Dosen Pengampu :
Mahmudah Hasanah, M.Pd.
Disusun oleh :
Kelompok 8
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga selalu terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Hukum Bisnis
dengan judul “Penanaman Modal dalam Negeri”.
Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran yang membangun dari pembaca untuk makalah ini demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik.
Terima Kasih.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanaman modal atau investasi merupakan modal awal dalam pembangunan ekonomi
suatu negara. Pembangunan nasional dapat terlaksana dengan baik apabila stabilitas nasional
dalam keadaan normal. Semakin baik stabilitas nasional, maka semakin lancar pula
pembangunan nasional yang dapat dilakukan dalam suatu negara. Pembangunan yang baik
hendaknya berlandaskan pada trilogi pembangunan, yaitu : pemerataan pembangunan guna
menciptakan keadilan bagi seluruh masyarakat, peningkatan pertumbuhan ekonomi yang
semakin baik, serta berlandaskan pada stabilitas nasional yang sehat dan berkembang (Silvia,
2015).
Keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan daerah juga dapat dilihat dari
tingkat pertumbuhan PDRB di setiap wilayah Indonesia. PDRB tersebut menggambarkan
hasil kegiatan perekonomian suatu daerah baik yang dilakukan oleh pemerintah, swasta
maupun masyarakat pada umumnya dalam kurun waktu tertentu. Oleh sebab itu, secara tidak
langsung PDRB dapat dikatakan sebagai acuan dalam pemerataan pembangunan
perekonomian suatu daerah (Marsela, 2014).
Bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, investasi merupakan komponen
yang berperan penting dalam pembentukan nilai tambah pendapatan nasional yang berguna
dalam melaksanakan pembangunan. Pendapatan nasional merupakan jumlah barang dan jasa
yang dapat dihasilkan oleh suatu negara dalam satu periode, apabila jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan semakin banyak, maka hal ini menggambarkan tingkat pendapatan nasional
yang semakin tinggi (Sutawijaya & Zulfahmi, 2013).
Menurut Jhingan (dalam Syahputra et al, 2017) terdapat faktor yang menghambat
peningkatan investasi asing swasta khususnya bagi negara berkembang yaitu dalam bidang
ekonomi, politik, hukum dan budaya. Faktor-faktor tersebut yaitu, antara lain:
1) kecilnya pasar domestik yang menyebabkan rate of return pada modal rendah.
2) kekurangan fasilitasdasar seperti transportasi, tenaga dan keperluan umum lainnya,
sistem perbankan dan kredit, serta buruh terampil.
3) pembatasan pada pembayaran laba repatriasi modal.
4) ancaman pengambilalihan, nasionalisasi atau pemilikan oleh negara.
5) pengaturan perusahaan asing secara ketat untuk tujuan nasional dengan menetapkan
pagu penghasilan, diskriminasi pajak laba, dan mewajibkan perusahaan asing untuk
melatih dan mempekerjakan sejumlah buruh lokal tertentu, tidak hanya pada posisi
biasa tetapi juga pada posisi eselon tinggi.
6) pengendalian devisa yang ketat dan khususnya kerumitan dan kelambatan
admininistrasi yang berkaitan dengan pengendalian alat tukar.
7) kekhawatiran diskriminisasi pada pengadilan lokal karena perbedaan konsep hukum.
8) ketidakstabilan politik dan ekonomi, perang dingin dan kecenderungan sosialis di
negara sedang berkembang menyebabkan ketidakmenentuan dan kekurangyakinan
pihak investor asing negara kapitalis. Akibatnya modal asing menjadi enggan masuk
ke negara sedang berkembang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Penanaman Modal dalam Negeri?
2. Apa faktor faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal dalam Negeri?
3. Bagaimana syarat Penanaman Modal dalam Negeri?
4. Bagaimana tata cara Penanaman Modal dalam Negeri?
5. Bagaimana Kebijakan PMDN di Indonesia!
6. Bagaimana Pengesahan dan Perizinan PMDN?
BAB II
PEMBAHASAN
Penanaman Modal Dalam Negeri (selanjutnya disebut sebagai “PMDN”) berdasarkan Pasal 1
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (“UUPM”), kegiatan
investasi untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia, yang dibuat oleh
investor dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Definisi investor domestik
adalah perorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik
Indonesia, atau daerah investasi di Republik Indonesia. badan usaha Indonesia dimaksudkan
di sini dapat membentuk perseroan terbatas (“PT”)
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UU Pasar Modal, menjelaskan bahwa investasi di dalam negeri
bisa dilakukan dalam bentuk badan usaha adalah badan hukum, tidak berbadan hukum, atau
individu, sesuai dengan ketentuan undang-undang. Pasal 5 (3) lebih lanjut menjelaskan UU
Pasar Modal, domestik dan investor asing yang berinvestasi di PT dilakukan dengan
melakukan hal berikut:
Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri
dengan menggunakan modal dalam negeri. Ketentuan mengenai Penanaman Modal diatur
didalam Undang-undang No. 25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal.
Penanam modal Dalam Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan WNI, badan usaha Negeri,
dan/atau pemerintah Negeri yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik
Indonesia. Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal,
kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan
persyaratan dan batasan kepemilikan modal Negeri atas bidang usaha perusahaan diatur
didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha
yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman
Modal.
Dalam menarik investasi salah satu faktor yang menentukan adalah kemudahan dan
kecepatan dalam pelayanan kepada para investor yang berminat melakukan investasi.
Sementara kebijakan pelayanan perizinan penanaman modal di Indonesia dalam sepuluh
tahun terakhir selalu berubah-ubah sehingga dapat membingungkan penanam modal. Bila
ditelusuri dalam kurun waktu 1993 sampai dengan tahun 2009 kebijakan pelayanan
mengalami beberapa kali perubahan yaitu mulai dari Keppres No. 97/1993 yang diubah
dengan Keppres No. 115/1998 jo. Keppres No. 117/1999 dan Keputusan Meninves/Kepala
BKPM No.38/SK/1999 posisi provinsi adalah sebagai penyelenggara pelayanan administrasi
pelayanan penanaman modal diberikan kewenangan mengeluarkan persetujuan penanaman
modal dalam negeri (PMDN). Kebijakan tersebut diubah dengan Keppres No. 29/2004
tentang penyelenggaraan penanaman modal dalam rangka pma dan pmdn melalui sistem
pelayanan terpadu satu atap yang pada intinya menarik kembali ke BKPM kewenangan
persetujuan pmdn yang telah dilimpahkan ke provinsi.
Dalam perjalanannya ternyata pelayanan perizinan kita tidak mampu bersaing dengan negara
lain dalam kecepatan penyelesaian izin memulai usaha. Setelah dievaluasi maka guna
meningatkan daya saing dengan negara lain pemerintah mengeluarkan kebijakan pelayanan
penanaman modal melalui sistem pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) berdasarkan Perpres
No. 27 tahun 2009 dimana kewenangan perizinan dan non perizinan kembali menjadi
kewenangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/ Kota sebagai pelaksanaan UU
No.25 tahun 2007 dan PP No.38 Tahun 2007.
Penanam modal Dalam Negeri bisa dilakukan oleh individu, badan usaha Negara dan /
atau pemerintah sendiri membuat investasi di wilayah Republik Indonesia. Kegiatan usaha
usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau
jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan pembatasan
kepemilikan aset Negara alih bisnis dari perusahaan diatur dalam Peraturan Presiden Nomor
36 Tahun 2010 tentang Daftar Perubahan Bidang Usaha tertutup dan Buka Bisnis dengan
persyaratan di Sektor Investasi atau Penanaman Modal.
Berdasarkan Pasal 25 ayat (4) Undang-Undang Pasar Modal, investor perusahaan, termasuk
dalam negeri, yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dari instansi yang memiliki wewenang. Lisensi
seperti sebelumnya disebutkan diperoleh melalui layanan one stop. Pelayananan tunggal
kontra dimaksudkan untuk membantu investor dalam memperoleh kemudahan pelayanan,
fasilitas fiskal, dan informasi investasi, baik investasi domestik dan investasi asing langsung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penanaman Modal Dalam Negeri atau disingkat (PMDN) merupakan penanaman
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan terhadap penanam modal dalam negri dengan memakai modal dalam negri.
Dalam menarik investasi salah satu faktor yang menentukan adalah kemudahan dan
kecepatan dalam pelayanan kepada para investor yang berminat melakukan investasi.
Sementara kebijakan pelayanan perizinan penanaman modal di Indonesia dalam sepuluh
tahun terakhir selalu berubah-ubah sehingga dapat membingungkan penanam modal. Bila
ditelusuri dalam kurun waktu 1993 sampai dengan tahun 2009 kebijakan pelayanan
mengalami beberapa kali perubahan yaitu mulai dari Keppres No. 97/1993 yang diubah
dengan Keppres No. 115/1998 jo. Keppres No. 117/1999 dan Keputusan
Meninves/Kepala BKPM No.38/SK/1999 posisi provinsi adalah sebagai penyelenggara
pelayanan administrasi pelayanan penanaman modal diberikan kewenangan
mengeluarkan persetujuan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Kebijakan tersebut
diubah dengan Keppres No. 29/2004 tentang penyelenggaraan penanaman modal dalam
rangka pma dan pmdn melalui sistem pelayanan terpadu satu atap yang pada intinya
menarik kembali ke BKPM kewenangan persetujuan pmdn yang telah dilimpahkan ke
provinsi.
Dalam perjalanannya ternyata pelayanan perizinan kita tidak mampu bersaing dengan
negara lain dalam kecepatan penyelesaian izin memulai usaha. Setelah dievaluasi maka
guna meningatkan daya saing dengan negara lain pemerintah mengeluarkan kebijakan
pelayanan penanaman modal melalui sistem pelayanan terpadu satu pintu (PTSP)
berdasarkan Perpres No. 27 tahun 2009 dimana kewenangan perizinan dan non perizinan
kembali menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/ Kota
sebagai pelaksanaan UU No.25 tahun 2007 dan PP No.38 Tahun 2007
B. Saran
Makalah yang penulis susun semoga menjadi bahan kajian pembelajaran di bidang Mata
Kuliah “Hukum Bisnis “ sehingga dengan adanya makalah ini, mahasiswa bisa lebih
menambah wawasannya, semoga pembaca bisa lebih apresiasif dari kandungan kajian
makalah ini, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan saran dan kritik sangat penulis
harapkan dari pembaca, khususnya teman-teman mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gurupendidikan.co.id/penanaman-modal-dalam-negeri/
https://kuliahade.wordpress.com/2010/11/16/hukum-penanaman-modal-penanaman-modal-
dalam-negeri/
http://eprints.ums.ac.id/61632/1/BAB%20I.pdf
http://blogs.unpad.ac.id/kelompok1a-adbis/files/2014/09/PMDN-di-Indonesia-
170610120047.docx