Anda di halaman 1dari 3

Definisi dan Ruang Lingkup Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik dan Entitas Nirlaba

3.1.1 Definisi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) mendefinisikan
entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP) sebagai entitas yang:

1. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan


2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement)
bagi pengguna eksternal. Pengguna eksternal dalam hal ini antara lain adalah pemilik yang
tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

SAK ETAP menyatakan bahwa suatu entitas memiliki akuntabilitas publik yang signifikan jika:

1. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan
pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di
pasar modal; atau
2. . Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, a bank eperti bank, entitas asuransi, pialang adan atau pedagang efek, dana
pensiun, reksa dana dan be investasi.

3.1.2 Definisi Entitas Nirlaba

Entitas nirlaba merupakan entitas yang tidak berorientasi pada laba namun tetap memiliki kewajiban
untuk mempertanggungjawabkan pemanfaatan sumber daya yang dikelolanya kepada penyandang dana
dan society. Salah satu media pertanggunggjawabannya adalah Laporan Keuangan.

Berikut adalah karakteristik entitas nirlaba menurut PSAK 45: Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba:

1. Sumber daya entitas nirlaba berasal dari parapenyumbang yang mengharapkan


pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika entitas nirlaba
menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas
nirlaba tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada entitas bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan
dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan
tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas nirlaba pada saat
likuidasi atau pembubaran entitas nirlaba.

Tri Purwanto menyatakan bahwa Entitas nirlaba dikelola dengan dasar :

 kewajaran (fairness),
 transparansi, akuntabilitas,
 tanggung jawab (responsibility),
 kebutuhan komunitas (community needs),
 inisiatif, dan komunikasi
3.2.1 Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik

SAK ETAP merupakan salah satu pilar akuntansi di Indonesia. SAK ETAP dikeluarkan oleh ikatan
akuntan Indonesia (IAI) pada bulan mei 2009 untuk penerapan efektif pada laporan keuangan yang
dibulai pada atau setelah 11 Januari 2011.

ETAP muncul karena alasan ketidakterapan PSAK berbasis IFRS bagi entitas kecil dan menengah,
diantaranya :
1. PSAK – IFRS based sulit diterapkan bagi perusahaan menengah kecil mengingat penentuan fair
value memerlukan biaya yang tidak murah. ƒ
2. PSAK – IFRS rumit dalam implementasinya implementasinya seperti kasus PSAK 50 dan PSAK
55 meskipun sudah disahkan tahun 2006 namun implementasinya tertunda bahkan 2010 sudah
keluar PSAK 50 ( PSAK 50 (revisi ). ƒ
3. PSAK – IFRS menggunakan principle based sehingga membutuhkan banyak professional
judgement.
4. PSAK – IFRS perlu dokumentasi dan IT yang kuat

3.2.2 Sak Umum dan PSAK 45

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), PP 71 tahun 2010, digunakan untuk entitas Pemerintah
Pusat dan Daerah dalam menyusun laporan keuangan. Standar berbasis Akrual, dengan referensi
utama IPSAS / International Public Sector Accounting Standards.

3.3 Konsep dan Prinsip Pervasif

BAB 2 SAK ETAP yang berjudul “ Konsep dan Prinsip Pervasif” memuat informasi seperti kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan (KDPPLK) dan SAK Umum, hanya saja dalam versi yang
lebih sederhana, berikut informasinya :

Anda mungkin juga menyukai