PENDAHULUAN
Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP) telah
disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Mei 2009. SAK
ETAP ini berlaku secara efektif untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada
atau setelah 1 januari 2011 dan penerapan dini diperkenankan.
Standar Akuntansi yang berbasis IFRS (SAK Umum) ditujukan bagi entitas yang
mempunyai tanggug jawab publik signifikan dan entitas yang banyak melakukan kegiatan
lintas negara. SAK Umum tersebut rumit untuk dipahami serta diterpkan oleh sebagian
besar entitas usaha di Indonesia yang berskala kecil dan menengah. Dalam berbagai hal
SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk suatu entitas dibandingkan dengan
SAK Umum yang ketentuan pelaporannya lebih kompleks.
Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP, maka standar ini dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang
dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Contoh
pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha,
kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Namun, entitas yang mempunyai tanggung jawab publik yang signifikan dapat juga
menggunakan SAK ETAP apabila diizinkan oleh regulator. Contohnya adalah Bank
Pengkreditan Rakyat yang telah diizinkan oleh Bank Indonesia menggunakan SAK ETAP
mulai 1 januari 2010 sesuai dengan SE No.11/37/DKEU tanggal 31 Desember 2009.
2.1 Definisi dan Ruang lingkup Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik dan Entitas
Nirlaba
2.1.1 Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas ublik (SAK ETAP)
mendefinisikan entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP) sebagai entitas yang:
1. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement)
bagi pengguna eksternal. Pengguna eksternal dalam hal ini antara lain pemilik yang tidak
terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
SAK ETAP menyatakan bahwa suatu entitas memiliki akuntabilitas publik yang signifikan
jika:
1. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan
pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di
pasar modal; atau
2. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun,
reksa dana dan bank investasi.
2.2 Standar Pelaporan Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik dan Entitas
Nirlaba
2.2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
merupakan salah satu pilar akuntansi Indonesia. SAK ETAP dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) pertama kali pada bulan Mei 2009 untuk penerapan efektif pada penyusunan
laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Entitas yang termasuk
ETAP, namun memilih menggunakan SAK Umum pada tahun 2011, maka harus
menggunakan SAK Umum secara konsisten pada periode-periode setelahnya.
SAK ETAP memuat 30 bab pengaturan. Standar ini berlaku untuk entitas yang
memenuhi definisi ETAP sesuai Bab 1: Ruang Lingkup di SAK tersebut. Entitas yang
tergolong entitas nirlaba, sepanjang memenuhi ruang lingkup ETAP, dapat menerapkan SAK
ETAP ini dengan tetap mengacu pada PSAK 45: Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba untuk
aspek pelaporannya. Entitas yang berada diluar ruang lingkup ETAP juga dapat
menggunakan SAK ETAP apabila regulator terkait mengijinkan. Sebagai contoh, Bank
Perkreditan Rakyat, walaupun menguasai aset sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat sehingga tidak termasuk ETAP, telah diijinkan oleh Bank Indonesia
menggunakan SAK ETAP mulai 1 januari 2010 sesuai dengan SE No. 11/37/DKBU tanggal
31 Desember 2009.
SAK ETAP muncul karena beberapa alasan ketidakterterapan PSAK berbasis IFRS
bagi entitas kecil dan menengah, diantaranya:
1. PSAK berbasis IFRS sulit diterapkan oleh entitas kecil dan menengah mengingat
penentuan fair value memerlukan biaya yang tidak murah.
2. PSAK berbasis IFRSrumit dalam implementasinya, contohnya PSAK 50 dan PSAK 55
yang sudah disahkan pada tahun 2006 namun implementasinya ditunda hingga 2010 untuk
memberikan waktu bagi pengguna mempelajarinya lebih lanjut.
3. PSAK berbasis IFRS menggunakan principle based sehingga membutuhkan banyak
professional judgement.
4. PSAK berbasis IFRS perlu dokumentasi dan IT yang kuat, yanng tidak selalu dimiliki oleh
usaha kecil dan menengah.
SAK ETAP mengadopsi IFRS for SME dengan beberapa penyederhanaan.
Penyederhanaan dalam SAK ETAP memudahkan entitas dalam penyusunan laporan
keuangannya. Auditor yang mengaudit entitas tersebut juga mengacu pada SAK ETAP
dalam mengaudit dan menyebutkan hal tersebut di dalam laporan auditnya.
2.4.2 Neraca
Informasi yang disajikan dalam neraca menurut SAK ETAP minimal mencakup:
1. Kas dan setara kas
2. Piutang usaha dan piutang lainnya
3. Persediaan
4. Properti investasi
5. Aset tetap
6. Aset tidak berwujud
7. Utang usaha dan utang lainnya
8. Aset dan kewajiban pajak
9. Kewajiban disetimasi
10. Ekuitas
Minimum line item ini lebih sedikit dibandingkan yang disyaratkan dalam PSAK 1. SAK
ETAP tidak mengatur urutan format dan pos dalam neraca, seperti halnya PSAK juga tidak
mengatur format atau urutan tersebut.
Informasi yang disajikan di neraca atau catatan atas laporan keuangan secara
substantif sama dengan pengaturan dalam PSAK 1. Namun, SAK ETAP memisahkan
pengungkapan yang diperlukan untuk entitas yang berbentuk Perseroan Terbatas atau PT
(mengungkapkan rincian setiap kelompok modal saham dan penjelasan cadangan ekuitas)
dan yang bukan berbentuk PT (mengungkapkan rincian informasi modal yang setara dengan
PT). Pemisahan ini tidak ada dalam PSAK 1.
2.4.4 Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba
Pengaturan tentang laporan perubahan ekuitas di SAK ETAP secara umum serupa
dengan PSAK 1. Laporan perubahan ekuitas perlu menyajikan:
1. Laba atau rugi untuk periode
2. Pendapatan dan beban yanng diakui langsung dalam ekuitas
3. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi
kesalahan yang diakui sesuai Bab 9 kebijakan akuntansi, estimasi, dan kesalahan
4. Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir
periode
Poin ke dua diatas merupakan hal yang berbeda dengan PSAK 1. PSAK 1 mengatur
tentang penyajian masing-masing penghasilan komprehensif lain, sementara karena tidak ada
penghasilan komprehensif lain di SAK ETAP, maka informasi tersebut otomatis tidak diatur.
Sebagai gantinya, SAK ETAP mengatur bahwa laporan perubahan ekuitas perlu
menunjukkan pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas yang mana pada
hakikatnya serupa dengan penghasilan komprehensif lain.
Laporan kedua dalam bab ini, yaitu laporan laba rugi dan saldo laba, merupakan laporan
yang khas dalam SAK ETAP. Laporan ini terkait dengan penjelasan Laporan Keuangan
Lengkap dalam Bab 3, dan tidak terdapat dalam PSAK 1. Jika entitas memenuhi kriteria
dalam bab 3 tersebut dan membuat laporan laba rugi dan saldo laba, make entitas menyajikan
dalam laporan tersebut dalam pos-pos berikut sebagai tambahan atas informasi yang telah
disyaratkan dalam laporan laba rugi:
1. Saldo laba pada awal periode pelaporan
2. Dividen yang diumumkan dan dibayarkan atau terutang selama periode
3. Penyajian kembali saldo laba setelah koreksi kesalahan periode lalu
4. Penyajian kembali saldo laba setelah perubahan kebijakan akuntansi
5. Saldo laba pada akhir periode pelaporan
2.5.2. Persediaan
SAK ETAP mengatur bahwa entitas harus mengukur nilai persediaan pada nilai mana
yang lebih rendah antara biaya perolehan dan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan
dan menjual. SAK ETAP juga hanya mengijinkan penggunaan rumus biaya masuk-pertama
keluar-pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang, dan tidak memperkenankan masuk-
terakhir keluar-pertama (MTKP) seperti halnya PSAK 14. Selain itu SAK ETAP juga
mengatur mengenai biaya persediaan, penurunan nilai serta pemulihan rugi penurunan nilai,
pengakuan sebagai beban, dan pengungkapan dengan substansi yang serupa dengan PSAK
14. Satu hal yang tidak diatur dalam SAK ETAP adalah persediaan pialang-pedagang
komoditi menggunakan nilai wajar.
2.5.3. Investasi Pada Entitas Asosiasi, Entitas Anak, Joint Venture, dan Properti
Investasi
Investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak diatur dalam Bab 12 SAK ETAP.
Pengertian entitas asosiasi dan entitas anak dalam bab ini sejalan dengan pengertian daslam
SAK, entitas asosiasi adalah entitas dimana investor memiliki pengaruh signifikan dan entitas
anak adalah entitas yang dikendalikan oleh entitas induk. Namun, ketentuan tentang pengaruh
signifikan dan pengendalian dalam SAK ETAP lebih sederhana, misalnya dengan tidak
adanya pengaturan mengenai hak suara potensial. Sedangkan perlakuan akuntansi untuk
investasi ini sangat berbeda dengan PSAK.
Investasi pada entitas di PSAK 15 dicatat menggunakan metode ekuitas (equity
method), sementara investasi pada entitas asosiasi di SAK ETAP dicatat menggunakan
metode biaya (cost method). Terkait entitas anak, PSAK 65 mengharuskan entitas anak
dikonsolidasikan dalam laporan keuangan investor, sementara SAK ETAP tidak mengenal
konsolidasi. SAK ETAP mengharuskan investasi pada entitas anak dicatat dengan metode
ekuitas namun tidak dikonsolidasikan.
Investasi pada joint venture yang diatur dalam Bab 13 pengaturannya tidak jauh
berbeda dengan PSAK 15. SAK ETAP mendefinisikan joint venture sebagai perjanjian
bersama dimana para pihak memiliki pengendalian bersama atas pengaturan (arrangement)
serta memiliki hak atas aset neto dari pengaturan. PSAK mensyaratkan pencatatan transaksi
joint venture menggunakan metode ekuitas sementara SAK ETAP menerapkan metode biaya.
SAK ETAP juga mengatur transaksi antar venture dan joint venture.
2.6.4. Mata Uang Pelaporan dan Transaksi dalam mata Uang Asing
Substansi pengaturan terkait mata uang pelaporan dalam SAK ETAP secara garis
besar serupa dengan pengaturan dalam PSAK 10, hanya terdapat beberapa perbedaan minor.
SAK ETAP memiliki definisi mata uang fungsional, mata uang pelaporan, dan mata uang
pencatatan, sedangkan istilah mata uang pencatatan tidak digunakan dalam PSAK 10.
Namun, karena mata uang pencatatan harus sama dengan mata uang pelaporan, secara
substansi tidak ada perbedaan antara SAK ETAP dengan PSAK 10. Selain itu, SAK ETAP
mengatur bahwa jika entitas menggunakan mata uang selain mata uang lokal sebagai mata
uang pelaporan, maka mata uang tersebut harus merupakan mata uang fungsional. Pengaturan
ini berbeda dengan PSAK 10 yang menyebutkan bahwa entias dapat menyajikan laporan
keuangan dalam mata uang (atau beberapa mata uang) selain mata uang fungsional.
Perbedaan lainnya adalah SAK ETAP tidak mengatur mengenai penjabaran kegiatan
usaha luar negeri dan pengaruh pajak atas semua selisih nilai tukar. Pengaturan lainnya secara
substantif sama, antara lain tentang penentuan mata uang fungsional, pengakuan awal
transaksi dalam mata uang asing, dan pelaporan pada akhir periode pelaporan dimana laba
rugi selisih kurs dapat diakui dalam laba rugi ataupun ekuitas (other comprehensive income
dalam PSAK 10) sesuai dengan aset yang terkait.
Sebagai tambahan, SAK ETAP mengatur penentuan saldo awal untuk tujuan
pencatatan akuntansi dimana perlu dilakukan pengukuran kembali atas akun-akun laporan
keuangan seolah-olah mata uang fungsional tersebut telah dilakukan sejak tanggal terjadinya
transaksi. Pengukuran kembali tersebut dilakukan secara retrospektif untuk membuat
penyajian komparatif jika periode yang diperbandingkan tidak menggunakan mata uang
fungsional.
2.6.5. Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan dan Pengungkapan Pihak-Pihak
yang Mempunyai Hubungan Istimewa
SAK ETAP mengatur peristiwa setelah akhir periode pelaporan dengan substansi
yang serupa dengan SPAK 8, dimana ada pengaturan untuk peristiwa yang memerlukan
penyesuaian dan yang tidak memerlukan penyesuaian. Hanya saja SAK ETAP tidak
mengatur secara spesifik tentang kelangsungan usaha seperti yang diatur dalam PSAK 8, dan
justru mengatur dividen yang diumumkan setelah tanggal pelaporan dalam subbab sendiri.
Sementara terkait pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
pengaturan dalam SAK ETAP juga sejalan dengan pengaturan dalam PSAK 7, baik
pengertian pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, maupun pengungkapan yang
diperlukan. Hanya saja SAK ETAP tidak mengatur spesifik mengenai entitas yang
mempunyai hubungan istimewa dengan pemerintah, dan justru mengatur pengungkapan
kompensasi manajemen kunci dalam sub pengaturan tersendiri dalam bagian pengungkapan.
Pada tahap ini peneliti melakukan pencatatan bukti-bukti transaksi di UMKM. transaksi
yang dicatat dibuktikan dengan faktur, bukti transfer, nota, kuitansi dan lain-lain. Setelah itu
bukti-bukti diurutkan sesuai urutan waktu terjadinya transaksi dengan membuat penjurnalan
pada akun-akun tertantu. Kemudian di posting ke buku besar masing-masing akun.
Dari jurnal dan buku besar maka peneliti menyusun neraca saldo sebelum disesuaikan,
setelah itu buat jurnal penyesuaian yang digunakan untuk menyesuaikan jumlah nominal
yang sebenarnya dengan jumlah yang da pada pencatatan transaksi yang telah dibuat. Setelah
semua ayat jurnal penyesuaian dibuat dan diposting ke buku besar maka neraca saldo dibuat
dari akun-akun buku besar dan dinamakan neraca saldo setelah penyesuaian. Pada tahap ini
peneliti menyusun kertas kerja yang berisi neraca saldo sebelum disesuaikan, penyesuaian,
neraca saldo setelah penyesuaian, laba-rugi dan neraca. Kertas kerja ini disusun untuk
mempermudah penyusunan laporan keuangan UMKM.
1.3.Tahap pelaporan
2) Laporan Laba Rugi. Laporan Laba Rugi Pada laporan laba rugi menyajikan informasi
tentang :
a) Pendapatan
b) Beban keuangan
c) Beban pajak
3) Catatan Atas Laporan Keuangan. Catatan atas laporan keuangan UMKM memuat :
a) Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai SAK EMKM
b) Ikhtisar kebijakan akuntansi
c) Informasi tambahan dan rincian pos tertentu yang menjelaskan transaksi penting
dan material sehingga bermanfaat bagi pengguna untuk memahami laporan keuangan.
Contoh Kasus:
1. Profil Perusahaan
Surf Aid International Incorporated ("Yayasan") didirikan pada tanggal 26 Januari
2000 di New Zealand berdasarkan Incorporated Societies Act tahun 1908. Anggaran
dasar Yayasan mengalami perubahan pada tanggal 19 April 2001 dalam rangka
perubahan tujuan Yayasan. Perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari
Menteri Perdagangan New Zealand.
Di Indonesia, kegiatan Surf Aid International didasarkan atas Memorandum Saling
Pengertian antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan Surf Aid
International tentang Promosi Peningkatan Kesehatan Masyarakat dan Kesiapsiagaan
Bencana pada tanggal 15 November 2010, dan berlaku 3 tahun sampai dengan tanggal 15
November 2013.
Tujuan Yayasan adalah sebagai organisasi amal nirlaba yang memberikan bantuan
medis dan program pendidikan lainnya kepada masyarakat yang berada di lokasi-lokasi
surfing dan juga kepada masyarakat di sekitarnya termasuk pelatihan medis kepada
operator surfing dan penyedia jasa akomodasi.
Susunan pengurus pada 31 Maret 2012 adalah sebagai berikut:
a. Ketua : Dr. Steve Hathaway
b. Anggota : Karl Luber
c. Anggota : Paul Riehie
d. Anggota : Harry Hodge
e. Anggota : Ray Wilson
Nilai perusahaan
Visi dari yayasan Surf Aid International Incorporated yaitu masyarakat yang sehat dan
tangguh di daerah terpencil. Misinya adalah untuk meningkatkan kesehatan,
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat yang tinggal di daerah terpencil yang
terhubung melalui surfing.
a. Pemberdayaan Masyarakat
Kami akan menciptakan peluang untuk belajar dan bekerja bersama-sama mencapai
tujuan bersama, mendorong orang untuk mengambil peran aktif dalam membangun
masyarakat yang sehat dan tangguh mereka sendiri.
b. Persamaan
Semua orang memiliki hak untuk mengakses pelayanan dasar yang berkualitas
terlepas dari mana mereka tinggal. Kami percaya semua orang dapat berkontribusi
untuk pembangunan mereka sendiri, diberikan kesempatan yang tepat dan suara untuk
berbagi tantangan mereka, ide-ide dan kebijaksanaan. SurfAid menghormati nilai-
nilai dan adat istiadat setempat dan akan menemukan cara-cara kreatif untuk
memperkaya, bukan perubahan, budaya lokal.
c. Kemtiraan / Kolaborasi
SurfAid mengerti bahwa sendiri saja kita hanya bisa berkontribusi untuk perubahan
positif. Untuk membawa perubahan kita bekerja dengan masyarakat, departemen
pemerintah daerah, influencer lokal dan para pengambil keputusan abadi. Tujuan kami
adalah untuk menjadi inklusif mungkin, mendengarkan semua pemangku kepentingan
kami.
d. Akuntabilitas
Kami menyadari bahwa kami hanya penjaga dana yang dipercayakan kepada kita
untuk memberikan perubahan positif bagi masyarakat terpencil. Kami berkomitmen
untuk menjadi pelayan yang luar biasa dari dana donor kami dan dengan demikian
akan menggunakan dana dengan cara yang paling efektif dan efisien. Kami berusaha
untuk secara akurat mengukur dampak kami sebagai organisasi dan menjadi benar-
benar bertanggung jawab kepada mitra kami dan orang-orang yang kita layani.
e. Profesionalisme
Kami bercita-cita untuk memberikan program yang paling efektif, menggunakan
standar tertinggi praktek pembangunan, dan diakui oleh akreditasi yang relevan dan
badan-badan profesional.
Pendekatan yang dilakukan
SurfAid adalah organisasi pembangunan internasional yang didedikasikan untuk memperkaya
kehidupan, dan meningkatkan pilihan rakyat dan kemungkinan untuk mewujudkan potensi
mereka. Kami bekerja dengan, dan mendukung, masyarakat - dari ide untuk sebuah
program untuk pelaksanaan program.
a. Mendukung “Perubahan Positif”
Definisi paling sederhana dari pengembangan masyarakat adalah 'perubahan positif'.
SurfAid mendukung membawa perubahan positif bagi masyarakat terpencil. SurfAid
berkontribusi terhadap upaya masyarakat untuk memelihara perubahan positif, dan
memastikan kepemilikan lokal sehingga perubahan dapat dipertahankan baik di luar
kehidupan proyek. Kami berharap untuk melihat dampak dari pekerjaan kami
memperpanjang untuk generasi mendatang.
b. Hubungan Saling Menghormati
Dukungan yang berkelanjutan dari komunitas peselancar, dan banyak lainnya, telah
memungkinkan SurfAid untuk memberikan program pembangunan kaliber tertinggi.
Hal ini didorong oleh hubungan yang dibangun di atas saling menghormati dengan
orang-orang lokal. Kami bertujuan untuk memiliki hubungan yang memastikan
keterlibatan jangka panjang, meningkatkan belajar dengan mitra kami, beradaptasi,
dan menarik dan mempertahankan staf yang berkualitas tinggi dan integritas.
c. Komitmen
SurfAid memberikan prioritas tertinggi untuk kebutuhan orang yang bekerja dengan
kita dan kami berkomitmen untuk lokasi terpencil di mana mereka tinggal. Kami
bekerja sama dengan mitra lokal kami di identifikasi proyek, penilaian, desain dan
persiapan, pelaksanaan, sampai ke penyelesaian dan evaluasi dampak.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Modul Chartered Accountant : Pelaporan Korporat. Ikatan
Akuntan Indonesia: Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik. Ikatan Akuntan Indonesia: Jakarta
http://gemar-akuntansi.blogspot.co.id/2016/05/pelaporan-keuangan-etap-dan-
nirlaba.html?m=1
http://zahiraccounting.com/id/blog/pembukuan-sederhana-untuk-perusahaan-nirlaba/.Diakses
28 Februari 2018
https://www.scribd.com/document/292047405/Akuntansi-UMKM-SAK-ETAP.Diakses 28
Februari 2018