Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk menambah penerimaan Negara, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan
diantaranya adalah pemungutan pajak terhadap wajib pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat
balas jasa secara langsung. Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup
biaya produksi barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Penolakan
untuk membayar, penghindaran, atau perlawanan terhadap pajak pada umumnya termasuk
pelanggaran hukum. Pajak terdiri dari pajak langsung atau pajak tidak langsung dan dapat
dibayarkan dengan uang ataupun kerja yang nilainya setara.
Beberapa Pendapat para ahli tentang Pajak yaitu sebagai berikut :
1. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara
(yang dapat dipaksakan) yang tergantung oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali
yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintah.
2. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH., Pajak adalah iuran masyarakat kepada
Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa timbale (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Dasar Hukum Pajak yang tertinggi
adalah Pasal 23 A Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, bahwa pajak dan pungutan
lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang.
Pajak dibagi menjadi dua bagian yaitu, pajak Negara dan pajak daerah. Pajak Negara
merupakan pajak yang di pungut oleh pemerintah pusat yang penyelenggaraannya
dilaksanakan oleh departemen keuangan dan hasilnya di gunakan untuk pembiayaan rumah
tangga Negara pada umumnya. Sedangkan pajak daerah merupakan pajak yang dikelola oleh
pemerintah daerah TK.II dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan
pembangunan daerah (APBD). Perbedaan antara pajak pusat dan pajak daerah ada pada
pengelolanya dan jenis pajaknya.

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 1


1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apakah pengertian pajak pusat?
2. Apakah pengertian pajak daerah?
3. Ada berapa jenis pajak pusat?
4. Ada berapa jenis pajak daerah?
5. Apakah pengertian retribusi daerah dan obyeknya?
6. Apakah fungsi dari pajak daerah?
7. Apa sajakah permasalahan dalam perpajakan daerah?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian tentang pajak pusat
2. Untuk mengetahui pengertian tentang pajak daerah
3. Untuk mengetahui jenis pajak negara
4. Untuk mengetahui jenis pajak daerah
5. Untuk mengetahui pengertian dan obyek retribusi daerah
6. Untuk mengetahui fungsi pajak daerah
7. Untuk mengetahui masalah dalam pajak daerah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak Pusat/Negara

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 2


Pajak pusat atau pajak negara adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat
(Direktorat Jenderal Pajak) dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin
negara dan pembangunan (APBN).

2.2 Pengertian Pajak Daerah


Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah pengertian Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi
wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan demikian pajak daerah adalah iuran wajib pajak kepada daerah untuk
membiayai pembangunan daerah. Pajak Daerah ditetapkan dengan undang-undang yang
pelaksanaannya untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Pemerintah
daerah dilarang melakukan pungutan selain pajak yang telah ditetapkan undang-undang
(Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

2.3 Jenis Pajak Pusat


Jenis-jenis Pajak pusat antara lain :
1. Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh
orang pribadi ataupun badan. Contoh Pajak Penghasilan adalah PPh Pasal 21, PPh
Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 25, PPh Pasal 29 dan PPh Final Pasal 4(2).

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan saat kita mengonsumsi Barang
Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak. Misalnya kita beli baju dikenakan PPN. PPN
ini paling sering kita jumpai terutama saat kita belanja barang-barang. Tarif PPN
adalah 10%. Tapi ada juga tarif PPN 0% yaitu untuk kegiatan ekspor.

3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Pajak yang satu ini hanya dikenakan atas konsumsi barang yang tergolong mewah.
Barang yang tergolong mewah adalah barang yang :

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 3


a. bukan kebutuhan pokok; atau

b. dikonsumsi hanya oleh orang-orang tertentu ; atau

c. umumnya dikonsumsi oleh orang-orang yang berpenghasilan tinggi; atau

d. dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau

e. kalau dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta


mengganggu ketertiban masyarakat.

4. Bea Materai

Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti surat
perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang
memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.
Bea Materai sering kita jumpai di bank-bank, di kantor pemerintahan dan saat
membuat pernyataan,

5. Pajak Bumi Bangunan (PBB)

Pajak Bumi Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau
pemanfaatan tanah dan atau bangunan. PBB yang dikelola oleh Direktorat Jenderal
Pajak adalah PBB P3 yaitu PBB Perkebunan, PBB Pertambangan, PBB Perhutanan.

Catatan :

Mulai 1 Januari 2010, PBB Perdesaan dan perkotaan menjadi Pajak Daerah
sepanjang Peraturan Daerah tentang PBB yang terkait dengan Perdesaan dan
Perkotaan telah diterbitkan. Apabila dalam jangka waktu dari 1 Januari 2010 s.d
Paling lambat 31 Desember 2013 Peraturan Daerah belum diterbitkan, maka PBB
Perdesaan dan Perkotaan tersebut masih tetap dipungut oleh Pemerintah Pusat.

Mulai 1 januari 2014, PBB pedesaan dan Perkotaan merupakan pajak daerah. Untuk
PBB Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan masih tetap merupakan Pajak Pusat.

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 4


2.4 Jenis Pajak Daerah

Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah


dan Retribusi Daerah terdapat 5 (lima) jenis pajak provinsi dan 11 (sebelas) jenis pajak
kabupaten/kota.

2.4.1 Pajak Provinsi

Ada lima jenis pajak yang dikelola oleh provinsi yaitu Pajak Kendaraan Bermotor,
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air
Permukaan dan Pajak Rokok.

1. Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan


kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta
gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh
peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah
suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang
bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya
menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan
bermotor yang dioperasikan di air (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 28


Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan sebagai berikut :

a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu


persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen);

b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat


ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling
tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

Sedangkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam


kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 5


TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan
paling tinggi sebesar 1% (satu persen). Kemudian Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma
satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik
kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau
keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan
ke dalam badan usaha (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Menurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi
masing-masing sebagai berikut :

a. penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen) dan

b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).

Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak
menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai
berikut :

a. penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen); dan

b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima
persen).

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar
kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan
bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor (Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009). Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 6


Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan
paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi (Pasal 19 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).

4. Pajak Air Permukaan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan
air permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah,
tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.Tarif Pajak Air
Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 24 Undang-Undang nomor 28
Tahun 2009).

5. Pajak Rokok

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
Pemerintah. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai
rokok. Pajak Rokok dikenakan atas cukai rokok yang ditetapkan oleh
Pemerintah(Pasal 29 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Penerimaan pajak rokok, baik bagian Provinsi maupun bagian Kabupaten/kota,


dialokasikan paling sedikit 50% untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan
penegakan hukum oleh aparat yang berwenang ( Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).

2.4.2 Pajak Kabupaten / Kota

Ada 11 jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, pajak yang termasuk pajak yang
dikelola Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

1. Pajak Hotel

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 7


Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan retribusi
Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel
adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya
dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata,
wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos
dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling
tinggi sebesar 10% (Pasal 35 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

2. Pajak Restoran

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan
sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi
sebesar 10% (Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

3. Pajak Hiburan.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah,
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua
jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan
dipungut bayaran. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga
puluh lima persen). Khusus untuk hiburan berupa pagelaran busana, kontes
kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan
mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75% (tujuh
puluh lima persen). Khusus hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak
Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 45 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).

4. Pajak Reklame

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah
benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 8


tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk
menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat,
dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. Tarif Pajak Reklame
ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 50 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009).

5. Pajak Penerangan Jalan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik
yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan
Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Penggunaan tenaga
listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif
Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3% (tiga persen).
Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan
ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (Pasal 55 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009).

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam
dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan
adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan
perundang-undangan di bidang mineral dan batubara. Tarif Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 60 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).

7. Pajak Parkir

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan
jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 9


Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.
Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (Pasal 65 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).

8. Pajak Air Tanah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (Pasal
70 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

9. Pajak Sarang Burung Walet

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk marga
collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan
collocalia linchi. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar
10% (Pasal 75 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi
dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi
atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan.

Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut
wilayah kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Tarif
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar
0,3% (Pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 10


Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas
tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah
perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah
dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Tarif Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (Pasal 88 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009)

2.5 Pengertian Dan Obyek Retribusi Daerah

Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Obyek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah. Tidak semua yang diberikan oleh Pemerintah Daerah dapat dipungut retribusinya,
tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak
dijadikan sebagai obyek retribusi. Jasa tertentu tersebut dikelompokkan ke dalam 3 golongan,
yaitu Jasa umum, Jasa usaha, dan Perizinan tertentu.

2.5.1 Retribusi Jasa Umum


Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan.
Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah:
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan; Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di
Puskesmas, Balai Pengobatan, dan Rumah Sakit Umum Daerah. Dalam retribusi
pelayanan kesehatan ini tidak termasuk pelayanan pendaftaran;
2. Retribusi Pelayanan Persampahan atau kebersihan; Pelayanan
persampahan/kebersihan meliputi pengambilan, pengangkutan, dan pembuangan serta
penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan sampah rumah tangga, dan perdagangan,
tidak termasuk pelayanan kebersihan jalan umum dan taman;
3. Retribusi Penggantian Biaya cetak Kartu penduduk dan Akte catatan Sipil. Akte
catatan sipil meliputi akte kelahiran, akte perkawinan, akte perceraian, akte

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 11


pengesahan dan pengakuan anak, akte ganti nama bagi warga negara asing, dan akte
kematian;
4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan pengabuan Mayat; Pelayanan pemakaman dan
pengabuan mayat meliputi pelayanan penguburan atau pemakaman termasuk
penggalian dan pengurugan, pembakaran atau pengabuan mayat, dan sewa tempat
pemakaman atau pembakaran atau pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola
Pemerintah Daerah;
5. Retribusi Pelayanan Parkir Tepi Jalan Umum; Pelayanan parkir di tepi jalan umum
adalah penyediaan pelayanan parkir ditepi jalan umum yang ditentukan oleh
pemerintah Daerah;
6. Retribusi Pelayanan Pasar. Pelayanan pasar adalah fasilitas pasar tradisional atau
sederhana berupa pelataran, los yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus
disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik
Negara - Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta;
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; Pelayanan pengujian kendaraan bermotor
adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang diselenggarakan oleh pemerintah Daerah;
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; Pelayanan pemeriksaan alat
pemadam kebakaran adalah pelayanan pemeriksaan dan/atau pengizinan oleh
Pemerintah Daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran yang dimiliki dan/atau
dipergunakan oleh masyarakat;
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta; Peta adalah peta yang dibuat oleh
Pemerintah Daerah, seperti peta dasar (garis), peta foto, peta digital, peta tematik, dan
peta teknis (struktur);
10. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan; Pelayanan pengujian kapal perikanan adalah
pengujian terhadap kapal penangkap ikan yang menjadi kewenangan daerah.

2.5.2 Retribusi Jasa Usaha


Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial. Pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah menganut prinsip komersial meliputi :
Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal;
Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum memadai disediakan oleh pihak
swasta.

Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 12


1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; Pelayanan pemakaian kekayaan daerah antara
lain pemakaian tanah dan bangunan, pemakaian ruangan untuk pesta pemakaian
kendaraan/alat-alat berat/alat-alat besar rnilik daerah. Sedangkan yang tidak termasuk
dalam pengertian pelayanan pemakaian kekayaan daerah adalah penggunanan tanah
yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut, seperti pemancangan tiang telepon
atau listrik maupun penanaman/pembentangan kabel listrik /telepon di tepi jalan
umum;
2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; Pasar grosir dan/atau pertokoan adalah
pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan
yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang
disediakan oleh Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta;
3. Retribusi Tempat Pelelangan. Tempat pelelangan adalah tempat yang secara khusus
disediakan oleh pemerintah daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil
bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan
di tempat pelelangan. Termasuk dalam pengertian tempat pelelangan adalah tempat
yang dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai
tempat pelelangan;
4. Retribusi Terminal; Pelayanan terminal adalah tempat Pelayanan penyediaan tempat
parkir untuk kendaraan penumpang bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas
lainnya dilingkungan terminal yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah. Dengan ketentuan ini, pelayanan peron tidak dipungut retribusi;
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir; Pelayanan tempat khusus parkir adalah pelayanan
penyediaan tempat parkir yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah, tidak termasuk yang disediakan dan dikelola oleh Badan usaha Milik Daerah
dan pihak swasta;
6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa; Pelayanan tempat
penginapan/pesanggrahan/villa milik daerah adalah penyediaan tempat
penginapan/pesanggrahan/villa yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah atau pihak
swasta;
7. Retribusi Penyediaan Kakus. Pelayanan penyediaan kakus adalah pelayanan
penyedotan kakus/jamban yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, tidak temasuk
yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah atau pihak swasta;
8. Retribusi Rumah Potong Hewan; Pelayanan rumah potong hewan adalah pelayanan
penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 13


pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong yang dimiliki dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah;
9. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal; Pelayanan pelabuhan kapal adalah pelayanan
pada pelabuhan kapal perikanan dan/atau bukan kapal perikanan, termasuk fasilitas
lainnya di lingkungan pelabuhan kapal yang dimiliki dan/atau dikelola Pemerintah
Daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah maupun oleh pihak swasta;
10. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga; Pelayanan tempat rekreasi dan olah raga
adalah tempat rekreasi, pariwisata dan olah raga yang dimiliki dan/atau dikelola
Pemerintah Daerah;
11. Retribusi Penyeberangan di Atas Air; Pelayanan penyeberangan di atas air adalah
pelayanan penyeberangan barang atau barang dengan menggunakan kendaraan di atas
air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang
dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan pihak
swasta;
12. Retribusi Pengolahan Limbah Cair; Pelayanan pengolahan limbah cair adalah
pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang
dikelola dan/atau dimiliki Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh
Badan Usaha Milik Daerah, dan pihak swasta;
13. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah; Penjualan produksi usaha daerah adalah
penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah, antara lain, bibit benih tanaman,
bibit ternak, dan bibit/benih ikan, tidak termasuk penjualan produksi usaha Badan
Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.

Jenis-jenis retribusi jasa usaha untuk daerah Propinsi dan daerah Kabupaten/Kota
ditetapkan sesuai dengan jasa/pelayanan yang diberikan oleh masing-masing daerah.
2.5.3 Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis retribusi perizinan tertentu
untuk daerah Propinsi dan daerah Kabupaten/Kota ditetapkan sesuai dengan kewenangan
masing-masing daerah.
Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu adalah:

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 14


1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Izin mendirikan bangunan adalah pemberian
izin untuk mendirikan suatu bangunan, termasuk dalam pemberian izin ini adalah
kegiatan peninjauan desain dan pemantapan pelaksanaan pembangunannya agar tetap
sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang yang berlaku dengan
tetap memperhatikan Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian
Banguan (KKB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan
dalam rangka memenuhi syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan
tersebut;
2. Retribusi lzin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; Izin tempat penjualan
minuman beralkohol adalah pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman
beralkohol di suatu tempat tertentu;
3. Retribusi lzin Gangguan; Izin gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan
kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya,
kerugian atau gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan
oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;
4. Retribusi Izin Trayek; Izin trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau
badan usaha untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu
atau beberapa trayek tertentu. Pemberian izin oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan
sesuai dengan kewenangan masing-masing daerah.

2.5.4 Prinsip dan Sasaran Penetapan Retribusi


Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi adalah sebagai berikut:
1. Retribusi Jasa Umum,
Ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,
kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan
tersebut. Yang dimaksud dengan biaya di sini meliputi biaya operasi dan
pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
2. Retribusi Jasa Usaha,
Didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak, yaitu keuntungan
yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan
berorientasi pada harga pasar.
3. Retribusi Perizinan Tertentu,
Didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan
pemberian izin yang bersangkutan. Yang dengan biaya penyelenggaraan pemberian
izin di sini meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan
hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin tersebut.

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 15


2.6 Fungsi Pajak Daerah

Pajak sangat penting perannya di dalam pembangunan Daerah. Banyak hal yang bisa
dibiayai pajak seperti pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan sekolah, rumah sakit,
jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan
sebagainya.

Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang akan digunakan untuk modal
pembangunan. Oleh karena itu, pajak daerah memiliki peran penting dalam pembangunan
suatu daerah. Fungsi pajak daerah salah satunya adalah sebagai bagian dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah ini bisa digunakan untuk pembangunan, juga
anggaran rutin seperti gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan sebagainya.

Hal yang perlu dicermati adalah suatu anggaran pemerintahan daerah dianggap sehat
jika anggaran untuk pembangunan lebih tinggi daripada anggaran rutin (gaji pegawai). Setiap
pemerintah daerah tentu berharap bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) nya.
Salah satu sektor yang bisa diharapkan untuk meningkatkan PAD ini adalah melalui pajak
daerah.

Fungsi lain dari pajak daerah adalah untuk ikut mengatur pertumbuhan ekonomi.
Misalnya, jika pemerintah ingin menarik penanam modal maka bisa diberikan keringanan
pajak untuk sektor-sektor tertentu. Dengan ini diharapkan akan ada penyerapan lapangan
kerja. Selain itu, pajak daerah juga bisa digunakan untuk kegiatan sosial dan insidental,
seperti pendidikan untuk anak jalanan, penanganan bencana, dan sebagainya.Pada akhirnya,
pajak daerah diharapkan bisa meningkatkan pemerataan di setiap daerah karena penyaluran
pajak yang baik bisa meningkatkan kualitas pembangunan.

2.7 Permasalahan dalam Perpajakan Daerah


Selain berbagai manfaat pajak daerah yang telah disebutkan di atas, pajak daerah juga
memiliki beberapa permasalahan yang harus segera diatasi. Beberapa permasalahan pajak
tersebut, antara lain sebagai berikut.
1. Belum Intensifnya Penerimaan Pajak

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 16


Di beberapa daerah, masih terdapat banyak potensi pajak yang belum tergali. Hal
tersebut mungkin disebabkan oleh belum efektifnya pemerintah daerah di dalam
penarikan pajak. Solusinya bisa dimulai dari pendataan kembali berbagai objek pajak
yang ada di daerah. Selain itu, diperlukan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya
membayar pajak untuk keperluan pembangunan sehingga ekonomi bisa lebih merata.
2. Penyaluran Pajak
Permasalahan penting lain yang juga berkaitan dengan pajak daerah ini adalah sisi
penyaluran dari pajak itu sendiri. Seperti telah diungkapkan di atas, tujuan pajak
(termasuk pajak daerah) adalah untuk keperluan pembangunan. Namun, di beberapa
daerah masih didapati pajak itu lebih banyak digunakan untuk keperluan biaya rutin
seperti gaji dan fasilitas pegawai, dan sebagainya.
Tentu saja hal ini tidak diharapkan karena pajak seharusnya lebih banyak digunakan
untuk pembangunan infrastruktur dan elemen-elemen penting yang langsung
berhubungan dengan masyarakat, seperti sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas,
dan sebagainya) pendidikan (pembangunan dan pemeliharaan gedung sekolah), dan
hal-hal lain yang langsung menyentuh masyarakat.
3. Rendahnya Kesadaran Membayar Pajak
Permasalahan lain yang berkaitan dengan pajak daerah adalah masih rendahnya
kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Banyak faktor yang menyebabkan hal
ini. Permasalahan tersebut, antara lain masih kurangnya pemahaman masyarakat
terhadap pajak daerah.Selain itu, juga belum optimalnya penyaluran pajak sehingga
masyarakat kurang bisa merasakan manfaat pajak bagi mereka.
Persoalan ini juga bisa timbul karena masyarakat tidak setuju dengan pengenaan pajak
untuk bagian tertentu. Misalnya, di Jakarta ada rencana untuk mengenakan pajak bagi
warteg maupun warung nasi padang yang beromset 200 juta per tahun (sekitar 560
ribu per hari). Hal ini sempat menghadapi tentangan dari beberapa pihak. Begitu juga
rencana pengenaan pajak bagi kamar kos-kosan di beberapa daerah, juga mendapat
penentangan.

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 17


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Salah satu cara untuk menumbuhkan dan meningkatkan ekonomi negara mulai dari
pemerintah daerah hingga pemrintah pusat, yaitu dengan menambah penerimaan Negara
melalui sektor pajak. Pajak secara Umum dapat di bagi dua yaitu Pajak Pusat dan pajak
daerah.
Pajak pusat atau pajak negara yaitu Pajak yang dikelola oleh pemerintahan pusat seperti
oleh Direktorat Jenderal pajak. Jenis pajak Pusat terdiri dari :
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
4. Bea Materai
5. Pajak Bumi Bangunan (PBB) khusus P3
Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola pemerintah daerah, untuk
membiayai pengeluaran pemerintahan demi pembangunan daerah tersebut (APBD). Pajak
Daerah itu secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Pajak Daerah Provinsi terdiri dari 5 (lima) jenis pajak :
Pajak Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan
Pajak Rokok
2. Pajak Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari 11 (sebelas) jenis pajak :
Pajak Hotel

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 18


Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Parkir
Pajak Air Tanah
Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

3.2 Saran

Untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pajak daerah yang lebih baik,
sudah sepatutnya penertiban-penertiban dalam pemungutan pajak harus di benahi, melakukan
berbagai upaya untuk meminimaliskan faktor-faktor yang menjadi penyebab permasalahan-
permasalahan dalam pajak daerah, salah satunya mensosialisasikan kepada masyarakat akan
kepentingan dari pajak tersebut, yang tidak lain yaitu untuk meningkatkan pembangunan
pada daerah itu sendiri.

Pajak Pusat dan Pajak Daerah 19

Anda mungkin juga menyukai