KELOMPOK 1 :
M.T. ADRIANTO A1011171062
DAVID MARBUN A1011171081
NUNUNG NURHALIZA A1011171041
RINI WINARSIH A1011171144
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya setiap negara yang berdaulat memiliki hukum atau aturan
yang kokoh dan mengikat pada seluruh perangkat yang ada didalamnya. Seperti pada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki mainstrem hukum positif untuk
mengatur warga negaranya. Salah satu hukum positif yang ada di indonesia adalah
Hukum Perdata Internasional yang nantinya akan dibahas lebih detail. Permasalahan
mengenai keperdataan yang mengaitkan antara unsur unsur internasional pada era
gloobalisasi saat sekarang ini cukup berkembang pesat.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu titik taut primer dan titik taut sekunder ?
2. Bagaimana pola pikir yuridik penyelesaian Hukum Perdata Internasional ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu titik taut primer dan titik taut sekunder
2. Untuk mengetahui pola pikir yuridik dalam penyelesaian Hukum Perdata
Internasional
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menjadi 2 yaitu :
3
TPP adalah faktor-faktor dan keadaan-keadaan yang menimbulkan atau
menciptakan persoalan HPI ( in casu foreign element )
1. Kewarganegaraan ( nasionaalitas )
2. Domisili > pengertian de jure tempat kediaman ( residence ) > pengertian
de facto
3. Tempat kedudukan badan hukum
TPS ini adalah faktor-faktor dan keadaan-keadaan yang menentukan
berlakunya suatu sistem hukum tertentu.
TPS ini akan menjawab permasalahan : hukum mana yang berlaku ?
Jadi TPS ini adalah faktor-faktor atau keadaan-keadaan yang menentukan
berlakunya suatu sistem tertentu. TPS ini timbul setelah adanya TPP.
Contoh TPS ini adalah choice of law yang telah ditentukan dalam suatu
kontrak atas dasar ( asas kebebasan berkontrak ).
4
Demikian pula, apabila Lex Causae tidak mengatur persoalan HPI
yang bersangkutan.
a) Kewarganegaraan
Perbedaan kewarganegaraan (nasionalitas) pihak-pihak yang
melakukan suatu perbuatan hukum atau hubungan hukum akan
melahirkan permasalahan Hukum Perdata Internasional.
c) Domisili
Faktor perbedaan domisili (domicile) subjek hukum yang
melakukan suatu hubungan hukum dapat pula menimbulkan hubungan
hukum yang memiliki unsur Hukum Perdata Internasional.
d) Tempat Kediaman
5
Dalam sistem common law, berkaitan dengan kediaman,
dibedakan dengan domosili dengan tempat kediaman (residence),
kediaman mengacu pada tempat kediaman sehari-hari.
6
e) Tempat dilakukannya perbuatan hukum ( locus actus )
f) Tempat timbulnya akibat perbuatan hukum / tempat pelaksanakan
perjanjian ( locus celebrationis )
g) Tempat gugatan perkara diajukan / tempat pengadilan ( locus forum )
7
C. POLA PIKIR YURIDIK HPI
Alur logika yang harus di lalui dalam penyelesaian suatu perkara HPI
dengan pendekatan HPI tradisional sebagai berikut :
3. Menemukan TPS di dalam kaidah / asas / aturan HPI Lex Fori yang
dianggap tepat.
8
Pada tahap ini pengadilan harus dapat menentukan TPS yang bersifat
menentukan dan yang akan menunjuk ke arah Lex Causae.
9
digunakan. Kaidah semacam ini disebut Choice Of Law Rule atau
kaidah kolisi.
6. Memeriksa kembali fakta-fakta dalam perkara dan mencari TPS ysng
harus digunakan untuk menunjukan ke arah Lex Causae
Sesudah titik taut sekunder yang harus digunakan dapat diketahui
berdasarkan berdasarkan kaidah HPI tertentu, maka hakim akan
memeriksa kembali fakta-fakta perkara ( terutama titik tautnya )
dengan menemukan fakta mana yang harus dianggap sebagai titik taut
sekunder.
Bila titik taut sekunder sudah ditemukan, maka hakim dapat tiba
pada kesimpulan bahwa hukum dari tempat / negara yang ditunjuk oleh
kaidah HPI itulah yang harus diberlakukan sebagai Lex Causae.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Titik-titik taut / pertalian merupakan suatu hal atau keadaan yang
menyebabkan berlakunya suatu sistem hukum tertentu, Setiap titik taut
menunjukkan kaitan antara perkara dengan suatu tempat tertentu. Pada
tahap awal adanya faktor-faktor yang menunjukkan bahwa sebenarnya
perkara yang dihadapi itu merupakan perkara HPI ( mengandung unsur
asing ), serta dalam penentuan untuk mengetahui pola pikir yuridik yang di
gunakan dalam penyelesaian hukum perdata internasional harus
berdasarkan fakta-fakta dalam konsep titik taut berdasarkan pendekatan
tradisional.
B. SARAN
Melihat kompleksnya proses evaluasi dan kualifikasi fakta-fakta dalam
konsep titik taut, sebaiknya perlu memperhatikan bahwa suatu titik taut
sebaiknya tidak digunakan, bila secara mekanis ( melalui prosedur
tradisional ) ternyata menunjuk ke arah suatu sistem hukum yang sama
sekali tidak relevan dengan perkara yang sedang dihadap dan substansi /
isi suatu tata hukum asing yang di tunjuk harus menunjukkan relevansi
tertentu yang signifikan, dalam arti bahwa kaidah hukum asing yang
kemudian ditunjuk, adalah kaidah hukum yang juga akan digunakan dalam
perkara-perkara domestik sejenis di negara yang bersangkutan agar tidak
menimbulkan permasalahan baru.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://folorensus.blogspot.com/2008/07/definisi-titik-taut-primer-dan-titik.html
http://materihukum.com/2018/06/06/titik-taut-primer/
12