Anda di halaman 1dari 20

Makalah

FARAID

DI

Oleh:

RAIMATIA
NPM. 1612010005

FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah


SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan
kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang penulis beri judul Faraid.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak dan Ibu guru, kedua orang tua dan segenap keluarga besar
penulis yang telah memberikan dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat
berarti bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua
ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah
yang lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan
celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa
kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Banda Aceh, Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Faraid ....................................................................... 3
B. Dasar Hukum Waris ................................................................... 4
C. Syarat Dan Rukun Waris ............................................................ 6
D. Prosedur Pembagian Harta Waris ............................................... 10
E. Penghalang Waris ....................................................................... 12
F. Hikmah Ilmu Faraidh .................................................................. 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................. 16
B. Saran ............................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Agama Islam mengatur ketentuan pembagian warisan secara rinci dalam Al-
Quran agar tidak terjadi perselisihan antara sesama ahli waris sepeninggal orang
yang meninggal dunia dan hartanya diwarisi.
Ilmu waris juga sering disebut dengan ilmu faraidh. Kata faraidh adalah
bentuk jamak dari fardh yaitu bagian yang ditentukan. Disebut ilmu faraidh karena
ilmu yang membahas tentang bagian-bagian yang telah ditentukan kepada ahli waris.
Sehingga ilmu faraidh atau ilmu waris didefinisikan oleh para ulama sebagai Ilmu
fiqih yang berkaitan dengan pembagian harta pusaka, pengetahuan tentang cara
perhitungan yang dapat menyampaikan kepada pembagian harta pusaka dan
pengetahuan tentang bagian-bagian yang wajib dari harta peninggalan setiap pemilik
harta pusaka.1
Sebagian orang belum begitu memahami masalah pembagian harta waris.
Mereka sering kali beranggapan bahwa pembagian waris dilakukan secara sama rata
padahal dalam hukum waris telah ditentukan bahwa pembagian waris tiap ahli waris
tidak sama. Oleh sebab itu setiap manusia berkewajiban mempelajari hukum waris
agar para ahli waris bisa mengambil manfaat dari harta yang telah diwariskan dan
pembagian warisan pun bisa dilakukan sesuai syariat islam.

B. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penulisan ini adalah :
1. Apa pengertian faraid?
2. Apa dasar hukum waris?
3. Apa saja syarat dan rukun waris?
4. Bagaimana prosedur pembagian harta waris?
5. Apa saja penghalang waris?

___________________
1
Hasbiyallah, Belajar Mudah Ilmu Waris. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 2

1
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dari penulisan ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian faraid
2. Untuk mengetahui dasar hukum waris
3. Untuk mengetahui syarat dan rukun waris
4. Untuk mengetahui prosedur pembagian harta waris
5. Untuk mengetahui yang menghalangi waris

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Faraid
Kata fara'id ( )menurut bahasa merupakan bentuk jama' dari kata
faridah (). Kata ini berasal dari kata fardu ( )yang mempunyai arti cukup
banyak. Oleh para ulama, kata fara'id diartikan sebagai al-mafrudah ( )yang
berarti al-muqaddarah (), bagian-bagian yang telah ditentukan. Dalam kontek
kewarisan adalah bagian para ahli waris. Dengan demikian secara bahasa, apabila
ilmu yang membahas kewarisan disebut ilmu fara'id karena yang dibahas adalah
bagian para ahli waris, khususnya ahli waris yang bagiannya sudah ditentukan.2
Kata waris secara etimologis adalah bentuk jamak dari kata tunggal mirats
artinya warisan. Mawaris juga disebut faraidh, bentuk jamak dari kata faridah atau
farada yang artinya ketentuan, atau menentukan.
Faraid atau faridah artinya adalah ketentuan-ketentuan tentang siapa-siapa
yang mendapatkannya, dan berapa bagian yang dapat diterima oleh mereka.
Kata waris dalam bahasa arab berasal dari kata:




Dia mewarisi warisan
Kata waris menurut bahasa artinya berpindah sesuatu sari seseorang kepada
orang lain. Sedangkan menurut istilah fiqih pengertian waris ialah berpindahnya hak
milik dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik
berupa harta benda, tanah maupun suatu dari hak-hak syara.
Harta waris adalah sesuatu yang ditinggalkan oleh seseorang setelah ia
meninggal, berupa harta benda, hak-haknya, atau yang bukan bersifat kebendaan.
Menurut istilah sebagian besar ulama fiqih qarisan disebut tirkah.3
Ilmu yang mempelajari warisan disebut Fiqh mawaris disebut juga ilmu
faraid, yang artinya ketentuan-ketentuan bagian ahli waris yang diatur secara rinci di
___________________
2
Ahmad Robiq, Fiqih Mawaris. (Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2001), hal. 100
3
Syekh Muhammad Ali ash Shabuni. Hukum Waris Menurut Al-Quran dan Hadits.
(Bandung. Trigenda Karya. 1995), hal. 40

3
dalam al-Quran. Menurut istilah Fiqh mawaris adalah fiqih atau ilmu yang
mempelajari tentang siapa orang-orang yang termasuk ahli waris, siapa yang tidak,
berapa bagian-bagiannya dan bagaimana cara menghitungnya.4

B. Dasar Hukum Waris


Sumber-sumber hukum yang dijadikan dasar waris adalah:
1. Al-Quran,
Al-Quran menjelaskan ketentuan-ketentuan faraid dengan jelas sekali. Yaitu
tercantum dalam surat An-Nisa ayat 7, 11, :







Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut
bahagian yang telah ditetapkan (Q.S An-Nisa : 7)







Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.
Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak
perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi
mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu
seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa,
bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang
meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai
anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga;
jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat
seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat
yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan
___________________
4
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993), hal. 1

4
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat
(banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Q.S An-Nisa : 11)

2. Hadist

Telah mengabarkan kepada kita Sulaiman Ibn Harb dan Wahib dari ibn Thawas
dari ayahnya dari Ibn Abbas ra. Nabi SAW. Bersabda: Berikanlah bagian-
bagian tertentu kepada orang-orang yang berhak. Sesudah itu sisanya untuk
orang laki-laki yang lebih utama (dekat kekerabatannya). (HR. al-Bukhari dan
Muslim).

Dari Umar bin Ustman dari Usamah bin Zaid Rasulullah saw: Orang muslim
tidak berhak mewarisi orang kafir, dan orang kafir tidak berhak mewarisi orang
muslim. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

3. Al-Ijma
Ijma' adalah kesepakatan seluruh ulama mujtahid tentang suatu ketentuan
hukum syara' mengenai suatu hal pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah
SAW. Dalam hal ini, Ijma' terkait dengan kesepakatan kaum muslimin menerima
ketentuan hukum warisan yang terdapat di dalam al-Qur'an dan al-Sunnah, sebagai
ketentuan hukum yang harus dilaksanakan dalam upaya mewujudkan keadilan dalam
masyarakat. Karena ketentuan tersebut telah diterima secara sepakat, maka tidak ada
alasan untuk menolaknya.5

4. Al-Ijtihad
___________________
5
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Cet I. (Semarang: Toha Putra Group), hal. 56.

5
Ijtihad adalah pencurahan seorang mujtahid atas segenap kemampuannya dan
daya upayanya untuk mendapatkan (merumuskan) hukum-hukum syara yang
bersifat amali yang zanni berdasarkan dalil terinci yang dinaskan atau terhadap
masalah yang tidak ada nasnya.6

C. Syarat Dan Rukun Waris


Syarat yang harus dipenuhi dalam waris yaitu: matinya muwarist, hidupnya
waris (ahli waris), dan tidak adanya penghalang untuk mewarisi.

1. Matinya Muwarist (orang yang mewariskan hartanya).


Matinya muwarist (pewaris) mutlak harus dipenuhi. Seorang baru disebut
muwaris jika dia telah meninggal dunia. Jika seseorang memberikan harta kepada
ahli warisnya ketika dia masih hidup, maka itu bukan disebut waris.
Kematian muwarits, menurut ulama, dibedakan ke dalam tiga macam yaitu
mati hakiki, mati hukmi, dan mati taqdiri.
a. Mati hakiki (sejati)
Mati hakiki adalah kematian seseorang yang dapat diketahui tanpa harus
melalui pembuktian. Dan dapat disaksikan panca indra.
b. Mati hukmi
Mati hukmi adalah kematian seseorang yang secara yuridis ditetapkan melalui
keputusan hakim, misalnya seseorang yang dinyatakan hilang (mafqud) tanpa
diketahui dimana dan bagaimana keadaannya, melalui keputusan hakim orang
tersebut dinyatakan meninggal dunia, sebagai suatu keputusan hakim
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.
c. Mati Taqdiri
Mati Taqdiri adalah anggapan atau perkiraan bahwa seseorang telah
meninggal dunia. Misalnya seseorang yang diketahui ikut berperang atau
secara lahiriyah diduga dapat mengancam keselamatan dirinya, setelah
beberapa tahun, ternyata tidak diketahui kabar beritanya dan patut diduga

___________________

6
Abdul Salam Arief, Pembaharuan Pemikiran Hukum Islam Antara Fakta dan Realita
(Kajian Pemikiran Hukum Syaikh Mahmud Syaltut), (Yogyakarta: LESFI, cet. Pertama, 2003), hal. 20

6
secara kuat bahwa orang tersebut telah meninggal dunia, maka ia dapat
dinyatakan telah meninggal dunia.7

2. Hidupnya Waris (Ahli Waris)


Adanya ahli waris yang masih hidup secara hakiki pada waktu pewaris
meninggal dunia. Maksudnya, hak kepemilikan dari pewaris harus dipindahkan
kepada ahli waris yang secara syariat benar-benar masih hidup, sebab orang yang
sudah mati tidak memiliki hak untuk mewarisi. Hidupnya ahli waris mutlak harus
dipenuhi. Seorang ahli waris hanya akan mewaris jika dia masih hidup ketika
pewaris meninggal dunia.

3. Tidak adanya penghalang untuk mewarisi


Para ahli waris baru dapat mewarisi harta peninggalan pewaris jika tidak ada
penghalang baginya. Sedangkan rukun waris ada tiga yaitu:
a. Al-Muwarist
Muwarist (pewaris) yaitu orang yang meninggalkan harta warisan
atau orang yang mewariskan hartanya.
b. Al-Warist atau ahli waris
Ahli waris adalah orang yang dinyatakan mempunyai hubungan
kekerabatan baik karena hubungan darah, hubungan perkawinan, atau karena
akibat memerdekakan hamba sahaya. Syaratnya, pada saat al-Muwaris
meninggal, ahli waris benar-benar dalam keadaan hidup. Termasuk dalam
pengertian ini adalah bayi yang masih berada dalam kandungan, meskipun
masih berupa janin, apabila dapat dipastikan hidup melalui gerakan
(kontraksi) atau cara lainnya, maka bagi janin tersebut berhak mendapatkan
warisan.
Dalam KHI disebutkan ahli waris adalah orang yang pada saat
meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan

___________________
7
Ibid...hal. 3

7
dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk
menjadi ahli waris.8
Menurut jumhur Ulama, ahli waris dari kalangan laki-laki ada
sepuluh, yaitu:
1. Anak laki-laki
2. Bapak
3. Suami
4. Kakek Shahih (Bapaknya bapak)
5. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah
6. Saudara laki-laki
7. Anak Laki-laki Saudara laki-laki, kecuali dari saudara seibu
8. Paman
9. Anak laki-laki paman
10. Orang laki-laki yang memerdekakan budak (mutiq)

Sedangkan ahli waris dari kalangan perempuan ada tujuh, yaitu:


1. Anak Perempuan
2. Ibu
3. Isteri
4. Nenek
5. Cucu Perempuan dari anak laki-laki dan terus kebawah
6. Saudara perempuan
7. Orang perempuan yang memerdekakan budak (mutiqah).

Secara umum, ahli waris yang disepakati ulama ada tujuh belas (laki-laki
sepuluh dan perempuan tujuh), tetapi ketika diperinci ahli waris tersebut ada
dua puluh lima, ahli waris laki-laki ada lima belas, yaitu :
1. Anak Laki-laki
2. Bapak

___________________
8
Tim Penyusun, Kompilasi Hukum Islam , (Jakarta: Direktorat Pembinaan BadanPeradilan
Agama Islam Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama R.I.,
2001), hal. 81.

8
3. Suami
4. Kakek Shahih (Bapaknya bapak)
5. Cucu laki-laki pancar laki-laki dan seterusnya ke bawah
6. Saudara laki-laki sekandung
7. Saudara laki-laki sebapak
8. Saudara laki-laki seibu
9. Anak Laki-laki Saudara laki-laki sekandung
10. Anak Laki-laki Saudara laki-laki sebapak
11. Paman Sekandung
12. Paman sebapak
13. Anak laki-laki paman sekandung
14. Anak laki-laki paman sebapak
15. Orang laki-laki yang memerdekakan budak (mutiq).

Sedangkan ahli waris Perempuan ada tujuh, dan ketika diperinci ada
sepuluh, yaitu:
1. Anak perempuan
2. Ibu
3. Isteri
4. Cucu perempuan pancar Laki-laki
5. Nenek dari pihak bapak dan seterusnya ke atas
6. Nenek dari ibu dan seterusnya ke atas
7. Saudara perempuan sekandung
8. Saudara perempuan sebapak
9. Saudara perempuan seibu
10. Orang perempuan yang memerdekakan budak (mutiqah).9

c. Al-Maurust atau al-Mirast


Yaitu harta peninggalan Al-Muwarist setelah dikurangi biaya
perawatan jenazah, pelunasan hutang, dan pelaksanaan wasiat. KHI
___________________
9
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993), hal. 23

9
mendefinisikan harta peninggalan sebagai harta yang ditinggalkan oleh
pewaris baik yang berupa harta benda yang menjadi miliknya maupun hak-
haknya. Sedangkan harta warisan adalah harta bawaan ditambah bagian dari
harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai
meninggalnya, biaya pengurusan jenasah, pembayaran hutang dan pemberian
untuk kerabat.10

D. Prosedur Pembagian Harta Waris


Golongan ahli waris yang terdiri dari dua golongan yaitu: Dzu fardlin dan
Ashabah.
1. Dzu fardlin
Artinya mereka yang mempunyai pembagian tertentu, yakni menurut Al-
Quran ada enam: 1/2, 1/4, 1/8, 1/3, 2/3, 1/6.

Pendapatan ahli waris dzu fardlin :


a. Mendapat
Anak perempuan apabila seorang diri
Anak perempuan dari anak laki- laki (cucu perempuan) apabila seorang
diri
Saudara perempuan seayah apabila seorang diri
Suami, jika tidak ada anak atau cucu laki- laki dari anak laki- laki
b. Mendapat
Suami, jika ada anak atau cucu laki- laki dari anak laki- laki
Istri atau beberapa orang istri, jika tidak ada anak atau cucu dari anak
laki- laki
Ayah, jika ada anak atau cucu dari anak laki- laki
Nenek perempuan jika tidak ada ibu
Cucu perempuan dari anak laki- laki, jika bersama- sama dengan
seorang anak perempuan sekandung
___________________
10
Tim Penyusun, Kompilasi Hukum Islam , (Jakarta: Direktorat Pembinaan BadanPeradilan
Agama Islam Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama R.I.,
2001), hal. 81.

10
Saudara perempuan seayah, jika bersama- sama seorang saudara
perempuan sekandung
Datuk laki- laki tidak ada ayah
c. Mendapat 1/8
Istri atau beberapa istri dengan anak atau cucu
d. Mendapat 2/3
Dua anak perempuan atau lebih
Dua cucu perempuan atau lebih
Dua saudara perempuan kandung atau lebih
Dua saudara perempuan seayah atau lebih
e. Mendapat 1/6
Ibu bersama anak laki- laki, Cucu laki- laki dua atau lebih, Saudara
perempuan kandung atau perempuan seibu
Nenek garis ayah jika tidak ada ibu dan ayah terus keatas
Satu atau lebih cucu perempuan dari anak laki- laki bersama satu satu
anak perempuan kandung
Satu atau lebih saudara perempuan seayah bersama satu saudara
perempuan kandung
Ayah bersama anak laki- laki atau cucu laki- laki
Kakek jika tidak ada ayah
Saudara seibu satu orang, baik laki atau perempuan.
2. Ashabah
Ialah orang yang berhak mendapat pusaka dan pembagiannya tidak di
tetapkan dalam salah satu enam macam pembagian di atas. Ahli waris yang
masuk golongan ini adalah: anak laki, cucu laki- laki hingga ke bawah, ayah,
datuk laki- laki terus ke atas, saudara laki- laki seibu seayah, saudara laki- laki
seayah, anak laki- laki dari saudara laki- laki seayah seibu, anak laki- laki dari
saudara laki- laki seayah, paman seibu seayah, paman seayah, anak laki- laki
dari paman laki- laki seibu seayah, anak laki- laki dari paman laki- laki seayah
dan perempuan yang memerdekakan.

11
Pendapatannya ashabah :
a. Ada ashabah yang dapat seluruh harta mayit, jika si mayit tidak
meninggalkan ahli waris melainkan dia seorang
b. Harta di bagi rata di antara ashabah, jika si mayit meninggalkan lebih dari
seorang ashabah yang sepangkat
c. Ada yang dapat semua sisa selebihnya dari bagian ahli waris dzu fardlin
d. Kalau ada perempuan yang sepangkat dengannya, maka laki- laki dapat
dua bagian dan yang perempuan dapat satu bagian
e. Ada yang kosong tak dapat apa- apa, jika tidak ada sisa dari harta itu,
yakni sudah habis kepada ahli waris dzu fardlin.11

E. Penghalang Waris
Penghalang mendapat waris dalam istilah ulama faraidl ialah suatu kondisi
yang menyebabkan seseorang tidak dapat menerima waris, padahal memiliki cukup
sebab dan cukup pula syarat-syaratnya.12
Hal-hal yang menjadi penghalang waris di antaranya :
1. Hamba Sahaya
Hamba sahaya tidak dapat mewarisi harta peninggalan kerabatnya sebab
kalau ia mewarisi berarti harta warisan itu akan diminta oleh majikannya.
Padahal majikan adalah orang lain dari kerabat hamba sahaya yang menerima
warisan tersebut. Para fuqaha juga telah menggariskan bahwa hamba sahaya
beserta barang-barang yang dimilikinya berada di bawah kekuasaan majikannya.
Oleh karena itu ia tidak boleh mewarisi harta peninggalan kerabatnya agar
harta warisan itu tidak jatuh ke tangan majikannya. 13

2. Pembunuhan
Pembunuhan yang dilakukan ahli waris terhadap al-muwaris menyebabkan
tidak dapat mewarisi harta peninggalan orang yang diwarisinya.
___________________
11
Ahmad Rafiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 20
12
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
1999), hal. 37
13
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Hukum Waris, (Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1994), hal. 38-
39.

12
3. Perbedaan Agama
Yang dimaksud dengan perbedaan agama adalah perbedaan agama yang
menjadi kepercayaan orang yang mewarisi dengan orang yang diwarisi.
Misalnya, agamanya orang yang mewarisi itu kafir, sedang yang diwarisi
beragama Islam , maka orang kafir tidak boleh mewarisi harta peninggalan orang
Islam.14

Artinya :
Orang muslim tidak berhak mewarisi orang kafir, dan orang kafirtidak berhak
mewarisi orang muslim. (HR. al-Bukhari dan Muslim).15

Perbedaan agama yang menghalangi saling mewarisi antara si muslim


dengan yang bukan muslim, adalah apabila agama itu diketahui di waktu
wafatnya yang meninggalkan harta waris.

4. Berlainan Negara
Pengertian negara adalah suatu wilayah yang di tempati suatu bangsa yang
memiliki angkatan bersenjata sendiri, kepala negara tersendiri, dan memiliki
kedaulatan sendiri dan tidak ada ikatan kekuasaan dengan negara asing. Maka
dalam konteks ini, negara bagian tidak dapat dikatakan sebagai negara yang
berdiri sendiri, karena kekuasaan penuh berada di negara federal.
Adapun berlainan negara yang menjadi penghalang mewarisi adalah
apabila di antara ahli waris dan muwarrisnya berdomisili di dua negara yang
berbeda. Apabila dua negara sama-sama muslim, menurut para ulama, tidak
menjadi penghalang mewarisi.
Negara yang sama-sama muslim pada hakikatnya adalah satu, meskipun
kedaulatan, angkatan bersenjata dan kepala negaranya sendiri-sendiri. Negara
___________________
14
Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris untuk UIN, STAIN, dan PTAIS, cet. III, (Bandung :
Pustaka Setia, 2006), hal. 34.
15
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, jilid 4, juz 8, Dar fikr, 2005, hal. 11.

13
hanya semata-mata sebagai wadah perjuangan, yang masing-masing di antara
mereka terikat oleh satu persaudaraan, yaitu ukhuwah Islamiyah.16

F. Hikmah Ilmu Faraidh


Hukum Allah SWT mengenai Faraid ini dengan jelas membedakan antara
kita, orang Islam dan bukan Islam khususnya mengenai hal yang berhubung dengan
pembahagian harta pusaka. Secara umumnya, kita sering mendengar cerita-cerita
yang dipaparkan dalam media masa tentang bagaimana orang bukan Islam,
khususnya di Barat, meninggalkan wasiat. Ada yang mewasiatkan semua hartanya
(100%) untuk seseorang yang dicintainya, untuk pertubuhan tertentu dan ada juga
yang mewasiatkan 100% hartanya untuk haiwan peliharaan kesayangannya. Namun
Islam tidak begitu, pembahagian perlu dibuat kepada yang hak mengikut kadar yang
terperinci yang digariskan dalam al-Quran.
Jelas bahwa kepentingan Faraid dalam Islam ialah untuk memudahkan harta
tersebut digunakan dalam ekonomi bagi mewujudkan suasana ekonomi yang
produktif. Sekaligus, Islam melarang sama sekali sikap pembekuan harta yang boleh
memberi mudarat bukan saja kepada pihak yang berhak malah kepada ekonomi
secara keseluruhan. Justru, Rasulullah SAW begitu menitik beratkan kepada umatnya
tentang Ilmu Faraid melalui sabda Baginda, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
r.a. yang bermaksud: Pelajarilah Ilmu Faraid, dan ajarkanlah ia kepada orang
lain. Sesungguhnya ia adalah setengah daripada ilmu dan ia adalah ilmu yang akan
dilupakan, dan ia merupakan ilmu yang mula-mula akan dicabut daripada umatku.
Apakah reaksi kita terhadap hadis Rasulullah SAW? Di bahagian pertama

Rasulullah menyeru umat Baginda untuk mempelajari ilmu Faraid dan kemudiannya

mengajar pula kepada orang lain. Di bahagian kedua hadis, Baginda menegaskan

betapa pentingnya ilmu ini di samping memberi amaran bahwa ilmu ini akan

___________________
16
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Hukum Waris, Penerjemah Abdulhamid Zahwan, (Solo:
CV. Pustaka Mantiq, 1994), hal. 38-39

14
diabaikan oleh umat Baginda dan oleh itu, ilmu ini akan ditarik oleh Allah SWT dari

pada umat Baginda.17

Benarlah sabda Baginda SAW, bahwa umat Islam pada hari ini gemar kepada

isu-isu lain yang lebih sensasi, bahkan dari segi agama pun ada juga unsur-unsur

sensasi, sementara Ilmu yang patut kita pelajari dan sebarkan dilupai. Pastinya ilmu

Faraid ini penuh dengan hikmahnya jika kita menghayati sedalam-dalamnya.

___________________
17
Suparman Usman, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta : Gaya Media
Pratama, 2000), hal. 3-4

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Faraid atau faridah artinya adalah ketentuan-ketentuan tentang siapa-siapa
yang mendapatkannya, dan berapa bagian yang dapat diterima oleh mereka. Waris
adalah kata lain dari faraidh. Faraidh bentuk jamak dari faridah yang berarti takdir
atau ketentuan.ilmu faraidh adalah ilmu fiqih yang membahas tentang cara
mengetahui penghitungan harta benda peninggalan maupun harta benda yang di
warisakan.
Syarat Faraidh ada tiga: Matinya Muwaris (pewaris), Hidupnya Waris (Ahli
Waris) ketika Muwaris meninggal ,Tidak ada penghalang dalam kewarisan. Rukun
Faraidh ada tiga: Tirkah, Muaris (pewaris),Waris (Ahli Waris). Rukun Waris ada
tiga: Al-muwaris, Al-waris/ahli waris, Al-maurus atau al-miras.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh kata-kata
yang sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap
penulisan makalah ini yang bersifat membangun untuk kesempurnaan pada masa
yang akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Salam Arief, 2003. Pembaharuan Pemikiran Hukum Islam Antara Fakta dan
Realita (Kajian Pemikiran Hukum Syaikh Mahmud Syaltut),Yogyakarta:
LESFI, cet. Pertama

Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Cet I. Semarang: Toha Putra Group

Ahmad Rafiq, 2001. Fiqh Mawaris, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Dian Khairul Umam, 2006. Fiqih Mawaris untuk UIN, STAIN, dan PTAIS, cet. III,
Bandung : Pustaka Setia

Hasbiyallah, 2013. Belajar Mudah Ilmu Waris. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Imam Bukhari, 2005. Shahih Bukhari, jilid 4, juz 8, Dar fikr

Muhammad Ali Ash-Shabuni, 1994. Hukum Waris, Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1994

Suparman Usman, 2000. Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, Jakarta : Gaya
Media Pratama

Syekh Muhammad Ali ash Shabuni. 1995. Hukum Waris Menurut Al-Quran dan
Hadits. Bandung. Trigenda Karya

Tim Penyusun, 2001. Kompilasi Hukum Islam , Jakarta: Direktorat Pembinaan


BadanPeradilan Agama Islam Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Departemen Agama R.I

Anda mungkin juga menyukai