OLEH :
NIM : 33118211
SEMESTER : V/5
KELAS :D
2020
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikiran.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………..1
KATA PENGANTAR………………………………………..………………………………..2
DAFTAR ISI……………………………………………………..…………………………….3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..………………………….4
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………….20
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………20
4.2 Saran………………………………………………………………………………..20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..21
BAB I
3
PENDAHULUAN
4
fungsi-fungsinya baik itu di bidang eksekutif (pemerintahan), legislatif (pengawasan),
dan yudikatif (penegakan hukum) untuk menggapai dan mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Dengan adanya pajak maka diperlukan hukum yang mengaturnya.
Maka munculah hukum pajak untuk mendukung pajak itu sendiri. Hukum pajak dibuat
agar dapat memberikan jaminan hukum dan keadilan yang tegas, baik untuk negara
selaku pemungut pajak maupun kepada rakyat selaku wajib pajak.
Di Indonesia ditegaskan bahwa pengenaan dan pemungutan pajak (termasuk bea
dan cukai) untuk keperluan negara hanya boleh terjadi berdasarkan undang-undang hal
ini dapat dilihat pada Undang-Undang Dasar 1945 tercantum dalam pasal 23 ayat 2
sebagai dasar hukum pemungutan pajak oleh negara. Hal ini berarti bahwa pemungutan
pajak hanya untuk keperluan negara dan harus mendapatkan persetujuan rakyat melalui
Tindakan pencegahan dan. Dewan Perwakilan Rakyat. Ketentuan ini dipertegas dalam
andemen Undang-Undang Dasar 1945 yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat tahun 2003 yang mengatur pungutan pajak pada Pasal 23A. Segala tindakan yang
menyangkut nasib rakyat ataupun memberikan beban kepada rakyat seperti pajak dan
lain-lainnya maka harus ditetapkan dengan undang-undang yaitu dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.
5
Berdasarkan uraian ringkas dari latar belakang diatas, memberi dasar bagi peneliti untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KONSEP
6
2.1 Tinjauan Umum tentang Pajak
1. Pengertian Pajak
Ada berbagai definisi mengenai pajak yang diungkapkan para ahli. Walaupun dilihat
dari sudut pandang yang berbeda, namun definisi yang diungkapkan terdapat berbagai
kesamaan:
Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
imbal (kotraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Artinya bila utang pajak tidak dibayar, utang itu
dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga
penyanderaan, walaupun atas pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan jasa timbal
balik tertentu. Hal ini berbeda dengan retribusi, di mana jasa timbal balik dapat
langsung dirasakan atau dapat ditunjuk oleh pembayar retribusi.
Menurut Prof.Dr.P.J.A. Andriani, pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung
dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Prof. Dr. MJH. Smeeths, pajak adalah prestasi pemerintah yang terutang
melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontra
prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal individual, maksudnya adalah membiayai
pengeluaran pemerintah.
Menurut Undang-undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (selanjutnya di sebut UU KUP), Pasal 1 “Pajak adalah kontribusi
wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”.
7
Berdasarkan definisi tersebut, pajak memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pungutan secara paksa oleh Negara
2. Yang bersangkutan tidak mendapatkan prestasi langsung
3. Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum
8
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun
perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga
lebih rendah dari hasil pemungutannya.
Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan sederhana harus memudahkan dan mendorong masyarakat
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
b. Teori Kepentingan
9
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan
masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap
negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.
c. Teori Daya Pikul Beban
Pajak untuk semua orang harus sama beratnya, untuk mengukur daya
pikul dapat digunakan 2 pendekatan, yaitu:1)Unsur objektif, dengan
melihat besarnya penghasilan ataukekayaanyang dimiliki oleh
seseorang.2)Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya
kebutuhanmateriil yang harus dipenuhi.
d. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan
negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu
menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.
e. Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya
memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga
masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan
menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh
masyarakat lebih diutamakan.
10
Tindakan Penegakan Hukum dan pengaruhnya terhadap Kepatuhan Pajak sebagaimana
ditunjukkan pada gambar di bawah:
PRESEPSI WP
KONDISI KEUANGAN WP
KUALITAS SDM
MODERNISASI
SISTEM INFORMASI SISTEM
KEPATUHAN
PERPAJAKAN ADMINISTRASI
PAJAK PAJAK
PELAYANAN
TINDAKAN
PEMERIKSAAN PAJAK
PENEGAKAN
HUKUM
SANKSI ADMINISTRASI KEPATUHAN MATERIL
DAN PIDANA
Gambar 2.1
Diagram Kerangka Berpikir Model Hubungan Kausal Kesadaran Wajib Pajak, Modernisasi
Sistem Administrasi Pajak dan Tindakan Penegakan Hukum dibidang perpajakan dan
Pengaruhnya terhadap Kepatuhan Pajak. Dengan telah ditentukannya kerangka berpikir
pemecahan masalah maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
11
BAB III
PEMBAHASAN
a. Prof. Mr. E.M. Mayers dalam bukunnya “De Algmene Begrippen van het Burgerlijk
Recht”: “Hukum ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan,
ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi
pedoman bagi penguasa-penguasa Negara dalam melakukan tugasnya”.
b. Leon Duguit : “Hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan
yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat
sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan
reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu”.
c. Immanual kant: “Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak
bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari
orang yang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan”.
a. Menurut Rochmat Soemitro, menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan
Undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal yang
langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai keperluan umum.
b. Definisi Prof. Dr. M.J.H. Smeets pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang
terhutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya
kontra-prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individuil, maksudnya adalah
untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
12
c. Definisi Dr. Soeparman Soemahamidjaja, pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau
barang, yang dipungut oleh Penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum.
Pajak langsung
Pajak langsung ialah pajak-pajak yang harus dipikul sendiri oleh si wajib pajak dan
tidak dilimpahkan kepada orang lain, misalnya pajak seorang pengusaha
dibayarkannya dari bagian pendapatan atau labanya sendiri. Pada pooknya jenis pajak
ini tidak menaikkan harga.
Pajak tidak langsung ialah pajak-pajak yang pada akhirnya dapat menaikkan
harga, karena akhirnya ditanggung oleh pembei, dan pajak tersebut baru terhutang
jika terjadi hal-hal yang menyebabkan terhutang pajak. Sebagai contoh pajak tidak
langsung dapat disebutkan : pajak penjualan , pajak pembangunan, Fea Materai, Bea
warisan, dan bea balik nama.
Hukum pajak, yang juga disebut Hukum Fiskal, adalah keseluruhan dari peraturan-
peraturan yang meliputi wewenang Pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang
dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui Kas Negara,
sehingga ia merupakan bagian dari Hukum Publik, yang mengatur hubungan-
hubungan hukum antara Negara dan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang
berkewajiban membayar pajak (selanjutnya sering disebut wajib wajib).
13
Tugasnya adalah menelaah keadaan-keadaan dalam masyarakat yang dapat
dihubungkan dengan pengenaan pajak, merumuskannya dalam peraturan-peraturan
hukum dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum ini; dalam pada itu adalah
penting sekali bahwa tidak harus diabaikan begitu saja latar belakang ekonomis dari
keadaan-keadaan dalam masyarakat tersebut.
Hukum pajak memuat pula unsur-unsur hukum tata negara dan hukum pidana dengan
acara pidananya. Dalam lapangan lain dari hukum administrative, unsur-unsur tadi
tidak begitu Nampak seperti dalam hukum pajak ini; juga peradilan administratifnya
diatur dengan sangat rapinya. Justru inilah, ditambah dengan luasnya lapangannya
karena eratnya hubungannya dengan kehidupan-ekonomi, maka dalam abad ini
banyak sarjana hukum, sarjana ekonomi, dan para cerdik pandai lainnya yang
mencurahkan perhatiannya yang cukup terhadap hukum pajak ini, yang kini dalam
beberapa negara telah merupakan ilmu yang berdiri terendiri.
Sebagai hukum, peraturan-peraturan perpajakan pada intinya bagi wajib pajak
memuat kewajiban-kewajiban, hak-hak dan senksi administratif maupun sanksi
pidana sehubungan dengan pelanggaran atas ketentuan-ketentuannya.
Hukum pajak merupakan bagian dari Hukum Publik, khususnya termasuk lingkungan
hukum administrative negara. Hukum pajak tidak terlepas dari bagian-bagian hukum
lainnya, namun mempunyai hubungan erat dengan hukum administrasi negara,
hukum perdata dan hukum pidana.
Adapun yang dimaksud dengan Hukum Pajak, ialah himpunan peraturan-peraturan
yang mengatur hubungan antara Pemerintah dan wajib-wajib pajak dan antara lain
mengatur siapa-siapa dalam hal apa dikenakan pajak (objek-pajak), timbulnya
kewajiban pajak, cara pemungutannnya, cara penagihannya dan sebagainya.
14
3.2 Fungsi dan Jenis Hukum Pajak
15
sumber pendapatan negara yang memiliki tujuan menyeimbangkan pengeluaran
negara dengan pendapatan negara.
Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi)
Pajak merupakan alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan negara dalam
lapangan sosial dan ekonomi. Fungsi mengatur tersebut antara lain:
Fungsi Stabilisasi
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan perekonomian,
seperti untuk mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan pajak yang tinggi, sehingga
jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Sedangkan untuk mengatasi kelesuan
ekonomi atau deflasi, pemerintah menurunkan pajak, sehingga jumlah uang yang
beredar dapat ditambah dan deflasi dapat di atasi.
Keempat fungsi pajak di atas merupakan fungsi dari pajak yang umum dijumpai
di berbagai negara. Di Indonesia, pemerintah lebih menitikberatkan pada dua fungsi
pajak sebagai pengatur dan budgeter. Lembaga pemerintah yang
mengelola pajak negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang
berada di bawah Kementerian Keuangan.
Tanggung jawab atas kewajiban membayar pajak berada pada anggota
masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut, sesuai dengan sistem self
assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Self
16
assessment berarti wajib pajak menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan
melapor kewajiban perpajakannya sendiri. Jadi tidak memaksa wajib pajak membayar
pajak sebesar-besarnya, tapi sesuai dengan aturan perundang-undangan.
17
pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku pemungut pajak dan rakyat sebagai
wajib pajak. Ini hal hal yang diatur dalam hukum pajak:
Siapa subjek pajakya
Apa objeknya
Siapa wajib pajaknya
Apa kewajiban subjek pajaknya
Apa saja hak fiskus atau pemungut pajaknya
Berapa tarifnya
Bagaimana cara pemungutannya
Bagaimana sanksinya jika ada pelanggaran
Karena hasil dari pajak ini berupa sarana dan prasana umum jadi nantinya semua lapisan
masyarakat dapat merasakannya. Dengan membayar pajak itu sudah menjadi tanda bahwa
kita sudah menjadi warga negara yang baik karena sudah membantu membangun negara
kamu ke arah yang lebih baik. Pajak memiliki beberapa ciri khas diantaranya.
18
1. Pajak dikelola dan dipungut oleh pemerintah langsung baik itu dari daerah ataupun
pusat.
2. Pajak dipungut mengikuti suatu aturan yang berdasarkan undang-undang yang
berlaku.
3. Pajak akan dipungut sesuai dengan biayanya nantinya biaya tersebut untuk
pengeluaran pemerintah.
4. Pajak ini tidak akan menimbulkan adanya kontra prestasi dalam pemerintah secara
langsung.
5. Pajak memiliki fungsi sebagai pengatur anggaran dari suatu pemerintahan.
6. Pajak ini tidak akan memiliki hasil yang instan.
Sebagai sumber pendapatan utama negara, pajak memiliki nilai strategis dalam
perspektif ekonomi maupun hukum. Berdasarkan 4 ciri di atas, pajak dapat dilihat dari 2
perspektif, yaitu:
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Negara mempunyai kekuatan untuk memaksa, dan uang pajak tersebut harus digunakan
untuk penyelenggaraan pemerintah.
4.2 Saran
Keteladanan dalam hal penunaian kewajiban pajak perlu mendapat perhatian tersendiri.
Keteladanan ini tentu saja harus dimulai dari jajaran pemerintah sendiri sebagai pengelola
pajak. Jika pemerintah mampu memberikan teladan dan juga diikuti tokoh-tokoh dan public
figur lainnya, agaknya masyarakat akan lebih mudah untuk menyadari betapa pentingnya
pajak bagi kehidupan dan masa depan negaranya. Sebaliknya, jika pemerintah, para
pemimpin, dan tokoh-tokoh populis sudah memperlihatkan keingkarannya terhadap
kewajiban pajak ini, masyarakat di bawah akan lebih sulit lagi tersadarkan untuk membayar
pajak.
20
DAFTAR PUSTAKA
Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan,Perpajakan Teori dan Aplikasi ,Jakarta:Raja Grafindo
Persada, 2005.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak
21