Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu terobosan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yaitu
mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK-ETAP). SAK-ETAP nampak sejalan dengan International Financial
Reporting Standard for Small and Medium-sized Entities (IFRS for SMEs).
Meskipun memiliki judul yang berbeda, namun baik SAK-ETAP maupun IFRS
for SMEs sama-sama diperuntukkan bagi entitas tanpa akuntabilitas publik, hanya
saja istilah yang digunakan sebagai judul pada IFRS adalah small and medium-
sized entities (SMEs). Oleh karena itu, apabila kita membandingkan judul
pada IFRS for SMEs dan SAK ETAP, maka istilah entitas tanpa akuntabilitas
publik (lihat pada Ruang Lingkup SAK ETAP) sama pengertiannya dengan small
and medium-sized entities. Apabila SAK ETAP telah disahkan pada bulan Mei
2009, IFRS for SMEs sendiri baru disahkan pada bulan Juli 2009.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK
IAI) sendiri beranggotakan 17 orang mewakili: Akuntan Publik, Akademisi,
Akuntan Sektor Publik, dan Akuntan Manajemen. Alasan IAI menerbitkan
standar ini adalah untuk mempermudah perusahaan kecil dan menengah (UKM)
(yang jumlahnya hampir dari 90% dari total perusahaan di Indonesia) dalam
menyusun laporan keuangan mereka. Dimana jikalau standar ini tidak diterbitkan
mereka juga harus mengikuti SAK baru (yang merupakan SAK yang sedang
dalam tahap pengadopsian IFRS – konvergensi penuh tahun 2012) untuk
menyusun laporan keuangan mereka. SAK berbasis IFRS ini relatif lebih
kompleks dan sangat mahal bagi perusahaan kecil dan menengah untuk
menerapkannya.
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan;
dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik

1
yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga
pemeringkat kredit.
SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya
dan diharapkan memberi kemudahan akses ETAP kepada pendanaan dari
perbankan. SAK ETAP merupakan SAK yang berdiri sendiri dan tidak mengacu
pada SAK Umum, sebagian besar menggunakan konsep biaya historis; mengatur
transaksi yang dilakukan oleh ETAP; bentuk pengaturan yang lebih sederhana
dalam hal perlakuan akuntansi dan relatif tidak berubah selama beberapa tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan SAK- ETAP?
2. Bagaimana perbedaan SAK- ETAP dan PSAK?
3. Apa saja isu- isu menyangkut SAK- ETAP?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu SAK- ETAP
2. Untuk mengetahui apa saja perbedaan SAK- ETAP dan PASK
3. Untuk mengetahui apa saja isu- isu yang menyangkut SAK- ETAP

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep SAK- ETAP


2.1.1 Pengertian
Pada tanggal 19 Mei 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK-ETAP). SAK-ETAP ini nampak seide dengan International
Financial Reporting Standard for Small and Medium-sized Entities (IFRS for
SMEs). Meskipun memiliki judul yang berbeda, namun baik SAK ETAP maupun
IFRS for SMEs sama-sama diperuntukkan bagi entitas tanpa akuntabilitas publik,
hanya saja istilah yang digunakan sebagai judul pada IFRS adalah small and
medium-sized entities (SMEs).
Jadi, apabila kita membandingkan judul pada IFRS for SMEs dan SAK-
ETAP, maka istilah entitas tanpa akuntabilitas publik) sama pengertiannya
dengan small and medium-sized entities. Apabila SAK-ETAP telah disahkan pada
bulan Mei 2009, IFRS for SMEs sendiri baru disahkan pada bulan Juli 2009.
Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli lalu telah meluncurkan
standar akuntansi ETAP (SAK-ETAP) bertepatan dalam acara Seminar Nasional
Akuntansi “Tiga pilar Standar Akuntansi Indonesia” yang dilaksanakan oleh
Universitas Brawijaya dan Ikatan Akuntan Indonesia. Nama standard ini sedikit
unik karena exposure draftnya diberi nama Standar Akuntansi UKM (Usaha Kecil
dan Menengah), namun mengingat definisi UKM sendiri sering berubah, maka
untuk menghindari kerancuan, standard ini diberi nama SAK Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik.
Sesuai dengan ruang lingkup SAK-ETAP, maka Standar ini dimaksudkan
untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik, yang dimaksud adalah
entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal.
Suatu Entitas dikatakan memiliki akuntabilitas yang signifikan apabila
Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau entitas dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal (BAPEPAM-LK)

3
atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal atau perusahaan
yang sudah Go Public. Namun apabila Entitas yang sebelumnya menggunakan
SAK-ETAP, kemudian Entitas mendaftar sebagai perusahaan publik, maka
Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan berdasarkan PSAK, dan tidak
diperkenankan untuk menerapkan SAK-ETAP kembali.
Di dalam perkembangan perekonomian Indonesia, terdapat banyak usaha
yang berkembang dalam masyarakat. Dari usaha yang bernilai tinggi hingga usaha
kecil dan menengah. Usaha kecil dan menengah atau yang sering disebut dengan
Usaha Kecil Menengah (UKM) ini dilakukukan sebagian besar masyarakat
indonesia dari total perusahaan di Indonesia. SAK-ETAP ini sangat membantu
perusahaan kecil seperti UKM karena tidak perlu membuat laporan keuangan
dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku. Di dalam beberapa hal SAK-
ETAP memberikan banyak kemudahan untuk UKM dibandingkan dengan PSAK
dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Tetapi sebelum menerapkan
SAK-ETAP, UKM yang laporan keuangannya mematuhi SAK-ETAP, UKM
harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and
unreserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan
keuangan. Apabila UKM dilakukan audit, maka auditor tersebut harus mengacu
kepada SAK-ETAP.
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK-ETAP) adalah standar akuntansi yang disusun sebagai acuan dan
dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik signifikan.

2.1.2 Manfaat dan Tujuan


SAK-ETAP dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan
keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Setiap perusahaan
memiliki prinsip going concern yakni menginginkan usahanya terus berkembang.
Untuk mengembangkan usaha perlu banyak upaya yang harus dilakukan. Salah
satu upaya itu adalah perlunya meyakinkan publik bahwa usaha yang dilakukan
dapat dipertanggungjawabkan. Dalam akuntansi wujud pertanggungjawaban
tersebut dilakukan dengan menyusun dan menyajikan laporan keuangan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan. Penyajian laporan keuangan yang sesuai

4
dengan standar, akan membantu manajemen perusahaan untuk memperoleh
berbagai kemudahan, misalnya: untuk menentukan kebijakan perusahaan di masa
yang datang; dapat memperoleh pinjaman dana dari pihak ketiga, dan sebagainya.
Standar ETAP ini disusun cukup sederhana sehingga tidak akan
menyulitkan bagi penggunanya yang merupakan entitas tanpa akuntabilitas public
(ETAP) yang mayoritas adalah perusahaan yang tergolong usaha kecil dan
menengah. ETAP sebagaimana kepanjangan yang telah diuraikan di atas
merupakan unit kegiatan yang melakukan aktifitas tetapi sahamnya tidak dimiliki
oleh masyarakat atau dengan kata lain unit usaha yang dimiliki oleh orang
perorang atau sekelompok orang, dimana kegiatan dan modalnya masih terbatas.
Jenis kegiatan seperti ini di Indonesia menempati angka sekitar 80 %. Oleh sebab
itu perlu adanya perhatian khusus dari semua pihak yang berkepentingan dalam
hal penyajian laporan keuangan
.
2.1.3 Karakteristik SAK- ETAP
1. Stand alone accounting standard (tidak mengacu ke SAK Umum)
2. Mayoritas menggunakan historical cost concepts
3. Hanya mengatur transaksi yang umum dilakukan Usaha Kecil dan
Menengah
4. Pengaturan lebih sederhana dibandingkan SAK Umum

2.1.4 Pengguna SAK- ETAP


1. Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang paling sederhana
2. Penyerdehanaan pengakuan dan pengukuran
3. Pengurangan pengungkapan
4. Tidak akan berubah selama beberapa tahun
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik.
Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang
a. tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
b. menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal

5
adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha,
kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
a. entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator
lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
b. entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok
besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang
efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan
SAK- ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan
SAK- ETAP.

2.1.5 Implementasi SAK ETAP


PSAK-ETAP mulai diberlakukan pada akhir tahun 2011. Penggunaan
PSAK ini harus konsisten untuk tahun-tahun berikutnya. Apalagi yang sudah
memutuskan untuk menggunakan PSAK umum dalam penyajian laporan
keuangan, untuk selanjutnya tidak boleh merevisi kebijakannya ke PSAK- ETAP.
Entitas dapat menerapkan SAK-ETAP secara retrospektif, namun jika
tidak praktis, maka entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK- ETAP secara
prospektif. Entitas yang menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah
menyusun laporan keuangan maka:
a. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan
dalam SAK ETAP
b. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak
mengijinkan pengakuan tersebut
c. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban
atau komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi
merupakan jenis aset, kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda
berdasarkan SAK ETAP
d. Menerapkan SAK-ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang
diakui.

6
Penerapan secara retrospektif artinya bahwa kebijakan akuntansi yang baru
diterapkan seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah digunakan sebelumnya.
Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan pada kejadian atau
transaksi sejak tanggal terjadinya kejadian atau transaksi tersebut. Sedangkan
penerapan secara prospektif artinya kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan
pada kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal perubahan. Tidak ada
penyesuaian yang dilakukan terhadap periode sebelumnya.
Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pada saldo awal
neracanya berdasarkan SAK ETAP mungkin berbeda dari yang digunakan untuk
tanggal yang sama dengan menggunakan kerangka pelaporan keuangan
sebelumnya. Hasil penyesuaian yang muncul dari transaksi, kejadian atau kondisi
lainnyasebelum tanggal efektif SAK ETAP diakui secara langsung pada saldo
laba pada tanggal penerapan SAK ETAP.
Pada tahun awal penerapan SAK ETAP, entitas yang memenuhi
persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan
tidak berdasarkan SAK ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang
diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk kemudian
menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan berikutnya.
Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian
tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka
entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan
berdasarkan SAK ETAP. Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan
berdasarkan PSAK non- ETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK
ETAP ini kembali sesuai dengan paragraf 29.4 di atas.
Entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam
menyusun laporan keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas
yang dapat menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan
SAK ETA ini dalam menyusun laporan keuangan. Entitas tersebut menerapkan
persyaratan dalam paragraf 29.1 – 29.3.

7
2.2 Perbedaan SAK-ETAP dan PSAK
1. Materi SAK-ETAP lebih sederhana sedangkan PSAK- IFRS complicated dan
rumit.
2. SAK-ETAP cenderung menggunakan basis stewardship sebagai
pertanggungjawaban pengelola kepada stakeholder sehingga cenderung
menggunakan prinsip reliability, sedangkan PSAK-IFRS telah bergeser untuk
pemenuhan user dalam pengambilan keputusan sehingga cenderung
menggunakan prinsip relevan.
3. SAK-ETAP tidak mengatur pajak tangguhan
4. SAK-ETAP hanya menggunakan metode tidak langsung untuk laporan arus
kas.
5. SAK-ETAP menggunakan cost model untuk investasi ke asosiasi dan
menggunakan metode ekuitas untuk anak perusahaan.
6. SAK-ETAP tidak secara penuh menggunakan PSAK 50/55
7. SAK-ETAP hanya menggunakan model cost untuk aset tetap, aset tidak
berwujud dan properti investasi. PSAK-IFRS boleh memilih cost model atau
model reavaluasi.
Apabila SAK-ETAP ini telah berlaku efektif, maka perusahaan kecil
seperti UKM tidak perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK
umum yang berlaku. Di dalam beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak
kemudahan untuk perusahaan dibandingkan dengan PSAK dengan ketentuan
pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaan secara kasat mata dapat dilihat dari
ketebalan SAK-ETAP yang hanya seratus halaman dengan menyajikan 30 bab.
Sesuai dengan ruang lingkup SAK-ETAP maka Standar ini dimaksudkan
untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa
akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan; dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal.
Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam
pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan
SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan

8
standar tersebut. Hal ini dimungkinkan apabila misalnya pihak otoritas berwenang
merasa ketentuan pelaporan dengan menggunakan PSAK terlalu tinggi biayanya
ataupun terlalu rumit untuk entitas yang mereka awasi.
Mengingat kebijakan akuntansi SAKETAP di beberapa aspek lebih ringan
daripada PSAK, maka ketentuan transisi dalam SAKETAP ini cukup ketat. Pada
BAB 29 misalnya disebutkan bahwa pada tahun awal penerapan SAK ETAP,
yakni 1 January 2011, Entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan
SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK ETAP,
tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang diterapkan secara konsisten.
Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk kemudian menerapkan SAK ETAP ini
untuk penyusunan laporan keuangan berikutnya. Oleh sebab itu per 1 January
2011, perusahaan yang memenuhi definisi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
harus memilih apakah akan tetap menyusun laporan keuangan menggunakan
PSAK atau beralih menggunakan SAK-ETAP.
Selanjutnya ketentuan transisi juga menjelaskan bahwa entitas yang
menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak memenuhi
persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut
tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP.
Hal ini misalnya ada perusahaan menengah yang memutuskan menggunakan
SAK-ETAP pada tahun 2011, namun kemudian mendaftar menjadi perusahaan
public di tahun berikutnya. Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan
berdasarkan PSAK non-ETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK
ETAP ini kembali. Sebaliknya entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-
ETAP dalam menyusun laporan keuangannya dan kemudian memenuhi
persyaratan entitas yang dapat menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut
dapat menggunakan SAK ETAP ini dalam menyusun laporan keuangan. Berikut
ini adalah table perbandingan PSAK dengan SAK-ETAP:

No Elemen PSAK SAK ETAP


1 Penyajian Laporan  Laporan posisi keuangan Sama dengan PSAK, kecuali
Keuangan  Informasi yang disajikan dalam informasi yang disajikan dalam
laporan posisi keuangan neraca, yang menghilangkan pos:
 Pembedaan asset lancar dan  Aset keuangan
tidak lancar dan laibilitas jangka  Properti investasi yang diukur

9
pendek dan jangka panjang pada nilai wajar (ED PSAK 1)
 Aset lancar  Aset biolojik yang diukur pada
 Laibilitas jangka pendek biaya perolehan dan nilai wajar
 Informasi yang disajikan dalam (ED PSAK 1)
laporan posisi keuangan atau  Kewajiban berbunga jangka
catatan atas laporan keuangan panjang
(Perubahan istilah di ED PSAK  Aset dan kewajiban pajak
1: Neraca menjadi Laporan Posisi tangguhan
Keuangan, Kewajiban (liability)  Kepentingan nonpengendalian
menjadi laibilitas)

2 Laporan Laba  Laporan laba rugi komprehensif Tidak sama dengan PSAK yang
Rugi  Informasi yang disajikan dalam menggunakan istilah laporan laba
laporan Laba Rugi rugi komprehensif, SAK ETAP
Komprehensif menggunakan istilah laporan laba
 Laba rugi selama periode rugi.
 Pendapatan komprehensif lain
selama periode
 Informasi yang disajikan dalam
laporan laba rugi komprehensif
atau catatan atas laporan
keuangan
3 Penyajian Sama dengan PSAK, kecuali untuk
Perubahan Ekuitas beberapa hal yang terkait
pendapatan komprehensif lain.
4 Catatan Atas  Catatan atas laporan keuangan Sama dengan PSAK, kecuali
Laporan Keuangan  Struktur pengungkapan modal.
 Pengungkapan kebijakan
Akuntansi
 Sumber estimasi ketidakpastian
 Modal (ED PSAK 1)
 Pengungkapan lain
5 Laporan Arus Kas  Arus kas aktivitas operasi: Sama dengan PSAK kecuali:
metode langsung dan tidak  Arus kas aktivitas operasi:
langsung metode tidak langsung
 Arus kas aktivitas investasi  Arus kas mata uang asing, tidak
 Arus kas aktivitas pendanaan diatur.

10
 Arus kas mata uang asing
 Arus kas bunga dan dividen,
pajak penghasilan, transaksi
non-kas
6 Laporan  Persyaratan penyajian lapkeu Tidak diatur (Lihat Bab 12).
keuangan konsolid konsolidasi
asi dan terpisah  Entitas bertujuan khusus
 Prosedur konsolidasi
 Lapkeu tersendiri
 Lapkeu gabungan
7 Kebijakan PSAK 25 (Laba atau Rugi Bersih SAK ETAP sudah maju satu
akuntansi, estimasi untuk periode Berjalan, langkah dibandingkan PSAK
dan kesalahan Kesalahan Mendasar, dan (tidak ada “kesalahan mendasar”
Perubahan Kebijakan Akuntansi) dan “laba atau rugi luar biasa”).
 Laba atau rugi bersih untuk
Periode berjalan
 Kesalahan Mendasar
 Perubahan kebijakan Akuntansi
 Pemilihan dan penerapan
kebijakan akuntansi
 Konsistensi dan perubahan
kebijakan akuntansi
 Perubahan Estimasi akuntansi
 Kesalahan.
 Pos luar biasa
 Laba atau rugi dari aktivitas
normal
 Operasi yang tidak dilanjutkan
 Perubahan estimasi Akuntansi
 Penerapan suatu standar
Akuntansi keuangan
 Perubahan kebijakan Akuntansi
yang lain
8 Instrumen  Ruang lingkup: aset dan PSAK 50 (1998).
Keuangan Dasar kewajiban keuangan
 Instrumen keuangan dasar:
 Diklasifikasikan pada nilai

11
wajar melalui laporan laba rugi,
dimiliki hingga jatuh tempo,
tersedia untuk dijual, pinjaman
dan pinjaman yang diberikan
 Impairment menggunakan
incurred loss concept
 Derecognition
 Hedging dan derivatif
 Ruang lingkup: investasi pada
efek tertentu
 Klasifikasi trading, held to
maturity, dan available for sale.
9 Persediaan  Pengukuran persediaan Sama dengan PSAK
 Biaya persediaan
 Biaya pembelian
 Biaya konversi
 Biaya lain-lain
 Biaya persediaan pemberian
jasa
 Teknik pengukuran biaya
 Rumus biaya
 Nilai realisasi bersih
 Pengakuan sebagai beban
 Pengungkapan
10 Investasi Ruang lingkup: entitas asosiasi metode ekuitas
pada perusahaan  Metode akuntansi
asosiasi dan entitas Metode biaya
anak Metode ekuitas
 Model nilai wajar(ED PSAK15)
 Ruang lingkup: entitas asosiasi
dan entitas anak
 Metode akuntansi
 Entitas asosiasi : metode biaya
 Entitas anak :
11 Investasi  Jointly controlled operation, Sama dengan PSAK kecuali
pada perusahaan asset, and entity metode akuntansi hanya
asosiasi dan entitas  Metode akuntansi menggunakan metode biaya.

12
anak  Metode konsolidasi
proporsional
 Metode ekuitas
 Model nilai wajar (ED PSAK
12 : PBA/PBO/PBE)
12 Property Investasi Metode akuntansi Metode akuntansi: model biaya
 Model nilai wajar
 Model biaya
13 Aset Tetap  Menggunakan pendekatan Sama dengan PSAK kecuali:
komponenisasi  Tidak menggunakan pendekatan
 Pengukuran menggunakan komponenisasi.
model biaya atau model  Revaluasi diijinkan jika
revaluasi dilakukan berdasarkan Peraturan
 Pengukuran biaya perolehan Pemerintah. Hal ini mengacu ke
 Pengakuan pengeluaran PSAK 16 (1994)
selanjutnya  Tidak perlu review nilai residu.
 Penyusutan
 Tidak perlu review nilai residu,
metode penyusutan, dan umur
manfaat setiap akhir periode
pelaporan, tetapi jika ada
indikasi perubahan saja
14 Asset Tidak  Prinsip umum untuk pengakuan Sama dengan PSAK, kecuali aset
Berwujud  Pengakuan awal, pengukuran tidak berwujud yang diperoleh dari
selanjutnya penggabungan usaha.
 Amortisasi selama umur
manfaat atau 10 tahun
 Penurunan nilai
 Menggunakan metode Tidak diatur
pembelian
 Goodwill dimaortisasi 5 tahun
atau 20 tahun dengan justifikasi
manajemen
15 Sewa  Mengatur perjanjian yang
mengandung sewa
 Klasifikasi bersifat principle

13
based
 Laporan keuangan lessee dan
 Tidak mengatur perjanjian yang
mengandung sewa (ISAK 8)
lessor  Klasifikasi sewa: kombinasi IFRS
for SMEs dan SFAS 13
 Laporan keuangan lessee dan
lessor menggunakan PSAK 30
(1990): Akuntansi Sewa Guna
Usaha
 Kewajiban diestimasi Sama dengan PSAK
 Kewajiban kontinjensi
 Aset kontinjensi
16 Ekuitas  Penjelasan Sama dengan PSAK, kecuali :
 Akuntasi ekuitas untuk badan  Reorganisasi
usaha bukan PT  Selisih penilaian kembali
 Akuntansi ekuitas untuk badan
usaha berbentuk PT
 Reorganisasi
 Selisih penilaian kembali
17 Pendapatan  Penjualan barang Sama dengan PSAK.
 Penjualan jasa
 Kontrak konstruksi
 Bunga, dividen dan royalti
 Lampiran kasus
 pengakuan pendapatan (ED
PSAK 23)
18 Biaya Pinjaman  Komponen biaya pinjaman Biaya pinjaman langsung
 Pengakuan dan kapitalisasi dibebankan
biaya pinjaman
19 Penurunan Nilai  Penurunan nilai persediaan Sama dengan PSAK, kecuali:
Aset  Penurunan nilai non-persediaan  Ruang lingkup yang meliputi
 Penurunan nilai goodwill semua jenis aset.
 Tidak mengatur penurunan nilai
goodwill
 Ada tambahan penurunan nilai

14
untuk pinjaman yang diberikan
dan piutang yang menggunakan
PSAK 31: Akuntansi
Perbankan paragraf 16 dan 17.
20 Imbalan Kerja  Imbalan kerja jangka pendek Sama dengan PSAK, kecuali untuk
 Imbalan pasca kerja, untuk manfaat pasti menggunakan PUC
manfaat menggunakan PUC dan jika tidak bisa, menggunakan
 Imbalan jangka panjang lainnya metode yang disederhanakan
Pesangon pemutusan kerja

21 Pajak Penghasilan  Menggunakan deferred


taxconcept
 Pengakuan dan pengukuran
pajak kini
 Pengakuan dan pengukuran
pajak tangguhan
 Menggunakan taxpayable
concept
 Tidak ada pengakuan
danpengukuran pajak tangguhan
22 Mata Uang  Mata uang pencatatan dan Sama dengan PSAK Mata Uang
Pelaporan pelaporan Pelaporan
 Mata uang fungsional  Mata uang fungsional
 Penentuan saldo awal  Pelaporan transaksi mata uang
 Penyajian komparatif asing dalam mata uang
 Perubahan mata uang fungsional
pencatatan dan pelaporan  Perubahan mata uang fungsional
(Pada prinsipnya sama)
23 Peristiwa setelah  Peristiwa yang memerlukan Sama dengan PSAK
akhir periode penyesuaian
pelaporan  Peristiwa yang tidak
memerlukan penyesuaian
24 Pengungkapan  Pengertian pihak-pihak yang Sama dengan PSAK 7
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
mempunyai hubun  Pengungkapan
gan istimewa
25 Aktivitas Khusus  Akuntansi perkoperasian Tidak diatur

15
 Akuntansi minyak dan gas bumi
 Akuntansi pertambangan umum
 Akuntansi perusahaan efek
 Akuntansi reksa dana
 Akuntansi perbankan dan
asuransi
26 Ketentuan Transisi  Retrospektif atau prospektif (jika
tidak praktis) yang diterapkan
secara prospective catchup
(dampak ke saldo laba)
 Perpindahan dari dan ke SAK
ETAP
27 Tanggal Efektif Berlaku efektif untuk laporan
keuangan yang dimulai pada
tanggal 1 Januari 2011, penerapan
dini 1 Januari 2010

2.3 Isu-isu krusial menyangkut SAK-ETAP


2.3.1 Entitas Nirlaba dan Koperasi boleh menggunakan SAK-ETAP?
Pengaturan perlakuan akuntansi untuk entitas Koperasi dan Organisasi
Nirlaba secara khusus diatur dalam PSAK Umum (PSAK non-ETAP) yaitu PSAK
27 mengenai Akuntansi Perkoperasian dan PSAK 45 mengenai Pelaporan
Keuangan Organisasi Nirlaba. Sedangkan standar akuntansi yang berlaku khusus
untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan yaitu SAK
ETAP tidak mengatur mengenai akuntansi untuk entitas koperasi dan entitas
nirlaba tersebut. Atau dengan kata lain, PSAK 27 dan PSAK 45 bukan merupakan
bagian dari SAK ETAP.
Pertanyaan : melihat kondisi di atas, apakah entitas koperasi dan
organisasi nirlaba dapat menerapkan SAK ETAP dalam pencatatan
akuntansi dan pelaporan keuangannya ?

Untuk menjawab pertanyaan ini, DSAK IAI pada tanggal 11 Agustus 2011
telah menerbitkan Buletin Teknis 6: Keterterapan SAK ETAP untuk Entitas
Koperasi dan Entitas Nirlaba. Dalam buletin teknis tersebut antara lain dijelaskan
bahwa :

16
Dalam SAK ETAP Bab 1 tentang ruang lingkup mengatur bahwa entitas
yang dapat menerapkan SAK ETAP adalah entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan
umum (general purpose financial statement). Entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan jika bukan entitas yang telah mengajukan
pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran,
pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar
modal; atau bukan entitas yang menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia
untuk sekelompok besar masyarakat.
Dalam SAK ETAP Bab 9 tentang kebijakan dan estimasi akuntansi dan
kesalahan dinyatakan bahwa entitas yang menerapkan SAK ETAP, dalam
mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi, untuk
mempertimbangkan persyaratan dan panduan dalam SAK non-ETAP yang
berhubungan dengan isu serupa dan terkait.
Berdasarkan pengaturan di atas, jika ada entitas koperasi dan entitas
nirlaba yang memenuhi syarat untuk menerapkan SAK ETAP, maka entitas
tersebut dapat menerapkan SAK ETAP.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk entitas
koperasi dan organisasi nirlaba dapat menerapkan SAK ETAP jika telah
memenuhi persyaratan sebagai entitas yang diperbolehkan untuk menggunakan
SAK ETAP sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam SAK ETAP tersebut.

2.3.2 Transisi Standar


Perusahaan dan organisasi yang boleh menerapkan PSAK-ETAP adalah
perusahaan yang memenuhi persyaratan :
a. Tidak memiliki akuntabilitas public signifikan (tidak mencatatkan saham di
Bursa Efek Indonesia, tidak menerbitkan obligasi dll)
b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum menerbitkan laporan
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi
pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak
terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga
pemeringkat kredit.

17
c. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan
SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan
penggunaan SAK ETAP.
Poin nomor tiga telah menjadi sebuah solusi yang banyak dipilih oleh
beberapa organisasi yang seharusnya menerapkan IFRS. Contohnya adalah Bank
Perkreditan Rakyat, lewat Surat Edaran Bank Indonesia no 11/37/DKBU
tertanggal 31 Desember 2009 tentang Penggunaaan Standar Akuntansi ETAP bagi
Bank Perkreditan Rakyat. Keputusan Menteri Keuangan No 76/PMK.05/2008
tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum
pasal 2 ayat 1 menyebutkan BLU menerapkan standar akuntansi keuangan yang
diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia sesuai dengan jenis
industrinya (dalam hal ini mengacu pada penerapan PSAK ETAP). Sehingga
seluruh rumah sakit dan perguruan tinggi milik pemerintah wajib menerapkan
PSAK ETAP.
Ketentuan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-05/MBU/2007
tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan menyebutkan Unit PKBL harus menyusun laporan
keuangan dan diaudit dengan mengacu pada ketentuan Standar Akuntansi
Keuangan yang dikeluarkan oleh IAI (dalam hal ini juga mengacu pada PSAK
ETAP). PSAK ETAP bersama PSAK No 45 (Revisi 2011) juga menjadi acuan
pelaporan organisasi nirlaba atau LSM. Namun pengguna utama PSAK ETAP
tentu saja adalah UKM. Saat ini diperkirakan ada kurang lebih 16,000 laporan
keuangan setiap tahun yang harus diaudit, 400 diantaranya adalah perusahaan
publik, berarti selebihnya adalah laporan yang boleh menggunakan PSAK ETAP.
Belum lagi laporan yang digunakan untuk kepentingan pelaporan dan
pertanggungjawaban yang tidak perlu diaudit, tentu jumlahnya akan sangat
banyak. Menurut perkiraan Kementrian UMKM saat ini ada kurang lebih 500,000
UKM yang memiliki badan hukum yang harus membuat laporan keuangan
minimal satu tahun sekali untuk kepentingan pelaporan pajak.

18
2.3.3 Sosialisasi SAK-ETAP
Sosialisasi SAK ETAP di kalangan UKM dapat dilakukan oleh pihak
terkait dan berkepentingan seperti pihak Kementerian Koperasi dan UKM,
organisasi akuntan (IAI) atau pun perguruan tinggi. Bahkan dalam konteks
keterlibatan perguruan tinggi, para mahasiswa & alumni khususnya jurusan
akuntansi akan dapat diberdayakan untuk membantu penerapan SAK ETAP
dikalangan UKM. Sudah barang tentu mahasiswa atau alumni terlebih dulu
mengikuti pembekalan program SAK ETAP. Keikutsertaan pihak kampus dalam
sosialisasi dan penerapan SAK ETAP sangat relevan dan tepat jika diinjau dari
dua hal. Pertama.
UKM akan memperoleh dukungan teknis cara menyajikan laporan
keuangan secara lebih professional. Kedua, kegiatan ini akan mampu
memanfaatkan atau mempekerjakan tenaga-tenaga terdidik sesuai keahliannya
secara proporsional, sekaligus dapat menurunkan tingkat/angka pengangguran
intelektual di Negara ini yang dari tahun ke tahun kian meningkat. Peluang ini
bisa disebut bentuk realisasi tri darma perguruan tinggi yang salah satunnya
adalah melakukan pengabdian pada masyarakat. Dengan demikian, civitas
akademika baik langsung maupun tidak langsung akan memperoleh pengalaman
menarik dan berharga tentang seluk beluk (dinamika) dunia usaha/industri.
Layanan konsultasi yang disediakan pihak perguruan tinggi juga akan mampu
mensinergikan dua kepentingan berbeda yakni UKM dan dunia pendidikan.
Hasil kerja para konsultan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan pihak
pimpinan atau pemilik usaha berskala UKM tersebut untuk pengembangan dan
konsolidasi usahanya. Pola kerjasama seperti ini layak ditiru dan dapat dijadikan
model kerjasama "simbiosis mutualistis" yang saling menguntungkan antara
dunia pendidikan (perguruan tinggi) dan dunia usaha (UMKM). Paling tidak ada
tiga manfaat yang akan diperoleh dari hasil kerjasama ini yaitu pertama, upaya
pemerintah dalam menekan pengangguran di Indonesia dapat terwujud. Kedua,
,anfaat bagi pendidikan adalah kualitas lulusan universitas dapat lebih meningkat
serta sesuai dengan kecakapan yang dibutuhkan di dunia kerja, Ketiga, pihak
UKM tentu akan memperoleh manfaat pendampingan dalam
menumbuhkembangkan manajemen bisnis secara akurat, tertata dan professional.

19
2.3.4 Dampak Terhadap Perpajakan
Awal-awal tahun 2012 merupakan merupakan hari-hari yang sibuk bagi
accounting manager mayoritas perusahaan yang berdomisili di Indonesia. Sampai
dengan akhir April 2012 mereka di haruskan mempersiapkan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2011. Tentunya
sebelum membuat SPT Tahunan PPh, para manager accounting itu harus
membuat Laporan Keuangan terlebih dahulu. Benar! Laporan Keuangan adalah
dasar pembuatan SPT Tahunan PPh bagi Wajib Pajak yang menyelenggarakan
pembukuan. Tentunya Laporan Keuangan tersebut harus sudah dilakukan
rekonsiliasi fiskal terlebih dahulu.
Tahun pajak 2011 adalah tahun pajak pertama kali bagi mayoritas Wajib
Pajak untuk membuat Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang mulai berlaku
efektif per 1 Januari 2010. Mayoritas Wajib Pajak di Indonesia adalah entitas
yang masuk dalam kategori ETAP ini, yaitu entitas tanpa akuntabilitas publik
yang signifikan.
Meskipun Otoritas Pajak (Direktorat Jenderal Pajak, Kemeterian
Keuangan RI) tidak disebutkan dalam SAK ini sebagai pengguna eksternal
Laporan Keuangan, namun sejatinya DJP merupakan pengguna ekternal juga dari
Laporan Keuangan ini karena seperti dijelaskan di atas, bahwa Laporan Keuangan
merupakan dasar pembuatan SPT, dan membuat serta melaporkan SPT
merupakan kewajiban bagi setiap Wajib Pajak.
Bagaimana implikasi perpajakannya? Dalam penjelasan Pasal 28 ayat 7
KUP dinyatakan bahwa “… pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau
sistem yang lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan, kecuali peraturan perundang-undangan perpajakan menentukan lain.”
Dari sini jelas bahwa jika Wajib Pajak tidak menerapkan salah satu dari tiga
standar akuntansi yang ada di Indonesia (SAK Syariah, SAK ETAP atau SAK
Non ETAP) maka dianggap bahwa Wajib Pajak tidak mematuhi Pasal 28 KUP.
Entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK-ETAP, harus
membuat Laporan Keuangan sebagaimana disyaratkan oleh par 3.12 SAK ETAP:
1. Neraca

20
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas, dan
5. Catatan atas Laporan Keuangan.
Meskipun dalam persyaratan kelengkapan SPT hanya disyaratkan Neraca
dan Laporan Laba Rugi, namun sesuai dengan SAK ETAP, seluruh komponen
Laporan Keuangan di atas wajib dibuat untuk dapat dinyatakan mematuhi SAK
ETAP ini. Jika tidak membuat Laporan Keuangan seperti yang disyaratkan dalam
SAK ETAP ini, maka jika Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan, akan dikenakan
sanksi kenaikan (bukan lagi sanksi bunga) karena tidak mematuhi Pasal 28
atau the worst case adalah dikenakan sanksi pidana Pasal 39 yaitu tidak
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia sehingga
menimbulkan kerugian pada negara. Meskipun Wajib Pajak berkilah sudah
melakukan pembukuan namun jika pembukuan yang diselenggarakannya tidak
mematuhi Standar Akuntansi Keuangan yang ada maka sanksi perpajakan akan
menunggu. Jadi untuk UKM, silakan pilih mana SAK ETAP atau SAK Lainnya?

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP) adalah standar akuntansi yang disusun sebagai acuan dan
dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik signifikan.
Materi SAK-ETAP lebih sederhana dari PSAK- IFRS, SAK-ETAP
cenderung menggunakan basis stewardship sebagai pertanggungjawaban
pengelola kepada stakeholder sehingga cenderung menggunakan prinsip
reliability, sedangkan PSAK-IFRS menggunakan prinsip relevan, SAK-ETAP
tidak mengatur pajak tangguhan, hanya menggunakan metode tidak langsung
untuk laporan arus kas, menggunakan cost model untuk investasi ke asosiasi dan
menggunakan metode ekuitas untuk anak perusahaan, tidak secara penuh
menggunakan PSAK 50/55, dan hanya menggunakan model cost untuk aset tetap,
aset tidak berwujud dan properti investasi.
Entitas yang dapat menerapkan SAK ETAP adalah entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk
tujuan umum. Jika ada entitas koperasi dan entitas nirlaba yang memenuhi syarat
untuk menerapkan SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menerapkan SAK-
ETAP. Untuk entitas koperasi dan organisasi nirlaba dapat menerapkan SAK-
ETAP jika telah memenuhi persyaratan sebagai entitas yang diperbolehkan untuk
menggunakan SAK-ETAP sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam SAK-
ETAP tersebut.
Pengguna utama PSAK-ETAP adalah UKM. Diperkirakan kurang lebih
16.000 laporan keuangan setiap tahun yang harus diaudit, 400 diantaranya adalah
perusahaan publik, berarti selebihnya adalah laporan yang boleh menggunakan
PSAK ETAP. UKM akan memperoleh dukungan teknis cara menyajikan laporan
keuangan secara lebih professional. Kegiatan ini akan mampu memanfaatkan atau
mempekerjakan tenaga-tenaga terdidik sesuai keahliannya secara proporsional,
sekaligus dapat menurunkan tingkat/angka pengangguran intelektual di Negara ini
yang dari tahun ke tahun kian meningkat.

22
untuk entitas koperasi dan organisasi nirlaba dapat menerapkan SAK
ETAP jika telah memenuhi persyaratan sebagai entitas yang diperbolehkan untuk
menggunakan SAK ETAP sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam SAK ETAP
tersebut

3.2 Saran
Berdasarkan hasil dari pembahasan yang telah dipaparkan penulis
mengenai penerapan SAK-ETAP, penulis mencoba memberikan saran-saran yang
diharapkan kedepannya dapat berguna bagi kemajuan para pengguna SAK-ETAP
adalah sebagai berikut :
Mempertahankan penerapan standar-standar akuntansi keuangan dalam
penyusunan leporan keuangan inti yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) secara
berkesinambungan, karena dengan dibuatnya laporan keuangan, pemilik daat
menganalisis dan mengevaluasi kinerja perusahaan.

23
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/etap
 https://www.kompasiana.com/satrionuswan/57429393307a617b0660335f/
memahami-sak-entitas-tanpa-akuntabilitas-publik-etap
 https://idiotsbrainn.blogspot.com/2016/06/seminar-akuntansi-sak-
etap.html
 https://keuanganlsm.com/perbedaan-sak-etap-dengan-psak/
 https://www.scribd.com/document/372472559/Isu-Isu-SAK-ETAP
 https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/674
2/Bab%205.pdf?sequence=13

24

Anda mungkin juga menyukai