Anda di halaman 1dari 13

Ringkasan Materi Kuliah (RMK)

Akuntansi Sektor Publik

AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA


Dosen Pembina:
Dr. Endar Pituringsih, SE., M.Si., Ak., CA.
Rr. Sri Pancawati M., SE., M.Sc., Ak., CA.

Disusun oleh:
KELOMPOK VII
(STAR-BPKP BATCH IV)

1. Andi Arief Sanjaya


2. I Putu Budiasa
3. Syabaruddin

(I2F015004)
(I2F015014)
(I2F015039)

FAKULTAS EKONOMI

MATARAM
2015
1

RINGKASAN MATA KULIAH: AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Oleh: Kelompok VII
Batch IV/Kelas B

AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA


I. PENDAHULUAN
Organisasi nirlaba memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan organisasi
yang berorientasi kepada laba. Dalam menjalankan kegiatannya, organisasi nirlaba tidak
semata-mata digerakkan oleh tujuan untuk mencari laba. Meski demikian not-forprofit juga harus diartikan sebagai not-for-loss. Oleh karena itu, organisasi nirlaba
selayaknya pun tidak mengalami defisit. Adapun bila organisasi nirlaba memperoleh
surplus, maka surplus tersebut akan dikontribusikan kembali untuk pemenuhan
kepentingan publik, dan bukan untuk memperkaya pemilik organisasi nirlaba tersebut.
Dalam hal kepemilikan, kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat
dijual, dialihkan, atau ditebus kembali sebagaimana pada organisasi bisnis. Selain itu,
kedua jenis organisasi tersebut bereda dalam hal cara organisasi memperoleh sumber
daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi
nirlaba umumnya memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan donatur
lain, yang idealnya, tidak mengharapkan adanya pengembalian atas donasi yang mereka
berikan.
Lebih lanjut, walaupun tidak meminta adanya pengembalian, namun para donatur
sebagai salah satu stakeholder utama organisasi nirlaba tentunya mengharapkan adanya
pengembalian atas sumbangan yang mereka berikan. Para donatur ini, baik
mempersyaratkan atau tidak, tentu tetap menginginkan pelaporan serta pertanggungjawaban yang transparan atas dana yang mereka berikan. Para donatur ingin mengetahui
bagaimana dana yang mereka berikan dikelola dengan baik dan dipergunakan
untuk memberi manfaat bagi kepentingan publik.
Untuk itu, organisasi nirlaba perlu menyusun laporan keuangan. Hal ini bagi
sebagian organisasi nirlaba yang scope-nya masih kecil serta sumber dayanya masih
belum memadai, mungkin akan menjadi hal yang menantang untuk dilakukan. Terlebih
karena organisasi nirlaba jenis ini umumnya lebih fokus pada pelaksanaan program
ketimbang mengurusi administrasi. Namun, hal tersebut tidak boleh dijadikan alasan
karena organisasi nirlaba tidak boleh hanya mengandalkan pada kepercayaan yang
2

diberikan para donaturnya. Akuntabilitas sangat diperlukan agar dapat dapat


memberikan informasi yang relevan dan dapat diandalkankepada donatur, regulator,
penerima manfaat dan publik secara umum.

II. ORGANISASI NIRLABA


Karakteristik entitas nirlaba berbeda dengan entitas bisnis. Perbedaan utama yang
mendasar terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang dibutuhkan
untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba atau organisasi yang
tidak bertujuan memupuk keuntungan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para
pendiri atau pemilik entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus
kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian
sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.
Organisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu entitas pemerintahan
dan entitas nirlaba non pemerintah. Organisasi nirlaba dipandang amat berbeda dengan
organisasi komersial oleh pelanggan, donatur dan sukarelawan, pemerintah, anggota
organisasi dan karyawan organisasi nirlaba.

III. DASAR PEMIKIRAN AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA


Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintah
(KSAP). Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau semacamnya,
memberi pelayanan masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan mampu memaksa
pembayar pajak untuk mendukung keuangan pernerintah tanpa peduli bahwa imbalan
bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak memadai.
International Federation of Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public Sector
Committee (PSC) yang bertugas menyusun International Public Sector Accounting
Standard (IPSAS). Istilah sektor publik di sini berarti pemerintah nasional, pemerintah
regional (misalnya negara bagian, daerah otonom, provinsi, daerah istimewa),
pemerintah lokal (misalnya kota mandiri) dan entitas pernerintah terkait (misalnya
3

perusahaan negara, komisi khusus). Dengan demikian PSC tidak menyusun standar
akuntansi sektor publik non-pemerintah.
Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk legal dan
bentuk kegiatan. Contoh entitas legal adalah:
1) Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola pmerintah, seperti
BUMN Persero; entitas komersial swasta, misalnya CV, NV, Firma, usaha
perorangan, UD;
2) Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas
nirlaba swasta, misalnya yayasan, partai politik, lembaga swadaya
masyarakat
Pembagian entitas komersial dan nirlaba berdasarkan bidang bentuk kegiatan/
bidang usaha tidak disarankan. Rumah sakit dan museum pemerintah pada umumnya
nirlaba, namun rumah sakit dan museum swasta mungkin nirlaha atau komersial.

IV. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA


Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial
Accounting Standards Board (FASB, 1980) mengeluarkan Statements of Financial
Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan keuangan untuk
organisasi nonbisnis/nirlaba (objectives of financial reporting by nonbusiness
organizations). Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4 tersebut
adalah:
a) Memberikan informasi bagi pemakai dalam pembuatan keputusan yang rasional
mengenai alokasi sumber daya organisasi.
b) Memberikan informasi untuk menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi
nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.
c) Memberikan informasi yang bermanfaat dalam menilai kinerja manajer organisasi
non-bisnis serta aspek kinerja lainnya.
d) Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, data kekayaan
bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dan kejadian ekonomi
yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut.
e) Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode melalui
pengukuran secara periodik atas sumher kekayaan bersih organisasi serta informasi
mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi.
f) Memherikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran
4

kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas
organisasi.
g) Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam
memahami informasi keuangan yang diberikan.

V. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) 45


PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba diterbitkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia untuk memfasilitasi seluruh organisasi nirlaba nonpemerintah.
Dalam PSAK karakteristik entitas nirlaba ditandai dengan perolehan sumbangan untuk
sumber daya utama (aset), penyumbang bukan pemilik entitas dan tak berharap akan
hasil, imbalan, atau keuntungan komersial.
Entitas nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan pendapatan dari jasa yang
diberikan kepada publik, walaupun pendapatannya tidak dimaksud untuk memperoleh
laba. Laporan keuangan entitas nirlaba bertugas mengukur jasa atau manfaat entitas dan
menjadi sarana pertanggungjawaban pengelola entitas dalam bentuk pertanggungjawaban harta-utang (neraca), pertanggungjawaban kas (Arus Kas), dan Laporan
Aktivitas.
Terikat dengan misi entitas, maka pendapatan utama disajikan bruto, sedang
pendapatan investasi disajikan secara neto setelah dikurangi beban investasi. Informasi
tercapainya program amat penting dalam laporan keuangan, yang menggambarkan
efektivitas beban dan manfaat yang dirasakan penikmat jasa utama entitas. Arus kas
amat penting menggambarkan kualitas pertanggungjawaban manajemen keuangan di
mata para donatur.
Begitu pentingnya donatur sehingga sumbangan bukan kas perlu dipaparkan
dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), yang memberi harkat khusus CALK
dalam laporan keuangan nirlaba setara dengan Neraca dan Laporan Kegiatan.
Secara ringkas menurut PSAK 45, organisasi nirlaba perlu menyusun setidaknya 4
jenis laporan keuangan sebagai berikut:
1. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan
2. Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan
4. Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
5. Catatan atas laporan keuangan
Dari keempat jenis laporan tersebut, dapat dicermati bahwa laporan keuangan
organisasi nirlaba mirip dengan organisasi bisnis, kecuali pada 3 hal utama, yaitu:

1 Komponen laporan posisi keuangan organisasi nirlaba memiliki beberapa


keunikan bila dibandingkan dengan komponen laporan keuangan organisasi
bisnis. Hal ini akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
2 Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan laba rugi, namun laporan ini dapat
dianalogikan dengan laporan aktivitas. Informasi sentral dalam laporan laba rugi
umumnya terletak pada komponen laba atau rugi yang dihasilkan organisasi bisnis
dalam satu periode. Sementara itu, informasi sentral dalam laporan aktivitas
terletak pada perubahan aset neto yang dikelola oleh organisasi nirlaba.
3 Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan perubahan ekuitas sebagaimana
layaknya organisasi bisnis. Hal ini disebabkan organisasi nirlaba tidak dimiliki
oleh entitas manapun. Ekuitas dalam organisasi nirlaba bisa dianalogikan dengan
Aset neto (sumber daya) yang akan disajikan pada laporan aktivitas. Aset neto
tersebut terdiri dari dua jenis, sebagaimana dijelaskan berikut ini:
a.Aset neto tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak
dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali.
b. Aset neto terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk
tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali. Pembatasan sumber daya tersebut dapat bersifat
permanen atau temporer
(1) Aset neto terikat temporer adalah sumber daya yang pembatasan
penggunaannya dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau
sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu. Pembatasan penggunaan
ini bisa ditetapkan oleh donatur maupun oleh organisasi nirlaba itu
sendiri (misal: untuk melakukan ekspansi, atau untuk membeli aset
tertentu).
(2) Aset neto terikat permanen adalah sumber daya yang pembatasan
penggunaannya dipertahankan secara permanen. Namun demikian,
organisasi nirlaba diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua
penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya
tersebut. Contoh: aset jenis ini adalah dana abadi, warisan, maupun
wakaf.
Meski PSAK 45 didedikasikan bagi organisasi nirlaba, namun standar ini juga
dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah, dan unit-unit sejenis lainnya. Namun perlu
dicatat bahwa penerapan pada organisasi selain nirlaba tersebut hanya dapat dilakukan
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6

VI. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA MENURUT


PSAK 45
Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan
untuk memenuhi kepentingan pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali, anggota, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya
bagi entitas nirlaba.
a) Pihak pengguna laporan keuangan memiliki kepentingan bersama dalam rangka
menilai:
b) Jasa yang diberikan oleh entitas dan kemampuannya untuk terus memberikan
jasa tersebut;
c) Cara manajer melaksanakan tanggungjawab dan aspek lain dari kinerjanya.
Secara rinci, tujuan laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan,
adalah untuk menyajikan informasi mengenai:
a) Jumlah dan sifat aset, liabilitas, dan aset neto entitas nirlaba;
b) Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah nilai dan sifat aset neto;
c) Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu periode
dan hubungan antar keduanya;
d) Cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh
pinjaman dan melunasi pinjamanm dan faktor lain yang berpengaruh terhadap
likuiditasnya;
e) Usaha jasa entitas nirlaba.
Setiap laporan menyediakan informasi yang berbeda, dan informasi dalam laporan
keuangan biasanya melengkapi informasi dalam laporan keuangan yang lain.

VII. LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA


Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada
akhir periode laporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode
pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan.
1.

Laporan Posisi Keuangan


A. Tujuan Laporan Posisi Keuangan

Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi


mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih dan informasi mengenai hubungan di
antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi
keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan informasi dalam laporan
keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur
dan pihak-pihak lain untuk menilai:
a) Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan; dan
b) Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal.
Laporan posisi keuangan mencakup organisasi secara keseluruhan dan harus
menyajikan total aktiva, kewajiban dan aktiva bersih. Lebih lanjut, komponen
dalam laporan posisi keuangan mencakup :

Aset dan Liabilitas


a. Kas dan setara kas; Bila ada kas atau aset lain yang dibatasi penggunaanya oleh
penyumbang, maka hal ini harus disajikan terpisah dari kas atau aset lain yang
tidak terikat penggunaannya.
b. Piutang (misalnya: piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa yang
c.
d.
e.
f.

lain);
Persediaan;
Sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka;
Surat berharga/efek dan investasi jangka panjang;
Tanah, gedung, peralatan, serta aset tetap lainnya yang digunakan untuk

menghasilkan barang dan jasa, dan lain-lain.


Liabilitas
a. Utang dagang;
b. Pendapatan diterima dimuka;
c. Utang jangka panjang, dan lain-lain
Dalam penyajiannya, liabilitas tetap diurutkan berdasarkan masa jatuh temponya.

Aset Bersih (neto)


Aset neto tidak terikat. Aset bersih jenis ini umumnya meliputi pendapatan
dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi,
dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Jenis Aset Bersih yaitu:
-

Aset neto terikat temporer. Pembatasan ini bisa berupa pembatasan waktu

maupun penggunaan, ataupun keduanya.


Aset neto terikat permanen. Pembatasan ini bisa dilakukan terhadap (1)
aset seperti tanah atau karya seni yang disumbangkan untuk tujuan
8

tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2) aset yang
disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara
permanen.
B. Klasifikasi Aktiva dan Kewajiban
Laporan posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan,
menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan,
dan hubungan antara aktiva dan kewajiban. Informasi tersebut umumnya disajikan
dengan pengumpulan aktiva dan kewajiban yang memiliki karakteristik serupa
dalam suatu kelompok yang relatif homogen. Sebagai contoh, organisasi biasanya
melaporkan masing-masing unsur aktiva dalam kelompok yang homogen, seperti:
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Kas dan setara kas;


Piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa yang lain;
Persediaan;
Sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka;
Surat berharga/efek dan investasi jangka panjang;
Tanah, gedung, peralatan, serta aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Kas atau aktiva lain yang dibatasi penggunaanya oleh penyumbang harus disajikan
terpisah dari kas atau aktiva lain yang tidak terikat penggunaannya.

Informasi likuiditas diberikan dengan cara sebagai berikut:


a) Menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuiditas, dan kewajiban berdasarkan
tanggal jatuh tempo.
b) Mengelompokan aktiva ke dalam lancar dan tidak lancar, dan kewajiban ke dalam
jangka pendek dan jangka panjang.
c) Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aktiva atau saat jatuh temponya
kewajiban termasuk pembatasan penggunaan aktiva, pada catatan atas laporan
keuangan.
C. Klasifikasi Aktiva Bersih atau Tidak Terikat
Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva
bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu: terikat
secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat.

Pembatasan permanen terhadap (1) aktiva, seperti tanah atau karya seni, yang
disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2)
aktiva yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara
permanen Pembatasan permanen kelompok kedua tersebut berasal dari hibah atau
wakaf dan warisan yang menjadi dana abadi (endowment).
Pembatasan temporer terhadap (1) sumbangan berupa aktivitas operasi
tertentu, (2) investasi untuk jangka waktu tertentu, (3) penggunaan selama periode
tertentu dimasa depan, atau (4) pemerolehan aktiva tetap, dapat disajikan sebagai
unsur terpisah dalam kelompok aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi secara
temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
Aktiva bersih tidak terikat umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan
barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aktiva bersih tidak
terikat dapat berasal dari sifat organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan organisasi
yang tercantum dalam akte pendirian, dan dari perjanjian kontraktual dengan
pemasok, kreditur dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi.
2.

Laporan Aktivitas
A. Tujuan Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai (a)
pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva
bersih, (b) hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan (c) bagaimana
penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa, Informasi
dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi
dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota
organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk (a) mengevaluasi kinerja dalam suatu
periode, (b) menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan
memberikan jasa, dan (c) menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.
Perubahan aset bersih dalam laporan aktivitas biasanya melibatkan 4 jenis
transaksi, yaitu (1) pendapatan, (2) beban, (3) gains and losses, dan (4) reklasifikasi
aset bersih. Seluruh perubahan aset bersih ini nantinya akan tercermin pada nilai
akhir aset bersih yang disajikan dalam laporan posisi keuangan.
Adapun informasi dalam laporan ini dapat membantu para stakeholder untuk:
-

Mengevaluasi kinerja organisasi nirlaba dalam suatu periode,

10

Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan

memberikan jasa, dan


Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.

Laporan aktivitas mencakup organisasi secara keseluruhan dan menyajikan


perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu periode. Perubahan aktiva bersih
dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas dalam laporan
posisi keuangan.
Secara umum, ketentuan dalam Laporan Aktivitas adalah sebagai berikut:

Pendapatan disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat, kecuali jika

penggunaannya dibatasi oleh penyumbang.


Beban disajikan sebagai pengurang aset bersih tidak terikat.
Sumbangan dapat disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat,
terikat permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya

pembatasan.
Jika ada sumbangan terikat temporer yang pembatasannya tidak berlaku lagi
dalam periode yang sama, maka sumbangan tersebut dapat disajikan sebagai
sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan

diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.


Keuntungan dan kerugian dari investasi dan aset (atau kewajiban) lain diakui
sebagai penambah atau pengurang aset bersih tidak terikat, kecuali jika

penggunaannya dibatasi.
Selain dari ketiga jenis aset bersih yang ada sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, organisasi nirlaba tetap berpeluang untuk menambah klasifikasi
aset bersih sekiranya diperlukan. Klasifikasi ini bisa dilakukan menurut
kelompok operasi atau non-operasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat
dibelanjakan, telah direalisasi atau belum direalisasi, berulang atau tidak
berulang, atau dengan cara lain yang sesuai dengan aktivitas organisasi.

B. Perubahan Kelompok Aktiva Bersih


Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat
permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.
C. Klasifikasi Pendapatan, Beban, Keuntungan dan Kerugian
Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih
tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan
menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak terikat.
11

Klasifikasi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian dalam kelompok


aktiva bersih tidak menutup peluang adanya klasifikasi tambahan dalam laporan
aktivitas. Misalnya, dalam suatu kelompok atau beberapa kelompok perubahan
dalam aktiva bersih, organisasi dapat mengklasifikasikan unsur-unsurnya menurut
kelompok operasi atau non-operasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat
dibelanjakan, telah direalisasi atau belum direalisasi, berulang atau tidak berulang,
atau dengan cara lain.
D. Informasi Pendapatan dan Beban
Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto.
Namun demikian pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat
beban-beban terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi,
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Laporan aktivitas menyajikan jumlah neto keuntungan dan kerugian yang
berasal dari transaksi insidental atau peristiwa lain yang berada di luar pengendalian
organisasi dan manajemen. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjualan tanah
dan gedung yang tidak digunakan lagi.

E. Informasi Pemberian Jasa


Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan
informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut
kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung.
Program pemberian jasa merupakan aktivitas untuk menyediakan barang dan
jasa kepada para penerima manfaat, pelanggan, atau anggota dalam rangka
mencapai tujuan atau misi organisasi. Pemberian jasa tersebut merupakan tujuan
dan hasil utama yang dilaksanakan melalui berbagai program utama.
Aktivitas pendukung meliputi semua aktivitas selain program pemberian jasa.
Umumnya, aktivitas pendukung meliputi aktivitas manajemen dan umum,
pencarian dana, dan pengembangan anggota.
Aktivitas manajemen dan umum meliputi pengawasan, manajemen bisnis,
pembukuan, penganggaran, pendanaan, dan aktivitas administratif lainnya, dan
12

semua aktivitas manajemen dan administrasi kecuali program pemberian jasa atau
pencarian dana.
3.

Laporan Arus Kas


A. Tujuan Laporan Arus Kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.
B. Klasifikasi Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas dengan
tambahan berikut ini:

a) Aktivitas pendanaan:
i).
Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka
ii).

panjang.
Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya
dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aktiva tetap, atau

iii).

peningkatan dana abadi (endowment).


Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
b) Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas:
sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi.

13

Anda mungkin juga menyukai