan
penyusunan
laporan
keuangan
yang
keuangan
mampu
kemampuan
akan
tetapi
perusahaan
mengakses
kredit
dari
menghasilkan
pengelolaan
asset
tidak
biologis
perusahaan
Hal
tersebut
terjadi
karena
kurang
mebel
sehingga
perusahaan
ETAP
masih
dalam
banyak
me-nyusun
laporan
keuangan.
di
UMKM
Desa
ETAP) ?
b
Desa
mata
keuangan
bekerjasama
untuk
Gondangsari
memiliki
dengan
pabrik
yang
dilakukan
Perajin
ETAP)?
UMKM
Desa
Gondangsari
dalam
melakukan
pencatatan
dan
mengacu
pada
Standar
Akuntansi
pencatatan
mengacu
Keuangan
Berdasarkan
uraian
rumusan
masalah diatas, maka dirumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut:
dan
pada
pelaporan
Standar
untuk
yang
Akuntansi
Entitas
Tanpa
Untuk
mengetahui
sejauh
mana
Untuk
yang
digunakan
purposive
sampling
dan
adalah
snowball
mengetahui
pencatatan
dan
an
data
yang
digunakan
adalah
Kabupaten
Klaten
dan
untuk
pada
Keuangan
Standar
untuk
Akuntansi
Entitas
Tanpa
Untuk
Perajin
mengetahui
mebel
Gondangsari
di
kendala-kendala
UMKM
Kecamatan
Desa
Juwiring
pencatatan
waktu.
laporan
sebagai berikut:
dilakukan,
karena
pencatatan
penyusunan
laporan
keuangan
Desa
dan
penyusunan
Pencatatan
dan
keuangan
laporan
penyusunan
sangat
penting
dan
dapat
kinerja
relatif
rendah.
Perajin
mebel
Desa
keuangan
perusahaan
dapat
dalam
sebatas
Biasanya,
pemahaman
perajin
pengelolaan
mebel.
keuangan
dan
oleh
perajin
perkembangan
perusahaan.
c
mebel
memperkirakan
Dari
hasil
wawancara
yang
Gondangsari
Perajin
mebel
tidak
memahami
sehingga
menunjukkan
pemahaman
perajin
bahwa
mebel
laporan keuangan,
Sebagian besar dari perajin mebel
tidak menganggap penting pencatatan dan
penyusunan laporan keuangan. Sebagian
141
Mebel
perajin
mebel
mengaku
sesuai
dengan
kebutuhan
perajin mebel.
Sebagian
besar
perajin
mebel
laporan
keuangan.
Perajin
sedangkan
rangkap
kedua
transaksi
digunakan
untuk
tersebut
juga
menghitung
laba
maka
mengetahui
perajin
laba
mebel
perusahaan.
akan
Namun
mebel
memberikan
kesulitan
informasi
dalam
jumlah
laba
perusahaan.
Dari hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi hanya ada beberapa perajin
mebel
yang
keuangan.
melakukan
Perajin
mebel
pencatatan
melakukan
formulir
pembelian
bahan
piutang,
baku
dan
formulir
bahan
pendapatan
maka
dibelanjakan
keuangan
kebutuhan
segera
pribadi
dan
kan
penyusunan
informasi
kepada
pihak
karena
perajin
mebel
tidak
pencatatan
Sedangkan,
keuangan
terkait
per-
dengan
terlebih
mebel
dahulu.
laporan
digunakan
Terkait
dengan
keuangan,
hampir
sebagai
pencatatan
keuangan
yang
sesuai
Namun,
manufaktur
untuk
perusahaan
perusahaan
menggunakan
dalam
melakukan
proses
produksi.
a.
mebel
rumus
rumus
tersebut.
konvensional
menggunakan
yaitu
dengan
laporan
pemahaman
d. Neraca
perubahan
ekuitas
sesuai
masing-masing
perajin.
Perajin
mebel
tidak
menyusun
perajin
rumus
rumus
mebel
konvensional
menggunakan
yaitu
dengan
perajin
tidak
memperhitungkan
harta
penyusunan
mengacu
Penerapan
pencatatan
dan
SAK-ETAP
penyusunan
pada
laporan
laporan
pada
karakteristik,
keuangan
SAK-ETAP
yaitu
mudah
yang
memiliki
dipahami,
substansi
mengungguli
bentuk,
dibandingkan, tepat
profesional
dapat
ekonomi,
sehingga
perusahaan
dapat
dikarenakan
keputusan
berani
dengan
mem-
UMKM
mewakili
pada
perajin
pemilik
perajin
menyewa
dalam
mebel
tenaga
belum
akuntansi
atau
laporan keuangan.
Perajin
pembukuan
Sebagian
dan
besar
penyusunan
perajin
mengaku
tidak
penting
pencatatan
pembukuan
pribadi
mengaku
bahwa
laporan
keuangan,
membutuhkan
masing-masing
perajin mebel.
juga
tidak
penyusunan
Perajin
penyusunan
penyusunan
dan
atau
menganggap
pembukuan
mebel
sehingga
memahami
pencatatan
perajin
mebel
dalam
atau
kurang
melakukan
pembukuan
dan
yang
dilakukan
perajin
Pencatatan
hasil
sebagai berikut:
menyusun
laporan
memahami
Perajin
yang
SAK-ETAP.
menganggap
pencatatan
menerapkan
pengambilan
SAK-ETAP,
sebagai
mebel
tentang
adanya
SAK-ETAP, belum
tenaga
ekonomi
yang
sehingga
keuangan,
dan
sosialisasi
Perajin
akuntansi
keputusan
perusahaan.
kesimpulan
dilakukan
ETAP
yang
Berdasarkan
kurang
dari
mebel
pencatatan
efektifnya
pihak
dalam
lebih
itu
penulis
mengucapkan
kinerja
yang
melakukan
hendaknya
mengetahui
B. Daftar Pertanyaan